Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK XVII KELAINAN PSIKIATRI


MODUL 2 PSIKOSIS

Disusun oleh : Kelompok


3

SATRIA

DANANJAYA S. NIM.1410015013
DIMAS RAZAQA UMAR NIM.1410015047
IBNU AULIA NUGRAHA NIM.1410015070
EKA MULIANINGSIH NIM.1410015034
VIVI EVITA DEWI NIM.1410015035
SITI HAJAR NIM.1410015029
FARADIBA MAULIDINA NIM.1410015041
AYU WIRA OKTALIA NIM.1410015042
RINDA NUGRAHINI NIM.1410015050

Tutor : Dr. dr. Rahmat Bachtiar, MPPM

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nyalah makalah Modul 2 tentang ”Psikosis” di dalam blok 17 Kelainan
Psikiatri ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun dari
berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil (DKK) kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini, antara lain :
1. Dr. dr. Rahmat Bachtiar, MPPM selaku tutor yang telah membimbing kami
dalam melaksanakan diskusi kelompok kecil (DKK).
2. Teman-teman kelompok 6 yang telah mencurahkan pikiran dan tenaganya
sehingga diskusi kelompok kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan dengan baik
dan dapat menyelesaikan makalah hasil diskusi kelompok kecil (DKK)
kelompok 6.
3. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
angkatan 2014 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu.
Akhirnya, tentunya makalah ini belum sempurna dan masih terdapat banak
kekurangan. Oleh karena itu, saran serta kritik yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari isi makalah hasil diskusi kelompok
kecil (DKK) ini.

Samarinda, 3 April 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR......................................................................................................
i
DAFTAR ISI....................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................
1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
Skenario.............................................................................................................................
2
Step 1 (Identifikasi Istilah)................................................................................................
3
Step 2 (Identifikasi Masalah)............................................................................................
3
Step 3 (Analisis Masalah).................................................................................................
3
Step 4 (Strukturisasi Konsep)............................................................................................
4
Step 5 (Learning Objective)..............................................................................................
4
Step 6 (Belajar Mandiri)....................................................................................................
5
Step 7 (Sintesis).................................................................................................................
5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................
22
3.2 Saran............................................................................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................

ii
23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Psikosis secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu gangguan jiwa
dengan kehilangan rasa kenyataan (“sense of reality”), yang timbul karena
penyebab organik ataupun emosional. Contoh yang disebabkan oleh penyebab
organik seperti delirium, demensia (demensia senilis, demensia presenilis),
sindrom otak organik karena trauma, arterosklerosis dan masih banyak lainnya,
dan penyebab oleh karena emosional (fungsional) seperti psikosa aktif, psikosa
paranoid, psikosa reaktif dan skizofrenia. Kelainan seperti ini dapat diketahui
berdasarkan gangguan-gangguan pada perasaan, pikiran, kemauan, motorik, dan
sebagainya sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan
hidup sehari-hari sangat terganggu.
Pada modul ini kita akan mempelajari tentang jenis-jenis penyakut psikosis
khususnya skizofrenia. Sehingga setelah melewati modul ini, sangat dibutuhkan
pemahaman yang baik dari para dokter agar dapat mengenal gejala-gejala
gangguan ini, membedakan jenis-jenisnya, membedakan skizofrenia dengan
gangguan jiwa yang lain. Hal ini dimaksudkan agar dokter dapat mendiagnosis
penyakit ini sedini mungkin dan segera melakukan pengobatan yang dapat
memberikan prognosis yang lebih baik pada penyakit ini.

1.2 Tujuan
Tujuan blok 17 modul 2 ini adalah mempelajari tentang psikosis, baik itu
psikosis organik maupun psikosis fungsional. Modul 2 dengan tema psikosis ini
digambarkan dengan jelas di skenario sehingga dapat mengarahkan ke learning
objektif yang harus dicapai.
Tujuan lain dari skenario ini adalah untuk memahami apa saja yang
berperan dalam terjadinya skizofrenia sehingga pada akhirnya kita dapat
mengenali gejala sedini mungkin sehingga dapat memberikan prognosis yang
lebih baik.

1
BAB II
ISI

SKENARIO
“Ngamuk dan Bermimpi”
Tn Syah sejak semalam sebelum masuk MRS mulai melempar-lempar barang di
rumahnya. Tiga hari sebelum MRS pasien marah-marah dan berteriak-teriak, pasien
sering berbicara sendiri. Kegiatan pasien sehari-hari hanya minum kopi, merokok,
duduk berdiam diri saja. sampai berjam-jam. Pasien mulai mengalami gejala seperti
ini pertama kali saat pasien baru mengalami PHK sebagai tenaga honorer 6 tahun
yang lalu. Menurut pasien saat MRS, pasien mengaku mempunyai teman bernama
bambang,yang selalu membisikkan kata-kata agar pasien bekerja. Bambang juga
sering menyuruh-nyuruh pasien. Pasien mengaku sudah tidak bertemu lagi dengan
bambang namun terkadang masih mendengar bisikan-bisikan. Bisikannya adalah
mengajak pasien bermain bola dalam piala dunia. Pasien mengatakan dirinya tidak
pernah dipecat melainkan mengundurkan diri. Pasien juga mengatakan bahwa saat dia
bekerja dirinya mendapatkan gaji 1 miliar/bulan.
RPD: Pasien sudah 5 kali dirawat di RS Atma husada.Pasien mengalami gejala
marah-marah, berdiam diri, dan mengamuk sejak 6 tahun yang lalu sejak di PHK
sebagai tenaga honorer.
Riwayat pengobatan: Obat rutin diberikan keluarga namun keluarga tidak yakin
pasien minum obat
Pemeriksaan status psikiatri:
Penampilan: cukup rapi
Kontak mata (+), kontak verbal (+)
1. Kesadaran: compos mentis
Orientasi waktu, tempat dan orang (+), memori dan atensi baik
2. Afek (emosi): stabil
3. Proses pikir: arus pikiran = koheren, bentuk pikiran = cepat, isi = waham kebesaran
4. Intelegensi cukup
5. Persepsi: halusinasi auditorik (+), ilusi (-)
6. Kemauan menurun
7. Psikomotorik: normal

2
STEP 1. (IDENTIFIKASI ISTILAH)
Tidak ada identifikasi istilah sulit

STEP 2. (IDENTIFIKASI MASALAH)


1. Apa penyebab pasien melempar barang, marah-marah, berteriak tanpa sebab
yang jelas?
2. Mengapa bisa timbul halusinasi auditori?
3. Apakah ada hubungan PHK 6tahun yang lalu dengan gejala sekarang?
4. Mengapa Tn. Syah mengaku tidak dipecat melainkan mengundurkan diri dan
gajinya 1 milliar/bulan?
5. Apa ada hubungan ketidakteraturan minum obat dengan gejala?
6. Mengapa mengalami kemauan menurun?
7. Obat rutin apa saja yang dapat diberikan?
8. Apakah Tn. Syah mengalami gangguan jiwa? Dan apa kemungkinan penyakit
yang dialami Tn. Syah?

STEP 3. (ANALISIS MASALAH)


1. - Gangguan pada sistem limbic dan ganglia basal
- Sistem limbic : emosi berlebih
Ganglia basal : gangguan psikomotor
- Faktor genetic : neurotransmitter yang dirangsang terlalu berlebihan atau
kurang
Faktor lingkungan : keluarga, sosial
- Mesokortikal dopamine pathway :
Peningkatan dopamine : symptom positif
Penurunan dopamine : symptom negative dan kognitif
- Mesolimbik : berperan pada emosional, perilaku, waham, gangguan pikiran
2. - Kerusakan pada bagian-bagian diotak, ex: lobus temporal
- Sistem memori ->pemikiran negated ->halusinasi
- Khas pada skizofrenia
3. - Merupakan stressor -> terjadi gangguan diotak karena tidak dapat mengatasi
stressornya
4. - Efek stressor
- Tidak bisa menerima keadaan -> yang terjadi sebaliknya
5. - Ada, ex: terjadi peningkatan dopamine dan tidak minum obat dopaminergic
-> timbul gejala-gejala tersebut
- CP2 -> inhibisi pengeluaran dopamine
6. Kehilangan kemauan -> skizofrenia
7. - Antipsikotik -> APG1 DAN APG2 (klorpromazepine)
- Lini pertama : risperidon (lebih efektif)
8. Iya, skizofrenia, gangguan psikotik primer atau sekunder, karena ada 5
sindroma klasik

3
STEP 4. (STRUKTURISASI KONSEP)

STEP 5. (LEARNING OBJECTIVE)


Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan gambaran umum dan klasifikasi gangguan
psikosis
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang skizofrenia (definisi, epidemiologi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana dan prognosis)

STEP 6. BELAJAR MANDIRI


Belajar mandiri dilaksanakan sejak hari Kamis, 29 Maret 2017, sampai dengan hari

4
Minggu, 2 April 2017.

STEP 7. SINTESIS
7.1. GAMBARAN UMUM DAN KLASIFIKASI GANGGUAN PSIKOTIK
PENGERTIAN PSIKOTIK
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku
kacau atau aneh.

ETIOLOGI PSIKOTIK
Faktor psikodinamik yang harus diperhatikan di dalam kelompok gangguan
psikotik iniadalah stresor pencetus dan lingkungan interpersonal. Di dalam
mengambil riwayat penyakit dan memeriksa pasien, klinisi harus memperhatikan tiap
perubahan atau stres pada lingkungan interpersonal pasien. Pasien rentan terhadap
kebutuhan psikosis untuk mempertahankan jarak interpersonal tertentu; seringkali,
pelanggaran batas pasien oleh orang lain dapat menciptakan stres yang melanda yang
menyebabkan dekompensasi. Demikian juga, tiap keberhasilan atau kehilangan
mungkin merupakan stresor yang penting dalam kasus tertentu. Pemeriksaan pasien
psikotik harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa gejala psikotik adalah
disebabkan oleh kondisi medis umum (sebagai contohnya, suatu tumor otak) atau
ingesti zat (sebagai contohnya, phencyclidine). Kondisi fisik seperti neoplasma
serebral, khususnya di daerah oksipitalis dan temporalis dapat menyebabkan
halusinasi. Pemutusan sensorik, seperti yang terjadi pada orang buta dan tuli, juga
dapat menyebabkan pengalaman halusinasi dan waham. Lesi yang mengenai lobus
temporalis dan daerah otak lainnya, khususnya di hemisfer kanan dan lobus parietalis,
adalah disertai dengan waham. Zat psikoaktif adalah penyebab yang umum dari
sindroma psikotik. Zat yang paling sering terlibat adalah alkohol, halusinogen indol
sebagai contohnya, lysergic acid diethylamid (LSD) – amfetamin, kokain. Mescalin,
phencyclidine (PCP), dan ketamin. Banyak zat lain, termasuk steroid dan thyroxine,
dapat disertai dengan halusinasi akibat zat.

