Anda di halaman 1dari 3

A.

Latar Belakang

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh masyarakat adalah bertahan


hidup atau mempertahankan kelangsungan hidupnya di dalam suatu lingkungan
tertentu. Masyarakat harus memiliki perkerjaan maupun usaha untuk hidup di
dalam lingkungan tersebut. Hidup dari lingkungannya berarti mampu menyerap
dan memanfaatkan sumber daya yang terdapat pada lingkungannya tersebut
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Pedagang Kaki Lima (PKL) menjadi pilihan pekerjaan yang cukup menarik
bagi masyarakat. PKL adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang
menggunakan gerobak. Saat ini istilah pedagang kaki lima juga digunakan untuk
sekumpulan pedagang yang menjual barang dagangannya di tepi-tepi jalan
umum, trotoar, yang jauh dari kesan rapi dan bersih. Pengertian pedangang kaki
lima itu sendiri adalah orang dengan modal relatif kecil berusaha di bidang
produksi dan penjualan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan, dan
dilakukan di tempat-tempat yang dianggap strategis 1.

Menurut Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 1 Tahun 2000 Tentang


Pengaturan Dan Pembinaaan Pedagang Kaki Lima Di Wilayah Kota Malang
Pedagang Kaki Lima adalah pedagang yang melakukan usaha perdagangan non
formal dengan menggunakan lahan terbuka dan atau tertutup, sebagian fasiltas
umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sebagai tempat kegiatan
usahanya baik dengan menggunakan peralatan bergerak maupun tidak bergerak
sesuai waktu yang telah ditentukan.

Pengertian PKL juga diatur dalam Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 2
Tahun 2012 Tentang Ketertiban Umum Dan Lingkungan yang menyebutkan
Pedangang Kaki Lima adalah pedagang yang menjalankan kegiatan usaha
dagang dan jasa non formal dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan
lahan fasilitas umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sebagai tempat
usahanya, baik menggunakan sarana atau perlengkapan yang mudah dipindah,
dan/dibongkar pasang.

Tidak berbeda dengan tempat-tempat lain, pedagang kaki lima juga


terdapat di kota Kota Malang. Kota Malang merupakan kota unggulan di bidang
pariwisata. Hal ini terwadahi dalam konsep Tribina Cita Kota Malang, dimana
salah satunya adalah menjadikan Malang sebagai kota pariwisata. Disamping
kota Malang sebagai salah satu tujuan wisata, kota ini tumbuh sebagai kota
industri serta kota perdagangan dan jasa. Kemampuan ekonomi dan
perdagangan yang sangat besar mampu merubah orientasi Kota Malang dari

1
Kiki Endah, “Pelaksanaan Penertiban Pedagang Kaki Lima Oleh Satuan Polisi Pamong Praja di
Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya”, Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, Vol 2 No 3, tahun
2016, hal 868.
kota pariwisata menjadi kota wisata belanja. Pada akhirnya, sebutan ini dijadikan
identitas Kota Malang sekarang2.

Dengan potensi tersebut, Kota Malang mengalami perkembangan yang


cukup pesat dalam satu dasawarsa terakhir ini. Perkembangan fisik yang terlihat
adalah pemekaran wilayah kotanya. Perkembangan fisik kota tersebut pada
akhirnya menarik suatu aktivitas lanjutan di sektor informal, berupa
menjamurnya usaha oleh sektor informal PKL yang sebagian besar
memanfaatkan ruang publik kota. Penggunaan ruang publik kota dan ruang
terbuka kota untuk kepentingan PKL tersebut mengakibatkan terjadinya
penurunan kuantitas dan kualitas ruang terbuka kota.

Keberadaan PKL, pada satu sisi, dibutuhkan oleh masyarakat untuk


memenuhi sebagian kebutuhannya yang tidak bisa disediakan oleh jasa sektor
formal. PKL menyediakan jasa sandang pangan dan rekreasi murah terjangkau
bagi sebagian warga masyarakat kota. Pada lokasi tertentu keberadaan PKL juga
bermanfaat bagi masyarakat yang melintasinya. Dilihat sebagai kelompok usaha
keberadaan PKL dapat memberikan sumbangan terhadap pendapatan daerah
dari sisi perijinan dan retribusi. Disisi lain, keberadaan PKL yang banyak
memanfaatkan ruangan kota dirasakan sebagai sesuatu yang meresahkan
kepentingan publik. Lokasi PKL tersebut akan mengurangi kenyamanan publik
untuk menikmati dan memanfaatkan keindahan ruang terbuka sebagai tempat
untuk berkumpul dan menjalin hubungan sosial kemasyarakatan, sedangkan
lokasi PKL yang berada di daerah pedestrian dan sebagian badan jalan di pusat
kota dirasakan cukup mengganggu kelancaran pejalan kaki dan pengendara,
disamping juga mengganggu kelancaran pencapaian pemilik dan pengunjung
pertokoan di sekitamya.

