Asam Amino
Asam Amino
JUDUL PERCOBAAN
Asam Amino dan Protein.
B. TUJUAN PERCOBAAN
Sebelum melakukan percobaan mahasiswa harus memahami lebih
dahulu struktur protein. Selama melakukan percobaan ini diharapkan :
1. Dapat membuktikan adanya ikatan peptida.
2. Dapat memahami reaksi xanthoproteat dan uji biuret terhadap bermacam-
macam kandungan dari protein.
3. Memahami kelarutan dan sifat amfoter dari asam amino.
C. LANDASAN TEORI
Asam amino mengandung dua gugus fungsi yang berlainan, yakni
gugus amin (-NH2) dan gugus karboksilat (-COOH) asam-asam amino dalam
mengandung gugus amin yang terikat pada atom karbon ∝, terhadap gugus
karboksil. Asam–asam amino juga berfungsi sebagai basa atau asam yang
membentuk garam dengan asam kuat atau basa kuat. Rumus struktur yang
menggambarkan kandungan gugus fungsi asam amino, yakni gugus amin dan
gugus karboksilat adalah sebagai berikut :
H H
-
R C COOH R C COO
+
NH 3 NH3
A s a m a m in o A s a m a m in o b e n t u k d ip o la r
Kedua gugus amin dan karboksil didalam asam amino akan saling bereaksi
menghasilkan ion switter. Oleh karena struktur dipolar ini maka asam-asam
amino mudah larut dalam air (Tim dosen Kimia Organik, 2019: 17-18).
Asam amino adalah molekul biologis yang penting yang berperan
sebagai blok pembangun untuk peptida dan protein. Asam ini mempunyai
struktur umum :
R
H2N CH COOH
Dimana R adalah sebuah gugus organik yang berbeda dalam setiap asam
amino. Grup amin (NH2) terkait oleh atom karbon (C) yang berbatasan
dengan grup COOH. Untuk alasan ini maka molekul-molekul ini disebut
asam amino alfa. Terdapat 20 jenis asam amino yang telah teridentifikasi
sebagai unit-unit dalam protein tumbuhan dan hewani yang paling penting.
Karena asam amino mengandung baik gugus asam maupun gugus basa, asam
ini bersifat amfoter (Day, 2002: 177).
Ada dua struktur asam amino, yaitu struktur yang tidak bermuatan dan
struktur ion pada pH fisiologis. Gugus karboksil bersifat sebagai donor
proton, gugus amino bersifat sebagai akspektor proton dan gugus R yang di
kenal sebagai rantai samping atau rantai cabang mempunyai sifat yang khas.
NH2 + NH3
H C COOH H C COO-
R R
asam amino yang tidak mengion asam amino dipolar
Dengan pengecualian glisin (karena R=H) struktur kimia semua asam amino
penyusun protein mengandung atom karbon asimetris sehingga bersifat aktif
optis. Oleh karena itu, asam amino dapat memutar bidang cahaya terpolarisasi
menuju kesuatu arah atau kebalikannya (Sumardjo, 2009:133).
Macam-macam asam amino, pada umumnya mempunyai satu gugus
karboksilat dan satu gugus amina, namun ada beberapa asam amino yang
mempunyai dua gugus karboksialt (asam aspartate dan glutamat) dan ada
yang mempunyai gugus amino seperti lisina, arginina, dan histidina. Asam
amino dapat dikelompokkan sebagai asam amino alifatik, asam amino
aromatik, hetro asam amino, dan lain- lain. Contoh dari asam amino alifatik
adalah yaitu asam amino yang mempunyai satu gugus karboksilat dan satu
gugus amino dan biasa disebut asam amino netral, contohnya glisina(gly),
alanine(ala), serina(ser), sisteina(cys), tirosina(tyr), metoina(met), valina(val),
leusina(leu), dan isoleusina(ile). Adapun asam amino asam yaitu jenis ini
mempunyai dua gugus karboksilat dan satu gugus amino pada struktur
molekulnya. Contohnya pada asam amino suksinat, dan juga asam amino
glutarat (Riswiyanto, 2009: 395).
Peptida ialah suatu amida yang dibentuk dari dua asam amino atau
lebih. Ikatan amida antara gugus α-amino dari satu asam amino dan gugus
karboksil dari asam amino lain disebut ikatan peptida. Contoh peptida berikut
yang dibentuk dari alanina dan glisina, disebut alanilgisina, menggambarkan
suatu ikatan peptida.
O O O O
-H2O
H2NCHCOH + H2NCH 2COH H2NCHC NHCH 2COH
CH 3
CH 3
a n ilin a g lis in a a la n ilg lis in a
s u a t u d ip e p t id a
Tiap asam amino dalam suatu molekul peptida disebut suatu satuan (unit)
atau suatu residu. Alanilglisina mempunyai dua residu, residu alanina dan
residu glisina. Bergantung pada banyaknya satuan asam amino dalam
molekul itu, maka suatu peptida dirujuk sebagai dipeptida (dua satuan), suatu
tripeptida (tiga satuan), dan seterusnya (Fessenden, 1986: 375-376).
Terdapat sekitar 300 jenis asam amino di alam. Namun, ternyata
hanya dua puluh asam amino yang secara alami merupakan bahan
pembangun protein. Asam amino pembangun atau penyusun protein adalah
alfa asam amino, yaitu asam amino yang gugus aminonya terikat pada atom
karbon alfa.
H
O
G u g u s A m in o H2 N C C G u g u s K a r b o k s il
R OH
G ugus cabang
Beberapa asam amino yang bukan merupakan satuan pembentuk protein, baik
yang terdapat dalam keadaan bebas atau yang terikat pada suatu sel jaringan,
mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu proses-proses
metabolisme (Sumardjo, 2009: 133).
Terdapat 20 jenis asam amino yang telah teridentifikasi sebagai unit-
unit dalam suatu protein tumbuhan dan hewan yang paling penting. Karena
suatu asam amino baik mengandung gugus asam maupun basa, maka asam ini
bersifat amfoterik dan akan cenderung untuk melakukan suatu pemindahan
proton dari gugus CO2H ke NH2:
R R
+ -
H2N CH CO 2H N H3 CH CO 2
molekul netral ion zwitter
E. PROSEDUR KERJA
1. Kelarutan dan sifat amfoterik
a. 1) Sebanyak 0,1 gram glisin di tambah ke dalam tabung reaksi.
2) Sebanyak 2 ml aquades ditambahkan.
3) Larutan di uji keasaman menggunakan kertas lakmus
4) Hasil perubahan diamati
b. 1) Sebanyak 0,1 gram L-tirosin dimasukkan kedalam tabung reaksi
2) Sebanyak 2 ml aquades ditambahkan
3) Sebanyak 1 ml NaOH ditambahkan. Larutan di uji menggunakan
kertas lakmus, kemudian diamati perubahan yang terjadi.
4) Sebanyak 12 tetes larutan HCl 20% ditambahkan, lalu larutan di
uji keasaman dengan kertas lakmus.
5) Hasil perubahan diamati
c. 1) Sebanyak 0,5 kasein dimasukkan ke dalam tabung reaksi .
2) Sebanyak 5 ml aquades ditambahkan.
3) Sebanyak 2 ml NaOH ditambahkan. Larutan di uji menggunakan
kertas lakmus,
4) Hasil perubahan di amati.
5) Menyimpan larutan tersebut untuk percobaan selanjutnya.
2. Reaksi dengan asam nitrat
a. 1) Pada tabung reaksi 1 dimasukkan 0,5 gr glisin.
2) Sebanyak 5 ml larutan HCl 10% ditambahkan.
3) Di dalam tabung reaksi 2, ditambahkan 5 ml larutan HCl 10%
sebagai pembanding.
4) Kedua tabung reaksi di dinginkan sampai 00C di dalam air es.
5) Ke dalam masing-masing tabung reaksi, di tambahkan dengan
hati-hati 2 ml larutan NaNO2 5%.
6) Hasil perubahan di amati.
b. 1) Sebanyak 2 mL larutan kasein di masukkan dalam tabung reaksi.
2) Larutan di dinginkan di dalam air es.
3) Sebanyak 2 mL larutan NaNO2 di tambahkan
4) Hasil perubahan di amati.
3. Uji Biuret
a. 1) Sebanyak 0,5 gram urea di masukkan kedalam tabung reaksi .
2) Tabung reaksi perlahan-lahan di panaskan sampai urea meleleh
dan gas terbentuk.
3) Keasaman larutan di uji dengan menggunakan kertas lakmus yang
sudah dibasahi pada mulut tabung.
4) Pemanasan di lanjutkan sampai pembentukan gas berhenti dan
sisanya mulai padat.
5) Tabung reaksi di dinginkan dan dilarutkan dengan air panas.
6) Larutan di saring dan di tambahkan pada filtrat 2 ml larutan
NaNO2 10% dan 3 tetes larutan CuSO4 2%.
7) Larutan di aduk dan di amati perubahan warna.
8) Sebagai pembanding, dilarutkan 0,5 gram urea dalam 3 ml
aquades.
9) Sebanyak 2 ml larutan NaOH 10% dan 3 tetes CuSO 4 2%
ditambahkan.
10) Hasil pengamatan dibandingkan dengan sebelumnya.
b. 1) Sebanyak 2 ml aquadest ditambahkan kepada 2 ml larutan kasein
yang sudah disiapkan pada cara kerja (1.c).
2) Sebanyak 3 tetes CuSO4 2% ditambahkan dan diamati warnanya.
4. Uji Xanthoproteat
a. Sebanyak 0.1 gram kasein kemudian di masukkan kedalam tabung
reaksi.
b. Sebanyak 2 ml HNO3 pekat ditambahkan.
c. Larutan dipanaskan dan di amati perubahan yang terjadi.
d. Mendinginkan campuran reaksi dan menetralkan hati-hati dengan 1
ml larutan NaOH 10%.
e. Keasaman diuji menggunakan kertas lakmus dan diamati perubahan
warna yang terjadi.
5. Hidrolisis Protein
a. Sebanyak 0,5 gram kasein dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
b. Sebanyak 20 ml HCl pekat ditambahkan.
c. Larutan direfluks selama 20 menit.
d. Larutan yang dipeoleh di bagi menjadi dua.
e. Tabung 1, ditambahkan 5 mL larutan hasil refluks kemudian
didinginkan.
f. Tabung 2, ditambahkan 5 ml hasil refluks kemudian ditambahkan 3
ml NaOH dan 3 tetes CuSO4.
g. Tabung 2 dipanaskan dan diamati perubahan yang terjadi.
F. HASIL PENGAMATAN
G. PEMBAHASAN
Asam amino merupakan senyawa yang mempunyai fungsi ganda karena
mempunyai gugus asam (COOH) maupun basa (NH2) pada struktur
molekulnya. Meskipun asam amino mempunyai dua gugus fungsi yaitu asam
dan basa, namun bentuk struktur ionnya bergantung pada PH. Jika
melepaskan proton, gugus karboksilat akan memberikan ion karboksilat
sedangkan gugus amino akan terpolarisasi menjadi ion ammonium. Keadaan
struktur semacam ini disebut sebagai ion dipolar atau zwitter
ion (Riswiyanto, 2009 : 394-395).
Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan adanya ikatan peptida,
dapat memahami reaksi xanthoproteat dan uji biuret terhadap bermacam-
macam kandungan dari protein serta memahami kelarutan dan sifat amfoter
dari asam amino. Prinsip dasar percobaan ini adalah mengidentifikasi asam
amino dan protein pada suatu larutan dengan pereaksi tertentu sedangkan
prinsip kerjanya adalah penimbangan, pencampuran, pengocokan,
pemanasan, penguapan dan penyaringan.
1. Kelarutan dan sifat amfoterik.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan dan sifat
amfoterik dari asam amino. Uji postif dari percobaan ini adalah apabila
asam amino dapat larut dalam air ditandai dengan larutannya yag bening
(tidak berwarna) dan tidak terdapat endapan dan apbila asam amino
bersifat amfoterik ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna pada
kertas lakmus biru atau merah. Kelarutan adalah kemampuan suatu zat
kimia tertentu untuk larut dalam suatu pelarut. Sedangkan amfoterik
adalah dapat bereaksi dengan asam atau basa. Digunakan dua sampel asam
amino pada percobaan ini yaitu glisin dan L-tirosin.
Pengujian pertama digunakan glisin yang dilarutkan dengan air yang
berfungsi untuk melarutkan kristal. Larutan yang dihasilkan yakni larutan
berwarnah putih keruh. Hal ini menunjukkan bahwa glisin mudah larut
dalam air karena glisin mempunyai struktur yang paling sederhana dengan
atom C pendek, seperti yang diketahui bahwa kelarutan suatu senyawa
dipengaruhi oleh panjang rantai karbonnya. Semakin panjang rantai
karbon (C) maka kelarutannya semakin kecil, begitu pula sebaliknya.
Selain itu glisin memiliki struktur dipolar, dimana kedua gugus amin
(NH2) dan karboksil (COOH) akan bereaksi membentuk ion zwitter yang
merupakan ion yang memiliki muatan berlawanan, bermomen dipol
sekaligus gugus bersifat asam dan basa (Tim Dosen Kimia Organik, 2019:
17). Dilihat dari strukturnya, glisin bersifat netral karena glisin tidak
mengandung gugus karbonil dan gugus amina yang berlebih karena dapat
larut dalam air seluruhnya. Adapun reaksinya :
H H
-
H C COOH + H2 O H C COO + H2O
+
NH2 NH 3
( G lis in ) ( I o n Z w it t e r G lis in )
- +
HO CH2 CHCOOH + H2 O HO CH2 CHCOO + H
+
NH 2 NH3
( L - T ir o s in ) ( I o n z w it t e r L - T ir o s in )
Saat pengujian kertas lakmus terlihat bahwa L-tirosin bersifat asam
karena larutan L-tirosin membuat kertas lakmus merah menjadi Biru. Hal
ini menunjukkan bahwa L-tirosin bersifat basa (pH>7). Hal ini tidak sesuai
dengan teori yang menyatakan pH isoelektrik atau titik derajat keasaman
L-tirosin adalah 5,7. Sebanyak 15 asam amino mempunyai pH isoelektrik
netral di antara pH 5,0-6,5 sebab gugus karboksil dalam pelarut air
keasamannya lebih kuat dari kebasaannya pada gugus amino (Wahjudi,
dkk, 2003: 127). Hal ini terjadi karena kesalahan praktikan kurang teliti
dalam penambahan NaOH.
Digunakan larutan L-tirosin sebagai sampel untuk mengetahui sifat
amfoterik dari asam amino. L-tirosin dilarutkan menggunakan air
menghasilkan larutan keruh kemudian ditambahkan dengan NaOH 10%
menghasilkan larutan keruh. Hal ini sesuai dengan teori karena pada
struktur L-tirosin banyak mengandung atom karbon dan memiliki gugus
aromatik, sehingga sukar larut dalam air.bila suatu gugus R terdiri dari
banyak atom karbon atau bersifat amfoter (aromatik), maka asam amino
sukar larut dalam air (Tim Dosen Kimia Organik, 2019: 18).
Fungsi penambahan NaOH sebagai pemberi suasana basa dan
sebagai penerima proton sehingga membuat larutan bersifat basa.
Kemudian dilakukan denga pengujian kertas lakmus merah yang berubah
menjadi warna biru sehingga menunjukkan sifat basanya. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa asam amino dapat melangsungkan
reaksi sebagai asam maupun basa bergantung pada keadaan
lingkungannya. Dalam pelarut air, zwitter ion asam amino dapat melepas
proton dan membentuk suatu anion (Wahjudi, dkk, 2003: 126). Adapun
reaksi yang terjadi:
( L - T ir o s in ) ( A ir ) ( N a t r iu m ( N a t r iu m T ir o s in ) ( A ir )
H id r o k s id a )
HN CH C HN CH C HN CH C
CH 2 CH 2 CH 2 + H2O
OH OH OH n
K a s e in
O O O
HN CH C HN CH C HN CH C
CH 2 CH 2 CH 2
+ NaNO 2
OH OH OH
n
Kasein (Natrium Nitrit)
3. Uji biuret
Uji biuret adalah uji untuk mengidentifikasi adanya ikatan peptide
dalam protein. Ikatan peptide adalah ikatan kovalen yang terbentuk
antara dua molekul asam amino ketika gugus karboksil asam amino
bereaksi dengan gugus amino dari asam amino yang lain dengan
melepaskan molekul air. Uji positifnya yaitu terbentuknya larutan
berwarna ungu.
