UUD 1945 terdiri atas : 20 BAB, 73 PASAL, 194 AYAT, 3 PASAL ATURAN
PERALIHAN DAN 2 PASAL ATURAN TAMBAHAN
UUD 1945 di amandement sebanyak 4 kali
BAB XI A G A M A
Pasal 29
ayat 1 => Negara berdasar atas Ketuhanan YME
ayat 2 => Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
BAB XV
BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN
**)
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah sang merah Putih.
Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Pasal 36A
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.**
Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.**)
Pasal 36C
Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan diatur dengan undang-undang.**)
ATURAN PERALIHAN
Pasal I
Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan
yang baru
menurut Undang-Undang Dasar ini.****)
Pasal II
Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan
ketentuan
Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar
ini.**** )
Pasal III
Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan sebelum
dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.**** )
ATURAN TAMBAHAN
Pasal I
Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan
status hukum
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat
untuk diambil putusan pada sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003.**** )
Pasal II
Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal****)
Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh
(16 bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49
ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2
ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan.
Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 20 bab, 37 pasal, 194 ayat,
3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Sejarah Awal
Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan
bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk.
Tanggal 14 November 1945 dibentuk Kabinet Semi-Presidensial (“Semi-Parlementer”) yang
pertama, sehingga peristiwa ini merupakan perubahan sistem pemerintahan agar dianggap
lebih demokratis.
Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950)
Pada periode UUDS 50 ini diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang sering
disebut Demokrasi Liberal. Pada periode ini pula kabinet selalu silih berganti, akibatnya
pembangunan tidak berjalan lancar, masing-masing partai lebih memperhatikan kepentingan
partai atau golongannya. Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi
Liberal yang dialami rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia sadar
bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai
dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945. Akhirnya Presiden menganggap bahwa keadaan
ketatanegaraan Indonesia membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara serta
merintangi pembangunan semesta berencana untuk mencapai masyarakat adil dan makmur;
sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit mengenai pembubaran Konstituante
dan berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950
Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik
ulur kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5
Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya
memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan Undang-
Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu.
§ Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil
Ketua DPA menjadi Menteri Negara
§ MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup
§ Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September Partai Komunis
Indonesia
Periode UUD 1945 masa orde baru (11 Maret 1966 – 21 Mei 1998)
Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat “sakral”, di
antara melalui sejumlah peraturan:
ü Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk
mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya
ü Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain menyatakan
bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat
rakyat melalui referendum.
ü Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan TAP
MPR Nomor IV/MPR/1983.
Periode 21 Mei 1998 – 19 Oktober 1999
Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto digantikan
oleh B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar
seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara
demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi
dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan di antaranya tidak
mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat
structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan presidensial.
Sejarah Pancasila
Isi dari pancasila itu sendiri tertuang dalam isi pidato Mr. Muh Yamin pada tanggal
29 mei 1945 yakni :
1. pri kebangsaan,
2. pri kemanusiaan,
3. pri ketuhanan,
4. pri kerakyatan
5. pri kesejahteraan.
Proklamasi juga memiliki hubungan yang erat dengan lahirnya pancasila karena
proklamasi merupakan titik kuliminasi dari perjuangan bangsa Indonesia dalam memperoleh
kemerdekaanselain itu proklamassi juga dianggap sebagai konsekuensi bangsa Indonesia
yang telah merdeka dan menyamakan kedudukannya dengan bangsa lain selain itu juga
merupakan konsekuensi keluar yakni menyebarkan pemberitaan tentang kedaulatan atau
kemerdekaan terhadap bangsa lain.
Pancasila juga dapat bersifat objektif dan subjektif. bersifat objektif artinya nilai –
nilai tersebut dapat dipakai dan diakui oleh negara – negara lain, tentunya tidak dengan nama
pancasila. Sedangkan bersifat subjektif artinya bahwa nilai – nilai pancasila itu terletak pada
pembawa dan pendukung nilai pancasila itu sendiri yaitu masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai pancasila itu sendiri merupakan ideologi bagi
bangsa Indonesia menjadi landasan , dasar, serta motivasi atas segala perbuatan baik dalam
kehidupan sehari – hari dan dalam kehidupan kenegaraan.
