Anda di halaman 1dari 26

A.

JUDUL PERCOBAAN
Asam Amino dan Protein.

B. TUJUAN PERCOBAAN
Sebelum melakukan percobaan mahasiswa harus memahami lebih
dahulu struktur protein. Selama melakukan percobaan ini diharapkan :
1. Dapat membuktikan adanya ikatan peptida.
2. Dapat memahami reaksi xanthoproteat dan uji biuret terhadap bermacam-
macam kandungan dari protein.
3. Memahami kelarutan dan sifat amfoter dari asam amino.

C. LANDASAN TEORI
Asam amino mengandung dua gugus fungsi yang berlainan, yakni
gugus amin (-NH2) dan gugus karboksilat (-COOH) asam-asam amino dalam
mengandung gugus amin yang terikat pada atom karbon ∝, terhadap gugus
karboksil. Asam–asam amino juga berfungsi sebagai basa atau asam yang
membentuk garam dengan asam kuat atau basa kuat. Rumus struktur yang
menggambarkan kandungan gugus fungsi asam amino, yakni gugus amin dan
gugus karboksilat adalah sebagai berikut :
H H
-
R C COOH R C COO
+
NH 3 NH3
A s a m a m in o A s a m a m in o b e n t u k d ip o la r

Kedua gugus amin dan karboksil didalam asam amino akan saling bereaksi
menghasilkan ion switter. Oleh karena struktur dipolar ini maka asam-asam
amino mudah larut dalam air (Tim dosen Kimia Organik, 2019: 17-18).
Asam amino adalah molekul biologis yang penting yang berperan
sebagai blok pembangun untuk peptida dan protein. Asam ini mempunyai
struktur umum :
R

H2N CH COOH
Dimana R adalah sebuah gugus organik yang berbeda dalam setiap asam
amino. Grup amin (NH2) terkait oleh atom karbon (C) yang berbatasan
dengan grup COOH. Untuk alasan ini maka molekul-molekul ini disebut
asam amino alfa. Terdapat 20 jenis asam amino yang telah teridentifikasi
sebagai unit-unit dalam protein tumbuhan dan hewani yang paling penting.
Karena asam amino mengandung baik gugus asam maupun gugus basa, asam
ini bersifat amfoter (Day, 2002: 177).
Ada dua struktur asam amino, yaitu struktur yang tidak bermuatan dan
struktur ion pada pH fisiologis. Gugus karboksil bersifat sebagai donor
proton, gugus amino bersifat sebagai akspektor proton dan gugus R yang di
kenal sebagai rantai samping atau rantai cabang mempunyai sifat yang khas.
NH2 + NH3
H C COOH H C COO-
R R
asam amino yang tidak mengion asam amino dipolar
Dengan pengecualian glisin (karena R=H) struktur kimia semua asam amino
penyusun protein mengandung atom karbon asimetris sehingga bersifat aktif
optis. Oleh karena itu, asam amino dapat memutar bidang cahaya terpolarisasi
menuju kesuatu arah atau kebalikannya (Sumardjo, 2009:133).
Macam-macam asam amino, pada umumnya mempunyai satu gugus
karboksilat dan satu gugus amina, namun ada beberapa asam amino yang
mempunyai dua gugus karboksialt (asam aspartate dan glutamat) dan ada
yang mempunyai gugus amino seperti lisina, arginina, dan histidina. Asam
amino dapat dikelompokkan sebagai asam amino alifatik, asam amino
aromatik, hetro asam amino, dan lain- lain. Contoh dari asam amino alifatik
adalah yaitu asam amino yang mempunyai satu gugus karboksilat dan satu
gugus amino dan biasa disebut asam amino netral, contohnya glisina(gly),
alanine(ala), serina(ser), sisteina(cys), tirosina(tyr), metoina(met), valina(val),
leusina(leu), dan isoleusina(ile). Adapun asam amino asam yaitu jenis ini
mempunyai dua gugus karboksilat dan satu gugus amino pada struktur
molekulnya. Contohnya pada asam amino suksinat, dan juga asam amino
glutarat (Riswiyanto, 2009: 395).
Peptida ialah suatu amida yang dibentuk dari dua asam amino atau
lebih. Ikatan amida antara gugus α-amino dari satu asam amino dan gugus
karboksil dari asam amino lain disebut ikatan peptida. Contoh peptida berikut
yang dibentuk dari alanina dan glisina, disebut alanilgisina, menggambarkan
suatu ikatan peptida.
O O O O
-H2O
H2NCHCOH + H2NCH 2COH H2NCHC NHCH 2COH
CH 3
CH 3
a n ilin a g lis in a a la n ilg lis in a
s u a t u d ip e p t id a

Tiap asam amino dalam suatu molekul peptida disebut suatu satuan (unit)
atau suatu residu. Alanilglisina mempunyai dua residu, residu alanina dan
residu glisina. Bergantung pada banyaknya satuan asam amino dalam
molekul itu, maka suatu peptida dirujuk sebagai dipeptida (dua satuan), suatu
tripeptida (tiga satuan), dan seterusnya (Fessenden, 1986: 375-376).
Terdapat sekitar 300 jenis asam amino di alam. Namun, ternyata
hanya dua puluh asam amino yang secara alami merupakan bahan
pembangun protein. Asam amino pembangun atau penyusun protein adalah
alfa asam amino, yaitu asam amino yang gugus aminonya terikat pada atom
karbon alfa.
H
O
G u g u s A m in o H2 N C C G u g u s K a r b o k s il
R OH

G ugus cabang

Beberapa asam amino yang bukan merupakan satuan pembentuk protein, baik
yang terdapat dalam keadaan bebas atau yang terikat pada suatu sel jaringan,
mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu proses-proses
metabolisme (Sumardjo, 2009: 133).
Terdapat 20 jenis asam amino yang telah teridentifikasi sebagai unit-
unit dalam suatu protein tumbuhan dan hewan yang paling penting. Karena
suatu asam amino baik mengandung gugus asam maupun basa, maka asam ini
bersifat amfoterik dan akan cenderung untuk melakukan suatu pemindahan
proton dari gugus CO2H ke NH2:
R R
+ -
H2N CH CO 2H N H3 CH CO 2
molekul netral ion zwitter

Kesetimbangan cenderung berupa ion dipolat, yang disebut dengan ion


zwitter. Dalam larutan asam kuat (pH rendah), asam amino akan terprotonasi
dan molekulnya bermuatan lebih positif. Dalam larutan basa kuat (pH tinggi),
molekulnya akan kehilangan proton dan akan bermuatan lebih negatif. Pada
beberapa pH sedang, yang disebut titik isoelektrik, dimana molekulnya tidak
bermuatan (Day, 2002: 177).
Komposisi asam amino akan menentukan kualitas suatu protein,
protein merupakan salah satu nutrisi makro yang paling penting bagi manusia
yang didapatkan dari makanan. Kandungan ikan gurame dari jumlah yang
tertinggi hingga terendah ialah leusina, lisina, isoleusina, valina, treonima,
fenilalanina, metionina kemudian histidina. Leusina merupakan molekul
penting yang dapat merangsang sintesis protein otot (Pratama, 2018: 222).
Protein merupakan zat gizi yang amat penting bagi tubuh karena
disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubh juga berfungsi sebagai
zat pengatur dan pembangun. Protein adalah sumber asam – asam amino yang
mengandung unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau
karbohidrat. Molekul protein juga mengandung fosfor, belerang dan ada jenis
protein yang mengadung unsur logam seperti besi dan tembaga. Semakin
tingi suhu maka protein akan terhidrolisis dan terdenaturasi, kehilangan
aktivitas enzim, terjadi peningkatan kandungan senyawa terekstrak
bernitrogen, amonia, dan hidrogen sulfida (Purwaningsih, 2013:79).
Istilah protein, yang dikemukakan pertama kali oleh pakar kimia
Belanda, G.J. Mulder pada tahun 1939, berasal dari bahasa Yunani yaitu
“Proteios”. Proteios sendiri mempunyai arti yaitu “yang pertama”. Protein
ternyata memegang peranan yang sangat penting pada organisme, yaitu dalam
struktur, fungsi, dan reproduksi (Sumardjo, 2009: 161).
Protein umumnya terdiri dari banyak unit asam amino yang berikatan
satu dengan yang lainnya membentuk rantai panjang. Sifat kimia dan sifat
fisika protein ditentukan oleh asam amino penyusunnya. Antara asam amino
yang satu dengan asam amino yang lain dihubungkan dengan ikatan peptide,
sehingga protein seringkali disebut dengan nama polipeptida. Asam amino,
sesuai dengan namanya merupakan senyawa yang mempunyai fungsi ganda
karena mempunyai gugus asam (COOH) mamupun basa (NH2) pada struktur
molekulnya. Meskipun asam amino mempunyai dua gugus fungsi yaitu sam
dan basa, namun bentuk struktur ionnya bergantung pada PH. Jika
melepaskan proton, gugus karboksilat akan memberikan ion karboksilat
sedangkan gugus amino akan terprotonasi enjadi ion ammonium. Keadaaan
struktur semacam ini biasa disebut sebagai ion dipolar atau zwitter
ion (Riswiyanto, 2009: 394-395).
Protein merupakan biomolekul besar yang terdapat dalam setiap
makhluk hidup. Jenis protein cukup banyak dan fungsinya berbeda-beda.
Contoh protein struktural adalah keratin pada kulit dan kuku manusia, fibroin
pada serat sutra dan jaring laba-laba serta kalogen pada kulit. Protein
hormonal berfungsi sebagai pengatur metabolisme tubuh misalnya insulin dan
enzim-enzim (Wahjudi, dkk, 2003: 121).
Protein termasuk dalam kelompok senyawa yang terpenting dalam
organisme hewan. Dimana protein merupakan poliamida, dan hidrolisis
protein menghasilkan asam–asam amino. Hanya dua puluh asam amino yang
lazim dijumpai dalam protein tumbuhan hewan, namun kedua puluh asam
amino ini dapat digabungkan menurut berbagai cara, membentuk otot, urat,
kulit, kuku, bulu, sutera, hemoglobin, enzime, antibodi, dan banyak
hormon (Fessenden, 1986: 363).
Uji biuret digunakan untuk uji protein, karena uji ini dapat mendeteksi
hasil reaksi berupa warna ungu (violet) pada larutan yang menunjukkan
adanya protein. Pada uji biuret terlihat bahwa semua sampel terjadi
perubahan warna menjadi ungu. Hal ini terjadi karena ion Cu2+ (dari pereaksi
biuret) dalam suasana basa bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan
peptide yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna
ungu (violet) (Putri, 2016: 93).
Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada
pemanasan dua molekul urea. Ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana
basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang
menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet).
Reaksi biuret positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi
negative untuk asam amino bebas atau dipeptide. Reaksi pun positif terhadap
senyawa-senyawa yang mengandung dua gugus: -CH 2NH2, -CSNH2,
-C(NH)NH2, dan –CONH2 (Yazid dan Lisda, 2006: 80).
Uji xanthoprotein membuktikan adanya asam amino torisin, triptofan,
atau fenilalanin yang terdapat dalam protein. Jika protein yang mengandung
cincin benzena (tirosin, tirptofan, dan fenilalanin) ditambahkan asam nitrat
pekat (HNO3), maka akan terbentuk endapan putih yang dapat berubah
menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam
suasana basa akan terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga atau
orange (Putri, 2016: 93).
Gugus R dari beberapa asam amino adalah bersifat aromatik, seperti
tirosin dan fenilalanin yang cukup banyak terdapat dalam banyak protein oleh
karena itu, bila protein direaksikan dengan asam nitrat pekat (HNO 3), cincin
aromatik akan mengalami reaksi nitrasi yang kemudian akan menghasilkan
nitro yang berwarna kuning.rna ini lebih pekat dalam suasana basa. Inilah
yang menyebabkan kulit akan memberikan noda kuning bila kena asam nitrat
pekat (HNO3) (Tim dosen Kimia Organik, 2019: 18-19).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Rak tabung reaksi 2 buah
b. Tabung reaksi 8 buah
c. Gelas ukur 25 ml 2 buah
d. Gelas kimia 600 ml 1 buah
e. Gelas kimia 100 ml 1 buah
f. Gelas arloji 1 buah
g. Corong biasa 1 buah
h. Spatula 2 buah
i. Pembakar spritus 1 buah
j. Kaki tiga 1 buah
k. Kasa asbes 1 buah
l. Penjepit kayu 1 buah
m. Botol semprot 1 buah
n. Neraca analitik 1 buah
o. Alat refluks 1 set
p. Batang pengaduk 1 buah
q. Pipet tetes 6 buah
r. Lap kasar 1 buah
s. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Larutan asam klorida 10% ( HCl )
b. Larutan asam klorida 20% ( HCl )
c. Larutan natrium hidroksida 10% ( NaOH )
d. Larutan natrium nitrit 5% ( NaNO2 )
e. Larutan tembaga (II) sulfat ( CuSO4 )
f. Larutan perak nitrat ( AgNO3 )
g. Kristal urea ( CH4N2O )
h. Kristal glisin ( C2H5NO2 )
i. Kristal L-Tirosin ( C9H11NO3 )
j. Aquades ( H2O )
k. Es batu ( H2O(s) )
l. Kristal kasein
m. Kertas lakmus merah
n. Batu didih
o. Korek api
p. Aluminium foil
q. Kertas saring
r. Kapas
s. Label
t. Tissue

