Anda di halaman 1dari 4

ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

A. Aliran Klasik
1. Aliran Empirisme
Aliran empirisme ini sering dikenal dengan “tabuls rasa” yang artinya batu tulis
kosong atau lembaran kosong. Doktrin “tabuls rasa” ini menganggap pengalaman,
lingkungan, dan pendidikan suatu hal yang penting dalam perkembangan anak. Penganut
empirisme menganggap anak terlahir dalam keadaan kosong tidak membawa potensi apa-
apa. Seorang anak hendak menjadi apa tergantung pada pengalaman atau lingkungan
yang mempengaruhinya.
Sutirna (2015:88) mengemukakan bahwa faktor orang tua atau keluarga terutama
sifat dan keadaan mereka sangat menentukan arah perkembangan masa depan para anak
yang dilahirkan. Namun banyak banyak juga anak yang pintar dan berkarakter baik
meskipun mereka terlahir dari keluarga yang kurang beradab dan tidak berpendidikan,
begitu juga sebaliknya. Dengan demikian aliran ini masih di pertanyakan tingkat
kevalidannya.
2. Aliran Nativisme
Aliran nativisme ini bertolak belakang dengan aliran emprisme. Aliran ini
memandang bahwa lingkungan dan pendidikan tidak mempengaruhi perkembanan anak.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Schopenhauer (dalam Tirtarahardja,
2010:196) bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik ataupun buruk. Sehingga
pembawaan dari anak sejak lahir yang menentukan hasil pendidikan.
G. Leibnits (dalam Tirtarahardja, 2010:196) mengemukakan bahwa yang
mendorong manusia untuk mewujudkan diri, mendorong manusia dalam menentukan
pilihan dan kemmauan sendiri, dan yang menempatkan manusia sebagai makhluk aktif
yang mempunyai kemauan bebas.
3. Aliran Naturalisme
Pandangan naturalisme ini sejalan dengan pandangan nativisme. Aliran ini
mempercayai bahwa seajk lahir anak mempunyai pembawaan buruk. Pembawaan baik
pada anak dapat hilang karena pengaruh lingkungan. Rousseau (dalam Tirtarahardja,
2010:197) menyebutkan bahwa pendidikan yang diberikan kepada anak akan merusak
pembawaan yang baik.
Dalam aliran ini pendidik menyerahkan pertumbuhan anak pada alam, sehingga
aliran ini juga disebut aliran negativisme. Dengan menyerahkan peserta didik kepada
alam, faktor bawaan yang baik dari peserta didk tidak menjadi rusak karena proses
kegiatan pendidikan. Dengan kata lain, peserta didik bebas untuk mngembangkan faktor
bawaannya tersebut.
4. Aliran Konvergensi
Aliran ini mengkonversikan antara dua aliran yaitu empirisme dan nativisme.
Penganut konvergen menyakini bahwa faktor bawaan dan lingkungan sama-sama
berpengaruh pada perkembangan peserta didik. Jika seorang peserta didik yang
dilahirkan dari keluarga seniman, ia akan tidak menjadi seniman seperti orang tuanya jika
tidak didik di lingkungan yang kental dengan seniman. Begitupun dengan peserta yang
tidak memiliki bakat seniman, apabila dididik di lingkungan pendidikan seiman maka
hasil peserta didik tersebut juga tidak optimal.
Sutirna (2015:90) menunjukan bahwa banyak bukti mengenai watak dan bakat
seseorang yang tidak sama dengan orang tuanya, tapi sama dengan kakek atau ayah/ibu
kakeknya. Jadi tidak semua bakat dan watak seseorangbdapat langsung diturunkan
kepada anaknya.
Aliran konvergen ini cukup diterima oleh masyarakat. Namun keberhasilan
peserta didik tidak hanya dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan, tapi juga
dipengaruhi oleh factor psikologis yaitu kemauan diri sendiri.

B. Dua “Aliran” Pokok Pendidikan Di Indonesia.


1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Taman siswa adalah lembaga pendidikan yang didirikan Ki Hajar Dewantara.
Adapun tujuannya sejalan dengan tujuan Pendidikan nasonal Indonesia yaitu:
a. Menjadikan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
YME,
b. Merdeka lahir batin,
c. Luhur akal budinya,
d. Cerdas dan berketerampilan,
e. Sehat jasmani dan rohani untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan
bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia pada
uumumnya .
Pendidikan yang diseelenggarakan oleh Ki Hajar Dewantara dapat dikatakan
suatu gerakan budaya, karena bahan ajar yang digunakan berasal dari kebudayaan
setempat.
Ki Hajar Dewantara, dalam falsafah pendidikannya dalam bahasa Jawa yaitu ing
ngarsa sung tuladaha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Artinya yaitu
didepan memberi teladan, di tengah menyemangati, dan menggiring dari belakang sambil
memberi kekuatan
Menurut Ahmadi (2014:165) Taman Siswa terdiri dari enam taman, diantaranya:
a. Taman Indira, biasa disebut dengan Taman Kanak-Kanak
b. Taman Muda, yang memberikan pendidikan dan pengajaran rendah.
c. Taman Dewasa, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
d. Taman Madya, Sekolah Menengah Tingkat Atas.
e. Taman Guru, merupakan mendidik calon guru Taman Indira, Taman Muda, dan
Taman Dewasa.
f. Taman Pra Sarjana, persiapan calon guru untuk Taman Dewasa.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan dilaksanakan ditiga tempat yang sering
disebut denngan Tri Pusat Pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Di
samping itu, penyelenggaraan pendidika Ki Hajar Dewantara juga mengemukaan teori
Trikon yaitu:
a. Kontinuitas, pengembangan dan pembinaan karakter bangsa merupakan kelanjutan
dari budaya sendiri.
b. Konsentris, dalam pengembangan budaya harus bersikap terbuka namun harus
selekitf terhadap pengaruh kebudayaan di sekitar,
c. Konvergen, bersama-sama bangsa lain untuk membangun karakter bangsa tanpa
menghilangkan idntitas bangsa.
2. Ruang Pendidkan INS Kayutaman

Anda mungkin juga menyukai