Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) adalah sejenis kerapu yang

menghuni perairan Indo-pasifik. Bersama-sama dengan kerapu kertang, ikan

ini merupakan ikan tangkap yang populer di Nusantara. Ikan yang berstatus

terancam punah karena rusaknya habitat ini menghuni perairan terbuka, laut

dangkal, kawasan pasang-surut, terumbu karang, dan laguna pantai.

Ikan Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan salah satu

komuditas perikanan yang mempunyai peluang baik dipasarkan domestik

maupun pada Internasional dan selain itu nilai jualnya cukup tinggi. Eksport

ikan kerapu melaju pesat sebesar 350% yaitu dari 19 ton pada tahun 1987

menjadi 57 ton pada tahun 1988 (Deptan, 1990).

Ikan kerapu mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk

dibudidayakan karena pertumbuhannya cepat dan dapat diproduksi massal

untuk melayani permintaan pasar ikan kerapu dalam keadaan hidup.

Berkembangnya pasaran ikan kerapu hidup karena adanya perubahan selera

konsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan hidup, telah

mendoronng masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar ikan kerapu

melalui usaha budidaya.

1
Budidaya ikan kerapu telah dilakukan dibeberapa tempat di Indonesia, namun

dalam proses pengembangannya masih menemui kendala, karena

keterbatasan benih. Selama ini para petani nelayan masih mengandalkan

benih alam yang sifatnya musiman.

Namun sejak tahun 1993 ikan kerapu macan(Epinephelus fuscoguttatus)

sudah dapat dibenihkan, Balai Budidaya Laut Lampung sebagai unit

Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan, telah melakukan upaya

untuk menghasilkan benih melalui pembenihan buatan manipulasi lingkungan

dan penggunaan hormon.

B. Rumusan Masalah

Upaya menjaga kelestarian ikan kerapu macan adalah dengan melakukan

pembenihan. Selain itu, pembenihan ikan kerapu macan juga dapat membantu

memenuhi ketersediaan di alam, memenuhi permintaan pasar baik domestik

dan internasional, dan menjadikan peluang bisnis baru yang menjanjikan.

Untuk mempermudah pembahasan dalam setiap permasalahan, Penulis

merumuskan permasalahan yang ada dalam beberapa rumusan masalah, yaitu:

1. Apa kegiatan yang dilakukan dalam pembudidayaan ikan kerapu macan ?

2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pembudidayaan ikan kerapu

macan ?

3. Bagaimana cara mengatasi kendala yang dihadapi dalam pembudidayaan

ikan kerapu macan ?

2
C. Tujuan

Dalam penyusunan Laporan Studi Wisata ini penulis memiliki tujuan umum,

antara lain:

1. Agar pembaca dapat mengetahui kegiatan yang dilakukan dalam

pembudidayaan ikan Kerapu Macan

2. Agar pembaca dapat mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam

pembudidayaan ikan Kerapu Macan

3. Agar pembaca dapat mengetahui cara mengatasi kendala yang dihadapi

dalam pembudidayaan ikan Kerapu Macan

Selain itu penulis memiliki tujuan khusus dalam penyusunan Laporan Studi

Wisata ini, antara lain:

1. Agar menambah wawasan tentang cara pembudidayaan ikan Kerapu

Macan

2. Agar menambah pengalaman tentang dunia usaha khususnya di bidang

kelautan

D. Kegunaan

Dalam penyusunan Laporan Studi Wisata ini, penulis bertujuan agar karya

tulis ini memiliki kegunaan, antara lain:

1. Agar dapat menambah wawasan tentang pembudidayaan ikan Kerapu

Macan

2. Agar dapat mengetahui kegiatan yang dilakukan dalam pembudidayaan

ikan Kerapu Macan

3. Agar dapat mengetahui kendala yang dihadapi dalam pembudidayaan

ikan Kerapu Macan

3
4. Agar dapat mengetahui cara mengatasi kendala yang dihadapi dalam

pembudidayaan ikan Kerapu Macan

E. Metodologi

Penyusunan Laporan Studi Wisata ini menggunakan beberapa metode dalam

pengumpulan data, antara lain:

1. Observasi

Yaitu penulis mengumpulkan data ...........dengan cara mengunjungi Balai

Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung.

2. Wawancara

Yaitu dengan mewawancarai langsung petugas di objek wisata. Dengan

metode ini, penulis dapat memperoleh informasi .....tentang....secara

langsung dari Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung.

