Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KIMIA INDUSTRI

Kelompok I:

Anita Yusina Lero (084170010)

Gaudensia Selviana Moi (084170002)

Maria Setiawati Menge Bhadi (084170001)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA NIPA

MAUMERE

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan berkat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Industri Besi dan Baja.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Kimia Industri.Disamping itu,penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat
terealisasikanlah makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya dapat diperbaiki.Akhir kata
penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan penulis khususnya.

Maumere,9 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB 11 PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Proses Pembuatan Besi dan Baja.......................................................................3
2.2 Sumber Industri Besi dan Baja..........................................................................12
BAB 111 PENUTUP...........................................................................................................13
3.1 Kesimpulan........................................................................................................13
3.2 Saran..................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang


Bijih besi merupakan bahan baku pembuatan besi yang dapat berupa senyawa
oksida, karbonat, dan sulfida serta tercampur sengan unsur lain misalnya silikon. Bijih besi
diolah dalam tanur atau dapur tinggi untuk menghasilkan besi kasar. Besi kasar adalah bahan
baku untuk pembuatan besi cor (cast iron), besi tempa (wrought iron), dan (baja (steel).
Ketigaa macam bahan itu banyak dipakai dalam bidang teknik.
Baja adalah logam paduan antara besi dan karbon dengan kadar karbonnya secara
teoritis maksimum 1,7%. Besi cor adalah logam paduan antara besi  dan karbon yang
kadarnya 1,7% sampai 3,5%. Besi tempa adalah baja yang mempunyai kadar karbon rendah.
Dilihat dari kegunaannya maka besi dan baja campuran merupakan tulang punggung
peradaban modern saat ini untuk peralatan transportasi, bangunan, pertanian, dan peralatan
mesin.Karena kelimpahannnya di dalam masyarakat, besi sangat banyak dimanfaatkan
antara lain kemudahannya dalam perolehan atau proses penambangan bijihnya
dan ditemukan di banyak tempat (Canham dan overtone, 2003). Selain itu dari
segipenggunaannya, dalam bidang industri besi dapat digunakan pada pembuatan baja
(alloy) yang biasanya digunakan sebagai rangka dalam pembuatan jembatan dan gedung-
gedung. Di bidang kesehatan, besi diperlukan oleh tubuh (dalam darah) serta digunakan
sebagai zat tambahan pada berbagai jenis obat-obatan.
Dapat dipastikan bahwa produk besi dan baja tersebut mempunyai pengaruh bagi
kehidupan manusia lebih besar dari pada produk-produk logam lainnya. Oleh karena itu
dibutuhkan pembuatan besi dan baja dalam jumlah besar atau skala industri. Sumber utama
besi berada di alam, senyawa yang digunakan dalam pembuatan besi murni juga diambil dari
alam. Walaupun berlimpah, namun proses pengolahan senyawa besi ini menjadi sebuah
logam murni tidak mudah. Karena dibutuhkan energi yang cukup besar dan
peralatan yang cukup rumit.Dengan memproduksinya dalam skala industri, besi yang
didapatkan akan lebih murni dan biaya untuk memproduksinya juga akan lebih hemat karena
hasil yang didapatkan lebih banyak.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses cara pembuatan besi dan baja ?
2. Apa Sumber dari besi dan baja ?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami proses cara pembuatan besi dan baja ?
2. Untuk mengetahui Sumber dari besi dan baja ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Pembuatan