Pada umumnya mayoritas PKL hanya terdiri dari satu tenaga kerja.
Keberadaan pedagang kaki lima merupakan salah satu bentuk usaha sektor
informal, sebagai alternatif lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Lapangan
pekerjaan yang semakin sempit ikut mendukung semakin banyaknya masyarakat
yang bermata pencaharian sebagai pedagang kaki lima.

Terdapat PKL yang berada di area yang seharusnya namun terdapat juga
PKL yang berdagang di tempat-tempat yang sebenarnya tidak boleh berjualan
seperti yang beberapa diantaranya berada di area depan Pasar Besar Kota
Malang yang menyebabkan banyaknya keluhan dari pedagang resmi atas
menurunnya omset dagangan Padahal, para PKL sebelumnya sudah sering
diberikan pemberitahuan pelarangan berjualan di area depan Pasar Besar Kota
Malang.

2
Lalu Mulyadi, “Studi Pengelolaan Pedagang Kaki Lima (Pkl) Di Kota Malang” Jurnal Spectra,
Nomor 15 Volume VIII Januari 2010: hal 27-39.
PKL juga sering dijumpai di trotoar jalan yang dekat dengan kampus,
bahkan terkadang ditemui di badan jalan. Contohnya saja di trotoar di jalan
Sigura-gura dimana seharusnya diperuntukan untuk pejalan kaki tetapi malah
marak digunakan untuk berjualan. Menyebabkan pejalan kaki terganggu dan
terpaksa untuk berjalan di badan jalan.

Dalam suatu penelitian

Pengaturan mengenai PKL di kota malang diatur dalam Peraturan Daerah


Kota Malang Nomor 1 Tahun 2000 Tentang Pengaturan Dan Pembinaaan
Pedagang Kaki Lima Di Wilayah Kota Malang dan juga Peraturan Daerah Kota
Malang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Ketertiban Umum Dan Lingkungan. Dalam
Peraturan tersebut dijelaskan bahwa PKL dilarang melakukan beberapa hal
diantarnya adalah : melakukan kegiatan usahanya di jalan, trotoar, jalur hijau
dan atau fasilitas umum kecuali di kawasan tertentu yang ditetapkan lebih lanjut
oleh Kepala Daerah; melakukan kegiatan usaha dengan mendirikan tempat
usaha yang bersifat semi permanen dan atau permanen dan melakukan kegiatan
usaha yang menimbulkan kerugian dalam hal kebersihan, keindahan, ketertiban,
keamanan dan kenyamanan.

Upaya untuk melakukan penertiban pedagang kaki lima sudah cukup


sering dilakukan oleh pemerintah Kota Malang. Khususnya ditangani oleh
petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Malang dan juga Petugas
dari Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota
Malang. Contohnya saja pada penertiban PKL yang berada di depan pasar besar
pada 24 Januari 2020 yang dilakukan oleh Petugas Diskoperindag 3. Seperti
tahapan penataan di lokasi-lokasi penuh dengan pedagang kaki lima. Sebelum
dilakukan penertiban terlebih dahulu peetugas melakukan sosialisasi kepada para
pedagang kaki lima. Petugas memberi penjelasan mengenai peraturan yang
mengatur keberadaan pedagang kaki lima, bagaimana dan dimana seharusnya
mereka berjualan agar tidak melanggar peraturan. Sehingga diharapkan para
pedagang kaki lima dapat mengerti dengan jelas dan mematuhi aturan tersebut
yang ditetapkan.

Namun meskipun telah dilakukan penataan beberapa kali dalam beberapa


tahun terakhir, namun pedagang kaki lima tetap pada pendiriannya untuk tetap
berdagang di tempat yang tidak semsetinya, tentu saja hal tersebut melanggar
peraturan yang berlaku dan tentu saja bukan hal tersebut bukan hasil yang
diharapkan oleh pemerintah Kota Malang, karena dampak yang terjadi
berlawanan dengan apa yang diharapkan.

Untuk mengetahui

3
Jatimtimes.com, “Bandel, PKL di Pasar Besar Kota Malang Dipaksa Boyongan ”, diakses pada 10
Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai