Anda di halaman 1dari 4

PUISI-PUISI SITOK SRENGENGE

Gadis Hijau
                Terilhami puisi “Arbole, Arbole” Federico Garcia Lorca

Hijau kebun hijau membentang


biru langit biru mengambang

Gadis hijau bertudung caping gunung


memetik daun teh seujung demi seujung

Angin putih berhembus dari bukit berkabut


ingin melepas letih mengelus payudara kerucut

Seorang pelancong memotretnya berkali-kali


terpana pada rekah bunga di bawah terik mentari

Ia bujuk si gadis hidup bersama di kota


bidadari manis patutnya bahagia di surga

Si gadis memberi senyum dan kerling burung gelatik


pipi ranum jemari tak henti sepetik demi sepetik

Seorang prajurit yang bebas tugas


menghentikan langkah yang semula gegas

Ia pinang si peri berparas teduh menjadi istri


akan diajak ke negeri-negeri jauh dilindungi sampai mati

Si gadis menggeleng santun hati teguh burung pungguk


jemarinya terus tekun sepucuk demi sepucuk

Diasuh kebun hijau membentang


di bawah langit biru mengambang

Bunga liar pun mengerti


getar cinta yang sejati

1986

---------------------------------------------------------------

Senandika Kata

Di taman kata berjumpa kita


Huruf-huruf yang mendamba dieja sebagai cinta

Memburu arti
Menyatu dan menyatakan diri

Kita hanya lelambang bunyi


Mewakili yang tersembunyi

Menjelma kata tanpa kelamin


Titah tuhan yang tertahan, meskipun serba mungkin

Terlontar dari jiwa, terlempar dari rahasia


Segala yang gaib teruar lewat tanda

Kita hanya kurir penyampai pesan


Hidup cuma mampir dan terabaikan

Kita bermimpi merengkuh cinta


Terikut juga benci dan dusta

Tak ada yang lebih membuatku bahagia


Selain kau dan aku tercipta dari huruf-huruf yang sama

1991

---------------------------------------------------------------

Bandung Bondowoso

Jonggrang! Kijang buruanku


aku tatah seribu batu
kurang satu
Jadilah kamu!

Dusta dalam cinta menjelma Bhatari Durga


beranak seribu arca
Lembu Andini
terkuras air susunya

Jonggrang!
Tanah dan rumputan mengerang
kokok ayam jantan
sapi dan babi terperanjat di kandang
Bhatari Durga beranak seribu arca
menduduki tahta para raja

Aku melihat malam


setelah matahari benam
Aku melihat siang
sebelum matahari di permukaan

1989
---------------------------------------------------------------

Belajar dari Ombak

Dengan ombak laut selalu berkata-kata


tapi tak terungkap yang terpendam di dalamnya
– biarlah aku belajar menyimpan rahasia

Aku tahu
dua hal kaupunyai atas diriku:
cinta dan kegetiran

Ombak menggapai
lalu cerai dari pantai
Seperti setia dan dusta
bagian dari upaya menafsir cinta

Bebutir pasir
remah yang dilepih laut
Seperti nasib getir
musti diubah sebelum akut

Jika ada bunga


dihempas badai tak pudar aromanya
– izinkan aku belajar setia

1989

---------------------------------------------------------------

Amof Fati

Kerasukan kau, aku menjadi orang paling sinting


Kau sembunyi di benak, tapi lagakmu selalu tampak
Kata “mustahil” kauhapus dari kamus

Kaucuci mataku demi bening memandang dunia


menemu yang mulia di balik yang hina dan cela
Tuhan menganugerahi kita segala yang jelita

Langit tanpa mendung memancarkan cahayamu


Hujan tanpa taifun merinai rutin sekali seminggu
Bunga-bunga tanpa duri bermekaran di mimpiku

Udara yang kuhirup beraroma wangi


Bergairah aku memelukmu lekat sekali
Sampai hatiku bisa bercakap dengan hatimu
Dahagaku terpuaskan oleh air murni sumurmu
Aku tak perlu cari makan, kau membuatku kenyang
Aku tak takut miskin, kau menjadikanku orang terkaya

Dibanding dengan cintamu, emas tak berharga


Bagiku kau lebih dari cukup, aku tak butuh lainnya
Masa depan yang tak redup menghampiriku sukarela

Kita ciptakan surga sendiri tanpa pohon kuldi


Tubuh kita punya buah yang kapan pun siap dikunyah
Tak perlu iblis yang menyamar, kita sudah saling tergetar

Di surga itu kau rumah yang senantiasa terbuka


Bahagia menerima hilir-mudik cintaku
Tanpa perlu mengetuk pintu

Kita bercinta melampaui keindahan puisi


Tak ada kata lebih bermakna dibanding
Kita yang menyatu dalam hening

1987

Anda mungkin juga menyukai