1. Baja
a. Pengertian Baja
Baja adalah logam alloy yang komponen utamanya adalah besi dengan karbon
sebagai material pengaloy utama. Karbon bekerja sebagai agen pengeras, mencegah atom
besi, yang secara alami teratu dalam lattice, begereser melalui satu sama lain.
Memvariasikan jumlah karbon dan penyebaran alloy dapat mengontrol kualitas baja. Baja
dengan peningkatan jumlah karbon dapat memperkeras dan memperkuat besi, tetapi juga
lebih rapuh.
Definisi klasik, baja adalah besi-karbon aloy dengan kadar karbon sampai 5,1 persen.
Ironisnya, alloy dengan kadar karbon lebih tinggi dari ini dikenal dengan besi. Sekarang ini
ada beberapa kelas baja di mana karbon diganti dengan material aloy lainnya, dan karbon,
bila ada, tidak diinginkan. Definisi yang lebih baru, baja adalah aloy berdasar-besi yang
dapat dibentuk secara plastik. Dan umumnya baja juga menjadi bahan pelapis rompi anti
peluru,yang dimana baja menjadi bahan pelapis bahan inti rompi tersebut, yaitu bahan milik
Kevlar.
Baja diproduksi didalam dapur pengolahan baja dari besi kasar baik padat maupun cair,
besi bekas ( Skrap ) dan beberapa paduan logam.
Keseluruhan proses dapat dibagi menjadi beberapa tahapan pengerjaan,
a. Proses pertama :
1. Komponen dasar : iron ore (biji besi), limestone (tanah kapur),coke (dibuat dari
coal, khusus untuk pembuatan steel) dimasukkan ke dalam blast furnance.
2. Coke : bahan bakar untuk furnance, dibuat dari coal dengan proses tertentu.
3. Cairan besi : (molten metal) yang panas di dalam furnance terpisah menjadi 2
bagian, yang atas adalah slag (wasted,impurities), dan yang bawah adalah besi
yang hendak dipakai. Besi yang dihasilkan ini kemudian dicetak menjadi pig iron.
Kadar C dalam pig iron bisa mencapai 2 % .
b. Proses kedua :
1. Pig iron dimasukkan ke dalam primary steelmaking furnace, bisa berupa oxygen
furnace, electricarc furnace, atau open hearth furnace. Ke dalam furnace ini,
berbagai bahan kimia ditambahkan untuk mendapatkan material properties yang
diinginkan. Seringkali scrap juga dimasukkan ke dalam furnace ini.

3
2. Didalam proses dengan oksigen, carbon di dalam molten metal bereaksi dengan
oksigen menghasilkan gas karbonmonoksida. Gas ini harus keluar, kalau tidak akan
membentuk gas pockets (rimming) saat menjadi dingin (rimmed steel). Untuk
menghindari, digunakan doxidizer : silicon, aluminum baja yang dihasilkan: killed
steel atau semi-killed steel.
3. Baja yang dihasilkan dicetak dalam bentuk slab, blom, atau billet.
c. Proses ketiga :
1. Baja yang telah dicetak dalam bentuk slab, blom, atau billet tersebut selanjutnya
dibentuk menjadi berbagai macam profit seperti H-beam,angle (siku), channel,
rel kereta, pelat,pipa (seamless pipe). Keseluruhan proses itu dapat dilakukan pada
satu lokasi pabrik baja yang besar dan dapat pula dilakukan pada sejumlah
pabrik yang terpisah. Misalnya ada pabrik yang hanya mengerjakan dri billet
sampai suatu barang setengah jadi.

b. Proses Pembuatan Baja


1. Proses Pembuatan Baja Dengan Proses Konvertor
Konvertor adalah bejana yang berbentuk bulat lonjong terbuat dari pelat baja.
Bagian dalam dilapisi dengan batu tahan api yang berfungsi untuk menyimpan panas
yang hilang sekaligusmenjaga supaya pelat baja tidak lekas aus. Bejana tersebut
dapat diputar pada Kedua porosnya. pada bagian bawah konvertor terdapat saluran-
saluran yang berdiameter antara 15 - 20 mmsebanyak 120 - 150 buah. Melewati poros
yang satu dialirkan udara yang bertekanan 1.5 – 2 atmosfer. Sedangkan pada poros yang
lain dihubungkan dengan roda gigi untuk mengatur kedudukan konvertor. Proses
pembuatan baja dapat diartikan sebagai proses yang bertujuan mengurangi kadar
unsur C, Si, Mn, P dan S dari besi mentah dengan proses oksidasi peleburan.
Konventer untuk proses “oksidasi berkapasitas antara 50-400 ton”. Besi kasar dari tanur
yang dituangkan ke dalam konventer disemburkan oksigen dari atas melalui pipa sembur
yang bertekanan kira-kira 12 atm.
Reaksi yang terjadi:
O2 + C → CO2
4
Penyemburan Oksigen berlangsung antara 10-20 menit.Penambahan waktu
penyemburan akan mengakibatkan terbakarnya C, P, Mn dan Si. Konvertor dibuat dari
plat baja dengan sambungan las atau paku keling. Bagian dalamnya dibuat dari batu
tahan api. Konvertor disangga dengan alat penyangga yang dilengkapi dengan trunnion
untuk mengatur posisi horizontal atau vertikal Konvertor. Pada bagian bawah konvertor
terdapat lubang-lubang angin (tuyer) sebagai saluran udara penghembus (air blast). Batu
tahan api yang digunakan untuk lapisan bagian dalam Konvertor dapat bersifat asam atau
basa tergantung dari sifat baja yang diinginkan.
Secara umum proses kerja konverter adalah:
a. Dipanaskan dengan kokas sampai suhu 15000C.
b. Dimiringkan untuk memasukkan bahan baku baja ( +1/8 dari volume konverter ).
c. Konverter ditegakkan kembali.
d. Dihembuskan udara dengan tekanan 1,5 – 2 atm dengan kompresor
e. Setelah 20 – 25 menit konverter dijungkirkan untuk mengeluarkan hasilnya.