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI (FOLIE A DEUX)


Sifat gangguan menyatakan bahwa perpisahan orang yang tunduk, orang yang
memiliki gangguan psikotik terbagi, dari orang dominan harus menyebabkan

5
pemilihan dan hilangnya gejala psikotik. Pada kenyataannya, hal tersebut
kemungkinan terjadi kurang dari 40% dari semua kasus. Sering kali orang yang
tunduk memerlukan pengobatan dengan obat antipsikotik, demikian juga dengan
orang yang dominan membutuhkan obat antipsikotik untuk gejala psikotik yang
dideritanya. Karena pasien hampir selalu berasal dari keluarga yang sama, mereka
biasanya berkumpul kembali bersama setelah dipulangkan dari rumah sakit.

KLASIFIKASI GANGGUAN PSIKOTIK


1. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya
a. Skizofrenia
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia, dimana adanya gejala-gejala
khas tersebut telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak
berlaku untuk setiap fase non psikotik prodromal).
b. Gangguan Skizotipal
Tidak terdapat onset yang pasti dan perkembangan serta perjalanannya biasanya
menyerupai gangguan kepribadian.
c. Gangguan Waham Menetap
Kelompok ini meliputi gangguan dengan waham-waham yang berlangsung lama
(paling sedikit selama 3 bulan) sebagai satu-satunya gejala klinis yang khas atau
yang paling mencolok dan tidak dapat digolongkan sebagai gangguan mental
organic, skizofrenia atau gangguan efektif.
d. Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
Memiliki onset yang akut (dalam masa 2 minggu), kesembuhan yang sempurna
biasanya terjadi dalam 2-3 bulan, sering dalam beberapa minggu atau bahkan
beberapa hari, dan hanya sebagian kecil dari pasien dengan gangguan ini
berkembang menjadi keadaan yang menetap dan berhendaya.
e. Gangguan Waham Induksi
Dua orang atau lebih mengalami waham atau system waham yang sama, dan
saling mendukung dalam keyakinan waham itu. Yang menderita waham orisinil
(gangguan psikotik) hanya satu orang, waham tersebut terinduksi
(mempengaruhi) lainnya, dan biasanya menghilang apabila orang-oarang
tersebut dipisahkan. Hampir selalu orang-orang yang terlibat mempunyai
hubungan yang sangat dekat. Jika ada alasan untuk percaya bahwa duaorang
yang tinggal bersama mempunyai gangguan psikotik yang terpisah, maka tidak

6
satupun diantaranya boleh dimasukkan dalam kode diagnosis ini.
f. Gangguan Skizoafektif
Merupakan gangguan yang bersifa episodic dengan gejala afektif dan skizofrenik
yang sama-sama menonjol dan secara bersamaan ada dalam episode yang sama.
g. Gangguan Psikotik Non-Organik Lainnya
Gangguan psikotik yang tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia atau untuk
gangguan afektif yang bertipe psikotik, dan gangguan-gangguan yang psikotik
yang tidak memenuhi kriteria gejala untuk gangguan waham menetap.
2. Gangguan Suasana Perasaan (Mood {Afektif})
a. Episode Manik
Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam
jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat
keparahan.
b. Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan ini bersifat episode berulang (sekurang-kurangnya 2 episode) di mana
afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri
dari peningkatan afek disertai penembahan energi dan aktivitas (mania atau
hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan
energi dan aktivitas (depresi)
c. Episode Depresi
Gejala utama berupa afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas. Pada episode depresi, dari ketiga tingkat keparahan
tersebut diperlukan sekurang-kurangnya 2 minggu untuk menegakkan diagnosis,
akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya
dan berlangsung cepat.
d. Gangguan Depresif Berulang
Terbagi atas episode depresi ringan, episode depresi sedang dan episode depresi
berat. Masing-masing episode tersebut rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan
tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.
e. Gangguan Suasana Perasaan Menetap
Terbagi atas
1. Skilotimia: ciri esensialnya adalah ketidak-stabilan menetap dari afek (suasana
perasaan), meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania ringan,

7
diantaranya tidak ada yang cukup parah atau cukup lama untuk memenuhi
kriteria gangguan afektif bipolar.
2. Distimia: ciri esensialnya ialah afek depresif yang berlangsung sangat lama
yang tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria
gangguan depresif berulang ringan atau sedang.
f. Gangguan Suasana Perasaan Lainnya
Kategori sisa untuk gangguan suasana perasaan menetap yang tidak cukup parah
atau tidak berlangsung lama untuk memenuhi kriteria skilotimia dan distimia.

