REFERAT
PNEUMOTORAKS
Oleh:
Mumtaz Maulana Hidayat
G1A011037
2014
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................. i
Daftar Isi..................................................................................................... 1
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang............................................................................ 2
B. Tujuan......................................................................................... 2
II. Isi
A. Definisi....................................................................................... 4
B. Etiologi....................................................................................... 4
C. Epidemiologi.............................................................................. 5
D. Penegakkan Diagnosis................................................................ 6
E. Patogenesis................................................................................. 10
F. Patofisiologi................................................................................. 11
G. Tata Laksana............................................................................... 12
H. Prognosis.................................................................................... 15
I. Komplikasi................................................................................. 15
III. Kesimpulan..................................................................................... 16
Daftar Pustaka............................................................................................. 17
I. PENDAHULUAN
penyakit ini sangat layak untuk dibahas dan dipahami secara menyeluruh.
Penulis bermaksud menuliskan gambaran penyakit secara komprehensif.
B. Tujuan
1. Mengetahui definisi pneumotoraks.
2. Dapat memahami penegakkan diagnosis pneumotoraks.
3. Memahami perjalanan penyakit pneumotoraks.
4. Dapat melakukan tata laksana penyakit pneumotoraks.
II. ISI
A. Definisi
Pneumotoraks merupakan keadaan dimana terdapat udara di dalam
kavum pleura. Adanya udara di dalam ruangan antara pleura visceral dan
parietal tersebut dapat mengganggu ventilasi dan oksigenasi (Noppen, 2010).
Terdapat 2 jenis pneumotoraks, yaitu jenis spontan dan traumatik.
Pneumotoraks jenis spontan terbagi menjadi pneumotoraks primer dan
sekunder. Primer berarti tidak ada penyakit yang menyertai seseorang sebelum
terkena pneumonia, sedangkan pneumotoraks sekunder merupakan komplikasi
dari penyakit lain yang mendasari, seperti asma, emfisema, atau fibrosis
interstisial. Pneumotoraks jenis traumatik dibagi menjadi iatrogenik dan non
iatrogenik. Jenis iatrogenik berkaitan dengan manuver terapi atau diagnostik,
sedangkan non iatrogenik disebabkan hal-hal diluar manuver dan terapi
diagnostik (Martin, 2007).
B. Etiologi
C. Epidemiologi
Data epidemiologi pada tiap jenis pneumotoraks amat bervariasi, yaitu (Daley,
2014):
1. Pneumotoraks primer, sekunder, dan primer berulang
berusia 60-65 tahun. Insiden yang disesuaikan menurut umur dari SSP
adalah 6,3 kasus per 100.000 orang per tahun untuk laki-laki dan 2,0 kasus
per 100.000 orang per tahun untuk wanita. Laki-laki-ke-perempuan rasio
harga yang disesuaikan menurut umur 3.2: 1. Penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) adalah penyebab umum pneumotoraks spontan sekunder
yang mengusung kejadian 26 kasus per 100.000 orang. [30]
Merokok meningkatkan risiko pneumotoraks spontan pertama
dengan lebih dari 20 kali lipat pada pria dan hampir 10 kali lipat pada
e. Pemeriksaan foto dada, garis pleuran viseralis tampak putih, lurus atau
cembung terhadap dinding dada dan terpisah dari garis pleura
parietalis
10
Gambar 2.4
E. Patogenesis
Pneumotoraks spontan primer kemungkinan berasal dari subpleural bleb
atau bula (Van Schil et al ., 2005), yang sebagian dapat ditemukan dan
sebagian lain tidak. Mekanisme lain adalah peningkatan porositas pada pleura
yang dapat menyebabkan inflamasi (Luh, 2010). Pertumbuhan bula atau bleb
dipengaruhi banyak faktor seperti radang saluran napas distal, anomali
bronkiolus, gangguan pembentukan jaringan ikat, iskemia lokal, dan
malnutrisi (Noppen dan de Keukeleire, 2008).
Sebagian besar pneumotoraks spontan merupakan hemopneumotoraks
spontan atau adanya udara dan darah yang terakumulasi di dalam rongga
pleura yang mendasari atau trauma dada sebelumnya dalam 48 jam (Wu et al,
2002;. Luh dan Tsao, 2007). Asal perdarahan yang paling mungkin yaitu
pembuluh darah yang menyimpang yang berasal dari dinding dada dan
tumbuh menjadi lesi pleura (bula atau blebs) dari paru-paru melalui pita
adhesi (Hsu et al., 2005). Fenomena ini telah dibuktikan oleh angiografi pra-
11
F. Patofisiologi
Secara garis besar semua jenis pneumotoraks mempunyai dasar
patofisiologi yang hampir sama. Pneumotoraks spontan terjadi karena
lemahnya dinding alveolus dan pleura visceralis. Apabila dinding alveolus dan
pleura visceralis yang lemah ini pecah, maka akan ada fistula yang
menyebabkan udara masuk ke cavum pleura. Mekanismenya pada saat inpirasi
rongga dada mengembang, disertai pengembangan kavum pleura yang
kemudian menyebabkan paru dipaksa ikut mengembang seperti balon yang
dihisap. Pengembangan paru menyebabkan tekanan intraaveolar menjadi
negatif sehingga udara luar masuk (Fishman, 2008).
12
nafas. Akibatnya dapat timbullah gejala pre-shock atau shock oleh karena
penekanan vena cava, yang dapat menyebabkan tension pneumotoraks
(Fishman, 2008).
13
untuk mengeluarkan cairan, darah atau udara dari kavum pleura, baik
secara aktif maupun pasif. Tindakan ini dikerjakan untuk menangani
kasus-kasus pasien dengan efusi pleura, hematotoraks, pneumotoraks,
silotoraks, post operasi torakostomi dan empiema. Bailey (2006),
mendapatkan 54% indikasi pemasangan toraks tube pada pasien
trauma oleh karena pneumotoraks, 20% oleh karena hematotoraks,
18% oleh karena efusi pleura, 2% oleh karena fraktur kosta multipel
14
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura
akan berubah menjadi negatif karena mengalir ke luar melalui jarum
tersebut.
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil:
1) Dapat memakai infus set jarum ditusukkan ke dinding dada sampai
ke dalam rongga pleura, kemudian infus set yang telah dipotong
pada pangkal saringan tetesan dimasukkan ke botol yang berisi air.
2) Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari gabungan jarum
dan kanula. Setelah jarum ditusukkan pada posisi yang tetap di
dinding thorax sampai menebus ke cavum pleura, jarum dicabut
15
d. Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama kalau ada keluhan
batuk, sesak nafas.
H. Prognosis
Hampir separuh pasien dengan pneumotoraks spontan akan mengalami
kekambuhan setelah sembuh dari observasi maupun setelah pemasangan tube
torakostomi. Kekambuhan jarang terjadi pada pasien-pasien pneumotoraks
I. Komplikasi
Pneumotoraks jenis tension dapat mengakibatkan kegagalan respirasi akut,
16
III. KESIMPULAN
5. Prognosis pneumotoraks pada umumnya baik jika ditangani dengan tata
laksana yang baik. Komplikasi pneumotoraks di antaranya adalah gagal napas
dan kematian.
17
DAFTAR PUSTAKA
Alsgaff, Hood, Mukty, H., Abdul. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya: Airlangga University Press. Hal: 162-179.
Fishman, P. A., Elias A., Grippi M. 2008. Fishman’s Pulmonary Disease and
Disorder 4th edition. United States of America: The McGraw Hill
Companies.
Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. 2007 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC; Hal. 598.
18
Smithuis, R., Delden, OV. 2013. Chest X-Ray Basic Interpretation. Available at :
http://www.radiologyassistant.nl/en/p497b2a265d96d/chest-x-ray-basic-
interpretation.html diakses pada 2 september 2014 pukul 06.00
Sudoyo, Aru, W., Setiyohadi, Bambang, Alwi, Idrus K., Marcellus, Simadibrata,
Setiati, Siti. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V.
Wu Y. C., Lu M. S., Yeh C. H., Liu Y. H., Hsieh M. J., Lu H. I., Liu H. P. 2002.
Justifying Video-Assisted Thoracic Surgery for Spontaneous
Hemopneumotoraks. Chest ; 122 (5): 1844-1847.
19