Proses konventer dibagi menjadi dua, yaitu


1. Proses Konvertor Bessemer
Proses Bassemer diinginkan baja bersifat asam sehingga batu tahan apinya harus
bersifat asam (Misal: kwarsa atau aksid asam SiO2). Besi mentah cair yang
digunakan dalam proses Bessemer harus mempunyai kadar unsur Si <= 2%; Mn <=
1,5%; kadar unsur P dan S sekecil mungkin. Ketika udara panas dihembuskan lewat
besi mentah cair, unsur-unsur Fe, Si dan Mn terbakar menjadi oksidasinya. Sebagian
oksida besi yang terbentuk pada reaksi di atas akan berubah menjadi terak dan
sebagian lagi akan bereaksi dengan Si dan Mn.
Reaksi-reaksi di atas diikuti dengan kenaikan temperatur dari 1250 ke 1650 .
Dari reaksi di atas akan terbentuk terak asam kira-kira 40 - 50% Si O2. Periode ini
disebut periode pembentukan terak (“The slag forming period”). Periode ini
disebut juga periode “Silicon blow”. Periode ini berlangsung sekitar 4 - 5 menit
yang ditandai adanya bunga api dan ledakan keluar dari mulut Konvertor. Pada
periode ke dua yang disebut “The brilliant flame blow” atau “Carbon blow” dimulai
setelah Si dan Mn hampir semuanya terbakar dan keluar dari besi mentah cair.

