BAB I
PENDAHULUAN
2
rendah. Hasil analisa proksimat tepung kulit ubi kayu diperoleh hasil diantaranya
yaitu kadar air 8,31%, abu 6,75%, protein 4,63%, serat kasar 13,04%, lemak kasar
1,99%, dan BETN 73,59% (Andriani 2010). Dari data tersebut maka perlu
dilakukan teknik pengolahan untuk meningkatkaan kandungan nutrisinya agar
sesuai untuk makanan ternak sehingga penggunaannya dapat optimal (Rukmana
1997 dalam Puspitasari dan Sidik 2009).
Salah satu teknologi yang dapat menjadi solusi pada permasalahan di atas
yaitu penerapan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan suatu proses yang
terjadi melalui kerja mikroorganisme atau enzim untuk mengubah bahan-bahan
organik kompleks seperti protein, karbohidrat dan lemak menjadi molekul-
molekul yang lebih sederhana. Proses fermentasi mampu menghasilkan produk
turunan yang berbeda dengan bahan bakunya (Winarno dan Fardiaz 1980 dalam
Amri 2007). Hasil fermentasi suatu bahan dasar pakan akan menghasilkan produk
pakan yang mempunyai nilai gizi tinggi, tingkat kecernaan yang tinggi, dan
menghasilkan aroma dan flavor yang khas (Poesponegoro 1975 dalam Amri
2007).
Menurut Andriani (2010), teknologi fermentasi sederhana yang bisa
digunakan untuk proses biokonversi tepung kulit ubi kayu adalah dengan
menggunakan inokulum bakteri dan kapang lignoselulolitik hasil isolasi dari
cairan rumen sapi. Tepung kulit ubi kayu yang telah mengalami fermentasi
menggunakan bakteri dan kapang lignoselulotik mempunyai kandungan dan
kualitas gizi yang lebih baik dari bahan asalnya, berupa meningkatnya kandungan
protein kasar dari 4,63% menjadi 10,91% dan menurunnya kandungan serat kasar
dari 13,04% menjadi 6,36%, serta dapat juga menurunkan kadar HCN dari
264,142 mg kg-1 menjadi 5,49 mg kg-1 (Lampiran 4) . Penelitian Romadona
(2012) menyatakan bahwa penggunaan tepung kulit ubi kayu hasil fermentasi
yang sebanyak 5% yang diformulasikan dalam pakan buatan terhadap
pertumbuhan benih ikan gurame ukuran 4 cm, menghasilkan laju pertumbuhan
terbaik yaitu sebesar sebesar 2,25%. Pada penelitian Andriani (2011) menyatakan
bahwa pemberian tepung kulit ubi kayu hasil fermentasi sebesar 10% dengan
masa pemeliharaan selama 60 hari memberikan nilai terbaik. Berbagai penelitian
4
yang sudah dilakukan tersebut menjadi dasar untuk dilakukan penelitian lanjutan
mengenai pengaruh pemberian tepung ubi kayu hasil fermentasi pada pakan
buatan terhadap pertumbuhan ikan gurame dengan ukuran lebih besar.
dibandingkan ikan karnivor, tetapi pada fase benih organ pencernaan belum
berkembang dengan baik termasuk mikroflora yang terdapat pada organ pencernaan
benih ikan.
Kebutuhan protein untuk benih ikan gurame ukuran 4-6 cm yaitu 32%
(SNI 01-6485.2-2000). Keberadaan protein sebagai nutrisi pada ikan memiliki
peran ganda sebagai zat tumbuh dan sumber energi yang dimanfaatkan secara
bersamaan. Pemanfaatan protein yang berlangsung secara bersamaan untuk dua
proses metabolisme ini memberikan kerugian pada upaya optimalisasi
pertumbuhan ikan, sebagai konsekuensi dari tidak termanfaatkannya protein
secara optimal sebagai zat tumbuh karena sebagian protein masih digunakan
sebagai sumber energi. Upaya rekayasa untuk optimalisasi pemanfaatan protein
secara optimal sebagai zat pendukung pertumbuhan dapat dilakukan dengan
mensuplai sumber energi lain pada komposisi pakan ikan, salah satunya adalah
karbohidrat, yang diketahui berperan sebagai Protein Sparing Effect, yaitu sumber
energi alternatif yang bisa dimanfaatkan oleh ikan.