Percobaan ini dilakukan dengan cara urea dipanaskan hingga
meleleh dan diperoleh gas NH3 yang ditandai dengan bau menyengat.
Gas yang terbentuk diuji dengan kertas lakmus merah dan berubah
menjadi kertas lakmus biru yang menandakan bahwa gas bersifat basa.
Pemanasan dilanjutkan sampai pembentukan gas berhenti dan sisanya
mulai padat. Tujuan pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi agar
dapat membentuk gas NH3. Kemudian didiamkan dan menghasilkan
endapan putih. Hal ini sesuai dengan teori bahwa urea bersifat basa
dengan pH = 7,5-9,5 sedangkan gas yang berbau tengik adalah gas
Amonia (NH3) yang dilepaskan pada saat pemanasan. Adapun reaksinya:
O O O O
H2N C NH2 + H2N C NH2 H2N C NH C NH2 + NH3
(Urea) (Biuret) (Gas Amonia)
H2 N C NH 2 + H2N C NH 2 H2N C NH C NH 2 + NH 3
O O O O
G as
U rea B iu r e t
A m o n ia
2+ -
Cu(OH)2 Cu + 2OH
(T e m b a g a (I I ) H id ro k sid a ) (Io n T em b a g a ) ( Io n H id ro k s id a )
O H O O H O
2+ -
2 H2 N C N C NH 2 + Cu H2N C N C NH 2 + Na 2 SO 4 + 2OH
2+
Cu
H2N C N C NH 2
O H O
(B iu re t) (Io n T em b a g a ) (S e n y a w a K o m p le k s b e rw a rn a u n g u ) ( N a tr iu m S u lfa t) (Io n H id ro k sid a )
O H O H O
HN CH C N CH C N CH C
2+
CH2 CH2 CH2 + Cu
OH OH OH n
( K a s e in ) (Io n T em b ag a )
OH OH OH
CH 2 O H CH 2 O H CH 2 O
HN CH C N CH C N CH C
n
2+
Cu
HN CH C N CH C N CH C
CH 2 O H CH 2 O H CH 2 O
OH OH OH
S e n y a w a k o m p e k s b e rw a rn a u n g u
4. Uji xanthoproteat
Percobaan ini bertujuan untuk menguji keberadaan gugus
aromatic atau benzena pada asam amino protein. Uji positif dari
percobaan ini ditandai dengan larutan berwarna kuning yang merupakan
cincin aromatik yang telah mengalami nitrasi menjadi benzena. Pada
percobaan ini, kasein direaksikan dengan HNO3 menghasilkan larutan
berwarna kuning pekat. Tujuan penambahan HNO3 yaitu sebagai
pendonor NO2-. Penambahan HNO3 untuk melarutkan kasein dan untuk
bereaksi dengan cincin benzena pada kasein membentuk nitro dengan
proses nitrasi benzena.
Larutan lalu dipanaskan sehingga diperoleh lrutan berwarna
kuning. Pemanasan bertujuan untuk mempercepat reaksi tersebut.
Larutan lalu didinginkan dan dinetralkan dengan NaOH 10% untuk
memberikan sifat basa sehingga dapat terionisasi dan untuk membuat
warna nitrobenzena lebih pekat. Hasil yang diperoleh memberikan uji
positif yaitu larutan berwarna kuning, yang menandakan bahwa kasein
memiliki gugus aromatik atau cincin benzena.
Hal ini sesuai teori, dimana protein yang mengandung residu
asam amino dengan radikal fenil dalam struktur kimianya (protein yang
mengandung asam amino fenilalanin atau tirosin) jika ditambahkan
dengan asam nitrat pekat dan dipanaskan maka akan menghasilkan
larutan berwarna kuning dan akan lebih pekat jika dalam suasana basa.
Proses inilah yang dinamakan dengan proses nitrasi benzena pada asam
amino penyusun protein (Sumardjo,2008 :187).