4. Arti dan makna sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwaakilan.
Permusyawaratan diusahakan agar dapat menghasilkan keputusan – keputusan yang diambil
secara bulat.
5. Arti dan makna sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Keadilan berarti adanya persamaaan dan salin menghargai karya orang lain. Kemkmuran
yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat. Dinamis dalam arti
diupayakan lebih tinggi dan lebih baik.
individu dalam segala bidang. Menurut paham ini titik pusat dalam hidup
ini adalah individu. Karena ada individu maka masyarakat dapat tersusun
dan karena individu pula negara dapat terbentuk. Oleh karena itu, masyarakat
atau negara harus selalu menghormati dan melindungi kebebasankemerdekaan
individu. Setiap individu harus memiliki kebebasan kemerdekaan,
seperti dalam bidang politik, ekonomi, dan agama.
kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk
sekelompok manusia. Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa
“kebenaran politik”.
Sosialisme : (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis sosial yang berarti
kemasyarakatan. Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar 1830. Umumnya
sebutan itu dikenakan bagi aliran yang masing-masing hendak mewujutkan masyarakat yang
berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan maksud agar produksi
tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga perorangan atau swasta yang hanya
memperoleh laba tetapi semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat. Dalam arti
tersebut ada empat macam aliran yang dinamakan sosialisme yaitu sosial demokrat,
komunisme, anarkhisme, dan sinkalisme (Ali Mudhofir, 1988). Sosialisme ini muncul kira-
kira pada awal abad 19, tetapi gerakan ini belum berarti dalam lapangan politik. Baru sejak
pertengahan abad 19 yaitu sejak terbit bukunya Marx, Manifes Komunis (1848), sosialisme
itu (seakan-akan) sebagai faktor yang sangat menentukan jalannya sejarah umat manusia.
teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk
pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban
jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil.
Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh perkataan “teroris” dan “terorisme”, para
teroris umumnya menyebut diri mereka sebagai separatis, pejuang pembebasan, pasukan
perang salib, militan, mujahidin, dan lain-lain. Tetapi dalam pembenaran dimata terrorism :
“Makna sebenarnya dari jihad, mujahidin adalah jauh dari tindakan terorisme yang
menyerang penduduk sipil padahal tidak terlibat dalam perang”. Padahal Terorisme sendiri
sering tampak dengan mengatasnamakan agama.
v Amandemen UUD’45
Sejak tahun 1999 sampai tahun 2002 majelis permusyawaratan rakyat RI telah empat
kali menetapkan perubahan pasal – pasal yang di ubah dan ada pula pasal – pasal yang
ditambah.
I. Perubahan pertama terhadap pasal UUD’45 ditetapkan pada tanggal 19 oktober 1999.
II. Perubahan Kedua ini dilakukan pada sidang MPR, tepatnya pada tanggal 18 agstus 2000.
III. Perubahan ketiga ditetapkan oleh MPR pada tanggal 9 november 2001.
IV. Perubahan keempat dilakukan pada sidang tahunan MPR bulan agustus 2002.
a) Pelaksanaan UUD’45 pada masa awal kemerdekaan ( 18 agustus 1945 – 27 desmber 1949 )
Dengan ditetapkannya pancasila dan UUD ’45 oleh PPKI mmerupakan modal
berharga untuk mendapatkan pemerintahan RI yang bisa berjalan dengan baik. Namun
sebelum cita – cita itu terwujud bangsa Indonesia harus dihadapkan pada masalah baru yaitu
kehadiran tentara sekutu dan nica ke wilayah Indonesia. Hal itu membuat pemerintah dan
rakyat Indonesia memusatkan perhatian dan upaya mempertahankan negara kesatuan RI dan
sistem pemerintahan berdasarkan UUD’45 belum dapat dilaksanakan.
