Kelompok I:
MAUMERE
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan berkat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Industri Besi dan Baja.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Kimia Industri.Disamping itu,penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat
terealisasikanlah makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya dapat diperbaiki.Akhir kata
penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan penulis khususnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB 11 PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Proses Pembuatan Besi dan Baja.......................................................................3
2.2 Sumber Industri Besi dan Baja..........................................................................12
BAB 111 PENUTUP...........................................................................................................13
3.1 Kesimpulan........................................................................................................13
3.2 Saran..................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULAN
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami proses cara pembuatan besi dan baja ?
2. Untuk mengetahui Sumber dari besi dan baja ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Didalam proses dengan oksigen, carbon di dalam molten metal bereaksi dengan
oksigen menghasilkan gas karbonmonoksida. Gas ini harus keluar, kalau tidak akan
membentuk gas pockets (rimming) saat menjadi dingin (rimmed steel). Untuk
menghindari, digunakan doxidizer : silicon, aluminum baja yang dihasilkan: killed
steel atau semi-killed steel.
3. Baja yang dihasilkan dicetak dalam bentuk slab, blom, atau billet.
c. Proses ketiga :
1. Baja yang telah dicetak dalam bentuk slab, blom, atau billet tersebut selanjutnya
dibentuk menjadi berbagai macam profit seperti H-beam,angle (siku), channel,
rel kereta, pelat,pipa (seamless pipe). Keseluruhan proses itu dapat dilakukan pada
satu lokasi pabrik baja yang besar dan dapat pula dilakukan pada sejumlah
pabrik yang terpisah. Misalnya ada pabrik yang hanya mengerjakan dri billet
sampai suatu barang setengah jadi.
5
Pada periode ke dua ini unsur C akan terbakar oleh panas FeO dengan reaksi yang
diikuti dengan penurunan temperatur + 50 - 80% dan berlangsung + 8 - 12 menit.
CO akan keluar dari mulut Konvertor dimana CO ini akan teroksider oleh udara
luar dengan ditandai dengan timbulnya nyala api bersinar panjang di atas Konvertor.
Periode ketiga disebut “Reddisk Smoke period” yang merupakan periode brilliant
flame terakhir Periode ini ditandai adanya Reddish smoke (nyala api ke merah-
merahan) keluar mulut Konvertor .Hal ini menunjukkan bahwa unsur campuran
yang terdapat dalam besi mentah telah keluar dan tinggal oksida besi FeO. Periode ini
berlangsung + 1 - 2 menit.Kemudian Konvertor diputar sehingga posisinya menuju
posisi horizontal, lalu ditambahkan oksider (ferromanganesh, ferrosilicon atau Al)
untuk mengikatO2 dan memadunya dengan baja yang dihasilkan.Baja Bessemer
yang dihasilkan dengan proses di atas mengandung sangat sedikit unsur C.Untuk
baja Bessemer, kadar unsur C dapat dinaikkan dengan cara: Berat logam pada proses
Bessemer ini akan berkurang + 8 – 12%. Hasil dari konvertor Bessemer disebut
baja Bessemer yang banyak digunakan untuk bahan konstruksi. Proses Bessemer
juga disebut proses asam karena muatannya bersifat asam dan batu tahan apinya
juga bersifat asam. Apabila digunakan muatan yang bersifat basa lapisan batu itu
akan rusak akibat reaksi penggaraman.
2. Proses Konvertor Thomas
Konvertor Thomas juga disebut konvertor basa dan prosesnya adalah proses
basa, sebab batu tahan apinya bersifat basa serta digunakan untuk mengolah besi
kasar yang bersifat basa. Muatan converter putih yang banyak mengandung
fosfor. Proses pembakaran sama dengan proses pada konvertor Bessemer hanya saja
pada proses Thomas fosfor terbakar setelah zat arangnya terbakar. Pengaliran udara
tidak terus-menerus dilakukan karena besinya sendiri akan terbakar. Pencegahan
pembakaran itu dilakukan dengan menganggap selesai prosesnya walaupun
kandungan fosfor masih tetap tinggi. Guna mengikat fosfor yang terbentuk pada
proses ini maka diberi bahan tambahan batu kapur agar menjadi terak.Terak yang
bersifat basa ini dapat dimanfaatkan menjadi pupuk buatan yang dikenal dengan
nama pupuk fosfat.