Hal ini dikarenakan kasein mengandung struktur cincin benzene
atau aromatik yang akan mengalami nitrasi menghasilkan nitro yang
berwarna kuning (Tim Dosen Kimia Organik II, 2019 : 20).
Reaksi yang terjadi yaitu:
O
HN - CH - C - NH - CH - CO + 4HNO3
CH2 CH2
OH OH
(Kasein)
O
HN - CH - C - NH - CH - CO + 4HNO3
CH2 CH2
O2 N NO2 O2N NO2
OH OH
(Larutan Kuning)
O
HN - CH - C - NH - CH - CO + NaOH
CH2 CH2
O2N NO2 O2N NO2
OH OH
(Larutan Kuning)
O
HN - CH - C - NH - CH - COONa + H2O
CH2 CH2
O2N NO2 O2N NO2
OH OH
(Larutan Orange)
5. Hidrolisis protein
Hidrolisis protein adalah penguraian protein menjadi monomer-
monomernya. Pada percobaan ini menggunakan kasein yang
ditambahkan dengan HCl pekat 20%. HCl berfungsi sebagai katalisator
untuk mempercepat jalannya reaksi. Hal ini sesuai dengan teori
menurut (Sumardjo, 2008: 183), yang menyatakan bahwa hidrolisis
protein dapat dilaksanakan dengan larutan asam mineral encer, basa
encer, atau enzim proteolitik. Hasil- hasil hidrolisis protein sederhana
adalah asam alfa- amino sedangkan hasil hidrolisis protein majemuk
adalah asam alfa- amino dan radikal prostetik penyusunnya.
Kemudian larutan direfluks selama 20 menit yang bertujuan untuk
memutuskan ikatan peptida sehingga terurai menjadi asam-asam
aminonya. Hasil refluks diperoleh larutan berwarna kecoklatan. Larutan
kemudian dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama didinginkan dalam
air es. Kemudian ke dalam tabung reaksi 2 ditambahkan NaOH dan
CuSO4. Fungsi penambahan NaOH yaitu sebagai pemberi suasana basa
dan CuSO4 bertujuan untuk membuktikan adanya ikatan peptida.
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh larutan berwarna coklat pada
tabung pertama dan uji positif dari percobaan ini yaitu berwarna coklat.
Hal ini menandakan bahwa kasein telah terhidrolisis dengan
sempurna karena warna ungu dari larutan yang menandakan adanya
ikatan peptida tidak terbentuk lagi. Sedangkan pada tabung kedua
diperoleh larutan berwarna coklat keunguan yang menandakan larutan
terhidrolisis tidak sempurna . Hal ini tidak sesuai teori, bahwa kasein
terhidrolisis sempurna karena warna ungu dari larutan yang menandakan
adanya ikatan peptida tidak terbentuk lagi, sehingga menunjukkan uji
postif (Sumardjo, 2008 :162). Reaksi yang terjadi yaitu:
O O
H2N CH C NH CH C OH H2N CH C OH
CH2 O CH2 CH2
+ HCl
OH OH OH
n
O
H2O
H2N CH C NaOH + CuSO 4
CH2
OH
CH2
OH
Fessenden, dan Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Pratama, Intan Rusky, Iis Rostini, dan Emma Rochima. 2018. Profil Asam
Amino, Asam Lemak dan Komponen Volatil Ikan Gurame Segar
(Osphronemos gourami) dan Kukus. JPHPI. Vol. 21, No. 2.
Purwaningsih, Sri, Ella Salamah dan Gian P Apriyana. 2013. Profil Protein dan
Asam Amino Keong Ipong- Ipong (Fasciolaria Salmo) Pada Pengolahan
Yang Berbeda. Junal Gizi dan Pangan. Vol.8. No.1.
Putri, Abu Bakar, Yuliet, dan Jamaluddin. 2016. Analisis KadarAlbumin Sidat
(Anguilla marmorata dan Anguilla bicolor) dan Uji Aktivitas
penyembuhan Luka terbuka pada Kelinci (Oryctolagos cuniculus).
GALENIKA Journal of Pharmacy. ISSN: 2442-8744.
Tim Dosen Kimia Organik II. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Organik II.
Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab