Anda di halaman 1dari 15

GAMBARAN INTERVENSI GIZI SENSITIF PADA KELUARGA YANG

MEMILIKI BALITA STUNTING DI DESA KADUGADUNG,


KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2019

KELOMPOK 4

AULIA ANJASARI 1102013048


A’IN FITRAH AULIA NUR 1102014008
FARHAN FAUZAN 1102014093
SAISABELA P. ANDINA 1102014235
SALSHA ALYFA RAHMANI 1102014236

PEMBIMBING

DR. Rifqatussa’adah, SKM, M.Kes

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
NOVEMBER 2019
GAMBARAN INTERVENSI GIZI SENSITIF PADA
KELUARGA YANG MEMILIKI BALITA STUNTING DI
DESA KADUGADUNG, KABUPATEN PANDEGLANG
TAHUN 2019
Aulia A1, A’in F1, Farhan F1, Saisabela P1, Salsha A1,
Rifqatussa’adah2
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran,Universitas YARSI
2
Dosen, Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran Universitas YARSI

KATA KUNCI Intervensi, Sensitif, Stunting


ABSTRAK: Latar Belakang: Stunting pada balita perlu mendapatkan
perhatian khusus karena dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan status kesehatan
pada anak. Kontribusi sektor kesehatan (gizi spesifik) hanya
menyumbang 30%, sedangkan sektor non kesehatan (gizi
sensitif) berkontribusi sebesar 70% dalam penangulangan
masalah gizi. Desa Kadugadung merupakan salah satu lokasi
khusus stunting di Pandeglang yang menjadi perhatian
pemerintah.
Tujuan: Mengetahui gambaran intervensi sensitif terhadap
stunting di Desa Kadugadung, Kabupaten Pandeglang Tahun
2019.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross
sectional. Populasi adalah ibu di keluarga binaan yang memiliki
balita di Pandeglang. Jumlah responden sebanyak 82 orang.
Analisis bivariat menggunakan uji chi square.
Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa sanitasi ( P = 0,643 ),
fortifikasi ketahanan pangan ( P = 0,319 ), akses pelayanan
kesehatan ( P = 0,898 ), JKN ( P = 0,407 ), pola asuh ( P =
1,00 ), PAUD ( P = 0,586 ), pendidikan gizi ( P = 0,726 ),
pendidikan kesehatan reproduksi ( P = 0,704 ), padat karya ( P =
0,042 ) dan gizi sensitif ( p = 0,000 ).
Simpulan: Penanganan gizi sensitif perlu ditingkatnya, terutama
program padat karya, berupa pemberian upah, dana pembelian
bahan material, dan penyerapan tenaga kerja, karena merupakan
variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting di Desa
Kadugadung.

2
DESCRIPTION OF SENSITIVE NUTRITION
INTERVENTION IN FAMILY WITH STUNTING
TODDLER IN KADUGADUNG VILLAGE,
PANDEGLANG DISTRICT, 2019
Aulia A1, A’in F1, Farhan F1, Saisabela P1, Salsha A1,
Rifqatussa’adah2
1
Student, Faculty of Medicine, YARSI University
2
Lecturer, Department of Public Health Sciences, Faculty of
Medicine, YARSI University

KEYWORDS Interventions, Sensitive, Stunting


ABSTRACT Background: Stunting in toddlers needs special attention
because it can hamper physical growth, mental
development and health status in children. The contribution
of the health sector (specific nutrition) only contributed
30%, while the non-health sector (sensitive nutrition)
contributed 70% in tackling nutrition problems.
Kadugadung Village is one of the special stunting locations
in Pandeglang that is the government's concern.
Objective: To find out the description of sensitive nutrition
intervention in family with stunting toddler in Kadugadung
Village, Pandeglang Regency, Banten.
Method: This study uses a cross sectional research design.
The population is mothers in fostered families who have
toddlers in Pandeglang. The number of respondents was 82
people. Bivariate analysis using chi square test.
Results: The results showed that sanitation (P = 0.643),
fortification of food security (P = 0.319), access to health
services (P = 0.898), JKN (P = 0.407), parenting (P =
1.00), PAUD (P = 0.586), nutrition education (P = 0.726),
reproductive health education (P = 0.704), labor intensive
(P = 0.042) and sensitive nutrition (p = 0.000).
Conclusion: The handling of sensitive nutrition needs to be
improved, especially in labor-intensive programs, in the
form of wages, funds for material purchases, and
employment, because it is a variable related to stunting in
Kadugadung Village.

3
PENDAHULUAN Masalah kurang gizi dan
Banyak negara di dunia stunting merupakan dua masalah yang
mengalami permasalahan gizi, salah saling berhubungan. Stunting pada
satunya stunting pada balita. balita perlu mendapatkan perhatian
Indonesia juga tidak luput dari khusus karena dapat menyebabkan
permasalahan ini. Berdasarkan data terhambatnya pertum-buhan fisik,
Global Nutrition Report tahun 2014, perkembangan mental dan status
Indonesia merupakan negara dengan kesehatan pada anak. Balita stunting
urutan ke–17 dari 117 negara yang akan tumbuh menjadi dewa-sa
memiliki masalah gizi kompleks stunting dengan berbagai dampak
stunting, wasting dan overweight. yang akan ditimbulkan. Kegagalan
Prevalensi stunting di Indonesia pertumbuhan ini juga terkait erat
menempati peringkat kelima terbesar dampak jangka panjang yakni pening-
di dunia.1,2 katan prevalensi penyakit tidak menu-
Stunting merupakan kondisi lar di masa mendatang. Investasi un-
gagal tumbuh pada anak balita akibat tuk meningkatkan intervensi gizi akan
kekurangan gizi kronis terutama pada dapat menyelamatkan 900 ribu jiwa,
1.000 Hari Pertama Kehidupan mengurangi stunting sebesar 20% dan
(HPK). Stunting dianggap sebagai wasting sebesar 61%.2,3
masalah kesehatan masyarakat yang Untuk mengatasi permasa-
berat bila prevalensi stunting berada lahan gizi ini, pada tahun 2010 PBB
pada rentang 30-39 persen. Data Riset telah meluncurkan program Scalling
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun Up Nutrition (SUN) yaitu sebuah upa-
2007 menunjukkan prevalensi stun- ya bersama dari pemerintah dan mas-
ting sebesar 36,8% dan meningkat yarakat untuk mewujudkan visi bebas
pada tahun 2013 sebesar 37,2 persen, rawan pangan dan kurang gizi (zero
terdiri dari prevalensi pendek sebesar hunger and malnutrition).
18,0 persen dan sangat pendek se- Di Indonesia, gerakan untuk
besar 19,2 persen. Artinya 1 dari 3 perbaikan gizi dikenal dengan
anak Indonesia tergolong pendek.3
Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi dalam rangka Seribu

4
Hari Pertama Kehidupan (Gerakan Penelitian ini menggunakan
1000 HPK) dengan landasan desain penelitian cross sectional.
Peraturan Presiden (Perpres) nomor Penetapan sampel dilakukan secara
42 tahun 2013 tentang Gerakan total sampling. Sebanyak 82
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. responden dari seluruh balita dan Ibu
Kontribusi sektor kesehatan (gizi dimasukkan ke dalam penelitian ini.
spesifik) hanya menyumbang 30%, Instrumen pengumpulan data adalah
sedangkan sektor non kesehatan (gizi microtoise dan timbangan untuk
sensitif) berkontribusi sebesar 70% mengetahui status stunting serta
dalam penangulangan masalah gizi.4,5 kuisioner. Data dianalisis dengan uji
Intervensi spesifik dilakukan statistik Chi Square untuk melihat
oleh sektor kesehatan seperti hubungan intervensi gizi senstif
penyediaan vitamin, makanan dengan stunting. Data disajikan dalam
tambahan, dan lainnya sedangkan bentuk tabel. Pengolahan data
intervensi sensitif dilakukan oleh menggunakan SPSS 23.0 for
sektor non–kesehatan seperti Windows.
penyediaan sarana air bersih,
ketahanan pangan, jaminan kesehatan, HASIL PENELITIAN
pengentasan kemiskinan dan
Karakteristik Responden Balita
sebagainya. Persentase 70%
dan Ibu di Desa Kadugadung,
intervensi gizi sensitif menyumbang
Kecamatan Cipeucang, Kabupaten
kontribusi yang lebih besar
Pangdeglang
dibandingkan gizi spesifik.6
Jumlah responden dari Balita
Berdasarkan hal di atas,
dan Ibu di Desa Kadugadung,
penulis tertarik untuk
Kecamatan Cipeucang, Kabupaten
mengidentifikasi gambaran intervensi
Pangdeglang adalah 82 orang.
sensitif pada keluarga yang memiliki
balita stunting di Desa Kadugadung, Tabel 1. Karakteristik Responden
Kabupaten Pandeglang Tahun Dari Balita di Desa kadugadung

2019. Karakteristik n %
Jenis Laki laki 51 62.2
METODE PENELITIAN Kelamin Perempuan 31 37.8
Balita

5
Karakteristik n % Karakteristik n %
Total 82 100 Total 82 100
Usia >24-36 32 39,0
Balita Bulan Berdasarkan Tabel 2
>36-48 28 34,1 didapatkan Usia Ibu Responden
Bulan
>48-60 22 26,8 terbanyak yaitu 26-35 tahun sebanyak
Bulan 40 orang (48.8%) dan terendah yaitu

Total 82 100 19-25 tahun sebanyak 12 orang

Berdasarkan Tabel 1. Dida- (14.6%), dan pendidikan ibu

patkan Jenis Kelamin balita terba- terbanyak adalah SD yaitu 39 orang

nyak yaitu laki-laki dengan 51 Balita (47.6%) dan terendah adalah Sarjana

(62.2%) dan terendah adalah Perem- sebanyak 4 orang (4.9%).

puan dengan 31 balita (37.8%), Analisis Univariat


Usia balita terbanyak yaitu Dilakukan analisis univariat
antara >24-36 bulan 32 balita (39%) dengan distribusi frekuensi balita
dan terendah yaitu >48-60 bulan stunting dan distribusi intervensi
sebanyak 22 balita (26.8%). Selain itu sensitif terhadap stunting pada balita
didapatkan data balita yang di Pandeglang, Banten. Variabel yang
mengalami stunting berjumlah 37 digunakan yakni air bersih, sanitasi,
balita (45.1%). fortifikasi ketahanan pangan, akses
Tabel 2. Karakteristik Respo- kepada layanan kesehatan dan KB,
nden dari Ibu Balita di Desa pendidikan pola asuh orang tua,
Kadugadung
variabel jaminan kesehatan, PAUD /
Karakteristik n %
TK, pendidikan gizi masyarakat,
Usia Ibu 19 - 25 12 14.6
Thn edukasi kespro dan gizi remaja dan
26 - 35 40 48.8 program padat karya tunai dibagi
Thn
36 - 45 30 36.6 menjadi Baik (≥ 50 %) dan Buruk (<
Thn 50 %). Distribusi stunting di desa
Total 82 100
Pendidik- Tidak 0 0 Kadugadung dapat dilihat pada tabel 3
an Ibu sekola sebagai berikut:
h
SD 39 47.6 Tabel 3. Status Stunting di Desa
SMP 20 24.4 Kadugadung, Kecamatan
SMA 19 23.2 Cipeucang, Kabupaten
Sarjana 4 4.9 Pangdeglang

6
Status Balita Status Balita
Stunting n % Stunting n %
Stunting 37 45.1

Tidak Stunting 45 54.9


Total 82 100

Berdasarkan tabel 3, didapatkan


bahwa sebanyak 37 balita 45.1% balita
di Desa Kadugadung mengalami
stunting. Distribusi mengenai
gambaran intervensi gizi sensitif di
desa kadugadung dapat dilihat dari
tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4. Gambaran Intervensi Gizi
Sensitif di Desa Kadugadung,
Kecamatan Cipeucang, Kabupaten
Pangdeglang
Variabel N %

Air Bersih, Sanitasi


Baik 51 62.2
Buruk 31 37.8
Total 82 100
Fortifikasi Ketahanan Pangan
Baik 16 19.5
Buruk 66 80.5
Total 82 100
Akses Layanan Kesehatan Dan
KB
Baik 56 68.3
Buruk 26 31.7
Total 82 100
JKN, Jamsos, BPJS, Jampersal,
& Lainnya
Baik 82 100
Buruk 0 0
Total 82 100
Pendidikan Pola Asuh Orang
Tua
Baik 78 95.1
Buruk 4 4.9

