Anda di halaman 1dari 16

Belajar Online

Mari memanfaatkan Kemajuan teknologi saat ini dengan melakukan hal-hal yang positif dan
bermanfaat untuk kita

 Home
 Education »
 Games »
 Ilmu Komputer »
 Tips »
 Blogger
 Contact

Kepemimpinan dalam pendidikan

September 29, 2016  manajemen pendidikan  No comments

A.    Pengertian Kepemimpinan 

untuk mengkaji lebih dalam tentang kepemimpinan dalam pendidikan maka perlu kita ketahui
bahwa pemimpin adalah terjemahan leader/head/manager, yang juga disebut
“manajer/kepala/ketua/direktur/presiden dan lain-lain, tegasnya setiap orang yang mempunyai
bawahannya.  Pemakaian istilah ini tergantung kepada kebiasaan atau kesenangan setiap
organisasi, jadi tidak perlu diperdebatkan
 
Faktor yang paling penting dalam kegiatan menggerakkan orang-orang lain untuk menjalankan
kegiatan administrasi adalah kepemimpinan (leadership).  Sebab kepemimpinanlah yang
menentukan arah dan tujuan, memberikan bimbingan dan menciptakan iklim kerja yang
mendukung pelaksanaan proses administrasi secara keseluruhan. Kesalahan dalam
kepemimpinan dapat mengakibatkan gagalnya organisasi dalam menjalankan misinya.
 
Untuk memperluas pandangan terhadap pengertian kepemimpinan, maka dalam mendefinisikan
kepemimpinan para ahli berbeda-beda, seperti dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirdjo sebagai
berikut :
Kepemimpinana dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian (personality) seseorang yang
mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya,
atau yang memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuataun atau wibawa, yang
demikian rupa sehingga membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang di
kehendakinya.
 
Berdasarkan pandangan di atas dapat disimpul bahwa kepemimpinan adalah sekumpulan dari
serangkain kemampuan dan sifa-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk
dijadikan sebagai sarana dalam rangka menyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan
dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebeankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada
kegembiraan batin, serta meras tidak terpaksa.
Berdasarkan beberapa batasan tersebut di atas bisa kita garisbawahi kepemimpinana atau
kegiatan memimpin merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan segenap
kemampuan yang dimilikinya untuk : mempengaruhi, mendorong, mengarahkan, dan
menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya supaya mereka mau bekerja dengan penuh
semangat dan kepercayaan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
 
Sementara itu, dari pengertian kepemimpinan di atas penyusun mencoba memberikan batasan
pengertian kepemimpinan (leadership) adalah proses kegiatan seseorang yang memiliki
seni/kemampuan untuk mempengaruhi, mengkoordinasikan dan menggerakkan individu-
individu supaya timbul kerjasama secara teratur dalam upaya mencapai tujuan bersama yang
telah ditetapkan/dirumuskan. Sedangkan kepemimpinan kependidikan yaitu proses kegiatan
mempengaruhi, menggerakkan dan mengkoordinasikan individu-individu, organisasi/lembaga
pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
 
B.    Fungsi Kepemimpinan
 
Fungsi kepemimpinan secara umum dapat dilihat dari uraian dibawah ini, yaitu:
 
1.    Mengemban dan menyalurkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat, baik secara
perseorangan maupun kelompok sebagai usaha mengumpulkan data/ bahan dari anggota
kelompok/organisasi/lembaga dalam menetapkan keputusan yang mampu memenuhi aspirasi di
dalam kelompok/organisasi/lembaganya. Dengan demikian keputusan akan dipandang sebagai
suatu yang patut atau tepat untuk dilaksanakan oleh setiap anggota dalam rangka mencapai
tujuan besama.
 
2.    Mengembangkan suasana kerjasma yang efiktif dengna memberikan penghargaan dan
pengakuan terhadap kemampuan orang-orang yang dipimpin sehingga timbul kepercayaan [ad
dirinya sendiri dan kesediaan menghargai orang lain sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Dalam bekerja setiap orang mengetahui kedudukan dan fungsi masing-masing sehingga mampu
memainkan peranan yang tepat dalam ikut serta memberikan sumbangan terhadap usaha
pencapaian tujuan, baik secara perseorangan maupun melalui proses kerjasama.
 
3.    Mengusahakan dan mendorong terjadinya pertemuan pendapat/buah pikiran dengan sikap
harga menhargai sehingga timbul perasaan ikut terlibat di dalam kegiatan
kelompok/oganisasi/lembaga dan tumbuh perasaan bertanggung jawab atas terwujudnya
pekerjaan masing-masing sebagai bagian dari usaha pencapaian tujuan.
 
4.    Membantu menyelesaikan masalah-masalah, baik yang dihadapi secara perseorangan
maupun kelompok dengan memberikan petunjuk-petunjuk dalam mengatasinya sehingga
berkembang kesediaan untuk memecahkan dengan kemampuan sendiri. Termasuk juga dlam hal
ini adalah mendorong kemamapuan anggota untuk mengatsi masalah peningkatan kesejahteraan
dalam rangka menciptakan modal kerja yang tinggi.
 
C.    Model-Model Kepemimpinan
 
Ada tiga model kepemimpinan yang akan kami bahas dimana model-model tersebut aalah
sebagai berikut: 
 
1.    Model kepemimpinan kontigensi Fielder
 
Mode kepmimpinan ini di kembangkan oleh Fred E. Fielder, ia berpendapat bahwa keberhasilan
seorang pemimpin tidak hanya di tentukan oleh suatu gaya kepemimpinan yang di terapkan,
denga kata lain tidak ada seorang pemimpin yang dapat berhasil hanya dengan menerapkan satu
macam gaya untuk semua situasi , seorang pemimpin akan cendrung berhasil apabila
menerapkan gaya kepemimpinan yang berlainan untuk menghadapi situasi yang berlainan.
Menurut pendekatan ini ada tiga variable efektif tidaknya kepemimpinan yaitu:
 
a.    Hubungan antara pemimpin dengan yang di pimpin merupakan variable yang terpenting
dalam menentukan situasi yang menguntungkan.
 
b.    Derajat struktur tugas merupakan masukan kedua sangat penting bagi situasi yang
menguntungkan.
 
c.    Kedudukan penguasaan pemimpin yang di proleh melalui wewenang formal merupakan
dimensi penting ketiga dari situasi.
 
2.    Model kepemimpinan tiga dimensi 
 
Model ini di kemukakan oleh Wiliam J.Reddin, model ini dinamakan three-dimensional model
karena dalam pendekatannya menghubungkan tiga kelompok gaya kepemimpinan yaitu : gaya
dasar, gaya efektif dan gaya tak efektif. 
 
3.    Model kontinum berdasarkan banyaknya peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan
 
Mengembang model ini adalah Vroom dan Yetton keduanya berpendapat bahwa ada dua macam
kondisi utama yang dapat dijadikan dasar bagi pemimpin untuk mengikutsertakan atau tidak
bawahan dalam pembuatan putusan. Dua macam kondisi tersebut adalah tingkat keefektifn teknis
di antara para bawahan dan tingkat motivasi serta dukungan para bawahan.
 
D.    Tipe-Tipe Kepemimpinan

1.    Watak Kepemimpinan (Traits of Leadership)

Secara umum, studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti tentang watak
individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti misalnya, kecerdasan, kejujuran,
kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, status sosial ekonomi
mereka, dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill 1974).
 
Ketidakberhasilan sudi tentang kepemimpinan pada masa awal dikarenakan tidak adanya
hubungan yang jelas antara watak pribadi pemimpin dan kepemipinan sehingga para peneliti
mencari faktor-faktor lain (selain watak) yang diharapkan dapat secara tegas menerangkan
perbedaan antara pemimpin dan pengikut.
 
2.    Kepemimpinan Situasional
 
Tipe kepemimpinan situasional merupakan pengembangan tipe watak kepemimpinan dengan
memfokuskan pada faktor situasi sebagai variabel utama kemampuan memimpin.  Identifikasi
karekteristik situasi atau keadaan dilakukan sebagai faktor utama penentu keberhasilan seorang
pemimpin dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi secara efektif dan efesien.
 
Hencley (1973) menyatakan bahwa faktor situasi lebih menentukan keberhasilan seorang
pemimpin dibandingkan dengan watak pribadinya. Dalam pendekatan kepemimpin situasional
ini, seseorang bisa dianggap sebagai pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi atau
keadaan yang dihadapi.
 
3.    Pemimpin yang Efektif (Effective Leaders)
 
Pemimpin yang Efektif (Effective Leaders) adalah pemimpin yang aggotanya  dapat merasakan
bahwa kebutuhan mereka terpenuhi, baik kebutuhan bekerja, motivasi, rekreasi, kesehatan,
sandang , pangan, tempat tinggal, mupun kebutuhan lainnya yang pantas didapatkannya. Pendek
kata, semua kebutuhan anggota dalam organisasi terpenuhi dengan baik.
 
    Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menata kelembagaan organisasinya secara
terstruktur, mempunyai hubungan persahabatan yang sangat baik, saling percaya, saling
menghargai, dan senatiasa hangat dengan bawahannya. Helpin (1966), Blake dan Mouton (1985)
menyatakan bahwa tingkah laku pemimpin yang efektif cenderung menunjukkan kinerja yang
tinggi terhadap dua aspek, yaitu struktur kelembagaan  dan konsiderasi.
 
4.    Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Leadership)
Kepemimpinan Kontingensi lebih memfokuskan perhatiannya pada aspek-aspek keterkaitan
antara kondisi atau variabel situasional dengan watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja
pemimpin (Hoy dan Miskel 1987).  Disini fiedler (1967) menyatakan ada 3 faktor utama yang
dapat mempengaruhi efektivitas pemimpin berdasarkan kesesuian situasi. Ketiga faktor tersebut
meliputi hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader member-realition). Struktur tugas (the
tax sructur) dan kekuatan posisi (position power).
 
        Model kontingensi yang lain,Path-Goal Tbeory,yang dikemukakan oleh House(1997)
berpendapet bahwa efektivitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin
dan karateristik situasi.House membagi tingkah laku pemimpin dalam empat
kelompok:supportive leadership(menunjukan perhatian terhadap kesejahteraan bawhan dan
menciptakan iklim kerja yang bersahabat;directive leadership(mengarahkan bawahan untuk
bekerja sesuai dangan peratuan,prosedur,dan petunjuk yang ada),participative
ledership(konsultan dan bawahan dalam pengambilan keputusan dan acbiepement-oriented
ledership(meenetukan tujuan organisasi yang menetang dan menekan perlunya kinerja yang
memuaskan).
 
    Kepemimpinan kontigensi memang dianggep lebih sempurna dari tipe-tipe sebelumnya dalam
memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi.Kelemahan dari kepemimpinan kontigensi
adalah ketidakmampun dalam menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling
efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin, dan pariabel situasional.
 
5.    Kepemimpinan Transformasional (Transformatjukan  Leadership)
 
Burns(1978) salah satu yang memppelopori tori kepemiminan transformasional secara ekslisit
mendefinisikan pentingya seorang pemimpin menekankan motivasi para bawahannya untuk
melakukan tanggung jawab mereka lebih dari yang mereka harapkan.  Pemimpin
transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunkasikan dan menartikulasikan visi
oraganisasi dan bawahannya harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimin.
 
Pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang karismatik dan mempunyai sentral dan
strategis dalam membawa organisasi mencapai tujuannya pemimpin yang transformasional harus
mempunyai bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi
dari apa yang mereka butuhkan.
 
Bass dan Avolio (1994) dalam bukunya yang berjudul Improving Orgaztional Effectifness
through Transformational Leadership mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional
mempunyai 4 dimensi yang disebut sebagai”The Four I’S”. Dimensi pertama disebut idealizd
influene (pengaruh ideal) yang menggambarkan perilaku pemimpin yang membuat para
pengikutnya mengagumi,menghormati, dan sekaligus mempercayainya.Dimensi kedua disebut
insprational motivation (motivasi inspirasi),yang menjelaskan pimpian transformasional sebagai
pimpinan yang mampu mengartikulasi pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan,
mendemonstrasikan  komitmennya terhadap keseluruhan organisasi melalui  penumbuhan
antusiasmi  dan optimesme. Dimensi yang ketiga intellectual stimulation (stimulasi
intelektual).Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan
solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi  bawahannya, dan
memberikan motivasi  kepada bawahan untuk mencari pendekatan-pendekatan yang baru
melaksanakan tugas-tugas organisasi. Dimensi yang terakhir disebut individualized consideration
(konsiderasi individu).  Pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin
yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan yang secara
khusus  mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan penembangan karir.
 
D.    Gaya Kepemimpinan
 
1.    Pemimpin visioner
 
Pemimpin visioner menumbuhkan  geteran yang sanggup memberikan  sesen tentang impian 
yang inggin dicapai .pemimpin visoner mengajak orang-orang membicarakan tentang harapan
masa depan, dan merasakan belas kasisah  dan dedikasih yang mereka rasakan.  Ia bahkan
menyuarkan  nilai-nilai bersama  dalam mengartikan visi organisasi yang kompleks .lebh jauh
pemimpin vision mampu member ruh  dalam tubuh organisasi yang dipimpinnya. 
 
   Kemafaatan yang lebih akan didapatkan dalam diri seorang pemimpin visioner  antara lain
bertahanya  karyawan – karyawan terbain  yang sejala dengan  tune in nya nilai ,tujuan dan misi
organisasi secara kolektif.organisasi yang sehat akan menyadarih bahwa visik dan misinya
menawarkan yang berbeda dan unik terhadap idividu yang ttrlibat didalamnya .ddenngan
memberikan  gambaran tugas kolektif dalam menncapai visi yang lebih besar,cara ini
erumuskan  standar umpan balik mekanisme kerja yang melingkar di sekitar visi tadi.
 
   Kepemimpinan visioner bisa memaksimalkan pontesi organisasi  tau lembaga untuk tujuan 
janga panjang , karena dengan pendekatan  visioner inilahyang paling efektif untuk mencapai
tujuan  bersama.setiap pekerjaanyang dilakukan sehari –hari  seras memberinafas yang berbeda
memacu semangat untuk mencapai tujuan  bersama tersebut selaras dengan cita – cita kolekstif 
yang dibangun .
 
2.    Karakteristik pemimpin visoner
 
Dalam banya penelitian di bidang psokologi ,temuan terbaru mencatat bahwa kecerdasan emosi
memberikan yang lebih besar terhadap keberhasilan seseorang . Inspirasional yang merupakan
bagian dari  kecerdasan emosional merupakan salah satu. ciri pemimpin visioner dengan gaya
visioner nya bisa memberikan inspirasi dan menumbuhkan kepercayaan diri,kesadaran diri, dan
empati terhadap  orang – orang yang dipimpinya .dari pemimpin visioner ini  bisa
mensinergiskan  berbagai kepentingan dan dapat dibimbing menuju visi tersebut dengan tegas
.kepercayaan diri,kesadaran diri, dan empati dijadikan katalis untuk mengarahkan ,merubah ,dan
tangggap terhadap berbagai resiko yang akan mengirinngi perubahan organisasi .
 
 Ciri lainya dari pemimpin visioner adalah transprasnsi-transpransi  terhadap informasi yang
yang berkaitan pencapaian visi organisasi memberikan ruang pada orang – orang di semua
tingkatan organisasi merasa  ikut  dilibatkan .penyebaran pengetahuan akan dilakukan oleh
pemimpin visioner  secara terbuka dan diskik ursif  untuk meraih sukses  bersama .secara umum
kredibilitas seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi  perkembangan organisasi .
 
       Di akui bahwa gaya kepemimpinan visioner ini membrikan dampak ppositif yang cukup
kuat ketika organisasi mengalami stagnasi  atau membutuhkan visi kontra produktif .dalam
sebuah kasus  misalnya ,pemimpin yang masih usia muda  mempunyai cita – cita yang besar
menenkankan agar bawahnya berusaha keras agar target tercapai .
 
3.    Gaya pemimbing
 
  Melakukan pembicaraan secara personal atau dari hati ke hati dengan bawahan merupakan 
gaya eorang pemimpin pemimbing.  Dia tidak sekedar  membicarakan kegiatan sehari – hari di
organisasi tapi juga mengetuk hati s seseorang dengan lebih dalam denngan  bertanya apa impian
– impiannya ,tujuan hidupnnya ,dan harapan karrilnya .para pemimpin  umumnya jarang
menunjukangaya pemimbing ini karena brbagai alasan yang secara rasional bisa dibenarkan.
 
    Walaupun gaya pemimbing ini lebih berfokus pada perkembangan personal,buka pencapaian 
tujjuan secara kolektif .gaya pemimbing ini mampu memberikan respon emosi positif dan hasil
yang lebih baik terhadap perkembangan  organisasi secara menyeluruh .karena dengan gaya ini
akhirnnya terbentuk  ikatan dan kepercayaan yang tinggi ,mereka merasa benar – benar
dibutuhkan dan tidak hanya dijadkan alat untuk menyelesaikan pekerjaan .
 
    Terjalinya ikatan dan kepercayaan yang tinggi tadi seorang pemimbing  tidak segan – segan
mendelegasikan sebuah pekerjaan ,disampakan untuk memberikan pelajaran  baru sebagai
pengembang diiri.motivasi atau dorongan yang diberikan mampu memberikan harapan   baru
yang bersangkutan .dengan begitu,kebututuan yang terjadi dalam organisasi akan cepat diatasi
sehingga performa organisasi semakin mantap.
 
4.    Karakteristik pemimpin pemimbibing
 
Kesadaran diri (emosi ) dan empati  merupakan kecerdasan emosi yang memungkinkan
seseorang pemimpin bertindak sebagai penasihat ,mengali tujuan ,dan nilai – nilai bawahnya
dengan  secara tekun memb antu mereka untuk mengembangkannya sembangun endiri
.kemampuan pemimpin mendengarkan keluhan masalah  yang dihadapi bawahannya  akan 
membangun pola hubungan  yang tidak hanya sekedar ‘’saya atasan’’dan ‘’kamu
bawahan’’.pemimbimbing yang baik akan menginformasikan dan  mengkomunikasi sesuatu
sebelumnya tiadk disadari   oleh  bawahannya  bahwa potensi yang dimiliki  bawahan tersebut
akan berdampak  pada keingnan yang kuat unntuk melakukan yang terbaik .kepedlian yang
tinggi secara tidak langsung menjadi suntikan motivasi  pada mereka untuk memiliki standar
kinerja yang tinggi dan merasa bertanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukan .
 
5.    Gaya pembangun hubungan ( Afiliatif)
 
Keterbukaan terhadap berbagai masalah yang yang di hadapi baik perseorangan maupun
oraganisasi merupakan gaya seorang pemimpin afliatif  .gaya ini cenderun lebih menekangkan 
pada harmonisasi ,penguatan moral memperprbaikan komunikasi   dan kepercayaan yang
dibanggun .
 
   Meskipun indektif dengan gaya kepemiminan yang lemah  , kepemimpinan  afiliatif mampu
menjebatani berbagai keinginan dalam kelompok .memang ketika emimpin mengadalkan 
pendekatan alfiatif yang terjadi pekerjaan yang menjadi  nomor dua setelah  perasaan .gaya
seperti ini secara berlebihan  akan menngurangi sikap kritis  seseorang cenderungan 
penghindaran  terhadap konf ortasi  dan mengambaikan korektif  dapat  membelokkan organisasi
menuju kegagalan .
 
6.    Karakteristik pemimpin afiliatif
 
  Gaya aliliatif mencerminkan seorang pemimpin berupa untuk membangun kolaborasi tim yang
baik.  Empati seorang pemimpin afiliatif memungkingkan bahwannya  tetap senang karena ia
peduli  pada orang secara keseluruhan dan tidak hanya pada tanngunngjawab  pekerjaan
mereka .pemimpin afiliatif  menjadi penut ketika perlu  pengelolaan konflikte  terhadap upaya 
mennyatukan perbedan – perbedaan yang muncul  atau menyatukan oranng – orang  yang terlibat
konflik kedalam kelompok kerja  yang harmonis .
 
7.    Gaya demokratis
 
Pemimpin demokratis  akan melakukan  upaya – upaya persuasif  dalam mengembali  keputusan
tertentu. Suasana egaliter dalam mendiskusikan, mendengarkan berbagai  sara maupun krtikan
yang masuk untuk mencapai  persetujuan (mufakat ),dapat menumbhkan  rasa percaya dan
penghormatan (komitme )
     Nilai – nilai demokrasi  (kejujuran , keadilan ,akuntabel, dan transpara ) menjadi cerminan
perilaku pemimpin  demokratis .gaya  demokratif sangat bermanfaat  untuk memancing  ide – ide
segar tentang cara terbaik bagaiman menerankan visi dan cara – cara terbaru bagaiman
melaksanakanya.
 
     Gaya demokrasi ttentu juga memiliki kelemahan dalam sebuah kasus ,misalnya dalam sebuah 
rapat mengamanatkan pimpinan harus menganbil keputusan secara cepat ,hal ini sulit dilakukan 
karena harus  menampung semua semua ide (gagasan ) , saran maupun kritik yang ada
sehinnganya yang terjadi rapat cenderun berlarut – larut dan melelahkan keputusan yang diambil
tetap samar,mengagendakan  rapat berikutnnya .bisa dibayangkan  disaat genting, pemimpin
menundakeputusan – keputusan pentig  akan munculkan banyak resiko .
 
8.    Gaya penentu kecepatan
 
   Gaya ini menceritakan bahwa pemimpinadalah seorang yang  obsesif .segalah sesuatu bisa
dilakukan dengan lebih  baik dan lebih cepat yang sesuai dengan standar kkinerja  yang tinggi
.pemimpin denngan gaya  seperti akan mudah memarahi bawahan yang bikenerja buru, menuntut
lebih  pada mereka  dan  apabila tercapai  target,dia sendiri akan melakukannya .
 
     Gaya penentu kecepatan ini apabiala diterapkan  secara buruk  maka pemimpin tidak saja
kekurangan visi  tetapi juga empati .seringkali terjadi seperrang - orang ti ini hannya terfokus 
pada tujuan ,mengharapkan orang – orang sudah tahu apa yang harus dikerjakan sehingga yang
Nampak adalah ketidakpedulian pada orang – orang yang sebenarnya mereka andalkan untuk
mencapai tujuan tersebut .
9.    Gaya memerintah
 
Gaya mememrintah atau lebih sering disebut gaya intimidasi ,memungkinkan seorang pemimpin
menuntut kepatuhan yang total .pemimpin tidak mau menjelaskan  apa dan bagaimanacara
menjelaskannya ? ancaman demi ancaman dilakukan jika bawahan tidak menuruti
perintahnya.gaya kepimpinan ini akan melemahkan semamgat ,harga diri dan keppuasa oranng –
orang dalam melakukan pekerjaannya.
 
   Kecendurungan  berperlilaku  negatif  pada pemimpin  dengan gaya memerintah harus
diimbangi dengan pertimbangan dan ketepatan .gaya memerintah bisa berjalan efektif  ketika
pada saat awal organisasi dijalankan .karena  pasaat saat tersebut diperlukan upaya – upaya 
untuk menyingkirkan  kebiasaan  lama yang tidak  bermanfaat  bagi kelangsungan organisasi .
 
    Gaya memmerintah sanngat hati – hati ,pada situasi  dan kondisi trtentu  dimana gaya ini
diterapkan .jika seorang pemimpin tahu kapan situasi membutuhkan tanggan besi dan kapan
harus dilakukan ,maka ketegasan yang dilaksanakan  dengan terampil biasa menyelamatkan
organisasi .
 
E.    Faktor-Faktor Keberhasilan Kepemimpinan
 
1.    Integritas
 
Pemimpin yang baik adalah pribadi berintegritas tinggi karena ini merupakan salah satu kualitas
terpenting dalam kepemimpinan, pemimpin yang memiliki integritas selalu meelihara standar
perilaku dan performa yang tinggi, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.  Pemimpin
berintegritas selalu memeberi contoh terbaik dan tidak pernah minta orang lain untuk memenuhi
standar yang mereka sendiri tidak dapat memenuhi. Pemimpin yang  baik tidak pernah menuntut
hak khususu atau menyalahgunaakan wewenang atau jabatan. Pemimpin yang mempunyai
integritas tinggi akan selalu wajar dan adil, sebab ini merupakan syarat utama dari integritas
sesorang.
 
2.    Kecerdasan
 
Pemimpin yang baik tidak mesti harus orang yang jenius. Pemimpin yang jenius. Pemimpin yang
baik cukup cakap untuk mengenali kekurangan merka dan menyadari bahwa mereka tidak
mungkin tahu semua hal. Gelar sarjana dan pengalaman yang luas dalam pekerjaan tidak menjadi
syarat wajib bagi pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik cukup berusaha untuk menghindari
keterbelakangan dan cukup cerdas untuk menyadari kebutuhan agar tetap mengembangkan diri.
Pemimpin yang baik selalu berprilaku luwes. Mereka selalu memahami perubahan dan dengan
cepat dapat menyesuaikan diri pada sesuatu yang baru, dan mereka tidak segan-segan
mentransfer kepada bawahannya.
 
3.    Keberanian
 
Pemimpin yanng baik harus berani, dengan ketetapan hati untuk tetap mempertahankan tindakan
dan keputusannya serta bertanggung jawab apa yang dikerjakan. Pemimpin yang mempunyai
keberanian akan memiliki kepercayaan diri dan bersandar pada kemampuannya sendiri.
Keberanian dan ketetapan diri yang dimiliki sanggup mengilhami keyakinan dan rasa hormat
dari orang yang bekerja untuk mereka.
 
4.    Inisiatif
 
Pemimpin yang berkualitas akan banyak mempunyai inisiatif, panjang akal, dan cekatan. Dalam
setiap aktivitasnya selalu menampakkan kegairahan dan imajinatif. Inisiatif dilakukan dengan
keyakinan yang sangat tinggi akan keberhasilan yang didapatkan. Mereka penguasa dari tindakan
mereka sendiri dan berketerampilan luar biasa untuk mengembangkan kerjasama dan usaha
orang lain.
 
5.    Penilaian
 
Pemimpin yang baik mempunyai standar penilaian yang tinggi, karena dengan penilaian tersebut
ia harus menentukan tindakan dan keputusannya. Penilaian memberikan kepada pemimpin yang
baik kesadaran atas pengaruh mereka kepada pegawai dan situasi kerja yang mengelilinginya.
Kelima kualitas kepemimpinan di atas sangat popular diperkenalkan oleh managemen. Dari
berbagai catatan pengawasan yang dilakukan oleh beberapa ahli menyimpulkan bahwa kriteria
pemimpin di atas tidak didapat dengan mudah. Tetapi mereka menggarisbawahi bahwa bahwa
hal ini bisa dipelajari dan dikembangkan.
 
F.    Kepemimpinan Pendidikan yang Efektif
 
1.    Pembina Disiplin
 
Seorang pemimpin harus mampu menumbuhkan disiplin, terutama disiplin diri (self discipline).
Berkaitan dengan  hal ini, pemipin harus mampu membantu bawhannya mengembangkan pola
dan meningkatkan standar perilakunya, serta menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat
untuk menegakkan kedisiplinan.  Disiplin merupakan sesuatu yang penting untuk menanamkan
rasa hormat terhadap kewenangan,jalinan kerjasama, dan kultur organisasi.
 
    Dalam manajeman berbasis sekolah pemimpin harus mempunyai jiwa tut wuri handayani.
Pemimpin di sini harus mampu menjadi teladan bagi guru dan semua staf yang ada di bawahnya.
Sikap demokratis hasus di kembangkan dalam upaya meningkatkan kinerja bawahan. Taylor dan
User(1982) mengemukakan strategi umum dalam membina disiplin sebagai berikut:
 
1.    Konsep Diri.  Konsep-konep diri setiap individu merupakan faktor penting dari setiap
perilaku. Untuk 
menumbuhkan konsep diri,pemimpin di sarankan bersipat empatik, menerima dan terbuka
sehingga para bawahan dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan
masalahnya.
 
2.    Keterampilan Berkomunikasi. Pemmpi harus menerima semua perasaa bawahan dengan
teknik komunikasi yang dapat menimbulkan kepatuhan dalam  diri sendiri.
 
3.    Konsekuensi-konsekuensi Logis dan Alami. Perilaku-perilaku yang salah terjadi karna
bawahan telah mengembangkan kepercayaan  yang salah terhadap dirinya. Uuntuk itu
pemimpinnya disini disarankan menunjukkan secara tepat perilaku yang salah sehingga
membantu bawahan dalam mengatasi perilakunya dan memanfaatkan akibat-akibat logis alami
dari perilaku yang salaah.
 
4.    Klarifikasi Nilai.  Strategi ini dilakukan untuk membantu bawahan dalam menjawab
pertanyaanya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.
 
5.    Latihan Keefektifan Memimpin.Teknik ini bertujuan untuk menghilangkan kesan represif
dalam kekutan. Reward dan punisbment diberikan melalui teknik-teknik komunikasi tertentu
yang mampu menjadi umpan balik yang efektif.
 
6.    Terafi Realitas. Pemimpin harus bersikap positif dan bertanggung jawab terhadap
kemungkinan berkaitan dengan dinamika organisasi.
Untuk menerapkan berbagai stategi tersebu kepada sekolah sebagai top levelharus
mempertimbangkan situasional dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
 
2.    Motivasi
 
Motivasi mempunyai peranan yang peranan yang dapat menggerakkan faktor-faktor lain yang
mengarah pada peningkatan efektifitas kerja. Dalm sekup tertentu motivasi sering dianalogikan
sebagai mesin dan kemudi mobil, yang berfungsi sebagai penggerak dan pengarah. Keragaman
karekteristik yang melekat pada setiap karyawan meemrlukan perhatian pelayanan yang khusus
pula darinpemimpinnya, agar dapat memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kinerjanya.
Motivasi merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam suatu organisasi. Pegawai akan
bekerja dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Maslow (1970)
menegemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong dari dlam yang menyebabkan
menusiat berbuat sesuatu atau berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.
 
Dari berbagai pengertian motivasi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah ungkapan-
ungkapan yang mamapu mendorong seseorang untuk melekukan sesuai dengan apa ynag mereka
tngkap dan pikirkan.
Owen, dkk (1981) memebagi motivasi menjadi dua, yaitu  motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang datang  dari dalam diri seseorang. Misalnya,
pegawai melekukan suatu kegiatan karena ingin menguasai keterampilan tertentu yang
diperlukan dalam pekerjaannnya. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yanng berasal dari
linngkungan luar seseorang. Misalnya, pegawai bekerja karena ingin mendapat pujian atau ingin
mendapat penghargaan dari pimpinannya.        
 
3.    Penghargaan
 
Penghargaan (rewards) dapat memecu seseorang untuk melakukan kegiatan yang produktif dan
mengurangi kegiatan-kegiatan yang dapat menghambat organisasi dengan pengjhargaan pegawai
akan terangsang untuk meningkatkan kinerja yang positif dan produktif. Penghargaan ahrus
diberi secara terbuka semua pegawai, kegiatan ini harus didasarkan pada pencapain hasil
(prestasi) yang dilakukan pegawai.

4.    Kepemimpinan Efektif


 
Penelitian tetntang kepemimpinan efektif dan tidak efektif mengemukakan bawah pemimpin
efektif tidak didasarkan pada sifat manusi tertentu, tapi terletak pada seberapa jauh sifat sifat
seorang pemimpin dapat mengatasi keadaan yang dihadapinya.  Newstrom dan Davis (1997)
menyatakan bahwa sifat-sifat ayng harus dimiliki oleh pemimpin yang efektif meliputi hasrat
untuk memimpin, keinginan personel, percaya diri, kejujuran dan integritas yang tinggi,
pengetahuan, kemampuan berfikir, luwes dan adaptif, perasaan positif, 
kreativitas dan orisinalitas, serta kharisma.
5.    Kepala Sekolah yang Efktif
 
Keberhasilan sekolah mencapai tujuannya antara lain sangat ditentukan oleh keandalan kepala
sekolah dalam memanage sekolahnya. Peranan kepemimpinan dalm suatu kelompok kerja atau
organisasi sangat berpengaruh untuk mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan. Oleh karna itu,
keberhasilan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efesien sangatlah
ditentukan oleh kepandaian kepemimpinan seorang pemimpin.
 
Sebgian besar peneliti pendidikan menggeneralisasi bahwa faktor penentu utama mutu sekolah
untuk sebagian besar bertumpu pada kepala sekolahnya. Kepemimpinan kepala sekolah yang
dimaksud adalah kemampuan bekerjasama dengan dan atau melalui komunitasnya untuk
mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efesien. Konsepsi kepemimpinan ini merujuk pada
dua hal, yaitu pemimpin dan pengikut (leader and follower). Kepala sekolah sangat mungkin
menjadi berdaya jika guru dan staf tidak mampu menjadi pengikut secara total berniat untuk
mengabdikan diri pada kepentingan pendidikan di sekolahnya.
 
Suyanto, dkk (2003) menemukan bahwa sebagian besar kepala sekolah dasar memiliki tipe
kepemimpinan transformasional yang tinggi. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah
dasar berkolerasi positif dan signifikan dengan kepuasan guru. Mien Ratoe Oerdjoe (2004)
menemukan bahwa kepemimpinan sekolah merupakan salah satu faktor yang mendorong
sekolah untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Beberapa karekteristik efektivitas
kepemimpinan kepala sekolah tanpak dalam menyusun visi, misi tujuan dan sasaran sekolah
serta mensosialisasikan kepeda warga sekolah  guna mendapat dukungan warga sekolah.
 
Manajemen berbasisi sekolah digunakan kepela sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan
secra efektif dan efesien. Kepemimpinan kepala sekolah efektif berdasarkan manajemen berbasis
sekolah dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut:
 
1.    Mamapu memeberdayakan guru-guru untuk meleksanakan proses pembelajaran dengan
baik, lancar, dan produktif.
 
2.    Dapat menyelesain tugas dan pekerjaan sesuai denngan waktu yang telah ditetapkan.
 
3.    Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat, sebgai jembatan untuk
mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.
 
4.    Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinana yanng sesusai dengan tingkat kedewasaan guru
dan pegawai lainnya.
 
5.    Berhasil mewujudkan sekolah secra produktif sesuai dengan ketentuan yang sudah
disepakati bersama.
Keterampilan-keterampilan penunjang yang harus dimilki leh serang pemimpin mengoperasikan
organisasi. 
Keterampilan manusiawi adalah ketermpilan untuk bekerjasama, memotivasi dan memimpin dan
keterampilan teknik yaitu keterampilan yang harus dimilki kepala sekolah dalam menggunakan
pengetahuan, metode, teknik, serta perlengkapan untuk meneyelesaikantugas tertentu. Kegietan-
kegiatan lain yang harus dilakukan kepla sekolah sebagai pengembang diri adalah senatiasa
belajar dan mencermati pekerjaan sehari-hari di lingkungan sekolah, melakuakn observasi
kegiatan manajemen secara terencana dan berfikir kreatif untuk mengembangkan metode-metode
baru dalam proses belajar mengajar maupun membangun jaringan.
 
Secara umum kepemimpin pendidikan yang efektif menempatkan kepela sekolah sebagai pusat
penelitian dan juga pengikutnya (guru maupun staf lainnya). Kepala sekolah sebagai pembuat
kebijakan mempunyai peran strategis dalam memajukan atau memundurkan sekolahan yang
dipimpinnya. Kepemimpinam dalam sebuah organisasi kependidikan sangat diperlukan dalam
era modern saat ini, di samping penguasaan teknologi juga tetatanya nilai-nilai yang nantinya
mampu melahirkan generasi yang siap terhadap perubahan juga tidak terpengaruh pada
perubahan yang cenderung negatif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas pemimpin:
 
Menurut H. Jodeph Reitz (1981) faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin
meliputi : 
 
1)    Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin.
Hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan
akan gaya kepemimpinan. Sebgai contoh, jika ia pernah sukses dengan cara menghargai
bawahan dlam pemenuhan kebutuhannya, cenderung akan menerapkan gaya kepemimpin yang
berorientasi kepad bawahan/orang.
 
2)    Harapan dan prilaku atasan.
Sebagai contoh atasan yang secara jelas memekai gaya yang berorientasi pada tugas, cenderung
manajer menggunakan gaya itu.
 
3)    Karekteristik, harapan dan prilaku bawahan, mempengaruhi terhadap gaya kepemimpinan
manajer. Sebagai contoh, karyawan yang mempunyai kemamapuan tinggi biasanya akan kurang
memerlukan pendekatan yang direktiktif dari pemimpin.
 
4)     Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempenguhi gaya pemimpin, sebagai
contoh bawahan yang bekerja pada bagian pengolahan data (Litbang)  menyukai pengarahan
yang lebih berorientasi kepada tugas.
 
5)    Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan prilaku bawahan. Sebagi contoh
kebijakan dalam pemberian penghargaan, imbalan dengan skal gaji yang ditunjang dengan
insentif lain (dana pensiun, bonus, cuti) akan mempengaruhi motivasi kerja bawahan.
 
6)    Harapan dan perilaku rekan, sebagi contoh manajer membentuk persahabatan dengan rekan-
rekan dalam organisasi. Sikap mereka ada yang merusak reputasi, tidak mau kooperatif,
berlomba memperebutkan sumber daya, sehingga mempengaruhi perilaku rekan-rekannya.
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
Newer Post Older Post Home

0 comments:

Post a Comment

Subscribe to: Post Comments (Atom)

Social Profiles

Search

 Popular
 Tags
 Blog Archives

SMS Gratiss

Cara Membuat Widget SMS Gratis click here

Popular Posts

Fungsi Determinan Matriks dan Sifat-sifat Fungsi Determinan Matriks + Contoh Soal
Fungsi Determinan Matriks dan Sifat-sifat Fungsi Determinan Matriks + Contoh Soal A.
Fungsi Determinan Sebelum mempelajari fungsi deter...

Relasi dan Operasi Dalam Sistem Matematika + contoh Soal

RELASI DAN OPERASI DALAM SISTEM MATEMATIKA A. Pengertian Relasi       


Relasi dari himpunan A Ke himpunan B adalah pemasangan an...

Pengertian Fiqih dan Ushul Fiqih

Pengertian Fiqh dan Ushul Fiqh Dalam pembicaraan mengenai hukum islam selalu
ditemukan dan dikenal istilah-istilah seperti  Ushul fi...

Classroom-Based Assessment (Penilaian Berbasis Kelas)

 Assalaamu'alaykum,, Selamat datang di Belajar Online belajar kreatif dalam menuntut


ilmu pengetahuaan, kali ini belajar online a...

Media Gambar Flat Opaque Picture

Assalaamu'alaykum,, kali ini kita akan membahas tentang " Media Gambar Flat Opaque
Picture atau Gambar Datar tidak Tembus Pa...

Powered by Blogger.
Search This Blog

Report Abuse

Survei Dapat Dollar??

Translate
Diberdayakan oleh Terjemahan
 

Copyright © 2019 Belajar Online | Powered by Blogger


Design by NewWpThemes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Themes | Virtual
Private Server

Anda mungkin juga menyukai