3. Study pustaka

Yaitu dilakukan dengan cara mencari sumber dari internet. Dengan metode

ini, penulis memperoleh informasi atau data ........ yang diperlukan dalam

penyusunan karya tulis ini.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah memahami isi laporan karya tulis ini, maka penulis

menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB 1 Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Permasalahan

4
C. Tujuan

D. Kegunaan

E. Metodologi

F. Sistematika Pembahasan

BAB II Pembahasan

Berisi tentang pembudidayaan ikan Kerapu Macan, kendala

yang dihadapi dan cara mengatasinya serta di Balai Besar

Budidaya Laut Lampung.

BAB III Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

Penulis mengumpulkan data dengan mengunjungi lokasi Balai Besar

Pengembangan Budidaya Laut Lampung (BBPBL) yang terletak dikawasan

teluk hurun desa hanura kecamatan padang cermin kabupaten pesawaran,

Teluk hurun merupakan teluk kecil yang memiliki luas sekitar 1,5 km2 dengan

panjang 1,5 km dan lebar 1 km.memiliki dasar perairan yang landai pada

bagian barat daya dan selatan dengan kedalaman kurang dari 5 m.Sedangkan

dasar peairan sekitar tenggara atau pada mulut teluk cukup dalam yaitu

10-15 m.

Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampug (BBPBL) memiliki luas

sekitar 6 hektar,barjarak sekitar 1 km dari teluk hurun, batas wilayah BBPBL

yaitu:

Utara : Desa sukajaya Lempasing

Selatan : Desa Sidodadi

Barat : Desa Hurun

Timur : Teluk Betung

Balai Besar Perikanan Laut Lampung didirikan tahun 1982, memiliki

bangunan lebih dari 20 bangunan dengan sejumlah tambak. Untuk menunjang

pelaksanaan program pengembangan budidaya laut di Indonesia berdasarkan

KEPPRES RI No.23 Tahun 1982 dan SK. Menteri Pertanian Nomor A 437

6
Ikpts/Uml7/1982, pada tahun 1982 Direktorat Jenderal Perikanan telah

merintis pembentukan Balai Budidaya Laut Lampung (BBL).

Pada awalnya BBL memperoleh bantuan teknis dari FAO/UNDP melalui

Seafarming Development Project INS/81/008 selama 6 tahun (1983-1989).

BBL ditetapkan secara resmi berdasarkan SK. Menteri Pertanian Nomor

347/Kpts/0T.2101 10/811986 tanggal 5 Agustus 1986, SK Menteri Eksplorasi

Laut dan Perikanan Nomor 61 Tahun 2000 tanggal 31 Juli 2000 dan SK

Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.26F/MEN/2001. Sejak 1

Januari 2006 Balai Budidaya Laut berubah menjadi Balai Besar

Pengembangan Budidaya Laut berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor PER.07/MEN/2006. Berdasarkan Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan No.6IPERMEN-KP/2014 tanggal 3 Februari 2014

Dirubah menjadi Balai Besar Perikanan Budidaya Laut, yang mempunyai

tugas melaksanakan penerapan tehnik pemberian dan pembudidayaan ikan

laut serta pelestarian sumber daya induk atau benih ikan laut dan lingkungan.

B. Hasil Pengamatan

Berdasarkan Pengamatan, ikan Kerapu Macan memiliki ciri-ciri morfologi

yaitu memiliki bentuk tubuh pipih, lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang

tubuh dan tinggi tubuh, rahang atas dan bawah di lengkapi dengan gigi yang

lancip dan kuat, mulut lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit

menonjol melebihi bibir atas,sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung

tunggal dan memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih

7
sama dengan yang berjari-jari lunak, posisi sirip perut berada di bawah sirip

dada, badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid.

Ikan kerapu genus Epinephelus tubuh ditutupi oleh bintik-bintik bewarna

cokelat atau kuning, merah atau putih, tinggi badan pada sirip punggung

pertama biasanya lebih tinggi dari pada sirip dubur, sirip ekor berbentuk

bundar.

Ikan ini termasuk ikan pemakan aktif dan sensitif terhadap perubahan kualitas

air yang fluktuatif, perlu cahaya tetapi tidak langsung dari matahari, berenang

di dasar air dengan temperatur optimal 26 derajat celcius, panjang rata-rata

maksimal 90 cm. Tubuh kerapu macan dipenuhi sisik yang berukuran kecil

yang berbentuk sikloid.Ikan kerapu macan mempunyai ukuran tubuh yang

relatif lebih besar dan pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan jenis

ikan kerapu lainnya. Habitat ikan kerapu macan adalah pntai yang banyak

ditumbuhi alga jenis reticulata dan Gracilaria sp.

C. Pembahasan

1. Kegiatan Pembudidayaan ikan Kerapu Macan

a. Teknik Pembenihan

1) Sarana Pembenihan:

8
a) Induk sebanyak 5 ekor dan 2 ekor jantan. Induk jantan

berukuran panjang 77-78 cm danberat 9,5-11 kg/ekor. Induk

betina berukuran panjang 60-70 cm dan berat 5,3-7,8 kg/ekor.

b) Pakan induk berupa ikan segar dari jenis selar, japuh dan

jantan yang kandungan proteinnya tinggi dan kandungan

lemaknya rendah.

c) Kurungan apung untuk pemeliharaan induk berukuran 3 x 3

x 3 m3.

d) Bak pemijahan dangan kapasitas 100 ton.

e) Bak penetasan sekaligus juga merupakan bak pemeliharaan

larva yang berukuran 4 x 1 x 1 m3 terbuat dari beton,

berbentuk empat persegi panjang.

2) Metode

Metoda yang digunakan adalah manipulasi lingkungan. Untuk

merangsang terjadinya perkawinan antara jantan dengan induk

betina matang kelamin digunakan metoda manipulasi

lingkungan di bak terkontrol. Teknik pemijahan dengan

manipulasi lingkungan ini dikembangkan berdasarkan

pemijahan ikan kerapu di alam, yaitu dengan rangsangan atau

kejutan faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kadar garam,

kedalaman air dan lain-lain. Pemijahan mengikuti fase

peredaran bulan; pada saat bulan terang atau bulan gelap.

9
b. Pemeliharaan Induk

Induk ikan kerapu yang dipijahkan dipelihara di laut dalam

kurungan apung dengan padat penebaran induk 7,5 – 10 kg/m3.

Pakan yang diberikan berupa ikan rucah segar berkadar lemak

rendah. Diluar pemijahan ikan, takaran pakan yang diberikan

sebesar 3 – 5% dari total berat badan ikan/hari, sedangkan pada

musim pemijahan diturunkan menjadi 1%. Disamping itu diberikan

pula vitamin E dengan dosis 10 – 15 mg/ekor/minggu.

c. Sex reversal

Kerapu termasuk ikan yang “hermaprodit protogyni”, yaitu pada

kehidupan awal belum ditentukan jenis kelaminnya. Sel kelamin

betina terbentuk setelah berumur 2 tahun dengan panjang 50 cm

dan berat 5 kg. Sel kelamin betina berubah menjadi sel kelamin

jantan pada umur 4 tahun dengan panjang tubuh sekitar 70 cm dan

berat 11 kg. Pada kenyataannya lebih banyak ditemui ikan kerapu

jantan atau mempercepat perubahan kelamin dari betina ke jantan

dapat dipacu/dirangsang dengan hormon testosteron. Pemberian

hormon testosteron dilakukan secara oral melalui makan setiap

minggu, diikuti dengan penambahan multivitamin.Takaran yang

diberikan adalah :

1. Hormon testosteron 2 mg/kg induk

2. Multivitamin 10 mg/kg induk

10
d. Seleksi Induk

Kematangan kelamin induk jantan ikan kerapu diketahui dengan

cara mengurut bagian perut ikan (stripping) ke arah awal sperma

yang keluar warna putih susu dan jumlahnya banyak diamati untuk

menentukan kualitasnya. Kematangannya kelamin induk betina

diketahui dengan cara kanulasi, yaitu memasukkan selang plastik

ke dalam lubang kelamin ikan, kemudian dihisap.Telur yang

diperoleh diamati untuk mengetahui tingkat kematangannya, garis

tengah (diameter) telor diatas 450 mikron.

e. Pemijahan

1) Induk kerapu matang kelamin dipindahkan ke bak pemijahan

yang sebelumnya telah diisi air laut bersih dengan ketinggian

1,5 m dan salinitas 32%.

2) Manipulasi lingkungan menjelang bulan gelap yaitu dengan cara

menaikkan dan menurunkan permukaan/tinggi air setiap

harinya. Mulai dari jam 09.00 sampai 14.00 permukaan air

diturunkan sampai kedalaman 40 cm dari dasar bak. Setelah jam

14.00 permukaan air dikembangkan ke posisi semula (tinggi air

1,5m). Perlakuan ini dilakukan terus menerus sampai induk

memijah secara alami.

3) Rangsangan hormonal induk kerapu matang kelamin disuntik

dengan hormon Human Chorionic Gonadotropin (HSG) dan

11
Puberogrn untuk merangsang terjadinya pemijahan. Takaran

hormon yang diberikn adalah:

 HSG 1.000-2.000 IU/kg induk

 Puberogen 150-225 RU/kg induk

a) Pengamatan pemijahan ikan dilakukan setiap hari setelah

senja sampai malam hari. Pemijahan umumnya terjadi pada

malam hari antara jam 22.00-24.00 WIB.

b) Bila diketahui telah terjadi pemijahan, telur segera dipanen

dan dipindahkan ke bak penetasan. Bak pemeliharaan larva.

c) Penetasan telur

Bak yang digunakan untuk penetasan telur sekaligus juga

merupakan bak pemeliharaan larva, terbuat dari beton,

berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 4x1x1 m3.

Tiga hari sebelum bak penetasan/bak pemeliharaan larva

digunakan, perlu dipersiapkan dahulu dengan cara dibersihkan

dan dicuci hamakan memakai larutan chlorine ( Na OCI ) 50-

100 ppm. Setelah itu dinetralkan dengan menambah larutan

natrium thiosulfat sampai bau yang ditimbulkan chlorine hilang.

Air laut dengan kadar garam 32% dimasukkan ke dalam bak,

satu hari sebelum larva dimasukkan dengan maksud agar suhu

badan stabil berkisar antara 27-28ºC. Telur hasil pemijahan

dikumpulkan dengan sistem air mengalir. Telur yang dibuahi

akan mengapung dipermukaan air dan bewarna jernih

( transparan ). Sebelum telur ditetaskan perlu direndam dalam

12
larutan 1-5 ppm acriflvin untuk mencegah serang bakteri. Padat

penebaran telur di Bak Penetasan berkisar 2-60 butir/liter air

media. Ke dalam bak penetasan perlu ditambahkan Chlorella sp

sebanyak 50.000- 100.000 sel/ml untuk menjaga kualitas air.

Telur akan menetas dalam waktu 18-22 jam setelah pemijahan

pada suhu 27-28ºC dan kadar garam 30 – 32 %.

f. Perkembangan dan Pe

g.

h. meliharaan Larva

1) Perkembangan larva

Larva yang baru menetas terlihat transparan, melayang-

melayang dan gerakannya tidak aktif serta tampak kuning telur

dan oil globulenya. Larva akan berubah bentuk menyerupai

kerapu dewasa setelah berumur 31 hari.

Adapun perkembangan larva kerapu dari umur 1 hari (D1)

sampai umur 31 hari (D31) dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan larva ikan kerapu.

13
Hari ke Tahap Perkembangan Panjang(mm)

MD1 a Larva s baru menetas


a transparan,
k melayang
r i 1,89
t – 2,11i s k
dan tidak aktif.
D3 Timbul bintik hitam di kepala dan pangkal 2,14 – 2,44

perut.
D7-8 Timbul calon sirip punggung yang keras dan 7,98 – 8,96

panjang.
D9-11 Timbul calon sirip punggung yang keras dan 15,88-17,24

panjang.
D15-17 Duri memutih, bagian ujung agak 17,2-18,6

kehitaman.
D23-26 Sebagian duri mengalami reformasi dan 20,31-22,64

patah, pada bagian ujung tumbuh sirip awal

lunak.
D29-31 Sebagian larva yang pertumbuhannya capat 22,40-23,42

telah berubah menjadi burayak (juvenil),

bentuk dan warnanya telah menyerupai ikan

dewasa.

9 hari (D9), dimana pada saat itu mulai terjadi perubahan bentuk tubuh yang

sangat panjang dan spesifik, sampai pada hari ke 20 (D20) larva berkembang

dengan baik dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda kematian, akan

tetapi memasuki hari ke 22 (D22), 23 (D23) sebagian dari larva baik yan

masih kecil maupun yang sudah besar mulai nampak adanya kematian.

Diawali dengan adanya gerakan memutar (whirling) yang tidak terkendali

kemudian terbalik lalu mati. Pada kasus tersebut diupayakan dengan cara

merubah pakan Artemia dengan kandungan W3 HUFA yang lebih tinggi.

Dari kasus ini tentunya dapat diajukan suatu hepotesa sementara bahwa

14
kurannya unsur tertentu pada larva kerapu dalam waktu yang

cukup lama akan mempengaruhi kondisi fisik dan

kelangsungan hidup larva.

2) Pemeliharaan larva

Larva kerapu yang baru menetas mempunyai cadangan

makanan berupa kuning telur. Pakan ini akan dimanfaatkan

sampai hari ke 2 (D2) setelah menetas dan selama kurun waktu

tersebut larva tidak memerlukan dari luar. Umur 3 hari (D3)

kuning telur mulai terserap habis, perlu segera diberi pakan

dari luar berupa Rotifera Brachionus Plicatilis dengan

kepadatan 1 – 3 ekor/ml. Disamping itu ditambahkan pula

Phytoplankton chlorella sp dengan kepadatan antara 5.10 – 10

sel/ml. Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari

(D16) dengan penambahan secara bertahap hingga mencapai

kepadatan 5 – 10 ekor/ml plytoplankton 10 – 2.10 sel/ml

media. Pada hari kesembilan (D9) mulai diberi pakan naupli

artemia yang baru menetas dengan kepadatan 0,25 – 0,75

ekor/ml media. Pemberian pakan naupli artemia ini dilakukan

sampai larva berumur 25 hari (D25) dengan peningkatan

kepadatan hingga mencapai 2 – 5 ekor/ml media. Disamping

itu pada hari ke tujuh belas (D17) larva mulai diberi pakan

Artemia yang telah berumur 1 hari, kemudian secara bertahap

pakan yang diberikan diubah dari Artemia umur 1 hari ke

15
Artemia setengah dewasa dan akhirnya dewasa sampai larva

berumur 50 hari.

i. Pengelolaan Kualitas Air

Bak penetasan telur yang sekaligus merupakan bak pemeliharaan

larva perlu dijaga kualitas airnya dengan penambahan

phytoplankton Chlorella, dengan kepadatan 5.10 3 – 10 4 sel/ml.

Phytoplankton akan menggeliminir pembusukkan yang

ditimbulkan oleh telur yang tidak menetas dan sisa cangkang telur

yang ditinggalkan. Pembersihan dasar bak dengan cara penyiponan

dilakukan pada hari pertama dengan maksud untuk membuang sisa-

sisa telur yang tidak menetas dan cangkang telur. Penggantian air

dilaksanakan pertama kali pada saat larva berumur 6 hari (D6)

yaitu sebanyak 5 – 10%. Penggantian air dilakukan setiap hari dan

dengan bertambahnya umur larva, maka volume air yang perlu

diganti juga semakin banyak. Pada saat larva telah berumur 30 hari

(D30) pengganti air dilakukan sebanyak 20% dan bila larva telah

berumur 40 hari (D40) air yang diganti sebanyak 40%.

2. Kendala yang dihadapi dalam pembudidayaan ikan Kerapu macan

a. Penyakit

Lingkungan budidaya terutama sifat fisik, kimia dan biologi

perairan akan sangat mempengaruhi keseimbangan larva dan

organisme penyebab penyakit. lingkungan yang kurang baik akan

16
menyebabkan larva mudah stres dan menurunkan daya tahan tubuh

terhadap penyakit. Larva yang mengalami stres mudah sekali

terkena virus yang dapat menyebabkan kematian secara massal.

Ciri-ciri umum adanya serangan penyakit adalah ikan kehilangan

nafsu makan. Biasanya sering berenang di permukaan air karena

gelembung renang membengkak. Kerapu kadang-kadang

mengalami sirip busuk dan borok, hal ini terjadi terutama akibat

infeksi bakteri.

1) Oleh virus

serangan penyakit oleh virus, seperti infeksi oleh Viral

Nervous Necrosis (VNN) dan Iridovirus. Sesekali terjadi

serangan penyakit, akan terjadi mortalitas yang tinggi.

2) Oleh Parasit dan non parasit

Parasit dan non parasit dapat menyebabkan timbulnya penyakit

pada ikan. Timbulnya penyakit atau gejala sakit sangat

dipengaruhi oleh kondisi tubuh ikan sendiri dan cara

penyerangan dari parasit tersebut

Penyakit parasiter tidak menyebabkan kematian pada ikan dalam

waktu yang singkat, tetapi memerlukan waktu inkubasi untuk

menjadi epizootic. Penyakit kelompok bakteri, jamur, virus dan

17
protozoa lebih cepat menimbulkan epizootic bila dibandingkan

dengan arthopoda. Sedangkan penyakit helminthes (cacing) jarang

menimbulkan wabah atau kematian.

Penyakit yang sering menyerang kerapu macan adalah penyakit

akibat serangan parasit, seperti :

a) Parasit Crustacea dan Flatworm

b) Penyakit akibat protozoa, seperti : Cryptocariniasis dan

Broollynelliasis

c) Penyakit akibat jamur, seperti: Saprolegniasis dan

Icththyosporidosis

d) Penyakit akibat serangan bakteri

e) Penyakit akibat serangan virus, seperti : VNN (Viral

Neorotic Nerveus).

b. Parameter Lingkungan

parameter lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

ketahanan larva terhadap penyakit antara lain: suhu air, salinitas,

pH, oksigen terlarut, amonia, nitrit, bahan organik dan beberapa

senyawa yang bersifat racun seperti pestisida dan logam berat.

3. Cara Mengatasi Kendala yang dihadapi dalam pembudidayaan

ikan Kerapu macan

a. Mengatasi Penyakit

18
Penyakit ikan akan terjadi karena ikan sebagai substrat bagi

berbagai macam pathogen, yakni baik yang hidup di dalam

tubuh maupun di luar tubuh. Serangan patogen pada ikan

tergantung habitat dari patogen tersebut. Karena itu, Kondisi

observasi sangat penting untuk mendeteksi ada atau tidaknya

penyakit pada ikan.

Selain itu peralatan dan tempat pemeliharaan yang kurang

diperhatikan kebersihannya mempengaruhi adanya parasit atau

virus, untuk itu dilakukan pembersihan secara teratur pada bak

air yang digunalan untuk membiakkan ikan kerapu macan, dan

sebaiknya peralatan yang digunakan untuk menangani atau

mengankut ikan diseterilkan terlebih dahulu untuk membunuh

parasit atau penyakit.

b. Mengatasi masalah Parameter Lingkungan

Dengan melakukan pengukuran kualitas air (suhu, salinitas,

pH, oksigen terlarut, amoniak, amonium sulfat, nitrit, nitrat,

chlorin, dsb) dilakukan dengan menggunakan termometer

untuk suhu, refractometer untuk mengukur salinitas, pH meter

untuk mengukur pH, DO meter untuk mengukur oksigen

terlarut dan water quality test kit untuk mengukur kualitas air

lainnya disesuaikan dengan petunjuk kerja dari masing-masing

alat yang digunakan.Selain itu, menjaga kebersihan tempat dan

mengetahui sifat serta habitat ikan kerapu macan secara

mendalam. misalnya, ikan ini memerlukan cahaya tetapi tidak

19
langsung dari matahari, berenang di dasar air dengan

temperatur optimal 26°C.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan karya tulis ini penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Kegiatan yang dilakukan dalam pembudidayaan ikan kerapu macan antara

lain : sarana pembenihan, metode, pemeliharaan induk, sex reversal, seleksi

induk, pemijahan, perkembangan dan pemeliharaan larva, serta pengelolaan

kualitas air.

2. Kendala yang dihadapi dalam pembudidayaan ikan kerapu macan antara lain:

penyakit dan parasit, parameter lingkungan.

3. Cara mengatasi kendala yang dihadapi dalam pembudidayaan ikan kerapu

macan antara lain : mengatasi penyakit dan parasit serta mengatasi parameter

lingkungan.

4. Tingkat keberhasilan pembudidayaan ikan kerapu macan meningkat tiap tahun

yaitu dengan produksi berkisar 150.000 – 400.000 ekor dengan tingkat

kelangsungan hidup benih berkisar 0-40% atau rata-rata mecapai 4%.

B. Saran

Dalam kesempatan ini penulis memberi saran yaitu:

1. Sarana dan prasarana di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung perlu

ditingkatkan perawatannya.

2. Teknologi budidaya ikan kerapu macan perlu ditingkatkan dan dipublikasikan

guna membuka lapangan kerja sehingga hasil budidaya dapat menyaingi hasil

tangkapan alam.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/kerapu macan

http://www.duniaikanku.com/2015/10/ikan-kerapu-epinephelus-sp-

umumnya.html

https://konsumenikan.wordpress.com/budidaya-perikanan/budidaya-ikan-kerapu-

macan/

www.djpb.kkp.go.id. 2013. Melihat Lebih Dekat Pengembangan Budidaya

Kerapu di Indonesia

Ditjen Perikanan Budidaya http://kerapu/7%20(Tujuh)%20Alasan%20Melakukan

%20Budidaya%20Kerapu.

22

Anda mungkin juga menyukai