5
Pada periode ke dua ini unsur C akan terbakar oleh panas FeO dengan reaksi yang
diikuti dengan penurunan temperatur + 50 - 80% dan berlangsung + 8 - 12 menit.
CO akan keluar dari mulut Konvertor dimana CO ini akan teroksider oleh udara
luar dengan ditandai dengan timbulnya nyala api bersinar panjang di atas Konvertor.
Periode ketiga disebut “Reddisk Smoke period” yang merupakan periode brilliant
flame terakhir Periode ini ditandai adanya Reddish smoke (nyala api ke merah-
merahan) keluar mulut Konvertor .Hal ini menunjukkan bahwa unsur campuran
yang terdapat dalam besi mentah telah keluar dan tinggal oksida besi FeO. Periode ini
berlangsung + 1 - 2 menit.Kemudian Konvertor diputar sehingga posisinya menuju
posisi horizontal, lalu ditambahkan oksider (ferromanganesh, ferrosilicon atau Al)
untuk mengikatO2 dan memadunya dengan baja yang dihasilkan.Baja Bessemer
yang dihasilkan dengan proses di atas mengandung sangat sedikit unsur C.Untuk
baja Bessemer, kadar unsur C dapat dinaikkan dengan cara: Berat logam pada proses
Bessemer ini akan berkurang + 8 – 12%. Hasil dari konvertor Bessemer disebut
baja Bessemer yang banyak digunakan untuk bahan konstruksi. Proses Bessemer
juga disebut proses asam karena muatannya bersifat asam dan batu tahan apinya
juga bersifat asam. Apabila digunakan muatan yang bersifat basa lapisan batu itu
akan rusak akibat reaksi penggaraman.
2. Proses Konvertor Thomas
Konvertor Thomas juga disebut konvertor basa dan prosesnya adalah proses
basa, sebab batu tahan apinya bersifat basa serta digunakan untuk mengolah besi
kasar yang bersifat basa. Muatan converter putih yang banyak mengandung
fosfor. Proses pembakaran sama dengan proses pada konvertor Bessemer hanya saja
pada proses Thomas fosfor terbakar setelah zat arangnya terbakar. Pengaliran udara
tidak terus-menerus dilakukan karena besinya sendiri akan terbakar. Pencegahan
pembakaran itu dilakukan dengan menganggap selesai prosesnya walaupun
kandungan fosfor masih tetap tinggi. Guna mengikat fosfor yang terbentuk pada
proses ini maka diberi bahan tambahan batu kapur agar menjadi terak.Terak yang
bersifat basa ini dapat dimanfaatkan menjadi pupuk buatan yang dikenal dengan
nama pupuk fosfat.
6
Hasil proses yang keluar dari konvertor Thomas disebut baja Thomas yang
biasa digunakan sebagai bahan konstruksi dan pelat ketel.
Proses Thomas disebut juga “Basic Bessemer Process” yaitu proses Bessemer
dalam keadaan basa. Proses ini memakai Converter yang di bagian dalamnya
dilapisi bahan tahan api (refractory) bersifat basa seperti dolomite (Mg CO 3 CaCO3).
Pertama-tama converter diisi dengan batu kapur, kemudian besi mentah (pig iron)
cair yang mengandung unsur phosfor (P) : 1,6 - 2% ; dan sedikit Si dan S (0,6% Si,
0,07 % S) Pada periode I (Slag forming period = Silicon blow) yaitu pada saat
penghembusan, unsur Fe, Si, Mn akan teroksider dan terbentuklah terak basa (basic
slag).Dengan adanya batu kapur, akan terjadi kenaikan temperatur, tetapi unsur
phosfor (P) yang terkandung dalam besi mentah belum dapat dipisahkan dari Fe. Pada
periode ke II (The brilliant flame blow = Carbon blow) yang ditandai dengan
adanya penurunan temperatur,dimana Carbon (C) akan terbakar, berarti kadar C
menurun. Jika kadar C tinggal 0,1 - 0,2%, maka temperatur akan turun menjadi 1400 0
C - 14200 C.Setelah temperatur turun menjadi 1400oC, mulailah periode ke III
(Reddish Smoke Periode) yaitu terjadinya oksidasi dari Fe secara intensif dan
terbentuklah terak.Peristiwa ini berlangsung + 3 - 5 menit, dan selanjutnya
terbentuklah terak Phospor [CaO)4.P2O5] yang diikuti kenaikan temperatur yang
mendadak menjadi 1600oC.Setelah periode ke III ini berakhir, hembusan udara panas
dihentikan dan converter dimiringkan untuk mengeluarkan terak yang mengapung
di atas besi cair. Kemudian diberi doxiders/deoxidising agents misalnya Ferro
Monggan,Ferro Silicon atau Aluminium untuk menghilangkan Oksigen (O2) serta
memberikan kadar Mn dan Si supaya diperoleh sifat-sifat tertentu dari baja yang
dihasilkan. Terak yang dihasilkan mengandung + 22 % P2O5 merupakan hasil ikatan
yang diperoleh dan dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.Baja yang dihasilkan
digunakan sebagai bahan dalam proses pengecoran seperti pembuatan baja tuang
atau baja profil (steel section) seperti baja siku,baja profil I, C.

2. Besi
Teknologi blast furnace dalam pembuatan Besi Proses dalam blast furnace:
1. Bahan baku dimasukkan dalam blast furnace melalui tutup yang berbentuk kerucut yang
bersusun
2. .Pemanasan cepat secara simultan di bagian bawah furnace
3. Pembakaran coke
Coke dibakar menggunakan udara panas menghasilkan karbon dioksida dan panas.
C + O2 ====> CO2 + Heat
4. Produksi karbon monoksida (agen reduksi)
Karbon dioksida bereaksi kembali dengan coke menghasilkan karbon monoksida.
CO2 + C ====> 2CO
5. Reduksi hematite
Karbon monoksida yang terbentuk mereduksi hematite menjadi besi
Fe2O3 + 3CO ====> 2Fe + 3CO2
6. Dekomposisi limestone
Limestone terdekomposisi dengan panas yang dihasilkan membentuk kalsium oksida dan
karbon diksida
CaCO3 ====> CaO + 3CO2

