KELOMPOK 4
PEMBIMBING
2
DESCRIPTION OF SENSITIVE NUTRITION
INTERVENTION IN FAMILY WITH STUNTING
TODDLER IN KADUGADUNG VILLAGE,
PANDEGLANG DISTRICT, 2019
Aulia A1, A’in F1, Farhan F1, Saisabela P1, Salsha A1,
Rifqatussa’adah2
1
Student, Faculty of Medicine, YARSI University
2
Lecturer, Department of Public Health Sciences, Faculty of
Medicine, YARSI University
3
PENDAHULUAN Masalah kurang gizi dan
Banyak negara di dunia stunting merupakan dua masalah yang
mengalami permasalahan gizi, salah saling berhubungan. Stunting pada
satunya stunting pada balita. balita perlu mendapatkan perhatian
Indonesia juga tidak luput dari khusus karena dapat menyebabkan
permasalahan ini. Berdasarkan data terhambatnya pertum-buhan fisik,
Global Nutrition Report tahun 2014, perkembangan mental dan status
Indonesia merupakan negara dengan kesehatan pada anak. Balita stunting
urutan ke–17 dari 117 negara yang akan tumbuh menjadi dewa-sa
memiliki masalah gizi kompleks stunting dengan berbagai dampak
stunting, wasting dan overweight. yang akan ditimbulkan. Kegagalan
Prevalensi stunting di Indonesia pertumbuhan ini juga terkait erat
menempati peringkat kelima terbesar dampak jangka panjang yakni pening-
di dunia.1,2 katan prevalensi penyakit tidak menu-
Stunting merupakan kondisi lar di masa mendatang. Investasi un-
gagal tumbuh pada anak balita akibat tuk meningkatkan intervensi gizi akan
kekurangan gizi kronis terutama pada dapat menyelamatkan 900 ribu jiwa,
1.000 Hari Pertama Kehidupan mengurangi stunting sebesar 20% dan
(HPK). Stunting dianggap sebagai wasting sebesar 61%.2,3
masalah kesehatan masyarakat yang Untuk mengatasi permasa-
berat bila prevalensi stunting berada lahan gizi ini, pada tahun 2010 PBB
pada rentang 30-39 persen. Data Riset telah meluncurkan program Scalling
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun Up Nutrition (SUN) yaitu sebuah upa-
2007 menunjukkan prevalensi stun- ya bersama dari pemerintah dan mas-
ting sebesar 36,8% dan meningkat yarakat untuk mewujudkan visi bebas
pada tahun 2013 sebesar 37,2 persen, rawan pangan dan kurang gizi (zero
terdiri dari prevalensi pendek sebesar hunger and malnutrition).
18,0 persen dan sangat pendek se- Di Indonesia, gerakan untuk
besar 19,2 persen. Artinya 1 dari 3 perbaikan gizi dikenal dengan
anak Indonesia tergolong pendek.3
Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi dalam rangka Seribu
4
Hari Pertama Kehidupan (Gerakan Penelitian ini menggunakan
1000 HPK) dengan landasan desain penelitian cross sectional.
Peraturan Presiden (Perpres) nomor Penetapan sampel dilakukan secara
42 tahun 2013 tentang Gerakan total sampling. Sebanyak 82
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. responden dari seluruh balita dan Ibu
Kontribusi sektor kesehatan (gizi dimasukkan ke dalam penelitian ini.
spesifik) hanya menyumbang 30%, Instrumen pengumpulan data adalah
sedangkan sektor non kesehatan (gizi microtoise dan timbangan untuk
sensitif) berkontribusi sebesar 70% mengetahui status stunting serta
dalam penangulangan masalah gizi.4,5 kuisioner. Data dianalisis dengan uji
Intervensi spesifik dilakukan statistik Chi Square untuk melihat
oleh sektor kesehatan seperti hubungan intervensi gizi senstif
penyediaan vitamin, makanan dengan stunting. Data disajikan dalam
tambahan, dan lainnya sedangkan bentuk tabel. Pengolahan data
intervensi sensitif dilakukan oleh menggunakan SPSS 23.0 for
sektor non–kesehatan seperti Windows.
penyediaan sarana air bersih,
ketahanan pangan, jaminan kesehatan, HASIL PENELITIAN
pengentasan kemiskinan dan
Karakteristik Responden Balita
sebagainya. Persentase 70%
dan Ibu di Desa Kadugadung,
intervensi gizi sensitif menyumbang
Kecamatan Cipeucang, Kabupaten
kontribusi yang lebih besar
Pangdeglang
dibandingkan gizi spesifik.6
Jumlah responden dari Balita
Berdasarkan hal di atas,
dan Ibu di Desa Kadugadung,
penulis tertarik untuk
Kecamatan Cipeucang, Kabupaten
mengidentifikasi gambaran intervensi
Pangdeglang adalah 82 orang.