6
Hasil proses yang keluar dari konvertor Thomas disebut baja Thomas yang
biasa digunakan sebagai bahan konstruksi dan pelat ketel.
Proses Thomas disebut juga “Basic Bessemer Process” yaitu proses Bessemer
dalam keadaan basa. Proses ini memakai Converter yang di bagian dalamnya
dilapisi bahan tahan api (refractory) bersifat basa seperti dolomite (Mg CO 3 CaCO3).
Pertama-tama converter diisi dengan batu kapur, kemudian besi mentah (pig iron)
cair yang mengandung unsur phosfor (P) : 1,6 - 2% ; dan sedikit Si dan S (0,6% Si,
0,07 % S) Pada periode I (Slag forming period = Silicon blow) yaitu pada saat
penghembusan, unsur Fe, Si, Mn akan teroksider dan terbentuklah terak basa (basic
slag).Dengan adanya batu kapur, akan terjadi kenaikan temperatur, tetapi unsur
phosfor (P) yang terkandung dalam besi mentah belum dapat dipisahkan dari Fe. Pada
periode ke II (The brilliant flame blow = Carbon blow) yang ditandai dengan
adanya penurunan temperatur,dimana Carbon (C) akan terbakar, berarti kadar C
menurun. Jika kadar C tinggal 0,1 - 0,2%, maka temperatur akan turun menjadi 1400 0
C - 14200 C.Setelah temperatur turun menjadi 1400oC, mulailah periode ke III
(Reddish Smoke Periode) yaitu terjadinya oksidasi dari Fe secara intensif dan
terbentuklah terak.Peristiwa ini berlangsung + 3 - 5 menit, dan selanjutnya
terbentuklah terak Phospor [CaO)4.P2O5] yang diikuti kenaikan temperatur yang
mendadak menjadi 1600oC.Setelah periode ke III ini berakhir, hembusan udara panas
dihentikan dan converter dimiringkan untuk mengeluarkan terak yang mengapung
di atas besi cair. Kemudian diberi doxiders/deoxidising agents misalnya Ferro
Monggan,Ferro Silicon atau Aluminium untuk menghilangkan Oksigen (O2) serta
memberikan kadar Mn dan Si supaya diperoleh sifat-sifat tertentu dari baja yang
dihasilkan. Terak yang dihasilkan mengandung + 22 % P2O5 merupakan hasil ikatan
yang diperoleh dan dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.Baja yang dihasilkan
digunakan sebagai bahan dalam proses pengecoran seperti pembuatan baja tuang
atau baja profil (steel section) seperti baja siku,baja profil I, C.
2. Besi
Teknologi blast furnace dalam pembuatan Besi Proses dalam blast furnace:
1. Bahan baku dimasukkan dalam blast furnace melalui tutup yang berbentuk kerucut yang
bersusun
2. .Pemanasan cepat secara simultan di bagian bawah furnace
3. Pembakaran coke
Coke dibakar menggunakan udara panas menghasilkan karbon dioksida dan panas.
C + O2 ====> CO2 + Heat
4. Produksi karbon monoksida (agen reduksi)
Karbon dioksida bereaksi kembali dengan coke menghasilkan karbon monoksida.
CO2 + C ====> 2CO
5. Reduksi hematite
Karbon monoksida yang terbentuk mereduksi hematite menjadi besi
Fe2O3 + 3CO ====> 2Fe + 3CO2
6. Dekomposisi limestone
Limestone terdekomposisi dengan panas yang dihasilkan membentuk kalsium oksida dan
karbon diksida
CaCO3 ====> CaO + 3CO2
7. Pembentukkan slag
Kalsium oksida yang terbentuk bereaksi dengan pasir (impuritis asam) membentuk
kalsium silica yang disebut dengan slag Pada umumnya pembuatan besi dapat
dikategorikan dua macam, yaitu pembuatan besi secara konvensional dan non
konvensional. Pembuatan besi secara konvensional yaitu pengolahan bji besi di reduksi
secara tidak langsung, umumnya adalah Blast Furnace (yang akan dibahas dalam tulisan
ini). Untuk pembuatan besi secara non konvensional yaitu mereduksi bijih besih secara
langsung dengan menggunakan gas pereduksi seperti gas H 2 dan CO, pengembangan
teknologi ini yang terbesar adalah Midrex kemudian Hylsa.
Blast furnace digunakan untuk mengolah bijih besi untuk dijadikan besi kasar. Besi kasar
yang dihasilkan oleh dapur tinggi diolah kembali kedalam dapur, untuk dijadikan baja atau
baja tuang; juga besi tuang. Flowsheet teknologi ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
8
Bahan yang digunakan dalam proses dapur tinggi untuk menghasilkan besi kasar dari dapur
tinggi diperlukan bahan-bahan antara lain:
1. Iron ore : hematite umumnya, merupakan besi oksida Fe2O3 Bijih besi didapat dari
tambang setelah melalui proses pendahuluan. Bijih besi merupakan bahan pokok dari
blast furnace.
2. .Limestone : berupa kalsium karbonat, CaCO3 Batu kapur digunakan untluk mengikat
bahan-bahan yang ikut campur dalam cairan besi untuk menjadikan terak. Proses
pengikatan bahan yang ikut dalam cairan besi antara lain dapat dilihat pada reaksi kimia
sebagai berikut :
CaCO3 ====> CaO + CO2 (terak)
FeS + CaO + C =====> Fe + CaS + CO (terak)
Dengan adanya terak yang terletak di permukaan cairan-besi ini, terjadinya oksidasi
oleh udara dapat dihindari. Selain menggunakan batu kapur (CaCO3) murni, dapat juga
menggunakan dolomit yang merupakan campuran dari CaCO3 dan MgCO3
3. Hot air : pembakaran yang terjadi di bagian bawah furnace untuk menyediakan panas
dan oksigen
4. Coke : berasal dari batu bara yang kadar karbonnya tinggi Karakteristik coke dapat
digolongkan menjadi dua yaitu sifat fisik dan sifat kimia.
Sifat fisik seperti kekuatan coke, kestabilan coke dan kekuatan coke setelah reaksi. Sifat
kimia yang paling penting adalah kandungan air, fixed carbon, abu, sulfur, phosphor dan
alkali
9
Proses reduksi bijih besi yang berlangsung dalam blast furnace dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
10
Dapur Tinggi
Dapur tinggi terbuat dari susunan batu tahan api yang diperkuat dengan tiang-
tiang baja, Dalam dapur tinggi akan terjadi proses reduksi bijih besi menjadi besi kasar
(besi mentah). Selain itu juga reaksi-reaksi kimia yang menyertai proses reduksi tersebut.
Dapur tinggi berukuran tinggi 30 m garis tengan maksimum 7 m, garis tengah puncak
4,5 m, garis tengah bawah 4m. Dapur tinggi didirikan diatas fondasi yang diperkuat oleh
tiang-tiang baja. Bagian dalam dapur tinggi dilapisi batu tahan api yang mempunyai sifat
tahan terhdap suhu tinggi dan merupakan penyekat panas. Pada bagian atas dapur
terdapat corot pengisi yang bekerja bergantian sehingga kehilangan gas dapur tinggi
dapat dicegah. Serta dilengkapi dengan alat pemanas udara dan alat pemisah debu.
Gambar contoh dapur tinggi.
Bahan-bahan yang dimasukkan pada dapur tinggi : bijih besi, kokas, dan batu kapur.
Bahan ini disimpan dedekat dapur tinggi supaya pengisiannya mudah. Bahan-bahan
diangkut ke puncak dapur tinggi dengan alat pengangkut selapis demi selapis secara
terus-menerus.
Bahan-bahan pengisi daput tinggi ini akan mengalami proses fisika dan kimia sebagai
berikut:
1. Mula-mula dilakukan pemanasan pendahuluan, didalam dapur tinggi gas-gas hasil
pembakaran yang suhunya masih panas akan naik ke atas sambil memanaskan bahan-
bahan yang disikan., sehingga air dan zat-zat yang mudah menguap dalam zat-zat
pengisi akan segera menguap hingga bahan2 mencadi cukup kering.