7
Variabel N % Analisis Bivariat

Total 82 100 Berdasarkan tabel 5, didapatkan


hasil keluarga balita yang

PAUD/TK mempunyai 37 balita berstatus


Baik 79 96,3 stunting sebesar 45,1% dan yang
Buruk 3 3,7
Total 82 100 tidak stunting adalah 54,9%.
Pendidikan Gizi Keluarga balita yang mempunyai
Baik 73 89,0
Buruk 9 11,0 air bersih dan sanitasi baik
Total 82 100 berstatus stunting sebesar 43,1%
Edukasi Kespro Dan Gizi
Remaja dan yang tidak stunting adalah
Baik 24 70,5 56,9% dengan nilai p = 0,643.
Buruk 10 29,5
Total 34 100 Keluarga balita yang mempunyai
Padat Karya fortifikasi ketahanan pangan baik
Baik 26 31,7
Buruk 56 68,3 berstatus stunting sebesar 56,3%
Total 82 100 dan yang tidak stunting adalah
43,7% dengan nilai p = 0,319.
Dari tabel 4, didapatkan bahwa Keluarga balita yang mempunyai
sebanyak 62.2 % warga Desa akses pelayanan kesehatan baik
Kadugadung sudah memiliki berstatus stunting sebesar 44,6%
sanitasi baik, 19.5 % memiliki dan yang tidak stunting sebesar
fortifikasi ketahanan pangan yang 55,4% dengan nilai p = 0,898.
baik, 68.3 % memiliki akses Keluarga balita yang mempunyai
layanan kesehatan yang baik, 100 JKN/BPJS berstatus stunting
% sudah memiliki JKN atau BPJS, sebesar 42,1% dan yang tidak
95.1 % sudah memiliki pola asuh sebesar 57,9% dengan nilai p =
yang baik, 96,3% sudah memiliki 0,407. Keluarga balita yang
paud atau TK di dekat rumahnya, memiliki pola asuh baik berstatus
89% sudah memiliki pendidikan stunitng sebesar 44,9% sedangkan
gizi, 70,5% memiliki Edukasi yang tidak stunting sebesar 55,1%
KESPRO yang baik, dan 31,7% dengan nilai p = 1,00. Keluarga
sudah memiliki program padat balita yang mempunyai PAUD/TK
karya oleh pemerintah. didekat rumahnya berstatus

8
stunting sebesar 44,3% dan yang Keluarga Balita yang mempunyai
tidak sebesar 55,7% dengan nilai p program padat karya yang baik
0,586. Keluarga Balita yang bestatus stunting sebesar 61,5%
mempunyai pendidikan gizi yang dan yang tidak stunting sebesar
baik berstatus stunting sebesar 38,5% dengan nilai p = 0,042. Dari
43,8% dan yang tidak sebesar hasil tersebut dapat disimpulkan
56,2% dengan nilai p = 0,726. bahwa terdapat hubungan yang
Pada bermakna antara gizi sensitif yaitu
keluarga balita yang mempunyai program padat karya dengan
Edukasi KESPRO yang baik kejadian stunting di Desa
berstatus stunting sebesar 62.5% Kadugadung, Kecamatan
dan yang tidak stunting sebesar Cipeucang, Kabupaten
37.5 % dengan nilai p = 0,704 Pangdeglang.
Tabel 5. Hasil Hubungan Faktor Gizi Sensitif Dengan Stunting
Status Gizi
Stunting Tidak Total Nilai
Stunting P
Sanitasi
Baik 43,1 56,9 100,0
Buruk 48,4 51,6 100,0
0,643
Total 45,1 54,9 100,0
Fortifikasi Ketahanan Pangan
Baik 56,3 43,8 100,0
Buruk 42,4 57,6 100,0 0,319
Total 45,1 54,9 100,0
Akses Pelayanan Kesehatan
Baik 44,6 55,4 100,0
Buruk 46,2 53,8 100,0 0,898
Total 45,1 54,9 100,0
JKN,BPJS
Baik 42,1 57,9 100,0
Buruk 52,0 48,0 100,0 0,407
Total 45,1 54,9 100,0
Pola Asuh
Baik 44,9 55,1 100,0
Buruk 50,0 50,0 100,0 1,00
Total 45,1 54,9 100,0
Paud
Baik 44,3 55,7 100,0
Buruk 66,7 33,3 100,0 0,586