sensitif pada keluarga yang memiliki
balita stunting di Desa Kadugadung, Tabel 1. Karakteristik Responden
Kabupaten Pandeglang Tahun Dari Balita di Desa kadugadung
2019. Karakteristik n %
Jenis Laki laki 51 62.2
METODE PENELITIAN Kelamin Perempuan 31 37.8
Balita
5
Karakteristik n % Karakteristik n %
Total 82 100 Total 82 100
Usia >24-36 32 39,0
Balita Bulan Berdasarkan Tabel 2
>36-48 28 34,1 didapatkan Usia Ibu Responden
Bulan
>48-60 22 26,8 terbanyak yaitu 26-35 tahun sebanyak
Bulan 40 orang (48.8%) dan terendah yaitu
nyak yaitu laki-laki dengan 51 Balita (47.6%) dan terendah adalah Sarjana
6
Status Balita Status Balita
Stunting n % Stunting n %
Stunting 37 45.1
7
Variabel N % Analisis Bivariat
8
stunting sebesar 44,3% dan yang Keluarga Balita yang mempunyai
tidak sebesar 55,7% dengan nilai p program padat karya yang baik
0,586. Keluarga Balita yang bestatus stunting sebesar 61,5%
mempunyai pendidikan gizi yang dan yang tidak stunting sebesar
baik berstatus stunting sebesar 38,5% dengan nilai p = 0,042. Dari
43,8% dan yang tidak sebesar hasil tersebut dapat disimpulkan
56,2% dengan nilai p = 0,726. bahwa terdapat hubungan yang
Pada bermakna antara gizi sensitif yaitu
keluarga balita yang mempunyai program padat karya dengan
Edukasi KESPRO yang baik kejadian stunting di Desa
berstatus stunting sebesar 62.5% Kadugadung, Kecamatan
dan yang tidak stunting sebesar Cipeucang, Kabupaten
37.5 % dengan nilai p = 0,704 Pangdeglang.
Tabel 5. Hasil Hubungan Faktor Gizi Sensitif Dengan Stunting
Status Gizi
Stunting Tidak Total Nilai
Stunting P
Sanitasi
Baik 43,1 56,9 100,0
Buruk 48,4 51,6 100,0
0,643
Total 45,1 54,9 100,0
Fortifikasi Ketahanan Pangan
Baik 56,3 43,8 100,0
Buruk 42,4 57,6 100,0 0,319
Total 45,1 54,9 100,0
Akses Pelayanan Kesehatan
Baik 44,6 55,4 100,0
Buruk 46,2 53,8 100,0 0,898
Total 45,1 54,9 100,0
JKN,BPJS
Baik 42,1 57,9 100,0
Buruk 52,0 48,0 100,0 0,407
Total 45,1 54,9 100,0
Pola Asuh
Baik 44,9 55,1 100,0
Buruk 50,0 50,0 100,0 1,00
Total 45,1 54,9 100,0
Paud
Baik 44,3 55,7 100,0
Buruk 66,7 33,3 100,0 0,586
9
Status Gizi
Stunting Tidak Total Nilai
Stunting P
Total 45,1 54,9 100,0
Pendidikan Gizi
Baik 43,8 56,2 100,0
Buruk 55,6 44,4 100,0 0,726
Total 45,1 54,9 100,0
Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Baik 62,5 37,5 100,0
Buruk 50,0 50,0 100,0 0,704
Total 58,8 41,2 100,0
Padat Karya
Baik 61,5 38,5 100,0
Buruk 37,5 62,5 100,0 0,042
Total 45,1 54,9 100,0
10
penyebab langsung, penyebab tidak Sanitasi lingkungan memiliki
langsung dan akar masalah.5 Untuk hubungan secara tidak langsung ter-
me-nanggulangi permasalahan gizi hadap masalah gizi. Ada beberapa
ini diperlukan kerjasama lintas sektor bukti hubungan antara akses sanitasi
melalui upaya intervensi gizi spesifik dan stunting. Satu studi multinegara
dan sensitif. Selain itu, dalam menunjukkan bahwa sanitasi ber-
gerakan 1000 hari pertama kontribusi terhadap penurunan pre-
kehidupan (HPK) juga menggunakan valensi defisit asupan gizi pada anak-
intervensi gizi spesifik dan gizi anak di perkotaan 22–53% dan di
sensitif, dimana diyakini intervensi pedesaan sebesar 4–37%. Berbagai
gizi sensitif berkontribusi 70% dan penelitian menunjukkan bahwa sa-
intervensi gizi spesifik berkontribusi nitasi yang kurang baik
30% dalam mengatasi permasalahan meningkatkan risiko anak mengalami
gizi.6 stunting.8
11
yang baik terhadap pelayanan satu upaya untuk menekan kejadian
kesehatan serta memiliki lingkungan stunting.
yang sehat dapat terhindar dari gizi
Pemberdayaan perempuan
kurang.11
melalui peningkatan pendidikan dan
Menurut Simbolon ( 2014 ) pengetahuan mengenai gizi dan ke-
Pada dasarnya padat karya bukanlah sehatan disinyalir sebagai salah satu
istilah baru di bangsa Indonesia. cara dalam mengatasi masalah gizi.