GEJALA- GEJALA PSIKOTIK


A.Gangguan/ gejala Psikotik Akut
Gambaran Utama Perilaku
• Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
• Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
• Kebingungan atau disorientasi
• Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,
kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan,
bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alasan.
Pedoman Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah
sebagai berikut :
• Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya,
mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada
bendanya)
• Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh
kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh
tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang
lain).
• Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
• Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
• Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)

B. Gangguan Psikotik kronik


Gambaran Perilaku

8
Untuk menetapkan diagnosa medik psikotik kronik data berikut merupakan
perilaku utama yang secara umum ada.
• Penarikan diri secara social
• Minat atau motivasi rendah, pengabaian diri
• Gangguan berpikir (tampak dari pembicaraan yang tidak nyambung atau aneh)
• Perilaku aneh seperti apatis, menarik diri, tidak memperhatikan kebersihan yang
dilaporkan keluarga
Perilaku lain yang dapat menyertai adalah :
• Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi
• Melaporkan bahwa individu mendengar suara-suara
• Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal seperti : memiliki kekuatan
supranatural, merasa dikejar-kejar, merasa menjadi orang hebat/terkenal
• Keluhan fisik yang tidak biasa/aneh seperti : merasa ada hewan atau objek yang
tak lazim di dalam tubuhnya
• Bermasalah dalam melaksanakan pekerjaan atau pelajaran Untuk lebih jelasnya
mengenai psikotik kronik, disini dapat dijelaskan melalui skizofrenia Dimana
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang kronik, pada orang yang
mengalaminya tidak dapat menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri
buruk.

7.2. SKIZOFRENIA
DEFINISI
1. Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada
proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir,
afek/emosi, kamauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena
waham dan halusinasi; asoisasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi, afek dan
emosi perilaku bizar.
2. Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun
faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut
gangguan ini sebagai demensia precox (demensia artinya kemunduran intelegensi
dan precox artinya muda/sebelum waktunya).

ETIOLOGI
Terdapat beberapa teori yang dikemukakan para ahli yang menyebabkan terjadinya
skizofrenia. Teori teori tersebut antara lain:
1. Endokrin

9
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada
waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium, tetapi
teori ini tidak dapat dibuktikan.
2. Metabolisme
Teori ini mengemukakan bahwa skizofrenia disebabkan karena gangguan
metabolisme karena penderita tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak
sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita
dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam
pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik seperti meskalin dan asam
lisergik diethylamide (LSD-25). Obat-obat tersebut dapat menimbulkan gejala-
gejala yang mirip dengan gejala-gejala skizofrenia, tetapi reversible.
3. Teori Adolf Meyer
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak
dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada
susunan saraf tetapi Meyer mengakui bahwa suatu konstitusi yang inferior atau
penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer
Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul
disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari
kenyataan (otisme).
4. Teori Sigmund Freud
Teori Sigmund freud juga termasuk teori psikogenik. Menurut freud, skizofrenia
terdapat:
1) Kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik
2) Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa
serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme
3) Kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi
psikoanalitik tidak mungkin.
5. Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa
yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir,
perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok
yaitu gejala primer (gangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan
dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan
psikomotorik yang lain).

Teori tentang skizofrenia yang saat ini banyak dianut adalah sebagai berikut:
1. Genetik
Teori ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga
penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu telur sehingga dapat

10
dipastikan factor genetik turut menentukan timbulnya skizofrenia. Angka kesakitan
bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah
satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan
kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 2009). Pengaruh genetik ini tidak sederhana
seperti hokum Mendel, tetapi yang diturunkan adalah potensi untuk skizofrenia
(bukan penyakit itu sendiri).
2. Neurokimia
Hipotesis dopaminmenyatakan bahwa skizofrenia disebabkan overaktivitas
pada jaras dopamine mesolimbik. Hal ini didukung dengan temuan bahwa
amfetamin yang kerjanya meningkatkan pelepasan dopamine, dapat menginduksi
psikosis yang mirip skizofrenia dan obat anti psikotik bekerja dengan mengeblok
reseptor dopamine, terutama reseptor D2.
3. Hipotesis Perkembangan Saraf
Studi autopsi dan studi pencitraan otak memperlihatkan abnormalitas struktur
dan morfologi otak penderita skizofrenia antara lain berupa berat orak rata-rata
lebih kecil 6% dari normal dan ukuran anterior-anterior yang 4% lebih pendek,
pembesaran ventrikel otak yang nonspesifik, gangguan metabolisme di daerah
frontal dan temporal serta kelainan susunan seluler pada struktur saraf di beberapa
korteks dan subkortek. Studi neuropsikologis mengungkapkan deficit di bidang
atensi, pemilihan konseptual, fungsi eksekutif dan memori pada penderita
skizofrenia.

§ Genetik
– Resiko schizophrenia meningkat pada kerabat yang mempunyai hubungan
biologis dengan pasien schizophrenia.
– Resiko schizophrenia pada kerabat tingkat pertama dengan pasien schizophrenia
sebesar 10%.
– Jika kedua orang tua adalah pasien schizophrenia, resiko anaknya schizophrenia
sebesar 40%.
– Kemungkinan keduanya schizophrenia pada kembar adalah sebesar 10% untuk
kembar dizigot dan 40-50% untuk kembar monozigot.
– Banyak lokus genetik mungkin dapat meningkatkan resiko schizophrenia.
– Schizophrenia telah dihubungkan dengan left-handed (kidal dan mixed-handed.
– Perinatal (gangguan perkembangan otak yang dimulai in utero atau pada
kelahiran)
– Wanita yang malnutrisi atau terinfeksi virus tertentu (ex: flu, pada musim
tertentu) selama kehamilannya mempunyai resiko lebih tinggi untuk melahirkan
anak yang kemudian akan berkembang menjadi schizophrenia.
– Komplikasi obstetri dapat dihubungkan dengan peningkatan resiko

11
schizophrenia.
§ Aktivitas neurotransmitter yang tidak seimbang
– Hipotesis dopaminà terlalu banyak aktivitas dopaminergik
– Serotoninà peningkatan aktivitas serotonin
– Norepinefrinà peningkatan aktivitas norepinefrin yang memodulasi sistem
dopaminergik sehingga terjadi hiperaktivitas dopaminergik
– Asam aminoà kehilangan neuron GABAergik yang merupakan neuron inhibitor
didalam parahipokampus sehingga menyebabkan aktivitas yang berlebihan pada
neuron dopaminergik dan noradrenergik
§ Kelainan otak secara kasar
– Pembesaran ventricular ketiga dan lateral, pengurangan pada volume kortikal.
– Kesimetrisan dari temporal, occipital, dan lobus frontal dikurangi.
– Diturunkannya ukuran amygdale,hippocampus, dan gyrus parahippocampal.
– Abnormalitas pada kortex prefrontal
– Penurunan neuron pada region thalamus
– Pengurangan volume dari globus palidus dan substansia nigra
§ Exogenic factor (faktor lingkungan)

EPIDEMIOLOGI
1% populasi dunia
Mortalitas dan morbiditas: bunuh diri (10%), penyakit-penyakit lain akibat pola hidup
yang buruk, efek samping obat, dan penurunan prawatan keshatan.
♂=♀
Onset lebih awal dan gejala lebih buruk pada ♂, disebabkan karena respon
pengobatan antipsychotic yang lebih baik pada ♀ (pengaruh estrogen).
Rasio schizophrenia kembar pada ♀>♂.
Usia:
Puncak onset: ♂ (18-25 tahun), ♀ (26-45 tahun)
Onset sebelum pubertas dan >45 tahun jarang.
Gejala-gejala dapat membaik perlahan pada usia pertengahan dan lebih tua.
Sembuh spontan jarang terjadi pada beberapa tahun penyakit kronis.
Faktor resiko
§ Diperkirakan gen yang telibat adalah: 1q, 5q, 6p, 6q, 8p, 10p, 13q, 15q, dan 22q.
dang en yang diperkirakan terlibat alpha-7nicotine receptor, DISC 1, GRM 3,
COMT, NGR 1, RGS 4, dan G27.
§ Lahir pada musim dingin dan awal musim semi (Mungkin berkaitan dengan virus
atau perubahan pola makan pada tiap musim).
§ Komplikasi masa kehamilan dan persalinan.
§ Bentuk tubuh astenik.
§ Terinfeksi influenza pada trisemester ketiga.
§ Penyalahgunaan obat-obatan.
§ Usia ayah saat hamil di atas 60 tahun
§ Angka reproduksi à pernikahan antara sesama penderita skizofrenia meningkatkan
jumlah penderita skizofrenia
§ Kepadatan populasi à peningkatan stresor sosial akan meningkatkan angka kejadian

12
skizofrenia

MANIFESTASI KLINIK
Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari kehidupan mereka
berada dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama (bertahun-
tahun) dalam fase residual yakni fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang
“ringan”. Selama periode residual pasien lebih menarik diri atau megisolasi diri, dan
“aneh”. Gejala-gejala penyakit biasanya terlihat jelas oleh orang lain.
Pasien dapat kehilangan pekerjaan dan teman karena ia tidak berminat dan tidak
mampu berbuat sesuatu atau karena sikapnya yang aneh. Pemikiran dan pembicaraan
mereka samar-samar sehingga kadang tidak dapat di mengerti. Mereka mungkin
mempunyai keyakinan yang salah yang tidak dapat dikoreksi.
Penampilan dan kebiasaan-kebiasaan mereka terlihat tumpul. Meskipun mereka
dapat mempertahankan intelegensia yang mendekati normal, sebagian besar performa
uji kognitifnya buruk.
Gangguan Pikiran
a. Gangguan proses pikir
Pasien biasanya mengalami gangguan proses pikir. Pikiran mereka sering tidak
dapat dimengerti oleh orang lain dan terlihat tidak logis. Tanda-tandanya adalah :
 Asosiasi longgar : ide pasien sering tidak menyambung (terjadi keseimbaangan
penyampaian dari satu topik ke topik lain yang tak berhubungan sehingga
membingungkan pendengar. Gangguan ini sering terjadi misalnya di pertengahan
kalimat sehingga pembicaraan sering tidak koheren.
 Pemasukan berlebihan : arus pikiran pasien secara terus menerus mengalami
gangguan karena pikirannya sering dimasuki informasi yang tidak relevan.
 Neologisme : pasien menciptakan kata-kata baru (yang bagi mereka mungkin
mengandung simbolik).
 Terhambat : pembicaraan tiba-tiba berhenti (sering pada pertengahan kalimat)
dan disambung kembali beberapa saat (atau beberapa menit) kemudian, biasanya
dengan topik lain. Ini dapat menunjukkan bahwa ada interupsi. Biasanya pikiran-
pikiran lain masuk ke dalam ide pasien.
 Klang asosiasi : pasien memilih kata-kata berikut mereka berdasarkan bunyi
kata-kata yang baru saja diucapkan dan bukan isi pikirannya.
 Ekolalia : paisen mengulang kata-kata atau kalimat-kalimat yang baru saja
diucapkan seseorang.
 Konkritisasi: pasien dengan IQ rata-rata normal atau lebih tinggi, sangat buruk
kemampuan berpikir abstraknya.

