TINJAUAN PUSTAKA
menderita AIDS sering disebut dengn ODHA singkatan dari orang yang
akibat penurunan daya tahan tubuh yang di sebabkan virus HIV atau tes darah
2016).
informasi genetiknya yang berada dalam RNA kedalam bentuk DNA yang
untuk mengkopi dirinya menjadi virus baru yang memiliki ciri-ciri HIV. HIV
Di dalam tubuh kita terdapat sel darah putih yang disebut sel CD4.
sistem kekebalan tubuh, tergantung ada tidaknya kuman yang harus dilawan.
HIV yang masuk ke tubuh menularkan sel ini, ‘membajak’ sel tersebut, dan
Ketika proses tersebut selesai, tiruan HIV itu meninggalkan sel dan masuk ke
sel CD4 yang lain. Sel yang ditinggalkan menjadi rusak atau mati. Jika sel-sel
melindungi tubuh kita dari serangan penyakit. Keadaan ini membuat kita
1. Fase 1
melakukan tes darah Pada ase ini antibodi terhadap HIV belum terbentuk
ini indiidu sudah positif HIV dan belum menampakka gejala sakit. namun
3. Fase 3
berkurang dan badan menjadi lemah serta berat badan terus berkurang.
4. Fase 4
setelah kekebalan tubuh sangat berkurang di lihat dari jumlah sel T timbul
bernafas sariawan, kanker kulit atau sarcoma kaposi, infeksi usus yang
persalinan dan laktasi dari ibu yang mengidap HIV ke bayinya (Nurul, 2017).
Sistem imun menjadi target utama dari infeksi HIV dimana virus akan
Setelah HIV mengikatkan diri pada molekul CD4, virus masuk ke dalam
dengan DNA sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak akan
mengandung bahan genetik virus dan akan membentuk virus baru, dan
Perjalanan khas infeksi HIV terdiri dari beberapa tahapan yaitu infeksi
ekspresi HIV, penyakit klinis dan kematian. Durasi antara infeksi primer
sampai penyakit klinis rata-rata sekitar 10 tahun. Pada awal infeksi, HIV tidak
replikasi dalam tubuh penderita dan lambat laun akan merusak limfosit T-
CD4. Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar
virus HIV sampai menunjukkan gejala AIDS. Pada masa inkubasi, virus HIV
2017).
Setelah infeksi primer, selama 4-11 hari masa antara infeksi mukosa dan
Virus tersebar luas ke seluruh tubuh selama masa ini, dan menyerang organ
limfoid, dan terjadi penurunan jumlah sel –T CD4 yang beredar secara 13
bulan setelah terinfeksi, viremia plasma menurun dan level sel CD4 kembali
(Nurul, 2017).
Setelah beberapa bulan atau tahun akan terlihat gejala klinis pada
penderita. Sebagian penderita memiliki gejala tidak khas pada infeksi HIV
pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk. Setelah infeksi
akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala). Hal ini berlangsung
selama 8-10 tahun, tetapi ada sekelompok kecil penderita yang cepat hanya
sekitar 2 tahun dan ada yang sangat lambat (Nurul, 2017) Secara bertahap
sistem kekebalan. tubuh yang terinfeksi oleh virus HIV akan menyebabkan
2015):
1. Tes serologi
a. Tes cepat
Tes cepat dengan reagen yang sudah dievaluasi oleh institusi yang
Tes ini merupakan tes antibodi untuk konfirmasi pada kasus yang
sulit.
Bayi dan anak umur usia kurang dari 18 bulan terpapar HIV yang tampak
sehat dan belum dilakukan tes virologis, dianjurkan untuk dilakukan tes
serologis pada umur 9 bulan (saat bayi dan anak mendapatkan imunisasi
berhenti menyusu.
c. Jika tes serologis reaktif dan tes virologis belum tersedia, perlu
usia 18 bulan.
Bayi dan anak umur kurang dari 18 bulan dengan gejala dan tanda
disebabkan oleh infeksi HIV tetapi tes virologis tidak dapat dilakukan,
anak umur kurang dari 18 bulan yang masih mendapat ASI, prosedur
dari 18 bulan Tes virologis yang dianjurkan: HIV DNA kualitatif dari darah
lengkap atau Dried Blood Spot (DBS), dan HIV RNA kuantitatif dengan
menggunakan plasma darah. Bayi yang diketahui terpapar HIV sejak lahir
dianjurkan untuk diperiksa dengan tes virologis paling awal pada umur 6
minggu. Pada kasus bayi dengan pemeriksaan virologis pertama hasilnya
positif, maka terapi ARV harus segera dimulai; pada saat yang sama
keberadaan antibodi HIV. Tes ini digunakan untuk diagnosis pada bayi.
Tes ini untuk memeriksa jumlah virus di dalam darah, dan dapat
digunakan untuk pemantauan terapi ARV pada dewasa dan diagnosis pada
Diagnosis HIV pada bayi dapat dilakukan dengan cara tes virologis, tes
di bawah ini.
2. Diagnosis presumtif infeksi HIV pada bayi dan anak umur kurang dari 18
bulan Bila ada bayi dan anak berumur kurang dari 18 bulan dan dipikirkan
bulan
lidah, langit-langit mulut atau tepi mulut, disertai rasa nyeri. Tidak
2. Pemeriksaan uji HIV cepat (rapid test) dengan hasil reaktif harus
3. Bila hasil pemeriksaan tes serologi lanjutan tetap reaktif, pasien harus
1. Setiap orang dewasa, anak, dan remaja dengan kondisi medis yang diduga
HIV.
Untuk melakukan tes HIV pada anak diperlukan izin dari orang tua/wali
yang memiliki hak hokum atas anak tersebut (contoh nenek/kakek/orang tua
asuh, bila orang tua kandung meninggal atau tidak ada) merujuk pada
1. Anak sakit (jenis penyakit yang berhubungan dengan HIV seperti TB berat
2. Bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV dan sudah mendapatkan tindakan
meninggal oleh sebab yang tidak diketahui tetapi masih mungkin karena
HIV
5. Terpapar atau potensial terkena infeksi HIV melalui jarum suntik yang
1. Populasi Kunci (Pekerja seks, Penasun, LSL, Waria) dan diulang minimal
4. Pasien TB
5. Semua orang yang berkunjung ke fasyankes di daerah epidemi HIV meluas
6. Pasien IMS
7. Pasien Hepatitis
Nia. 2013. Pedoman Penerapan Terapi HIV Pada Anak. Jakarta: Bakti Husada.