Pada awal berdirinya negara ini banyak lembaga tinggi negara belum terbentuk. Hal
ini kemudian diantisipasi dengan aturan peralihan pasal 4. Untuk memperkuat kedudukan
komite nasional Indonesia pusat, maka pada tanggal 16 oktober 1945 dikeluarkannya
maklumat wakil presiden nomor X yang isinyaa KNIP sebagai pembantu presiden menjadi
badan yang diberi tugas legislativ dan ikut menetapkan GBHN.
Pada tanggal 3 november 1945 diumumkan lagi maklumat wakil presiden tentang
pembentukan partai – partai politik. Selanjutnya atas usul KNIP keluarlah maklumat pada
tanggal 14 november 1945 yang isinya merubah kabinet presidensial menjadi kabinet
parlementer.
Maka seejak tanggal 14 november 1945 itu kekuasaan eksekutif dipegangkan oleh
perdana mentri dan mentri – mentri yang bertanggung jawab kepada KNIP bukan kepada
presiden. Di lain pihak perundingan dengan belanda dan sekutu memenangkan Indonesia
sebagai sebuah negara merdeka dan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh belanda pada
tanggal 27 desember 1945 dengan syarat :
Maka sejak saat itu Indonesia menjadi negara serikat dengan UUD yang ditentukan
oleh sekkutu dengan paham liberalisme.
Sejak diberlakukannya UUD kris maka Indonesia menjadi negara federal. Tetapi
semangat dan perjuangan bangsa Indonesia untuk mempersatukan republik Indonesia
kembali menjadikan negara RI utuh kembali. Pada tanggal 17 gustus 1950 negara KRIS
sudah sepenuhnya menjadi negara RI dengan UUDS 1950 dan system pemerintahan bersifat
perlementer.
Bentuk pemerintahan dan bentuk negara Indonesia menurut pasal 1 UUDS RI 1950
menyatakan :
I. RI yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang demokratis dan berbentuk
kesatuan.
II. Kedaulatan RI adalah di tangan dan dilakukan oleh pemerintah bersama – sama DPR.
Sistem pemerintahan nyang dianut oleh UUDS 1950 adalah parlementer dengan
menggunakan kabinet parlementer yang dipimpin oleh seorang perdana mentri. Pada saat
mulai berlakunya UUDS 1950 badan legislatif yang ada adalah DPR ssementara yang terdiri
dari gabungan DPR RIS ditambah dengan anggota dan ketua BPKNIP ditambah dengan
anggota atas penunjukan presoden.
Pada sistim parlementer fungsi presiden sebagai kepala pemerintahan digantikan
oleh perdana mentri sehingga presiden hanya sebagai kepala negara atau simbol negara.
Presiden sebagai kepala negara memilik tugas – tugas sebagai berikut :
ü Menyatakan perang
Sedangkan dalam sistim presidensial presiden memiliki fungsi sebagai kepala
pemerintahan yaitu bertugas menjalankan semua sistim pemerintahan dalam satu negara.
Pada perkembangannya dengan adanya UUDS 1950 ini menyebabkan munculnya banyak
masalah dalam pemerintahan negara sehingga presiden soekarno memutuskan untuk kembali
mengguanakan uud 1945 sebagai dasar negara Indonesia dan setelah itu pada tanggal 5 juli
1959 presiden soekarno mengeluarkan dekrit presiden yang berisi:
i.
Pembubaran konstituante
ii. Berlakunya kembali UUD’45 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
Dengan adanya dekrit inilah yang menjadi sumber hukum dan penyelenggaraaan
pemerintahan.
c) Pelaksaan UUD 1945 Pada Masa Orde Lama dan Orde Baru
orde baru merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa dan negara yang
diletakkan kembali pada kemurnian pelaksanaan pancasila dan UUD’45. Tekat orde baru
ialah melaksanakan pancasila dan UUD’45 dengan murni dan konsekuen. Namun pada masa
ini juga terjadi banyak penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru.
Kebijakan – kebijakan yang diambil pemerintah juga cenderung untuk kepentingan golongan.
Ø Alinea pertama
Pada alinea pertama terdapat dua asas pikiran yaitu perikemanusiaan dan
perikeadilan.
Ø Alinea kedua
Bangsa Indonesia dari dalam terpaksa berjuang untuk merealisir hak kodrat dan
hak morilnya ke merdekaan atas kedauatan sendiri, berhasil membentuk negara indonesia
yang dicita – citakan dan mempunyai sifat – sifat tertentu.
Ø Alenia ketiga
Bangsa indonesia menyatakan kemerdekaan indonesia itu atas kekuatan bangsa
indonesia sendiri , didukung oleh seluruh rakyat.
Ø Alenia keempat
Berisi pokok kaidah negara yang fundamental yaitu : fungsi dan tujuan negara ,
keharusan adanya undang – undang dasar, adanya asas politik negara yaitu republik yang
berkedaulatan dan adanya asas kerohanian negara.
UUD
1. Pancasila menjadi dasar visi yang memeberi inspirasi untuk membangun suatu corak tatanan
sosial budaya yang akan datang.
2. Pancasila sebagai nilai – nilai dasar menjadi refrensi kritik sosial budaya.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan bangsa
Pancasila sebagai paradigma artinya nilai – nilai dasar pancasila secara normativ menjadi
dasar, keranga acuan, dan tolak ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan
di Indonsia.
Pendidikan pada dasarnya adalah pemanusiaan, dan ini memuat hominiasi dan
humanisasi. Salah satu agenda penting dalam upaya mengatasi krisis dalam kehidupan
berbangsa kita adalah melalui pendidikan .
Dengan kelima prinsipnya pancasila menjadi dasar yang cukup integratif bagi
kelompok – kelompok politik yang cukup heterogen dalam sejarah Indonesia modern.
7. Kaitan pancasila dengan ketahanan nasional adalah kaitan antara ide yang mengakui
pluralitas yang membutuhkan kebersamaan.
Ilmu teknologi yang berkembang harus dapat dipertanggung jawabkan tentang hak
dan kewajiban dalam mengembangkan iptek diatur dalam pancasila.
BHINEKA TUNGGAL IKA
Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang
bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu
kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa
daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Kutipan ini berasal dari Pupuh 139, bait 5. Bait ini secara lengkap seperti di bawah
ini:
Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa. Bhinnêki rakwa ring apan kena
parwanosen? Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal Bhinnêka tunggal ika tan
hana dharma mangrwa.
Terjemahan :
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang
berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah
tunggal Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
ü Sejarah Bhineka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Dharmma Mangrva dilontarkan pada masa
Majapahit. Sesungguhnya Bhineka Tunggal Ika telah dimulai sejak masa Wisnuwarddhana,
ketika aliran Tantrayana mencapai puncak tertinggi perkembangannya. Oleh karena itulah
Nararyya Wisnuwarddhana didharmakan pada dua loka di Waleri bersifat Siwa dan di
Jajaghu (Candi Jago) bersifat Buddha. Juga putra mahkota Kertanagara (Nararyya
Murddhaja) ditahbiskan sebagai JINA (Jnyanabajreswara atau Jnyaneswarabajra). Inilah
fakta bahwa Singasari merupakan embrio yang menjiwai keberadaan dan keberlangsungan
kerajaan Majapahit.
Narayya Wijaya sebagai pendiri kerajaan tak lain merupakan kerabat sekaligus
menantu Sang Nararyya Murddhaja (Sri Kertanagara : Raja Singasari terakhir). Sehubungan
bahwa semboyan tersebut embrio dari Singasari yakni pada masa Wisnuwarddhana sang
dhinarmmeng Ring Jajaghu (Candi Jago), maka baik semboyan Bhinneka Tunggal Ika
maupun bangunan Candi Jago kemudian disempurnakan pada masa Majapahit. Oleh sebab
itu kedua simbol (wijaksara dan bangunan) tersebut lebih dikenal sebagai hasil peradaban era
Majapahit. Padahal sesungguhnya merupakan hasil proses perjalanan sejarah sejak awal.
Perumusan Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Dharmma Mangrva oleh Mpu
Tantular pada dasarnya pernyataan daya kreatif dalam upaya mengatasi keanekaragaman
kepercayaan dan keagamaan, sehubungan dengan usaha bina negara kerajaan Majapahit kala
itu, telah memberikan nilai-nilai inspiratif terhadap sistem pemerintahan pada masa
kemerdekaan, dimana telah menyadari bahwa menumbuhkan rasa dan semangat persatuan
itulah Bhinneka Tunggal Ika yang akhirnya diangkat menjadi semboyan yang diabadikan
dalam lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia, Garuda Pancasila.
Dalam lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pengertian Garuda
Pancasila diperluas menjadi tidak terbatas dan diterapkan tidak hanya pada perbedaan
kepercayaan dan keagamaan, melainkan juga terhadap perbedaan suku, bahasa, adat istiadat
(budaya) dan beda kepulauan (antara nusa) dalam kesatuan Republik Indonesia tercinta.
Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi pada
hakekatnya satu. Memberi makna secara keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada
hakekatnya satu, satu bangsa dan satu Negara Republik Indonesia. Lambang Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah nomor 66 Tahun 1951, pada tanggal 17 Oktober dan
diundangkan pada tanggal 28 Oktober 1951 tentang Lambang Negara.
Bahwa usaha bina negara baik pada masa pemerintahan Majahapahit maupun
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia berlandaskan pada pandangan yang sama
yaitu semangat rasa persatuan, kesatuan dan kebersamaan sebagai modal dasar dalam
tegaknya negara Indonesia.
Sementara semboyan “Tanhana Dharmma Mangrva” digunakan sebagai semboyan
Lambang Pertahanan Nasional (LemHamNas). Makna kalimat tersebut adalah “Tidak ada
kebenaran yang bermuka dua”.
Kemudian oleh LemHaNas semboyan kalimat tersebut diberi pengertian ringkas dan
praktis yakni “Bertahan karena benar” “Tidak ada kebenaran yang bermuka dua”
sesungguhnya memiliki pengertian agar hendaknya setiap manusia senantiasa berpegang dan
berlandaskan pada kebenaran yang satu. Sebagai bahan catatan, bahwa realitas kemajemukan
bangsa adalah warisan sejarah panjang perjalanan Indonesia selama berabad-abad sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa. Dengan luas wilayah Nusantara yang hampir 2 juta kilometer
persegi, terdiri dari sekitar 13.700 pulau besar dan kecil, lebih dari 300 ragam etnis, dengan
adat istiadat, budaya dan keyakinan agama yang berbeda-beda, menyimpan potensi keretakan
yang kapan saja bisa mengemuka apabila tidak ada alasan atau raison de’etre sebagai bangsa
untuk bersatu.
Bahwa raison de’etre untuk menjadi satu bangsa, bukan sekedar perasaan subjektif
para pendiri bangsa menjelang Proklamasi 17 Agustus 1945, melainkan mendapatkan pijakan
sejarah selama berabad-abad seperti yang telah dibuktikan.
Dan kesadaran sebagai putra-putri dari sebuah bangsa besar yang telah melahirkan
Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, kiranya menjadi tugas sejarah untuk terus
memperjuangkan, menjaga dan mewujudkan kesatuan bangsa Indonesia dan menjadi obor
penyuluh, ketika sebagian anak-anak bangsa mulai dijangkiti penyakit sektarian sempit,
fanatisme agama dan egoisme kelompok serta golongan yang hanya akan mengorbankan
persatuan dan kesatuan bangsa.