Berdasarkan jurnal (Sepahvand dkk., 2017) terdapat beberapa tanaman herbal yang memiliki
aktivitas antijamur sebagai terapi untuk pengobatan penyakit kulit Tinea Versicolor, seperti kunyit, jintan
hitam, bawang putih, dan lidah buaya. Tanaman herbal tersebut memiliki senyawa aktif yang memiliki
mekanisme kerja sehingga bisa menghambat pertumbuhan jamur atau mematika jamur tersebut.
Berikut beberapa penelitian yang menjelaskan mengenai farmakologi tanaman-tanaman tersebut :
Gambar 1 Aktivitas antijamur A. hirtifolium dan A. sativum (sebagaimana tercermin oleh zona hambat (mm)) terhadap isolat
klinis C. tropicalis dengan uji kerentanan difusi cakram pada konsentrasi 100 mg / ml setelah inkubasi 24 jam pada 35 ° C.
Uji in vivo
Pada uji in vivo menunjukkan bahwa A. sativum efisien dalam menghambat jamur candida tropicalis.
Hasil penentuan beban jamur di ginjal pada titik waktu yang berbeda menunjukkan penurunan CFU / g
yang signifikan dalam jaringan (p<0.05) mulai dari hari ke-2 post-infection (Diba dan Alizadeh, 2018).
Gambar 2 Beban jamur jaringan (Log10 CFU / g jaringan ginjal ± SD) diperoleh dari tikus yang terinfeksi C. tropicalis ATCC 750
dan diobati dengan A. hirtifolium dan A. sativum.
In vivo
Pada studi in vivo pada mencit yang diberikan ekstrak cair Nigella sativa
menunjukkan pemeriksaan histologis mengkonfirmasi pola aktivitas ini. Ini
menunjukkan bahwa ekstrak tanaman berair tidak memiliki aktivitas fungisida
langsung, melainkan aksinya dengan mempotensiasi sistem kekebalan, yang
jelas menjadi aktif setelah terpapar dengan organisme yang menginfeksi.
aktivitas imunopotensiasi juga telah diamati dalam ekstrak air tanaman ini.
Telah ditunjukkan bahwa jalur kandidasida pada neutrofil tikus tergantung nitrat
oksida (NO). NO bertanggung jawab untuk pertahanan terhadap patogen yang
bertahan dan berkembang biak di lingkungan intraseluler dari berbagai jenis sel
somatic. Ada kemungkinan bahwa ekstrak tanaman mengandung bahan aktif,
yang dapat secara langsung merangsang granulosit dan monosit untuk
menghasilkan NO, yang pada gilirannya membunuh Candida albicans. Ekstrak
berair yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada zat yang
larut dalam air, yang mungkin mengaktifkan NO dalam neutrofil dan makrofag
yang mengarah ke aktivitas antijamur yang sangat baik (Khan dkk., 2003).
DAFTAR PUSTAKA
Anand, D. dan S. Periyasamy. 2015. ( LINN .) seed extract and it ’ s phytochemical screening using gc- a
study on the in vitro antifungal activity of nigella sativa ( linn .) seed extract and it ’ s phytochemical
screening using gc-ms analysis . (July)
Diba, A. dan F. Alizadeh. 2018. In vitro and in vivo antifungal activity of allium hirtifolium and allium
sativum. Avicenna Journal of Phytomedicine. 8(5):465–474.
Ekpenyong, C. E., E. Akpan, dan A. Nyoh. 2015. Ethnopharmacology, phytochemistry, and biological
activities of cymbopogon citratus (dc.) stapf extracts. Chinese Journal of Natural Medicines.
13(5):321–337.
Geweely, N. S. dan S. Y. M. Alakilli. 2012. Effect of the purification of antidermatophytic proteins from
nigella sativa on four zoophilic species. 11(39):9422–9434.
Khan, M. A. U., M. K. Ashfaq, H. S. Zuberi, M. S. Mahmood, dan A. H. Gilani. 2003. The in vivo antifungal
activity of the aqueous extract from nigella sativa seeds. Phytotherapy Research. 17(2):183–186.
Kishore, N., A. K. Mishra, dan J. P. N. Chansouria. 1993. Fungitoxicity of essential oils against
dermatophytes: die fungitoxizität ätherischer öle gegen dermatophyten. Mycoses. 36(5–6):211–
215.
Li, W. R., Q. S. Shi, H. Q. Dai, Q. Liang, X. B. Xie, X. M. Huang, G. Z. Zhao, dan L. X. Zhang. 2016. Antifungal
activity, kinetics and molecular mechanism of action of garlic oil against candida albicans. Scientific
Reports. 6:1–9.
Sepahvand, A., H. Eliasy, H. Rahimi, M. Asadolahi, S. M. M. Fard, A. Saeedi-Boroujeni, dan S. Heidari-
Soureshjani. 2017. Phytotherapy for tinea versicolor. International Journal of Health Medicine and
Current Research-Ijhmcr. 2(04):592–599.
Shokri, H. 2016. A review on the inhibitory potential of nigella sativa against pathogenic and toxigenic
fungi. 6(1):21–33.