Bahkan sejarah mencatat padat karya Perempuan merupakan pengasuh
merupakan salah satu pilar yang utama untuk anak-anak selain itu
menyukseskan pembangunan Indo- juga menjadi anggota rumah tangga
nesia pada masa sebelumnya khu- yang produktif. Status gizi
susnya dalam program swasembada perempuan sa-ngat terkait dengan
pangan. Pemerintah berhasil keadaan gizi anaknya. Satu studi
menekan tingkat kemiskinan dari memperkirakan bahwa pendidikan
angka 11,13 di tahun 2015 berturut- perempuan ber-tanggung jawab
turut menjadi 10,70 di tahun 2016 untuk hampir 43% dari total
dan 10,12 di tahun 2017. Angka pengurangan gizi di 63 negara antara
tingkat pengang-guran Terbuka juga tahun 1971 dan 1995. Penelitian ini
berangsur-angsur turun dari 6,18 di juga menunjukkan bah-wa
tahun 2015 menjadi 5,61 di tahun meningkatnya status pendidikan dan
2016 dan 5,50 di tahun 2017. pengetahuan perempuan di Asia
Kemudian, tingkat ketimpa-ngan Selatan mengurangi kejadian anak
pendapatan juga turun dari angka kurang berat badan di bawah usia
0,402 di tahun 2015 menjadi 0,394 di tiga tahun sekitar 12% dan di Sub–
tahun 2016 dan 0,391 di tahun 2017. Sahara Afrika hampir 3%.12
Program ini tidak terkait langsung
Promosi pemberian ASI dan
dengan kejadian stunting, namun
cara memberikan makanan yang
keberhasilannya dalam mene-kan
benar untuk anak merupakan salah
angka kemiskinan diyakini dapat
satu bagian penting untuk mengatasi
meningkatkan kualitas hidup
masalah gizi karena masalah gizi
masyarakat sehingga menjadi salah
khususnya stunting merupakan
akibat dari tidak diberikannya ASI
12
eksklusif serta pemberian makanan cara mengikuti penyuluhan mengenai
pendam-ping ASI yang tidak cukup ekonomi, gizi dan kesehatan.
dari segi kuantitas, kualitas serta
Untuk institusi pendidikan
keragam-annya.13 Pemberian ASI
diharapkan lebih meningkatkan
serta ma-kanan pendamping ASI
sistem pembelajaran pada mahasiswa
yang cukup merupakan cara yang
mengenai stunting dan materi me-
dua kali lebih efektif mencegah
ngenai padat karya serta lebih mem-
kematian anak balita dibandingkan
perbanyak pustaka demi penyem-
intervensi lain.14 Penyuluhan ini
purnaan penelitian selanjutnya.
merupakan bagian dari upaya
peningkatan pemberian ASI dan Untuk peneliti selanjutnya
13
3. Keluarga binaan Desa atas kesedia-annya menjadi
Kadugadung, Kecamatan res-ponden dalam penelitian
Cipeu-cang, Kabupaten Pan- ini.
deglang, Provinsi Banten,
14
IFLS 1993 – 2007). Jurnal
10. World Bank. Repositioning ugm Vol 3, No 2 (2014)
nutrition as central
development a strategy for 13.WHO. WHA Global Nutrition
large scale action[Internet]. Targets 2025 Stunting Policy
Geneva: World Bank; Brief [Internet].
2006[Diakses pada tanggal 6 Geneva:WHO[Diakses pada
Desember 2019]. Tersedia di 6 Desember 2019]. Tersedia
http://www.unhcr.org/45f6c4 di http://apps.who.int/iris/
432. pdf. bitstream/10665/149019/1/W
HO_NMH_
11. Arimond M, Ruel M. Dietary NHD_14.3_eng.pdf.
diversity is associated with
child nutritional status: 14. Jones G, Steketee RW, Black RE,
Evidence from 11 Bhutta ZA, Morris SS & the
demographic and health Bellagio Child Survival
surveys. J.Nutr. 2004;134 : Study Group. How many
2579–2585. child deaths can we prevent
this year?. Lancet[Internet].
12. Demsa Simbolon. Pengaruh 2003[Diakses pada 6
Kepemilikan Jaminan Desember 2019];362:65–71.
Kesehatan Masyarakat Tersedia di
Miskin terhadap Status http://www.who.int/maternal
Kelahiran dan Kejadian _child_adolescent/
Stunting pada Baduta documents/pdfs/lancet_child_
Indonesia (Analisis Data survival_ prevent_deaths.pdf.
15