Pemanfaatan karbohidrat sebagai komponen nutrisi lain pada pakan ikan,
selain diharapkan mampu untuk mendukung optimalisasi protein dalam fungsinya
sebagai zat tumbuh, juga menguntungkan secara ekonomi karena mampu
mengurangi porsi pemberian protein hewani pada pakan ikan yang harganya
relatif mahal. Namun demikian terdapat beberapa hambatan terkait pemanfaatan
karbohidrat pada komposisi pakan ikan, salah satunya adalah karena sediaan
karbohidrat di alam sebagai besar terdapat dalam bentuk makromolekul yang sulit
dicerna oleh ikan seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Oleh karena itu
diperlukan upaya rekayasa sediaan karbohidrat alami menjadi bentuk yang mudah
dicerna oleh ikan, salah satunya dengan teknik fermentasi.
Salah satu sumber karbohidrat yang bisa dimanfaatkan dari sediaan alam
adalah kulit ubi kayu, yang saat ini juga masih merupakan limbah agroindustri.
Busairi dan Hersoelistyorini (2009) menyebutkan hasil analisis kulit ubi kayu
menujukkan kadar karbohidrat dan kadar abu sebesar 78,203% dan 5,200%. Nilai
tersebut berarti kadar karbohidrat dalam kulit ubi kayu dominan. Karbohidrat
dalam kulit ubi kayu masih berupa senyawa kompleks yaitu dalam bentuk
6
selulosa yang sulit dicerna oleh ikan (Yandes dkk. 2003). Upaya untuk
meningkatkan nilai gizi dan sekaligus mengubah komposisi karbohidrat kompleks
yang terdapat pada kulit ubi kayu dapat dilakukan dengan menggunakan
terknologi fermentasi.
Penelitian pemanfaatan bahan limbah agroindustri yang difermentasi
sebagai bahan pakan ikan telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Pada penelitian
Triana (2008) dalam pemberian pakan pada ikan mas (Cyprinus carpio L.) dengan
perlakuan penambahan bungkil inti sawit yang difermentasi dengan perlakuan
konsentrasi sebesar 15% menunjukkan performa terbaik pada pertumbuhan ikan
mas. Penggunaan bungkil inti sawit terfermentasi juga diteliti oleh Amri (2007)
dengan penggunaan konsetrasi 18% dalam pakan ikan mas (Cyprinus carpio L.)
hasil penelitian memperlihatkan jumlah konsumsi pakan, pertambahan berat
badan tertinggi dan menurunkan konversi pakan serta income over feed cost
tertinggi. Pada penelitian Sirait (2010) dalam pemberian pakan ikan nila
(Oreochromis niloticus) dengan perlakuan penggunaan bungkil kelapa yang
difermentasi dengan konsentrasi 10% menunjukkan performa pertumbuhan yang
terbaik.
Pada penelitian Rostika (2010) menyebutkan bahwa pakan mengandung
tepung tongkol jagung fermentasi 5% dengan Trichoderma viride dan
Trichoderma reesei untuk benih ikan tawes memberikan pertumbuhan mutlak
25,88 gram, laju pertumbuhan harian 2,01% dan konversi pakan 2,83. Hasil
penelitian Sari (2007) yang menggunakan bungkil inti sawit yang difermentasi
dalam pakan buatan ikan nila yang memberikan nilai laju pertumbuhan dan
konversi pakan tertinggi pada perlakuan 5% yaitu 2,05% dan 2,34. Sedangkan
pada penelitian Haetami (2003) dalam Sari (2007) menunjukkan bahwa
penggunaan biji jarak terfermentasi dapat ditambahkan ke dalam pakan benih ikan
gurame sampai dengan 10%.
7
1.6 Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik hipotesis bahwa penambahan
tepung kulit ubi kayu hasil fermentasi sebanyak 15% dalam formulasi pakan
buatan dapat memberikan pertumbuhan terbaik bagi benih ikan gurame pada fase
pendederan keempat benih 4-6 cm.
.