2. Langkah berikutnya adalah proses reduksi, dalam dapur tinggi yang bertemperatur
antara 800C sd 1400C , akan terjadi serangkaian reaksi-reaksi kimia antara lain reaksi
reduksi bijih besi, reaksi pembakaran kokas, dan peruraian batu kapor. Karena
pengaruh udara panas kokas akan terbakar menurut reaksi
C+CO---------------CO2
Gas CO yang terjadi akan mereduksi bijih besi menurut reaksi sebagai berikut.
CO2+ C ----------------2CO
Gas CO yang terjadi akan mereduksi bijih besi menurut reaksi berikut.
Fe3O4 +CO ----------- 3FeO+CO2
Fe2O3 + CO ---------- 2 FeO + CO2
11
Kedua reaksi tersebut dinamakan reaksi tidak langsung. Pada daerah reduksi
juga terjadi peruraian batu kapur dan mungkin juga peruraian MgCO 2 ataupun
FeCO3 yang mungkin terdapat dalam batu kapur tersebut menurut reaksi berikut:
CaCO3 ----------------- CaO + CO2
MgCO3 --------------- MgO +CO2
FeCO3 ------------------ FeO + CO2
Gas CO2 hasil dari peruraian ini akan bersinggungan dan bereaksi dengan lapisan
kokas menurut reaksi berikut:
CO2 + C ----------------- 2CO
Kalau bijih besi mengandung mangan MnO + SiO2 -----------------MnSiO3
3. Langkah berikutnya adalah proses peleburan, Pada temperature 1400C sd 1600C
akan terjadi peleburan hasil reduksi tak langsung dan juga terjadi pembentukan terak.
Disamping itu juga akan terjadi reduksi langsung FeO oleh kokas. Reaksi kimia yang
terjadi pada daerah ini adalah sebagai berikut.
a) Reaksi langsung FO + C -------------------------------Fe + CO
b) Pembentukan terak CaO + SiO2 ---------------------- Ca SiO3
Karena berat jenis terak lebih ringan daripada berat jenis besi, maka terak akan
mengapung pada bagian atas. Besi mentah yang dihasilkan bukan merupakan besi murni
tetapi masih mengandung unsur yang lainnya yaitu karbon(C), yang berasal dari kokas,
sisilium (Si), Mangan(Mn), dan Phosphor (P) yang berasal dari bijih besi. Oleh karena itu
besi mentah masih harus mengalami proses pengerjaan lanjutan.
3.1 Kesimpulan
Baja adalah logam alloy yang komponen utamanya adalah besi dengan karbon sebagai
material pengaloy utama.
Definisi klasik, baja adalah besi-karbon aloy dengan kadar karbon sampai 5,1 persen.
Ironisnya, alloy dengan kadar karbon lebih tinggi dari ini dikenal dengan besi. Sekarang ini
ada beberapa kelas baja di mana karbon diganti dengan material aloy lainnya, dan karbon,
bila ada, tidak diinginkan. Definisi yang lebih baru, baja adalah aloy berdasar-besi yang
dapat dibentuk secara plastik. Dan umumnya baja juga menjadi bahan pelapis rompi anti
peluru,yang dimana baja menjadi bahan pelapis bahan inti rompi tersebut, yaitu bahan milik
Kevlar.
Pada umumnya pembuatan besi dapat dikategorikan dua macam, yaitu pembuatan besi
secara konvensional dan non konvensional. Pembuatan besi secara konvensional yaitu
pengolahan bji besi di reduksi secara tidak langsung.
Sumber Daya Alam (SDA) yang digunakan dalam industri baja adalah hasil tambang
berupa pasir besi (iron sand) dan bijih besi (iron ore). Indonesia memiliki potensi sumber
daya pasir besi dan bijih besi yang cukup besar dengan jumlah deposit berupa sumberdaya
dan cadangan sekitar 5.110 juta ton. Secara nasional potensi sumber daya mineral tersebut
cukup besar tetapi menyebar di beberapa daerah dengan jumlah yang terbatas.
3.2 Saran
Dalam makalah ini,penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna seperti apa
yang diharapkan. untuk itu, jika terdapat kesalahan ataupun kekeliruan baik dalam segi
pengetikan,penulis sangat mengaharapkan kritikan dan saran-saran dari pembaca,dan
semoga kritikan dan saran-saran dari pembaca bisa membangun motivasi kami dalam
penulisan makalah yang akan datang. Akhirnya penulis ucapkan terimakasih.
13
DAFTAR PUSTAKA