13
 Alogia : pasien berbicara sangat sedikit tetapi bukan diseabkan oleh resistensi
yang disengaja atau dapat berbicara dalam jumlah normal tetapi sangat sedikit
ide yang disampaikan.
b. Gangguan Isi Pikir
Waham
Waham adalah suatu kepercayaan palsu yang menetap yang tidak sesuai dengan
fakta dan kepercayaan tersebut mungkin “aneh: (misalnya mata saya adalah
komputer yang dapat mengontrol dunia. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa
berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia.
Semakin akut skizofrenia semakin sering ditemui waham disorganisasi atau waham
tidak sistematis:
 Waham kejar
 Waham kebesaran
 Waham rujukan, yakni pasien meyakini ada arti dibalik peristiwa dan meyakini
bahwa peristiwa tersebut atau perbuatan orang-orang tersebut diarahkan kepada
dirinya.
 Waham penyiaran pikiran yaitu kepercayaan bahwa orang lain dapat membaca
pikiran mereka.
 Waham penyisipan pikiran yaitu kepercayaan bahwa pikiran orang lain
dimasukkan ke dalam benak pasien.

Tilikan
Kebanyakan pasien skizofrenia mengalami pengurangan tilikan yaitu pasien tidak
menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun gangguan
yang ada pada dirinya dilihat oleh orang lain.

Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
Halusinasi paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran tetapi bisa
juga berbentuk penglihatan, penciuman, dan perabaan. Halusinasi
pendnegaran (paling sering suara, satu atau beberapa orang) dapat pula berupa
komentar tentang pasien atau peristiwa-peristiwa sekitar pasien. Komentar-
komentar tersebut dapat berbentuk ancaman atau perintah-perintah yang
langsung ditujukan kepada pasien (halusinasi komando). Suara (sering tetapi
tidak terlalu) diterima pasien sebagai sesuatu yang berasal dari luar kepala
pasien dan kadang-kadang pasien dapat mendengar pikiran-pikiran mereka
sendiri berbicara keras.

14
b. Ilusi dan depersonalisasi
Pasien juga dapat mengalami ilusi atau depersonalisasi. Ilusi yberarti adanya
misinterpretasi panca indra terhadap objek. Depersonalisasi yaitu adanya
perasaan asing terhadap lingkungan sekitarnya misalnya dunia terlihat tidak
nyata.

Gangguan Emosi
Pasien skizofrenia dapat memperlihatkan berbagai emosi dan dapat berpindah
dari satu emosi ke emosi yang lain dalam jangka waktu singkat. Ada tiga afek dasar
yang sering :
1. Afek tumpul atau datar: ekspresi pasien sangat sedikit bahkan pketika afek
tersebut seharusnya diekspresikan. Pasien tidak menunjukkan kehangatan.
2. Afek tak serasi: afeknya mungkin bersemangat atau kuat tetapi tidak sesuai
dengan pikiran dan pembicaraan pasien.
3. Afek labil: dalam jangka pendek terjadi perubahan afek yang jelas.

Gangguan Perilaku
Berbagai perilaku tak sesuai atau aneh dapat terlihat seperti gerakan tubuh yang
aneh, wajah dan menyeringai, perilaku ritual, sangat ketolol-tolokan, agresif, dan
perilaku seksual yang tidak pantas. Skizofenia dapat berlangsung beberapa bulan atau
bertahun-tahun (lebih sering). Kebanyakan pasien mengalami kekambuhan, dalam
bentuk episode aktif, secara periodik, dalam keghidupannya, secara khas dengan jarak
beberapa bulan atau tahun. Selama masa pengobatan, pasien biasanya
memperlihatkan gelaja residual. Walaupun demikian, ada sebagian kecil pasien yang
mengalami remisi.
Sebagian besar pasien-pasien skizofrenia yang dalam keadaan remisi dapat
memperlihatkan tanda-tanda awal kekambuhan. Tanda-tanda wal tersbeut meliputi
peningkatan kegelisahan dan ketegangan, penurunan nafsu makan, depresi ringan dan
anhedonia, tidak bisa tidru, dan konsentrasi terganggu.

DIAGNOSIS
Diagnosis Schizophrenia didasarkan pada anamnesa riwayat pasien dan juga
pemeriksaan psikiatri seperti yang sudah dipelajari di keterampilan medik. Untuk
pemeriksaan laboratorium tidak terlalu dipentingkan.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual 5 (DSM 5) kriteria diagnosis untuk
schizophrenia adalah
A. Dua (atau lebih) dari criteria dibawah, masing-masingnya muncul selama 1

15
bulan atau kurang jika sukses diobati. Paling tidak satu dari dua tersebut
memenuhi nomor (1), (2), atau (3).
1) Delusi
2) Halusinasi
3) Berbicara tak karuan
4) Perilaku tak beraturan atau katatonik
5) Gejala Negatif
B. Terjadi penurunan kualitas fungsi kehidupan seperti bekerja, relasi
interpersonal, atau perawatan diri. Dibandingkan dengan keadaan pasien
sebelum mengalami gejala-gejala schizophrenia.
C. Tanda-tanda berlangsung selama 6 bulan minimal. Dalam 6 bulan ini harus
termasuk minimal berlangsung gejala selama satu bulan atau kurang jika
sukses diobati yang memenuhi kriteria A.
D. Tidak disertai dengan efek fisiologis dari substansi tertentu seperti
penyalahgunaan zat terlarang atau pengobatan tertentu

PENATALAKSANAAN
A. Fase Akut
• Farmakoterapi
Pada Fase akut terapi bertujuan mencegah pasien melukai dirinya atau orang lain,
mengendalikan perilaku yang merusak, mengurangi beratnya gejala psikotik dan
gejala terkait lainnya misalnya agitasi, agresi dan gaduh gelisah. Error: Reference
source not found
 Langkah Pertama
Berbicara kepada pasien dan memberinya ketenangan. Error: Reference source
not found
 Langkah Kedua
Keputusan untuk memulai pemberian obat. Pengikatan atau isolasi hanya
dilakukan bila pasien berbahaya terhadap dirinya sendiri dan orang lain serta
usaha restriksi lainnya tidak berhasil. Pengikatan dilakukan hanya boleh untuk
sementara yaitu sekitar 2-4 jam dan digunakan untuk memulai pengobatan.
Meskipun terapi oral lebih baik, pilihan obat injeksi untuk mendapatkan awitan
kerja yang lebih cepat serta hilangnya gejala dengan segera perlu
dipertimbangkan. Error: Reference source not found
Obat injeksi
o Olanzapine, dosis 10 mg/injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap 2 jam,
dosis maksimum 30 mg/hari.
o Aripriprazol, dosis 9,75 mg/injeksi (dosis maksimal 29,25 mg/hari),

16
intramuskulus.
o Haloperidol, dosis 5 mg/injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap setengah
jam, dosis maksimum 20 mg/hari.
o Diazepam 10 mg/injeksi, intravena/intramuskulus, dosis maksimum 30
mg/hari.
Tabel 1. Daftar Obat Antipsikotika, Dosis dan Sediaannya
Pemilihan antipsikotika sering ditentukan oleh pengalaman pasien
sebelumnya dengan antipsikotika misalnya, respons gejala terhadap
antipsikotika, profil efek samping, kenyamanan terhadap obat tertentu terkait
cara pemberiannya. Pada fase akut, obat segera diberikan segera setelah
diagnosis ditegakkan dan dosis dimulai dari dosis anjuran dinaikkan perlahan-
lahan secara bertahap dalam waktu 1-3 minggu, sampai dosis optimal yang dapat
mengendalikan gejala. Error: Reference source not found
• Psikoedukasi
Tujuan Intervensi adalah mengurangi stimulus yang berlebihan, stresor
lingkungan dan peristiwa-peristiwa kehidupan. Memberikan ketenangan kepada
pasien atau mengurangi keterjagaan melalui komunikasi yang baik, memberikan
dukungan atau harapan, menyediakan lingkungan yang nyaman, toleran perlu
dilakukan. Error: Reference source not found
• Terapi lainnya
ECT (terapi kejang listrik) dapat dilakukan pada:
 Skizofrenia katatonik
 Skizofrenia refrakter Error: Reference source not found

17
B. Fase Stabilisasi
 Farmakoterapi
Tujuan fase stabilisasi adalah mempertahankan remisi gejala atau untuk
mengontrol, meminimalisasi risiko atau konsekuensi kekambuhan dan
mengoptimalkan fungsi dan proses kesembuhan (recovery). Setelah diperoleh dosis
optimal, dosis tersebut dipertahankan selama lebih kurang 8-10 minggu sebelum
masuk ke tahap rumatan. Pada fase ini dapat juga diberikan obat anti psikotika
jangka panjang (long acting injectable), setiap 2-4 minggu. Error: Reference source
not found
 Psikoedukasi
Tujuan Intervensi adalah meningkatkan keterampilan orang dengan skizofrenia
dan keluarga dalam mengelola gejala. Mengajak pasien untuk mengenali gejala-
gejala, melatih cara mengelola gejala, merawat diri, mengembangkan kepatuhan
menjalani pengobatan. Teknik intervensi perilaku bermanfaat untuk diterapkan
pada fase ini. Error: Reference source not found

C. Fase Rumatan
 Farmakoterapi
Dosis mulai diturunkan secara bertahap sampai diperoleh dosis minimal yang
masih mampu mencegah kekambuhan. Bila kondisi akut, pertama kali, terapi
diberikan sampai dua tahun, bila sudah berjalan kronis dengan beberapa kali
kekambuhan, terapi diberikan sampai lima tahun bahkan seumur hidup. Error:
Reference source not found
 Psikoedukasi
Tujuan Intervensi adalah mempersiapkan pasien kembali pada kehidupan
masyarakat. Modalitas rehabilitasi spesifik, misalnya remediasi kognitif, pelatihan
keterampilan sosial dan terapi vokasional, cocok diterapkan pada fase ini. Pada fase
ini pasien dan keluarga juga diajarkan mengenali dan mengelola gejala prodromal,
sehingga mereka mampu mencegah kekambuhan berikutnya. Error: Reference
source not found

Penatalaksanaan Efek Samping


Bila terjadi efek samping, misalnya sindrom ekstrapiramidal (distonia akut atau

18
parkinsonisme), langkah pertama yaitu menurunkan dosis antipsikotika. Bila tidak
dapat ditanggulangi, berikan obat-obat antikolinergik, misalnya triheksilfenidil,
benztropin, sulfas atropin atau difenhidramin injeksi IM atau IV. Error: Reference
source not found

Untuk efek samping tardif diskinesia, turunkan dosis antipsikotika. Bila gejala
psikotik tidak bisa diatasi dengan penurunan dosis antipsikotika atau bahkan
memburuk, hentikan obat dan ganti dengan golongan antispikotika generasi kedua
terutama klozapin. Kondisi Sindroma Neuroleptik Malignansi (SNM) memerlukan
penatalaksanaan segera atau gawat darurat medik karena SNM merupakan kondisi
akut yang mengancam kehidupan. Dalam kondisi ini semua penggunaan antipsikotika
harus dihentikan. Lakukan terapi simtomatik, perhatikan keseimbangan cairan dan
observasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, temperatur, pernafasan dan kesadaran). Obat
yang perlu diberikan dalam kondisi kritis adalah dantrolen 0.8-2.5 mg/kgBB/hari atau
bromokriptin 20-30 mg/hari dibagi dalam 4 dosis. Jika terjadi penurunan kesadaran,
segera dirujuk untuk perawatan intensif (ICU).(Amir, et al.,2012)

PROGNOSIS
Subtipe dari skizofrenia tidak secara erat berhubungan dengan prognosis yang
berbeda, maka untuk membedakannya lebih baik diperiksa prediktor prognosisnya
yang spesifik.Error: Reference source not found
Prognosis Baik Prognosis Buruk
Awitan lambat Awitan muda
Ada faktor presipitasi yang jelas Tidak ada faktor presipitasi
Awitan akut Awitan insidius

19
Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan
pramorbid baik pramorbid buruk
Gejala gangguan mood (terutama Perilaku akustik, menarik diri
gangguan depresif)
Menikah Lajang, cerai, atau menjanda/duda
Riwayat keluarga dengan gangguan mood Riwayat keluarga dengan skizofrenia
Sistem pendukung baik Sistem pendukung buruk
Gejala positif Gejala negatif
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tanpa remisi dalam 3 tahun
Berulangkali relaps
Riwayat melakukan tindakan
penyerangan

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Psikosis merupakan gangguan kejiwaan yang menyebabkan
ketidakmampuan seseorang membedakan realita dengan fantasi dirinya atau
hal-hal abstrak (sense of reality). Psikosis sendiri sebenarnya merupakan suatu
kumpulan gejala atau sindrom yang berhubungan dengan gangguan psikiatri
lainnya. Gejala-gejala yang terdapat pada penderita psikosis antara lain adalah
waham dan halusinasi. Psikosis berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi
psikosis organik dan fungsional.
Skizofrenia termasuk dalam psikosis fungsional. Skizofrenia dengan

20
berbagai klasifikasi memiliki ciri khas gejala tertentu yang menonjol sehingga
memudahkan untuk penegakan diagnosis. Penatalaksanaan yang dapat
dilakukan pada penderita skizofrenia adalah farmakoterapi dan
nonfarmakoterapi. Setelah itu prognosis penderita skizofrenia ada yang baik dan
buruk tergantung dari kondisi masing-masing.

3.2. Saran
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari
segi diskusi kelompok, penulisan makalah, dan sebagainya, kami mengharapkan
kritik dan saran dari dosen-dosen yang mengajar baik sebagai tutor maupun
dosen yang memberikan materi kuliah, rekan-rekan angkatan 2014, dan dari
berbagai pihak demi kesempurnaan laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, N., Pamusu, D., Aritonang, I., Effendi, J., Khamelia, Kembaren, L., & Wirasto,
R. T. (2012). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK)
Jiwa/Psikiatri. Jakarta Pusat: Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa
(PP PDSKJI).
Elvira, Sylvia D & Gitayanti Hadisukanto. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FK UI
Error: Reference source not foundMaramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran
Jiwa. Ed 2. Surabaya. Airlangga University Press
Sadock, Benjamin J & Virgina A. Sadock. 2010. Kaplan & Sadock Buku ajar
Psikiatri Klinis. Jakarta: EGC
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed 5. Jakarta. EGC

21

Anda mungkin juga menyukai