E. PROSEDUR KERJA
1. Kelarutan dan sifat amfoterik
a. 1) Sebanyak 0,1 gram glisin di tambah ke dalam tabung reaksi.
2) Sebanyak 2 ml aquades ditambahkan.
3) Larutan di uji keasaman menggunakan kertas lakmus
4) Hasil perubahan diamati
b. 1) Sebanyak 0,1 gram L-tirosin dimasukkan kedalam tabung reaksi
2) Sebanyak 2 ml aquades ditambahkan
3) Sebanyak 1 ml NaOH ditambahkan. Larutan di uji menggunakan
kertas lakmus, kemudian diamati perubahan yang terjadi.
4) Sebanyak 12 tetes larutan HCl 20% ditambahkan, lalu larutan di
uji keasaman dengan kertas lakmus.
5) Hasil perubahan diamati
c. 1) Sebanyak 0,5 kasein dimasukkan ke dalam tabung reaksi .
2) Sebanyak 5 ml aquades ditambahkan.
3) Sebanyak 2 ml NaOH ditambahkan. Larutan di uji menggunakan
kertas lakmus,
4) Hasil perubahan di amati.
5) Menyimpan larutan tersebut untuk percobaan selanjutnya.
2. Reaksi dengan asam nitrat
a. 1) Pada tabung reaksi 1 dimasukkan 0,5 gr glisin.
2) Sebanyak 5 ml larutan HCl 10% ditambahkan.
3) Di dalam tabung reaksi 2, ditambahkan 5 ml larutan HCl 10%
sebagai pembanding.
4) Kedua tabung reaksi di dinginkan sampai 00C di dalam air es.
5) Ke dalam masing-masing tabung reaksi, di tambahkan dengan
hati-hati 2 ml larutan NaNO2 5%.
6) Hasil perubahan di amati.
b. 1) Sebanyak 2 mL larutan kasein di masukkan dalam tabung reaksi.
2) Larutan di dinginkan di dalam air es.
3) Sebanyak 2 mL larutan NaNO2 di tambahkan
4) Hasil perubahan di amati.
3. Uji Biuret
a. 1) Sebanyak 0,5 gram urea di masukkan kedalam tabung reaksi .
2) Tabung reaksi perlahan-lahan di panaskan sampai urea meleleh
dan gas terbentuk.
3) Keasaman larutan di uji dengan menggunakan kertas lakmus yang
sudah dibasahi pada mulut tabung.
4) Pemanasan di lanjutkan sampai pembentukan gas berhenti dan
sisanya mulai padat.
5) Tabung reaksi di dinginkan dan dilarutkan dengan air panas.
6) Larutan di saring dan di tambahkan pada filtrat 2 ml larutan
NaNO2 10% dan 3 tetes larutan CuSO4 2%.
7) Larutan di aduk dan di amati perubahan warna.
8) Sebagai pembanding, dilarutkan 0,5 gram urea dalam 3 ml
aquades.
9) Sebanyak 2 ml larutan NaOH 10% dan 3 tetes CuSO 4 2%
ditambahkan.
10) Hasil pengamatan dibandingkan dengan sebelumnya.
b. 1) Sebanyak 2 ml aquadest ditambahkan kepada 2 ml larutan kasein
yang sudah disiapkan pada cara kerja (1.c).
2) Sebanyak 3 tetes CuSO4 2% ditambahkan dan diamati warnanya.
4. Uji Xanthoproteat
a. Sebanyak 0.1 gram kasein kemudian di masukkan kedalam tabung
reaksi.
b. Sebanyak 2 ml HNO3 pekat ditambahkan.
c. Larutan dipanaskan dan di amati perubahan yang terjadi.
d. Mendinginkan campuran reaksi dan menetralkan hati-hati dengan 1
ml larutan NaOH 10%.
e. Keasaman diuji menggunakan kertas lakmus dan diamati perubahan
warna yang terjadi.
5. Hidrolisis Protein
a. Sebanyak 0,5 gram kasein dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
b. Sebanyak 20 ml HCl pekat ditambahkan.
c. Larutan direfluks selama 20 menit.
d. Larutan yang dipeoleh di bagi menjadi dua.
e. Tabung 1, ditambahkan 5 mL larutan hasil refluks kemudian
didinginkan.
f. Tabung 2, ditambahkan 5 ml hasil refluks kemudian ditambahkan 3
ml NaOH dan 3 tetes CuSO4.
g. Tabung 2 dipanaskan dan diamati perubahan yang terjadi.

F. HASIL PENGAMATAN

No Aktivitas Hasil Pengamatan


1. Kelarutan dan sifat amfoterik
a. 0,1 gr glisin + 2 ml H2O Larutan putih keruh
+ kertas lakmus Kertas lakmus berwarna merah
b.0,1 gr L-tirosin + 2 ml H2O Larutan keruh
+ 1 ml NaOH + 12 tetes asam Kertas lakmus kemudian
berwarna biru
c. 0,5 gr kasein + 5 ml H2O Larutan bening keruh
+ 2 ml NaOH Kertas lakmus berwarna biru
2. Reaksi dengan asam nitrit
a. Tabung 1 :
0,5 gr glisin + 5 ml HCl 10% Larutan bening dan terdapat
+ didinginkan + 2 ml NaNO3 5% gelembung
b.Tabung 2 :
5 ml HCl 10% + didinginkan Larutan bening dan tidak
+ 2 ml NaNO2 5% terdapat gelembung
c. Tabung 3 :
2 ml larutan kasein + didinginkan Larutan bening keruh dan
+ 2 ml NaNO2 5% tidak terdapat gelembung
3. Uji biuret
a. 0,5 gr urea dipanaskan hingga Terdapat gas
meleleh dan ada gas
+ uji kertas lakmus Lakmus merah jadi biru
+ panaskan hingga padat Terbentuk endapan putih
+ dinginkan + dilarutkan dengan
air panas + disaring
+ 2 ml NaOH 10% + 3 tetes Berwarna bening
CuSO4 2% Berwarna ungu muda
b.0,5 gr urea + 2 ml H2O + 2 ml Larutan bening
NaOH
+ 3 tetes CuSO4 2% Larutan berwarna biru bening
c. 2 ml kasein + 2 ml H2O Larutan berwarna putih
+ 3 tetes CuSO4 2% Larutan berwarna ungu
4. Uji xanthoproteat
a. 0,1 gr kasein + 2 ml HNO3 pekat Larutan berwarna kuning pekat
+ dipanaskan lalu didinginkan Larutan berwarna kuning pekat
+ 1 ml NaOH 10% Larutan berwarna kuning
+ uji kertas lakmus bening
Kertas lakmus berwarna merah
5. Hidrolisis Protein
a. 0,5 gr kasein + 20 ml HCl pekat Larutan berwarna kecoklatan
+ direfluks selama 20 menit
b.Tabung 1 :
5 ml hasil refluks + didinginkan Larutan berwarna kecoklatan
c. Tabung 2 :
5 ml hasil refluks + 3 ml NaOH Larutan berwarna coklat
+ 2 tetes CuSO4 + dipanaskan Larutan berwarna coklat
keunguan

G. PEMBAHASAN
Asam amino merupakan senyawa yang mempunyai fungsi ganda karena
mempunyai gugus asam (COOH) maupun basa (NH2) pada struktur
molekulnya. Meskipun asam amino mempunyai dua gugus fungsi yaitu asam
dan basa, namun bentuk struktur ionnya bergantung pada PH. Jika
melepaskan proton, gugus karboksilat akan memberikan ion karboksilat
sedangkan gugus amino akan terpolarisasi menjadi ion ammonium. Keadaan
struktur semacam ini disebut sebagai ion dipolar atau zwitter
ion (Riswiyanto, 2009 : 394-395).
Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan adanya ikatan peptida,
dapat memahami reaksi xanthoproteat dan uji biuret terhadap bermacam-
macam kandungan dari protein serta memahami kelarutan dan sifat amfoter
dari asam amino. Prinsip dasar percobaan ini adalah mengidentifikasi asam
amino dan protein pada suatu larutan dengan pereaksi tertentu sedangkan
prinsip kerjanya adalah penimbangan, pencampuran, pengocokan,
pemanasan, penguapan dan penyaringan.
1. Kelarutan dan sifat amfoterik.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan dan sifat
amfoterik dari asam amino. Uji postif dari percobaan ini adalah apabila
asam amino dapat larut dalam air ditandai dengan larutannya yag bening
(tidak berwarna) dan tidak terdapat endapan dan apbila asam amino
bersifat amfoterik ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna pada
kertas lakmus biru atau merah. Kelarutan adalah kemampuan suatu zat
kimia tertentu untuk larut dalam suatu pelarut. Sedangkan amfoterik
adalah dapat bereaksi dengan asam atau basa. Digunakan dua sampel asam
amino pada percobaan ini yaitu glisin dan L-tirosin.
Pengujian pertama digunakan glisin yang dilarutkan dengan air yang
berfungsi untuk melarutkan kristal. Larutan yang dihasilkan yakni larutan
berwarnah putih keruh. Hal ini menunjukkan bahwa glisin mudah larut
dalam air karena glisin mempunyai struktur yang paling sederhana dengan
atom C pendek, seperti yang diketahui bahwa kelarutan suatu senyawa
dipengaruhi oleh panjang rantai karbonnya. Semakin panjang rantai
karbon (C) maka kelarutannya semakin kecil, begitu pula sebaliknya.
Selain itu glisin memiliki struktur dipolar, dimana kedua gugus amin
(NH2) dan karboksil (COOH) akan bereaksi membentuk ion zwitter yang
merupakan ion yang memiliki muatan berlawanan, bermomen dipol
sekaligus gugus bersifat asam dan basa (Tim Dosen Kimia Organik, 2019:
17). Dilihat dari strukturnya, glisin bersifat netral karena glisin tidak
mengandung gugus karbonil dan gugus amina yang berlebih karena dapat
larut dalam air seluruhnya. Adapun reaksinya :
H H
-
H C COOH + H2 O H C COO + H2O
+
NH2 NH 3
( G lis in ) ( I o n Z w it t e r G lis in )

Saat pengujian kertas lakmus terlihat bahwa glisin bersifat asam


karena larutan glisin membuat kertas lakmus merah tetap menjadi merah.
Hal ini menunjukkan bahwa glisin bersifat asam (pH<7). Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan pH isoelektrik dan glisin adalah 6.
Sebanyak 15 asam amino mempunyai pH isoelektrik netral di antara pH
5,0-6,5 sebab gugus karboksil dalam pelarut air keasamannya lebih kuat
daripada kebasaannya pada gugus amino (Wahjudi, dkk, 2003: 127).
Pengujian kedua dilakukan dengan dilarutkannya L-tirosin
menggunakan air dan menghasilkan larutan keruh. Hal ini sesuai dengan
teori karena pada struktur L-tirosin banyak mengandung atom karbon dan
memiliki gugus aromatik (benzena), sehingga sukar larut dalam air. Bila
suatu gugus R terdiri dari banyak atom karbon atau bersifat amfoter
(aromatik), maka asam amino sukar larut dalam air (Tim Dosen Kimia
Organik, 2019: 18). Selain itu dipengaruhi juga dengan adanya perbedaan
densitas. Densitas air adalah 1,00 g/mL sedangkan benzena yaitu 0,88
g/mL. Adapun reaksinya :

- +
HO CH2 CHCOOH + H2 O HO CH2 CHCOO + H
+
NH 2 NH3
( L - T ir o s in ) ( I o n z w it t e r L - T ir o s in )
Saat pengujian kertas lakmus terlihat bahwa L-tirosin bersifat asam
karena larutan L-tirosin membuat kertas lakmus merah menjadi Biru. Hal
ini menunjukkan bahwa L-tirosin bersifat basa (pH>7). Hal ini tidak sesuai
dengan teori yang menyatakan pH isoelektrik atau titik derajat keasaman
L-tirosin adalah 5,7. Sebanyak 15 asam amino mempunyai pH isoelektrik
netral di antara pH 5,0-6,5 sebab gugus karboksil dalam pelarut air
keasamannya lebih kuat dari kebasaannya pada gugus amino (Wahjudi,
dkk, 2003: 127). Hal ini terjadi karena kesalahan praktikan kurang teliti
dalam penambahan NaOH.
Digunakan larutan L-tirosin sebagai sampel untuk mengetahui sifat
amfoterik dari asam amino. L-tirosin dilarutkan menggunakan air
menghasilkan larutan keruh kemudian ditambahkan dengan NaOH 10%
menghasilkan larutan keruh. Hal ini sesuai dengan teori karena pada
struktur L-tirosin banyak mengandung atom karbon dan memiliki gugus
aromatik, sehingga sukar larut dalam air.bila suatu gugus R terdiri dari
banyak atom karbon atau bersifat amfoter (aromatik), maka asam amino
sukar larut dalam air (Tim Dosen Kimia Organik, 2019: 18).
Fungsi penambahan NaOH sebagai pemberi suasana basa dan
sebagai penerima proton sehingga membuat larutan bersifat basa.
Kemudian dilakukan denga pengujian kertas lakmus merah yang berubah
menjadi warna biru sehingga menunjukkan sifat basanya. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa asam amino dapat melangsungkan
reaksi sebagai asam maupun basa bergantung pada keadaan
lingkungannya. Dalam pelarut air, zwitter ion asam amino dapat melepas
proton dan membentuk suatu anion (Wahjudi, dkk, 2003: 126). Adapun
reaksi yang terjadi:

HO CH2CHCOOH + H2O + NaOH HO CH2 CHCOONa + 2H2O


NH2 NH 2

( L - T ir o s in ) ( A ir ) ( N a t r iu m ( N a t r iu m T ir o s in ) ( A ir )
H id r o k s id a )

HO CH2 CHCOONa + HCl HO CH2CHCOOH + NaCl


NH2 NH 2
( N a t r iu m T ir o s in ) ( A s a m K lo r id a ) ( L - T ir o s in ) ( N a t r iu m k lo r id a )

Pengujian ketiga dilakukan dengan melarutkan kasein dengah air dan


NaOH 10% diperoleh larutan keruh. Hal ini disebabkan banyaknya rantai
karbon yang terikat sehingga menyebabkan kelarutan kasein kecil. Gugus
R terdiri dari banyak atom karbon atau bersifat aromatik, maka asam
amino sukar larut dalam air (Tim Dosen Kimia Organik, 2019: 18).
Adapun reaksinya:
O O O

HN CH C HN CH C HN CH C

CH 2 CH 2 CH 2 + H2O

OH OH OH n
K a s e in

2. Reaksi dengan asam nitrit.


Percobaan ini bertujuan untuk menguji adanya gugus amin bebas
yang terbentuk ditandai dengan terbentuknya gelembung gas N2. Glisin
direaksikan dengan larutan HCl menghasilkan larutan tak berwarna.
Fungsi penambahan HCl sebagai dasar ion H+ yang akan berikatan
dengan ion NO3- untuk mengidentifikasi gugus amin sehingga
membentuk NaCl dan HNO2 ketika bereaksi dengan NaNO2. Larutan
kemudian didinginkan agar dapat mempercepat reaksi dikarenakan HCl
dapat bereaksi dengan cepat apabila suhunya rendah. Selanjutnya
dilakukan penambahan NaNO2 menghasilkan larutan tak berwarna dan
menghasilkan gelebung gas N2. Fungsi penambahan NaNO2 yaitu
melepaskan gugus amin bebas pada asam amino menjadi gas N 2 yang
ditandai dengan terbentuknya gelembung. Adanya gelembung ini
menandakan terjadinya pelepasan gugus amin bebas pada glisin. Hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa suatu asam amino, karena ia
mengandung gugus amin maka akan bereaksi dengan larutan asam nitrit
(HNO2) menghasilkan gas N2 (Tim Dosen Kimia Organik, 2019: 19).
Adapun reaksinya:

HCl + NaNO 2 HNO 2 + NaCl

(Asam Klorida) (Natrium Nitrit) (Asam Nitrit) (Natrium Klorida)

H CH COOH + HNO 2 H CH COOH + H2O + N2


NH2 OH
(Glisin) (Asam Nitrit) (Nitrogen)

Adapun larutan pembanding, HCl direaksikan dengan NaNO2


menghasilkan larutan tak berwarna. Larutan kemudian didinginkan agar
dapat mempercepat reaksi dikarenakan HCl dapat bereaks apabila di saat
suhu rendah. Hasil yang didpatkan yakni pada larutan tidak terdapat
gelembung. Hal ini dikarenakan yang bereaksi dengan HNO3 yakni HCl
tidak mengandung gugus amin (-NH2) sehingga tidak terbentuk gas N2.
Adapun reaksinya:

HCl + NaNO 2 HNO 2 + NaCl

(Asam Klorida) (Natrium Nitrit) (Asam Nitrit) (Natrium Klorida)


Percobaan selanjutnya kasein didinginkan dan ditambahkan
dengan NaNO2 dan diperoleh larutan keruh dan tidak terdapat
gelembung. Hal ini disebabkan NaNO2 tidak dapat larut dalam asam yang
dapat mengubah NaNO2 menjadi HNO2 yang akan melepas gugus amin.
Setelah itu larutan kasein tidak membentuk gelembung karena kasein
terdiri dari gugus NH2 dan COOH yang tidak saling terikat satu sama
lain. Adapun reaksinya:

O O O
HN CH C HN CH C HN CH C
CH 2 CH 2 CH 2

+ NaNO 2

OH OH OH
n
Kasein (Natrium Nitrit)

3. Uji biuret
Uji biuret adalah uji untuk mengidentifikasi adanya ikatan peptide
dalam protein. Ikatan peptide adalah ikatan kovalen yang terbentuk
antara dua molekul asam amino ketika gugus karboksil asam amino
bereaksi dengan gugus amino dari asam amino yang lain dengan
melepaskan molekul air. Uji positifnya yaitu terbentuknya larutan
berwarna ungu.
Percobaan ini dilakukan dengan cara urea dipanaskan hingga
meleleh dan diperoleh gas NH3 yang ditandai dengan bau menyengat.
Gas yang terbentuk diuji dengan kertas lakmus merah dan berubah
menjadi kertas lakmus biru yang menandakan bahwa gas bersifat basa.
Pemanasan dilanjutkan sampai pembentukan gas berhenti dan sisanya
mulai padat. Tujuan pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi agar
dapat membentuk gas NH3. Kemudian didiamkan dan menghasilkan
endapan putih. Hal ini sesuai dengan teori bahwa urea bersifat basa
dengan pH = 7,5-9,5 sedangkan gas yang berbau tengik adalah gas
Amonia (NH3) yang dilepaskan pada saat pemanasan. Adapun reaksinya:
O O O O
H2N C NH2 + H2N C NH2 H2N C NH C NH2 + NH3
(Urea) (Biuret) (Gas Amonia)

Kemudian zat padat yang terbentuk dilarutkan dalam air suling


panas agar urea larut kembali kemudian disaring. Tujuan dari
penyaringan adalah agar dapat memperoleh larutan dengan partikel yang
lebih kecil. Kemudian ditambahkan larutan NaOH maka larutan berubah
menjadi bening. Penambahan NaOH berfungsi untuk mencegah endapan
Cu(OH)2 yang mencegah ikatan protein, kemudian ditambahkan CuSO4,
larutan berubah menjadi ungu muda. Dimana CuSO4 yang berfungsi
untuk mengetahui ikatan adanya peptida pada asam amino yang ditandai
dengan warna larutan menjadi warna ungu. Larutan yang berwarna ungu
menandakan adanya ikatan peptida pada urea dimana apabila dipanaskan
sehingga melebihi titik leburnya maka urea tersebut akan berubah
menjadi warna ungu, ion tembaga (II) akan menghasilkan ion kompleks.
Adapun reaksinya:

H2 N C NH 2 + H2N C NH 2 H2N C NH C NH 2 + NH 3

O O O O
G as
U rea B iu r e t
A m o n ia

CuSO4 + 2NaOH Cu(OH)2 + Na2SO4


(T e m b a g a (II) S u lfa t) (N a triu m H id r o k s id a ) (T e m b a g a (II) H id ro k s id a ) (N a tr iu m S u lfa t)

2+ -
Cu(OH)2 Cu + 2OH

(T e m b a g a (I I ) H id ro k sid a ) (Io n T em b a g a ) ( Io n H id ro k s id a )
O H O O H O
2+ -
2 H2 N C N C NH 2 + Cu H2N C N C NH 2 + Na 2 SO 4 + 2OH

2+
Cu

H2N C N C NH 2
O H O
(B iu re t) (Io n T em b a g a ) (S e n y a w a K o m p le k s b e rw a rn a u n g u ) ( N a tr iu m S u lfa t) (Io n H id ro k sid a )

Sebagai pembanding, urea dilarutkan dalam air menghasilkan


larutan tak berwarna (bening) yang menandakan bahwa urea larut dalam
air lalu direaksikan dengan NaOH yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya endapan Cu(OH)2 yang dapat memecah ikatan peptida.
Kemudian ditambahkan dengan CuSO4 berfungsi sebagai donor Cu2+
sehingga menghasilkan larutan berwarna biru. Hal ini menandakan
bahwa tidak ada ikatan peptida yang terbentuk karena tidak dilakukan
pemanasan pada urea sehingga tidak terbentuk biuret. Adapun reaksinya :

Pada tabung yang berbeda, kasein ditambahkan aquades menghasilkan


larutan bening, kemudian ditambahkan dengan larutan CuSO4 2%
menghasilkan larutan berwarna ungu. Hal tersebut menandakan bahwa pada
kasein terdapat ikatan peptide. Penambahan CuSO4 berfungsi untuk
menyediakan (pendonor) ion Cu2+ sehingga akan bereaksi dengan ikatan
peptida membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu. Hal ini
dikarenakan larutan kasein yang digunakan adalah larutan yang telah
dicampurkan dengan NaOH pada percobaan sebelumnya dan kasein juga
merupakan protein yang tersusun dari beberapa asam amino yang membentuk
ikatan peptida sehingga meskipun tidak dipanaskan akan tetap berwarna ungu.
Kasein tidak dipanaskan karena kasein termasuk dalam jenis polimer termo
plastik dimana kasein tidak taha terhadap suhu tinggi, kasein akan mengalami
denaturasi pada pemanasan dengan suhu 100 C. Adapun reaksinya yaitu :
2+ -
Cu(OH)2 Cu + 2OH

( T e m b a g a ( I I ) H id r o k s id a ) (Io n T em b a g a ) (Io n H id ro k sid a )

O H O H O
HN CH C N CH C N CH C
2+
CH2 CH2 CH2 + Cu

OH OH OH n
( K a s e in ) (Io n T em b ag a )

OH OH OH

CH 2 O H CH 2 O H CH 2 O
HN CH C N CH C N CH C

n
2+
Cu

HN CH C N CH C N CH C

CH 2 O H CH 2 O H CH 2 O

OH OH OH

S e n y a w a k o m p e k s b e rw a rn a u n g u

4. Uji xanthoproteat
Percobaan ini bertujuan untuk menguji keberadaan gugus
aromatic atau benzena pada asam amino protein. Uji positif dari
percobaan ini ditandai dengan larutan berwarna kuning yang merupakan
cincin aromatik yang telah mengalami nitrasi menjadi benzena. Pada
percobaan ini, kasein direaksikan dengan HNO3 menghasilkan larutan
berwarna kuning pekat. Tujuan penambahan HNO3 yaitu sebagai
pendonor NO2-. Penambahan HNO3 untuk melarutkan kasein dan untuk
bereaksi dengan cincin benzena pada kasein membentuk nitro dengan
proses nitrasi benzena.
Larutan lalu dipanaskan sehingga diperoleh lrutan berwarna
kuning. Pemanasan bertujuan untuk mempercepat reaksi tersebut.
Larutan lalu didinginkan dan dinetralkan dengan NaOH 10% untuk
memberikan sifat basa sehingga dapat terionisasi dan untuk membuat
warna nitrobenzena lebih pekat. Hasil yang diperoleh memberikan uji
positif yaitu larutan berwarna kuning, yang menandakan bahwa kasein
memiliki gugus aromatik atau cincin benzena.
Hal ini sesuai teori, dimana protein yang mengandung residu
asam amino dengan radikal fenil dalam struktur kimianya (protein yang
mengandung asam amino fenilalanin atau tirosin) jika ditambahkan
dengan asam nitrat pekat dan dipanaskan maka akan menghasilkan
larutan berwarna kuning dan akan lebih pekat jika dalam suasana basa.
Proses inilah yang dinamakan dengan proses nitrasi benzena pada asam
amino penyusun protein (Sumardjo,2008 :187).
Hal ini dikarenakan kasein mengandung struktur cincin benzene
atau aromatik yang akan mengalami nitrasi menghasilkan nitro yang
berwarna kuning (Tim Dosen Kimia Organik II, 2019 : 20).
Reaksi yang terjadi yaitu:
O
HN - CH - C - NH - CH - CO + 4HNO3
CH2 CH2

OH OH
(Kasein)

O
HN - CH - C - NH - CH - CO + 4HNO3
CH2 CH2
O2 N NO2 O2N NO2

OH OH
(Larutan Kuning)
O
HN - CH - C - NH - CH - CO + NaOH
CH2 CH2
O2N NO2 O2N NO2

OH OH
(Larutan Kuning)

O
HN - CH - C - NH - CH - COONa + H2O
CH2 CH2
O2N NO2 O2N NO2

OH OH
(Larutan Orange)

5. Hidrolisis protein
Hidrolisis protein adalah penguraian protein menjadi monomer-
monomernya. Pada percobaan ini menggunakan kasein yang
ditambahkan dengan HCl pekat 20%. HCl berfungsi sebagai katalisator
untuk mempercepat jalannya reaksi. Hal ini sesuai dengan teori
menurut (Sumardjo, 2008: 183), yang menyatakan bahwa hidrolisis
protein dapat dilaksanakan dengan larutan asam mineral encer, basa
encer, atau enzim proteolitik. Hasil- hasil hidrolisis protein sederhana
adalah asam alfa- amino sedangkan hasil hidrolisis protein majemuk
adalah asam alfa- amino dan radikal prostetik penyusunnya.
Kemudian larutan direfluks selama 20 menit yang bertujuan untuk
memutuskan ikatan peptida sehingga terurai menjadi asam-asam
aminonya. Hasil refluks diperoleh larutan berwarna kecoklatan. Larutan
kemudian dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama didinginkan dalam
air es. Kemudian ke dalam tabung reaksi 2 ditambahkan NaOH dan
CuSO4. Fungsi penambahan NaOH yaitu sebagai pemberi suasana basa
dan CuSO4 bertujuan untuk membuktikan adanya ikatan peptida.
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh larutan berwarna coklat pada
tabung pertama dan uji positif dari percobaan ini yaitu berwarna coklat.
Hal ini menandakan bahwa kasein telah terhidrolisis dengan
sempurna karena warna ungu dari larutan yang menandakan adanya
ikatan peptida tidak terbentuk lagi. Sedangkan pada tabung kedua
diperoleh larutan berwarna coklat keunguan yang menandakan larutan
terhidrolisis tidak sempurna . Hal ini tidak sesuai teori, bahwa kasein
terhidrolisis sempurna karena warna ungu dari larutan yang menandakan
adanya ikatan peptida tidak terbentuk lagi, sehingga menunjukkan uji
postif (Sumardjo, 2008 :162). Reaksi yang terjadi yaitu:
O O
H2N CH C NH CH C OH H2N CH C OH
CH2 O CH2 CH2
+ HCl

OH OH OH
n
O
H2O
H2N CH C NaOH + CuSO 4
CH2

OH

H2N CH CH2 ONa + H2SO 4 + Cu(OH) 2

CH2

OH

H. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
a. Pembentukan adanya ikatan peptida dapat dibuktikan melalui uji
biuret, dimana uji positif ditandai dengan adanya senyawa kompleks
yang berwarna ungu.
b. Reaksi Xantoproteat yaitu pengujian untuk membuktikan adanya
cincin benzena, dimana uji positif ditandai dengan terbentuknya
larutan berwarna kuning sampai orange. Sedangkan uji biuret
dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan adanya ikatan peptida
antara asam amino yang ditandai dengan terbentuknya senyawa
kompleks yang berwarna ungu.
c. Asam amino mudah larut dalam air apabila gugus R yang pendek dan
akan sukar larut apabila memiliki gugus R yang panjang dan bersifat
aromatik. Asam amino bersifat amfoterik yang dapat bereaksi asam
atau basa.
2. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar lebih memahami
prosedur kerja dan uji positif dari setiap perlakuan, agar dapat mengetahui
benar tidaknya hasil yang diperoleh. Praktikan juga diharapkan teliti dalam
melaksanakan praktikum, sehingga memperoleh hasil yang benar dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, dan Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Pratama, Intan Rusky, Iis Rostini, dan Emma Rochima. 2018. Profil Asam
Amino, Asam Lemak dan Komponen Volatil Ikan Gurame Segar
(Osphronemos gourami) dan Kukus. JPHPI. Vol. 21, No. 2.

Purwaningsih, Sri, Ella Salamah dan Gian P Apriyana. 2013. Profil Protein dan
Asam Amino Keong Ipong- Ipong (Fasciolaria Salmo) Pada Pengolahan
Yang Berbeda. Junal Gizi dan Pangan. Vol.8. No.1.

Putri, Abu Bakar, Yuliet, dan Jamaluddin. 2016. Analisis KadarAlbumin Sidat
(Anguilla marmorata dan Anguilla bicolor) dan Uji Aktivitas
penyembuhan Luka terbuka pada Kelinci (Oryctolagos cuniculus).
GALENIKA Journal of Pharmacy. ISSN: 2442-8744.

Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta: EGC.

Tim Dosen Kimia Organik II. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Organik II.
Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Underwood AL dan RA Day JR. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :


Erlangga.
Wahjudi, Srini Martinah Iskandar, dan Parlan. 2003. Kimia Organik II. Malang:
JICA.
Yazid, Estien, dan Lisda Nursanti. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk
Mahasiswa Analis. Yogyakarta: Andi Offset.
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Organik II yang berjudul “Asam


Amino dan Protein” oleh:
nama : Fauziah Ruslan
NIM : 1813041023
kelas/kelompok : Pendidikan Kimia A/ V
telah diterima dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten maka
laporan ini diterima.

Makassar, oktober 2019


Koordinator Asisten Asisten

Ivan Risyadi Dita Rizky Amalia, S.Pd.


NIM: 1513041012

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Hardin, S.Si., S.Pd, M.Pd.


NIP. 19870807 201504 1 004

Anda mungkin juga menyukai