7. Pembentukkan slag
Kalsium oksida yang terbentuk bereaksi dengan pasir (impuritis asam) membentuk
kalsium silica yang disebut dengan slag Pada umumnya pembuatan besi dapat
dikategorikan dua macam, yaitu pembuatan besi secara konvensional dan non
konvensional. Pembuatan besi secara konvensional yaitu pengolahan bji besi di reduksi
secara tidak langsung, umumnya adalah Blast Furnace (yang akan dibahas dalam tulisan
ini). Untuk pembuatan besi secara non konvensional yaitu mereduksi bijih besih secara
langsung dengan menggunakan gas pereduksi seperti gas H 2 dan CO, pengembangan
teknologi ini yang terbesar adalah Midrex kemudian Hylsa.
Blast furnace digunakan untuk mengolah bijih besi untuk dijadikan besi kasar. Besi kasar
yang dihasilkan oleh dapur tinggi diolah kembali kedalam dapur, untuk dijadikan baja atau
baja tuang; juga besi tuang. Flowsheet teknologi ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

8
Bahan yang digunakan dalam proses dapur tinggi untuk menghasilkan besi kasar dari dapur
tinggi diperlukan bahan-bahan antara lain:
1. Iron ore : hematite umumnya, merupakan besi oksida Fe2O3 Bijih besi didapat dari
tambang setelah melalui proses pendahuluan. Bijih besi merupakan bahan pokok dari
blast furnace.
2. .Limestone : berupa kalsium karbonat, CaCO3 Batu kapur digunakan untluk mengikat
bahan-bahan yang ikut campur dalam cairan besi untuk menjadikan terak. Proses
pengikatan bahan yang ikut dalam cairan besi antara lain dapat dilihat pada reaksi kimia
sebagai berikut :
CaCO3 ====> CaO + CO2 (terak)
FeS + CaO + C =====> Fe + CaS + CO (terak)
Dengan adanya terak yang terletak di permukaan cairan-besi ini, terjadinya oksidasi
oleh udara dapat dihindari. Selain menggunakan batu kapur (CaCO3) murni, dapat juga
menggunakan dolomit yang merupakan campuran dari CaCO3 dan MgCO3
3. Hot air : pembakaran yang terjadi di bagian bawah furnace untuk menyediakan panas
dan oksigen
4. Coke : berasal dari batu bara yang kadar karbonnya tinggi Karakteristik coke dapat
digolongkan menjadi dua yaitu sifat fisik dan sifat kimia.
Sifat fisik seperti kekuatan coke, kestabilan coke dan kekuatan coke setelah reaksi. Sifat
kimia yang paling penting adalah kandungan air, fixed carbon, abu, sulfur, phosphor dan
alkali

9
Proses reduksi bijih besi yang berlangsung dalam blast furnace dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:

CaO + SiO2 ====> CaSiO2


Besi yang terbentuk mengendap dibagian bawah furnace dan lapisan slag berada di atasnya
sehingga melindungi besi dari oksidasi. Besi yang diperoleh dari proses ini disebut dengan
pig iron. Pembuatan besi dengan proses dapur tinggi.
Untuk memperoleh besi dari bijih besi dilakukan proses reduksi dengan menggunakan bahan
reduktor yang kuat(biasanya karbon) dan fluks dengan pemanasan. Fluks berfungsi sebagai
bahan pengikat kotoran sehiingga kotoran mudah mencair dan menjadi terak. Cara yang
selama ini banyak digunakan adalah dengan reduksi bertingkat yang dilakukan dalam dapur
tinggi (Blast Furnace). Cara lainnya adalah dengan reduksi langsung (DRI, Direct Reduction
Iron).

10
 Dapur Tinggi
Dapur tinggi terbuat dari susunan batu tahan api yang diperkuat dengan tiang-
tiang baja, Dalam dapur tinggi akan terjadi proses reduksi bijih besi menjadi besi kasar
(besi mentah). Selain itu juga reaksi-reaksi kimia yang menyertai proses reduksi tersebut.
Dapur tinggi berukuran tinggi 30 m garis tengan maksimum 7 m, garis tengah puncak
4,5 m, garis tengah bawah 4m. Dapur tinggi didirikan diatas fondasi yang diperkuat oleh
tiang-tiang baja. Bagian dalam dapur tinggi dilapisi batu tahan api yang mempunyai sifat
tahan terhdap suhu tinggi dan merupakan penyekat panas. Pada bagian atas dapur
terdapat corot pengisi yang bekerja bergantian sehingga kehilangan gas dapur tinggi
dapat dicegah. Serta dilengkapi dengan alat pemanas udara dan alat pemisah debu.
Gambar contoh dapur tinggi.

Bahan-bahan yang dimasukkan pada dapur tinggi : bijih besi, kokas, dan batu kapur.
Bahan ini disimpan dedekat dapur tinggi supaya pengisiannya mudah. Bahan-bahan
diangkut ke puncak dapur tinggi dengan alat pengangkut selapis demi selapis secara
terus-menerus.
Bahan-bahan pengisi daput tinggi ini akan mengalami proses fisika dan kimia sebagai
berikut:
1. Mula-mula dilakukan pemanasan pendahuluan, didalam dapur tinggi gas-gas hasil
pembakaran yang suhunya masih panas akan naik ke atas sambil memanaskan bahan-
bahan yang disikan., sehingga air dan zat-zat yang mudah menguap dalam zat-zat
pengisi akan segera menguap hingga bahan2 mencadi cukup kering.
2. Langkah berikutnya adalah proses reduksi, dalam dapur tinggi yang bertemperatur
antara 800C sd 1400C , akan terjadi serangkaian reaksi-reaksi kimia antara lain reaksi
reduksi bijih besi, reaksi pembakaran kokas, dan peruraian batu kapor. Karena
pengaruh udara panas kokas akan terbakar menurut reaksi
C+CO---------------CO2
Gas CO yang terjadi akan mereduksi bijih besi menurut reaksi sebagai berikut.
CO2+ C ----------------2CO
Gas CO yang terjadi akan mereduksi bijih besi menurut reaksi berikut.
Fe3O4 +CO ----------- 3FeO+CO2
Fe2O3 + CO ---------- 2 FeO + CO2

11
Kedua reaksi tersebut dinamakan reaksi tidak langsung. Pada daerah reduksi
juga terjadi peruraian batu kapur dan mungkin juga peruraian MgCO 2 ataupun
FeCO3 yang mungkin terdapat dalam batu kapur tersebut menurut reaksi berikut:
CaCO3 ----------------- CaO + CO2
MgCO3 --------------- MgO +CO2
FeCO3 ------------------ FeO + CO2
Gas CO2 hasil dari peruraian ini akan bersinggungan dan bereaksi dengan lapisan
kokas menurut reaksi berikut:
CO2 + C ----------------- 2CO
Kalau bijih besi mengandung mangan MnO + SiO2 -----------------MnSiO3
3. Langkah berikutnya adalah proses peleburan, Pada temperature 1400C sd 1600C
akan terjadi peleburan hasil reduksi tak langsung dan juga terjadi pembentukan terak.
Disamping itu juga akan terjadi reduksi langsung FeO oleh kokas. Reaksi kimia yang
terjadi pada daerah ini adalah sebagai berikut.
a) Reaksi langsung FO + C -------------------------------Fe + CO
b) Pembentukan terak CaO + SiO2 ---------------------- Ca SiO3
Karena berat jenis terak lebih ringan daripada berat jenis besi, maka terak akan
mengapung pada bagian atas. Besi mentah yang dihasilkan bukan merupakan besi murni
tetapi masih mengandung unsur yang lainnya yaitu karbon(C), yang berasal dari kokas,
sisilium (Si), Mangan(Mn), dan Phosphor (P) yang berasal dari bijih besi. Oleh karena itu
besi mentah masih harus mengalami proses pengerjaan lanjutan.

2.2 Sumber Besi dan Baja


Sumber Daya Alam (SDA) yang digunakan dalam industri baja adalah hasil tambang
berupa pasir besi (iron sand) dan bijih besi (iron ore). Indonesia memiliki potensi sumber
daya pasir besi dan bijih besi yang cukup besar dengan jumlah deposit berupa sumberdaya
dan cadangan sekitar 5.110 juta ton. Secara nasional potensi sumber daya mineral tersebut
cukup besar tetapi menyebar di beberapa daerah dengan jumlah yang terbatas. Potensi
tersebut memiliki karakteristik yang beragam, baik dari segi kualitas maupun jenis mineral
besi yang terkandung di dalamnya. Secara umum sumber daya untuk industri besi baja ini
dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis:
1) Biji besi primer atau biji besi magnetit-hematit, dengan deposit sebesar 881,8 juta ton
yang tersebar di Lampung, Sumatera Barat, Jambi, Belitung, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. Biji besi magnetit-hematit adalah biji besi
dengan kadar yang sangat bervariasi dari 25%Fe-67%Fe.
2) Biji besi laterit, dengan deposit sebesar 1.778,4 juta ton yang tersebar di Kalimantan
Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi tenggara, Maluku Utara dan Papua barat. Biji Besi
laterit merupakan hasil pelapukan sehingga banyak didominasi oleh mineral-mineral
guikt dan mengandung nikel. Kadar biji besi laterit juga bervariasi dapat juga
ditingkatkan kadarnya dengan berbagai macam teknologi peningkatan kadar.
3) Pasir besi, dengan deposit yang sangat besar yaitu sebesar 2.121 juta ton yang tersebar di
D.I Yogyakarta, Maluku Utara dan Papua. Pasir besi merupakan pasir dengan konsentrasi
besi yang signifikan Pasir ini terdiri dari magnetit, Fe3O4, dan juga mengandung
sejumlah kecil titanium, silika, mangan, kalsium dan vanadium.
12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Baja adalah logam alloy yang komponen utamanya adalah besi dengan karbon sebagai
material pengaloy utama.
Definisi klasik, baja adalah besi-karbon aloy dengan kadar karbon sampai 5,1 persen.
Ironisnya, alloy dengan kadar karbon lebih tinggi dari ini dikenal dengan besi. Sekarang ini
ada beberapa kelas baja di mana karbon diganti dengan material aloy lainnya, dan karbon,
bila ada, tidak diinginkan. Definisi yang lebih baru, baja adalah aloy berdasar-besi yang
dapat dibentuk secara plastik. Dan umumnya baja juga menjadi bahan pelapis rompi anti
peluru,yang dimana baja menjadi bahan pelapis bahan inti rompi tersebut, yaitu bahan milik
Kevlar.
Pada umumnya pembuatan besi dapat dikategorikan dua macam, yaitu pembuatan besi
secara konvensional dan non konvensional. Pembuatan besi secara konvensional yaitu
pengolahan bji besi di reduksi secara tidak langsung.
Sumber Daya Alam (SDA) yang digunakan dalam industri baja adalah hasil tambang
berupa pasir besi (iron sand) dan bijih besi (iron ore). Indonesia memiliki potensi sumber
daya pasir besi dan bijih besi yang cukup besar dengan jumlah deposit berupa sumberdaya
dan cadangan sekitar 5.110 juta ton. Secara nasional potensi sumber daya mineral tersebut
cukup besar tetapi menyebar di beberapa daerah dengan jumlah yang terbatas.

3.2 Saran
Dalam makalah ini,penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna seperti apa
yang diharapkan. untuk itu, jika terdapat kesalahan ataupun kekeliruan baik dalam segi
pengetikan,penulis sangat mengaharapkan kritikan dan saran-saran dari pembaca,dan
semoga kritikan dan saran-saran dari pembaca bisa membangun motivasi kami dalam
penulisan makalah yang akan datang. Akhirnya penulis ucapkan terimakasih.

13
DAFTAR PUSTAKA

Proses pembuatan Baja | Naomi Oktriani Damanik - Academia.eduwww.academia.edu


proses pembuatan besi dan baja| ginanjar dwiez - Academia.eduwww.academia.edu
http://eresources.pnri.go.id/e-resources.pnri.go.id
proses pembuatan besi dan baja - Google Cendekia scholar.google.com

Anda mungkin juga menyukai