9
Status Gizi
Stunting Tidak Total Nilai
Stunting P
Total 45,1 54,9 100,0
Pendidikan Gizi
Baik 43,8 56,2 100,0
Buruk 55,6 44,4 100,0 0,726
Total 45,1 54,9 100,0
Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Baik 62,5 37,5 100,0
Buruk 50,0 50,0 100,0 0,704
Total 58,8 41,2 100,0
Padat Karya
Baik 61,5 38,5 100,0
Buruk 37,5 62,5 100,0 0,042
Total 45,1 54,9 100,0

Tabel 6. Hasil Hubungan Gizi Sensitif Dengan Stunting


Gizi Sensitif
Stunting Tidak Total Nilai
Stunting P
Sanitasi
Buruk 22 8 30
(73,3%) (26,7%)
Baik 15 37 52 0,000
(28,8%) (71,2%)
Total 37 45 82
(45,1%) (54,9%) (100,0%)

PEMBAHASAN karya didapatkan hasil bahwah


Berdasarkan hasil seluruh faktor gizi sensitif hubungan
penelitian, seluruh intevensi gizi yang bermakna dengan kejadian
sensitif yang terdiri dari sanitasi, stunting (P = 0.000) di Desa
fortifikasi ketahanan pangan, akses Kadugadung
pelayanan kesehatan, PAUD/TK,
Menurut UNICEF permasa-
JKN/BPJS, pola asuh, pendidikan
lahaan gizi disebabkan oleh
gizi, pendidikan KESPRO, dan padat

10
penyebab langsung, penyebab tidak Sanitasi lingkungan memiliki
langsung dan akar masalah.5 Untuk hubungan secara tidak langsung ter-
me-nanggulangi permasalahan gizi hadap masalah gizi. Ada beberapa
ini diperlukan kerjasama lintas sektor bukti hubungan antara akses sanitasi
melalui upaya intervensi gizi spesifik dan stunting. Satu studi multinegara
dan sensitif. Selain itu, dalam menunjukkan bahwa sanitasi ber-
gerakan 1000 hari pertama kontribusi terhadap penurunan pre-
kehidupan (HPK) juga menggunakan valensi defisit asupan gizi pada anak-
intervensi gizi spesifik dan gizi anak di perkotaan 22–53% dan di
sensitif, dimana diyakini intervensi pedesaan sebesar 4–37%. Berbagai
gizi sensitif berkontribusi 70% dan penelitian menunjukkan bahwa sa-
intervensi gizi spesifik berkontribusi nitasi yang kurang baik
30% dalam mengatasi permasalahan meningkatkan risiko anak mengalami
gizi.6 stunting.8

Intervensi sensitif merupakan Kemiskinan merupakan


berbagai kegiatan pembangunan di masa-lah mendasar yang
luar sektor kesehatan, sasarannya menyebabkan masih tingginya
adalah masyarakat umum. Dalam masalah gizi di Indonesia.9
kerangka konsep UNICEF pena- Penanggulangan kemis-kinan dengan
nganan masalah gizi diantaranya ada- cara memperbaiki ekonomi dan
lah melalui program pengentasan ke- meningkatkan pen-dapatan
miskinan dan pertumbuhan ekonomi, merupakan salah satu cara intervensi
keterlibatan dunia usaha, penanganan tidak langsung yang dapat dilakukan
konflik serta pelestarian lingkungan untuk mengurangi masalah gizi yaitu
hidup.6 Program–program ini me- memperbaiki ekonomi dan
rupakan potensi yang sangat besar meningkatkan pendapatan masya-
untuk mengatasi kekurangan gizi dan rakat, berupa pemberian upah, dana
memegang kunci untuk mengatasi pembelian bahan material, dan
sisa dua pertiga dari penyebab ma- penyerapan tenaga kerja.10 Keluarga
salah stunting yang tidak dapat dengan pendapatan yang memadai
diselesaikan dengan intervensi gizi dapat memenuhi ke-butuhan asupan
spesifik.7 makannya juga mempunyai akses

11
yang baik terhadap pelayanan satu upaya untuk menekan kejadian
kesehatan serta memiliki lingkungan stunting.
yang sehat dapat terhindar dari gizi
Pemberdayaan perempuan
kurang.11
melalui peningkatan pendidikan dan
Menurut Simbolon ( 2014 ) pengetahuan mengenai gizi dan ke-
Pada dasarnya padat karya bukanlah sehatan disinyalir sebagai salah satu
istilah baru di bangsa Indonesia. cara dalam mengatasi masalah gizi.
Bahkan sejarah mencatat padat karya Perempuan merupakan pengasuh
merupakan salah satu pilar yang utama untuk anak-anak selain itu
menyukseskan pembangunan Indo- juga menjadi anggota rumah tangga
nesia pada masa sebelumnya khu- yang produktif. Status gizi
susnya dalam program swasembada perempuan sa-ngat terkait dengan
pangan. Pemerintah berhasil keadaan gizi anaknya. Satu studi
menekan tingkat kemiskinan dari memperkirakan bahwa pendidikan
angka 11,13 di tahun 2015 berturut- perempuan ber-tanggung jawab
turut menjadi 10,70 di tahun 2016 untuk hampir 43% dari total
dan 10,12 di tahun 2017. Angka pengurangan gizi di 63 negara antara
tingkat pengang-guran Terbuka juga tahun 1971 dan 1995. Penelitian ini
berangsur-angsur turun dari 6,18 di juga menunjukkan bah-wa
tahun 2015 menjadi 5,61 di tahun meningkatnya status pendidikan dan
2016 dan 5,50 di tahun 2017. pengetahuan perempuan di Asia
Kemudian, tingkat ketimpa-ngan Selatan mengurangi kejadian anak
pendapatan juga turun dari angka kurang berat badan di bawah usia
0,402 di tahun 2015 menjadi 0,394 di tiga tahun sekitar 12% dan di Sub–
tahun 2016 dan 0,391 di tahun 2017. Sahara Afrika hampir 3%.12
Program ini tidak terkait langsung
Promosi pemberian ASI dan
dengan kejadian stunting, namun
cara memberikan makanan yang
keberhasilannya dalam mene-kan
benar untuk anak merupakan salah
angka kemiskinan diyakini dapat
satu bagian penting untuk mengatasi
meningkatkan kualitas hidup
masalah gizi karena masalah gizi
masyarakat sehingga menjadi salah
khususnya stunting merupakan
akibat dari tidak diberikannya ASI

12
eksklusif serta pemberian makanan cara mengikuti penyuluhan mengenai
pendam-ping ASI yang tidak cukup ekonomi, gizi dan kesehatan.
dari segi kuantitas, kualitas serta
Untuk institusi pendidikan
keragam-annya.13 Pemberian ASI
diharapkan lebih meningkatkan
serta ma-kanan pendamping ASI
sistem pembelajaran pada mahasiswa
yang cukup merupakan cara yang
mengenai stunting dan materi me-
dua kali lebih efektif mencegah
ngenai padat karya serta lebih mem-
kematian anak balita dibandingkan
perbanyak pustaka demi penyem-
intervensi lain.14 Penyuluhan ini
purnaan penelitian selanjutnya.
merupakan bagian dari upaya
peningkatan pemberian ASI dan Untuk peneliti selanjutnya

makanan pendamping ASI yang diharapkan untuk memperluas

benar oleh masyarakat untuk jumlah responden penelitian dan

mengurangi masalah gizi. memper-banyak variabel faktor-


faktor yang dapat mempengaruhi
SIMPULAN
kejadian stunting
Penanganan gizi sensitif perlu
UCAPAN TERIMA KASIH
ditingkatnya, terutama program padat
karya, berupa pemberian upah, dana Puji syukur penulis panjatkan
pembelian bahan material, dan kepada Allah SWT yang telah
penyerapan tenaga kerja, karena memberikan rahmat dan karuniaNya
merupakan variabel yang sehingga penulis dapat menye-
berhubungan dengan kejadian lesaikan penulisan penelitian ini.
stunting di Desa Kadugadung. Dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:

SARAN 1. Bagian stase Ikatan


Kesehatan Masyarakat
Untuk warga Desa
Universitas Yarsi Jakarta
Kadugadung disarankan untuk
2. Tenaga kesehatan dan staf di
menambah wawa-san tentang
Puskesmas Cipeucang, Kabu-
intervensi gizi sensitif dalam
paten Pandeglang, Banten.
menurunkan angka stunting dengan

13
3. Keluarga binaan Desa atas kesedia-annya menjadi
Kadugadung, Kecamatan res-ponden dalam penelitian
Cipeu-cang, Kabupaten Pan- ini.
deglang, Provinsi Banten,

DAFTAR PUSTAKA 5. UNICEF. The State Of The


World’s Children 1998.
1.Sumarmi, S. (2017) ‘TINJAUAN Oxford : Oxford University
KRITIS INTERVENSI Press; 2008.
MULTI MIKRONUTRIEN
PADA1000 HARI 6. Hadiat. Gerakan Nasional
PERTAMA KEHIDUPAN’, Percepatan Perbaikan Gizi
Penelitian GizidanMakanan, (Peraturan presiden RI No.42
40(1), pp. 17–28. doi: Tahun 2013). 2013.
10.22435/pgm.v40i1.6374. Persentasi disampaikan pada
talkshow Gerakan Nasional
2. Hoang, V.-N., Nghiem, S. and Vu, 1000 HPK Jakarta, 19 – 20
X.-B. (2019) ‘Stunting and Oktober 2013
academic achievement among
Vietnamese children: new 7. UKAID. Scalling Up Nutrition:
evidence from the young The UK’s position paper on
lives survey’, Applied undernutrition. Departement
Economics, 51(18), pp. of International
2001–2009. doi: Development, September
10.1080/00036846.2018.1537 2011.
476.
8. Nadiyah BD, Martianto D. Faktor
3. Kavle, J. A. et al. (2016) ‘Factors risiko stunting pada anak usia
associated with early growth 0– 23 bulan di Provinsi Bali,
in Egyptian infants: Jawa Barat, dan Nusa
Implications for addressing Tenggara Timur. Jurnal Gizi
the dual burden of dan Pangan. 2014;9(2): 125–
malnutrition’, Maternal and 132.
Child Nutrition, 12(1), pp.
139–151. doi: 9. Atmarita. Masalah anak pendek di
10.1111/mcn.12213. Indonesia dan implikasinya
terhadap kemajuan negara.
4. Da Rocha Neves, K. et al.(2016) Gizi Indon [Internet].
‘Growth and development 2012[Diakses pada 6
and their environmental and Desember 2019]; 35(2):81–
biological determinants’, 96 Tersedia di
Jornal de Pediatria, 92(3), pp. http://ejournal.persagi.org/go/
241–250. doi: index.php/
10.1016/j.jped.2015.08.007. Gizi_Indon/article/viewFile/1
25/122.

14
IFLS 1993 – 2007). Jurnal
10. World Bank. Repositioning ugm Vol 3, No 2 (2014)
nutrition as central
development a strategy for 13.WHO. WHA Global Nutrition
large scale action[Internet]. Targets 2025 Stunting Policy
Geneva: World Bank; Brief [Internet].
2006[Diakses pada tanggal 6 Geneva:WHO[Diakses pada
Desember 2019]. Tersedia di 6 Desember 2019]. Tersedia
http://www.unhcr.org/45f6c4 di http://apps.who.int/iris/
432. pdf. bitstream/10665/149019/1/W
HO_NMH_
11. Arimond M, Ruel M. Dietary NHD_14.3_eng.pdf.
diversity is associated with
child nutritional status: 14. Jones G, Steketee RW, Black RE,
Evidence from 11 Bhutta ZA, Morris SS & the
demographic and health Bellagio Child Survival
surveys. J.Nutr. 2004;134 : Study Group. How many
2579–2585. child deaths can we prevent
this year?. Lancet[Internet].
12. Demsa Simbolon. Pengaruh 2003[Diakses pada 6
Kepemilikan Jaminan Desember 2019];362:65–71.
Kesehatan Masyarakat Tersedia di
Miskin terhadap Status http://www.who.int/maternal
Kelahiran dan Kejadian _child_adolescent/
Stunting pada Baduta documents/pdfs/lancet_child_
Indonesia (Analisis Data survival_ prevent_deaths.pdf.

15

Anda mungkin juga menyukai