A. KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN
kelenjar prostate ( secara umum terjadi pada pria lebih dari 50 th ) yang
pembesaran sel epitel dan stromal kelenjar prostat karena pengaruh hormon (Rina.
2005 ).
Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu
Kandung empedu ( Vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear yang
terletak pada permukaan visceral hepar. Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus
dan collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior
hepar, dimana fundus berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung
rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan
arahnya keatas, belakang dan kiri. Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang
berjalan dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus
comunis membentuk duktus koledokus. Pembuluh arteri kandung empedu adalah a.
vena porta. Sejumlah arteri yang sangat kecil dan vena – vena juga berjalan antara
hati dan kandung empedu. Kolesistitis adalah peradangan kandung empedu baik
2. ETIOLOGI
a. Obstruksi duktus sistikus dengan distensi dan iskemia vesika bilaris. Sumbatan
batu empedu pada duktus sistikus menyebabkan distensi kandung empedu dan
gangguam aliran darah dan limfe, bakteri komensal kamudian berkembang biak
b. Cedera kimia (empedu) dan atau mekanik (batu empedu) pada mukosa
c. Infeksi bakteri Adanya kuman seperti E. Coli, salmonela typhosa, cacing askaris,
3. PATOFISIOLOGI
ini disebabkan oleh adanya tanda, gej ala obstruksi dan iritasi pada
uretra.
ditemukan urin dalam vesika urinaria dan timbul rasa tidak tuntas
pada akhir miksi. Jika keadaan ini berlanjut pada suatu saat akan
miksi, karena produksi urin terus terjadi, maka vesika tidak mampu
vesika lebih tinggi dari tekanan sfingter dan obstruksi akan terjadi
( Sjamsuhidajat, 1997 ).
menjadi dua yaitu gej ala obstruktif dan gej ala iritatif. Gejala
- Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
- Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi Azotemia (akumulasi produk
sampah nitrogen) dan gagal ginjal dengan retensi urin kronis dan volume
3. Gejala generalisata seperti seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa
Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita akan mengeluh
waktu miksi terasa panas (disuria) dan kencing malam bertambah hebat.
Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa timbul
aliran refluk ke atas, timbul infeksi ascenden menjalar ke ginjal dan dapat
5. MANIFESTASI KLINIS
Obstruktif : hesitansi, pancaran miksi lemah, intermitten miksi tak puas, menetes
setelah miksi
2. Rectal grading
a. Grade 1
pancaran urine lemah, harus mengedan, nocturia (belum terdapat sisa urine)
b. Grade 2
Telah terdapat sisa urine (sistitis), nocturia makin sering dan kadang disertai
c. Grade 3
Sisa urine mencapai 80-100 ml, infeksi semakin hebat (hiperplexi, menggigil &
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah lengkap
- Untuk menilai kadar Hb, PCV (hematokrit), trombosit, leukosit dan LED
b. Sedimentasi urine
c. Kultur urine
2. Pemeriksaan radiology
b. Intravenus phielografi
c. USG (ultrasonografi)
7. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan
semakin beratnya BPH, dapatterjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu
melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksisaluran kemih dan apabila tidak
diobati, dapat mengakibatkan gagal ginjal. (Corwin, 2000).
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik
mengakibatkan penderita harusmengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan
tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan herniadan hemoroid. Stasis urin dalam
vesiko urinaria akan membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasidan
hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan
mikroorganisme,yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan
pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005)
kondisi pasien. Jika pasien masuk RS dengan kondisi darurat karena ia tidak dapat
berkemih maka kateterisasi segera dilakukan. Pada kasus yang berat mungkin
digunakan kateter logam dengan tonjolan kurva prostatik. Kadang suatu insisi dibuat ke
dalam kandung kemih (sitostomi supra pubik) untuk drainase yang adekuat.
Biasa dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasehat yang diberikan adalah
alkohol agar tidak terlalu sering miksi. Setiap 3 bulan dilakukan kontrol keluhan,
b) Terapi medikamentosa
polos di leher vesika, prostat sehingga terjadi relaksasi. Hal ini akan menurunkan
tekanan pada uretra pars prostatika sehingga gangguan aliran air seni dan gejala-
c) Terapi bedah
Tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi
bedah yaitu:
Hematuri
Tanda penurunan fungsi ginjal
d) Prostatektomi perineal
optikal dimasukan secara langsung melalui uretra ke dalam prostat yang kemudian
dapat dilihat secara langsung. Kelenjar diangkat dalam irisan kecil dengan loop
pada kolum kandung kemih dapat menyebabkan cairan seminal mengalir ke arah
e) Prostatektomi Suprapubis.
Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Yaitu suatu
insisi yang dibuat kedalam kandung kemih dan kelenjar prostat diangkat dari atas.
f) Prostatektomi Perineal.
Adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Cara ini lebih
praktis dibanding cara yang lain, dan sangat berguna untuk biopsi terbuka. Lebih
jauh lagi inkontinensia, impotensi, atau cedera rectal dapat mungkin terjadi dari
cara ini. Kerugian lain adalah kemungkinan kerusakan pada rectum dan spingter
uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk
mengurangi tekanan prostat pada uretra dan mengurangi kontriksi uretral. Cara ini
dalam mengobati banyak kasus BPH. Cara ini dapat dilakukan di klinik rawat jalan
tabung 10-3-F untuk pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat pemotong dan
pembiusan umum maupun spinal dan merupakan tindakan invasive yang masih
Farmakologi untuk :
penghambat androgen
alfa melalui fossa prostate anterior tatapi tidak membuka dinding vesika
urinaria
d. Suprapubic transvesikal prostatectomy (trayer) yaitu melakukan sayatan
2. Endorologi transurethral
9. PENGELOLAAN PASIEN
1. Pre operasi
Pemeriksaan darah lengkap (Hb minimal 10g/dl, Golongan Darah, CT, BT, AL)
pemeriksaan IVP pasien diberikan diet bubur kecap 2 hari, lavemen puasa
i) Post operasi
Dilakukan perawatan luka dan perawatan DC hari ke-3 post oprasi dengan
betadin
berkemih, merasakan tekanan atau sesak pada kandung kemih dan perdarahan
dari uretral sekitar kateter. Medikasi yang dapat melemaskan otot polos dapat
Jika pasien dapat bergerak bebas pasien didorong untuk berjalan-jalan tapi
perdarahan
berkemih.
gelap dan kurang kental. Perdarahan vena diatasi dengan memasang traksi
B. KONSEP KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Identitas klien
Jenis kelamin laki-laki, umur >50 thn, banyak dijumpai pada bangsa / ras
caucasian
2. Keluhan utama
LUTS (hesitansi, pancaran urine lemah, intermitensi, terminal dribbing, terasa ada
6. Riwayat psikososial
a. Pola nutrisi
b. Pola eliminsi
Hematuri setelah tindakan TUR, retensi urine karena bekuan darah pada
c. Pola istirahat/tidur
d. Pola aktivitas
Keterbatasan aktivitas karena kelemahan, terpasang traksi kateter
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum.
Keadaan lemah, kesadaran baik, perlu adanya observasi TTV
b. Sistem pernafasan
SAB tidak mempengaruhi pernafasan
c. Sistem sirkulasi
Tekanan darah biasa meningkat atau menurun, cek HB (adanya perdarahan
animea), observasi balance cairan
d. Sistem neurologi
Daerah caudal mengalami kelumpuhan dan mati rasa akibat SAB
e. System gastrointestinal
Pusing, mual, muntah akibat SAB, bising usus menurun dan terdapat masa
abdomen
f. System urogenital
Hematuri, retensi urine (daerah supra sinisfer menonjol, terdapat ballottement
jika dipalpasi dan klien ingin kencing)
g. system muskuluskeletal
Klien tidak boleh fleksi selam traksi kateter masih diperlukan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan pola kemih berhubungan dengan obstruksi mekanikal,
Kriteria hasil :
Intervensi
Rasional
setiap 4 jam.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah, prosedur invasive, irigasi pembedahan
Kriteria hasil :
Rasional
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, distensi kandung kemih, kolik ginjal, infeksi
Kriteria hasil :
Intervensi
a. Mengkaji nyeri
b. Mempertahankan patensi kateter dan system drainase.
d. Berikan pasien informasi yang akurat tentang kateter, drainase dan spasme
kandung kemih.
Rasional
kandung kemih.
d. Menghilangkan ansietas.
seksual.
Kriteria hasil :
diberikan.
pembedahan.
d. Cairan seminal mengalir kedalam kandung kemih dan disekresikan melalui urin.
Ini tidak mempengaruhi fungsi seksual tetapi akan menurunkan kesuburan dan
mandiri.
Kriteria hasil : Klien mampu menunjukkan aktifitas secara mandiri tanpa bantuan
Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
http://iaui.or.id/ast/file/bph.pdf
Mengenal Lebih Jauh Gangguan Prostat. 2008. Diakses tanggal 24 Juli 2012. URL:
http://www.bioenergypower.com.
Potter and Perry. Fundamental Of Nursing. Philadelphia: Mosby Year Book. 1993.
Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi
Ellis, J.R, dkk. Modulles for Basic Nursing Skills. Sixth edition. 1996
Effendi, C. Perawatan Pasien Luka Bakar. Jakarta: EGC. 1999.
RS TK II PELAMONI MAKASSAR
ARIF RAHMAN.,S.Kep
( ) ( )
MAKASSAR
2019
MAKASSAR
ARIF RAHMAN.,S.Kep
( ) ( )
MAKASSAR
2019