Anda di halaman 1dari 32

Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

JURNAL OSEANOGRAFI
Anthonius Yoshi Tamariska
17/409556/PN/14944
Akuakultur
INTISARI
Oseanografi adalah ilmu yang mempelajari tentang perairan laut, Kata oseanografi
merupakan gabungan dari dua kata yunani, oceanus (samudera) dan graphos
(uraian/deskripsi) sehingga oseanografi mempunyai arti deskripsi tentang samudera
yang mencakup pengetahuan tentang faktor biotik dan abiotik serta interaksi yang terjadi
diantaranya. Kegiatan yang dilakukan antara lain melihat keadaan pantai serta kualitas
airnya. Praktikum oseanografi dilaksanakan di Pantai Sepanjang, Gunung Kidul pada
tanggal 17 Maret 2019. Parameter yang digunakan dalam praktikum ini antara lain
parameter fisika, parameter biologi dan parameter kimia. Parameter fisika terdiri dari
suhu udara, suhu air, pH, gelombang, kecepatan angin, arah angin, kemiringan pantai
dan pasang surut. Parameter kimia diukur dari oksigen terlarut (DO) dengan metode
Winkler, alkalinitas dengan metode alkalimetri dan salinitas dengan menggunakan
refraktometer. Parameter biologi dilihat dari larva ikan dan plankton. Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil suhu udara 25⁰-30⁰C, suhu air 24,9⁰-
32⁰C, pH 8,1-9,6, gelombang 0,09-0,34 m, kecepatan angin 1,1-4,3 m/s, arah angin 95⁰-
140⁰, kemiringan pantai 5,44⁰-23,8⁰, pasang surut 0,37-0,63 m, DO 4,6-36 ppm,
alkalinitas 68-146 ppm, salinitas 27-30 ppt; larva ikan Microcanthus strigatus,
Nemadactylus macropterus, Macullochella macquariensis; kelimpahan plankton 1927,2-
6263,4; diversitas plankton 0,33696-0,52832, keseragaman 0-0,44478; dan dominansi
0,01052-0,11111.
Kata kunci : biologi, fisika, kimia, oseanografi, sepanjang
PENDAHULUAN
Oseanografi atau oseanologi kehidupan di pantai terbagi menjadi 2
yang dalam bahasa Indonesia diartikan bagian besar yaitu factor fisika dan
ilmu kelautan adalah cabang ilmu bumi biologis. Faktor pembatas dari faktor
yang mempelajari samudera atau lautan. fisika antara lain kekeringan, suhu, dan
Ilmu ini mencakup berbagai aspek sinar matahari. Sedangkan faktor
seperti organisme laut dan dinamika pembatas dari faktor biologis adalah
ekosistem. Pantai merupakan bagian penyesuaian organisme terhadap
dari muka bumi dari muka air laut rata- lingkungannya, pemangsaan, dan
rata terendah sampai muka air laut rata- penetapan tempat tinggal. Praktikum
rata tinggi. Adapun factor pembatas dilaksanakan di Pantai Sepanjang,

1
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

Gunung Kidul. Pantai Sepanjang (Pribadi et al., 2009). Latar belakang


memilki karakteristik lingkungan dilaksanakannya praktikum di Pantai
tersendiri, meliputi gelombang, pasang Sepanjagn, Gunung Kidul karena pantai
surut, arus laut, suhu, salinitas, pH, di Daerah Istimewa Yogyakarta
kandungan oksigen terlarut, alkalinitas, memiliki kondisi pantai yang berbeda
keragaman spesies, serta kepadatan dengan Pantai Utara Jawa karena Pantai
spesies. Selatan langsung menghadap ke
Kondisi perairan dari suatu Samudera Hindia serta memiliki kondisi
pantai, termasuk seluruhnya parameter geologi dan batimetri yang berbeda
fisika, parameter kimia, dan parameter dengan pantai lainnya sehingga sangat
biologi, dapat memengaruhi kondisi memengaruhi kondisi fisik pantai di
ekonomi dari daerah sekitarnya. Dapat selatan Jawa, salah satunya adalah
juga memengaruhi nilai perikanan, Pantai Sepanjang di Gunung Kidul,
dimana ketika air sedang surut, dapat Daerah Istimewa Yogyakarta (Mashar et
dimanfaatkan nelayan rumput laut untuk al., 2015). Praktikum Oseanografi
mengambil rumput laut yang akan dijual dilakukan dengan tujuan untuk
kemudian. Seperti halnya juga dengan mempelajari serta mengetahui
kandungan oksigen terlarut, alkalinitas, karakteristik eksosistem pantai dan
dan salinitas akan memengaruhi faktor-faktor pembatasnya, mengetahui
kehidupan ikan karena pantai fungsi ekosistem pantai bagi biota
merupakan daerah tempat pemijahan perairan, serta mempelajari kualitas
ikan. Dengan mengetahui karakteristik perairan pantai berdasarkan indeks
lingkungan pantai, dapat diketahui diversitas biota perairan.
pemanfaatan potensi pantai sehingga
METODE
diharapkan pemerintah dan penduduk
Praktikum oseanografi
dapat membangun dan mengembangkan
dilaksanakan di Pantai Sepanjang,
kemampuan ekonomi yang disesuaikan
Kabupaten Gunung Kidul, Daerah
dengan kondisi lingkungannya sehingga
Istimewa Yogyakarta dengan koordinat
dapat berkelanjutan dan tetap menjaga
S8°8'12" E110°34'0" pada Minggu, 17
keseimbangan lingkungan hidup

2
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

Maret 2019 pukul 10.00 – 15.00 dengan meter yang mana air sampel diambil
stasiun pengamatan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 dengan menggunakan botol UC C 1000
dengan pembagian yang berbeda-beda 100 ml. Sebelum digunakan, pH meter
setiap kelompok. harus dibersihkan dengan aquadest
Praktikum oseanografi terlebih dahulu. Setelah itu, air sampel
mengamati 3 parameter, yaitu parameter diuji dan dicatat data pH yang didapat.
fisik (suhu udara dan suhu air, pH, Suhu udara dan suhu air
gelombang, kecepatan dan arah angin, dilakukan dengan menggunakan
kemiringan pantai, dan pasang surut), thermometer. Ketika melakukan
parameter kimia (kandungan oksigen pengukuran suhu udara, thermometer di
terlarut, alkalinitas, dan salinitas), dan pegang bagian atas dengan melayang di
parameter biologi (larva ikan dan udara, sedangkan pengukuran suhu air,
plankton). Alat yang digunakan adalah thermometer bagian bawah dicelupkan
alat tulis, clipboard, thermometer, pH ke dalam air dan digenggam bagian atas
meter, tissue, teropong, anemometer, thermometer. Kemudian, ditunggu
tongkat 1.5 m, roll-meter, ember, botol selama kurang lebih 5 menit hingga
oksigen, erlenmeyer, gelas ukur, pipet suhu stabil dan dicatat data suhu yang
tetes, pipet ukur, kempot, refraktometer, didapat tiap kelompok.
jaring larva, plankton net, Sedgwick Pasang surut dilakukan dengan
rafter, mikroskop, botol air mineral, ditentukan titik pasang surut terendah
botol cuka, dan label. Bahan yang sebagai titik pengamatan. Kemudian,
digunakan adalah larutan MnSO4 1 ml, tongkat diberi skala sebagai penanda
larutan reagen oksigen 1 ml, larutan ketinggian pasang surut. Lalu,
H2SO4 pekat 1 ml, larutan 1/80 N pengamatan dilakukan pada titik
Na2S2O3, indikator amilum, indikator pengamatan dengan menggunakan
PP, larutan 1/50 N H2SO4, indikator bantuan tongkat bersakala dan
MO, larutan formalin 4%, air sampel, ketinggian air laut disesuaikan dengan
dan aquadest. tongkat berskala. Pasang surut dapat
Pengamatan pH dilakukan di dihitung dengan rumus pasang surut =
laboratorium dengan menggunakan pH

3
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

a+( a+b) Kecepatan angin diukur


, dengan a adalah ketinggian
2 menggunakan anemometer. Kipas di
air saat pasang dan b adalah ketinggian anemometer diarahkan ke arah
air saat surut. datangnya angina, kemudian angka
Pengukuran gelombang kecepatan angin akan muncul pada
dilakukan dengan menggunakan layar. Kemudian arah angina. Arah
teropong sebagai alat bantu. Kemudian, angin dapat diketahui dengan
teropong digunakan pengamat untuk menggunakan tissue yang didiamkan di
mengamati satu titik pada permukaan air udara terbuka, kemudian arah angin
laut. Setelah itu, banyaknya gelombang dilihat dari kompas.
(1 lembah dan 1 bukit) yang terjadi Pengukuran salinitas dilakukan
selama 1 menit dicatat oleh pengamat. dengan menggunakan refraktometer
Perhitungan gelombang dilakukan yang dilakukan di laboratorium dengan
n mengambil air sampel dengan
dengan rumus f = , dimana f adalah
t menggunakan botol UC 1000 100 ml.
frekuensi, n adalah banyaknya Air sampel diteteskan pada ujung
gelombang, dan t adalah waktu (detik). refraktometer. Kemudian, diarahkan
Kemiringan pantai dilakukan pada cahaya dan dicatat data salinitas
dengan prinsip trigonometri. Kemudian, yang didapatkan.
tongkat setinggi 3 m ditancapkan pada Pengukuran alkalinitas dilakukan
batas ombak dan pasir atau batas karang dengan metode alkalimetri yaitu air
dan pasir. Tali ditarik tegak lurus sampel dimasukkan ke botol oksigen
dengan tongkat kea rah darat dan dan ditambahkan 50 ml air sampel di
dihitung panjangnya. Kemiringan pantai erlenmeyer dengan 3 tetes indikator pp.
dapat dilakukan dengan rumus slope = Jika berwarna merah muda, dititrasi
y dengan larutan 1/50 N H2SO4, hingga
arc tan , dengan y adalah tinggi
x warna merah muda tepat hilang dan
tongkat (3 m) dan x adalah panjang tali dicatat banyak titran yang digunakan (C
yang ditarik tegak lurus. ml). Kemudian, ditambahkan 3 tetes
indicator MO dan dititrasi kembali

4
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

dengan 1/50 N H2SO4, dicatat banyak biru hilang. Kemudian, dihitung


titran yang dipakai (D ml). Rumus yang kandungan O2 terlarut dengan rumus
digunakan untuk menghitung yang digunakan adalah O2 =
kandungan CO3- =
1000
×Y ×0,1 mg/l . Dimana Y adalah
1000 50
×C × 1 mg /l ≈ X , dan rumus yang
50 jumlah total larutan 1/80 N Na2S2O3
digunakan untuk menghitung yang digunakan.
kandungan HCO3- = Larva ikan diambil dengan
menggunakan jaring larva. Perlakuan ini
1000
× D ×1 mg/l≈ Y , dan rumus yang
50 dilakukan oleh 3 orang, dimana 1 orang
digunakan untuk menghitung berada di sisi kiri jaring, 1 orang berada
Alkalinitas = (X ) + (Y ). di tengah jaring, dan 1 orang berada di
Kandungan O2 terlarut atau DO sisi kanan jaring. Jaring larva diarahkan
diukur dengan menggunakan metode ke datangnya ombak dari laut.
Winkler yaitu dengan cuplikan air Kemudian, segera setelah itu, bagian
dimasukkan ke botol oksigen dan kiri sebagai tumpuan dan orang di
ditambahkan larutan MnSO4 1 ml dan 1 bagian sisi kanan dan tengah memutar
ml reagen oksigen, digojok, dan balik ke arah darat untuk menangkap
didiamkan hingga mengendap. ombak tersebut kembali. Kemudian,
Kemudian, ditambahkan H2SO4 pekat 1 diambil larva yang didapat.
ml, ditutup dan digojok sampai larut. Pengukuran plankton dilakukan
Lalu diambil 50 ml dengan gelas ukur untuk mengamati diversitas dan densitas
dan dipindahkan ke erlenmeyer. Setelah plankton. Pengukuran plankton
itu ditambahkan 1/80 N Na2S2O3 di dilakukan dengan menggunakan
Erlenmeyer dengan cara dititrasi sampai plankton net. Kemudian, diambil 20 L
berwarna kuning jerami. Ditambahkan 3 dengan menggunakan ember sebanyak 2
tetes indikator amilum, larutan kali setiap sampelnya dan dituangkan ke
digoyang-goyang dan akan berwarna dalam plankton net. Air tersebut
biru. Setelah itu, dititrasi kembali dipindahkan ke dalam gelas ukur hingga
dengan 1/80 N Na2S2O3 sampai warna 45 ml dan ditambahkan larutan formalin

5
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

4% 5 ml. Selanjutnya, disimpan di plankton dihitung dengan bantuan


dalam botol cuka selama beberapa hari sedgwick rafter menggunakan rumus
untuk selanjutnya diamati melalui ¿ ¿
Shannon-Wiener yaitu H = −Ʃ N 2log N
mikroskop di laboratorium. Perhitungan
indeks densitas plankton dengan , dengan H adalah indeks keragaman; N

menggunakan rumus densitas atau adalah jumlah total individu; dan ni

kepadatan plankton dengan rumus N = adalah cacah individu suatu genus.

Oi x Vr x n
, dengan N adalah
Op x Vo x Vs x P
jumlah plankton per liter, n adalah
jumlah plankton pada seluruh bidang
pandang, Vr adalah volume air tersaring
(50 ml), Vo adalah volume air yang
diamati (1 ml) Vs adalah volume air
yang disaring (20 L), Oi adalah luas
gelas penutup preparat (24 cm2), Op
adalah luas lapangan pandang (2.49 x
10-4 dm2), dan P adalah jumlah bidang
pandang yang diamati (10x). Indeks
diversitas atau indeks keanekaragaman

HASIL
Tabel 1. Parameter Fisika Stasiun 2
Suhu Arah Kecepatan Pasang Gelomban Kemiringan
Waktu pH Suhu air
udara angina angin surut g pantai
10.00 9.6 29 31 105 1.2 0.55 0.10 5.44

6
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

11.00 9.4 28 32 110 1.3 0.45 0.13 5.52


12.00 8.9 30 32 125 3.4 0.63 0.10 6.41
13.00 9 27 32 95 4.35 0.55 0.10 7.59
14.00 8.1 29 24.9 140 1.3 0.38 0.12 7.80
15.00 8.6 25 30 130 2.5 0.46 0.10 5.44
Tabel 2. Parameter Fisika Stasiun 5
Suhu Arah Kecepatan Pasang Gelomban Kemiringan
Waktu pH Suhu air
udara angin angin surut g pantai
10.00 9.4 28.5 31.5 112 1.25 0.56 0.13 7.24
11.00 9.4 28.5 31 120 3.4 0.44 0.34 5.52
12.00 9 29.5 31 115 4 0.37 0.12 7.95
13.00 8.8 26.5 31.5 115 4.3 0.54 0.24 7.74
14.00 8.6 25 30 130 1.1 0.50 0.09 23.8
15.00 8.3 26 29.25 110 2.65 0.50 0.19 9.8

Tabel 3. Parameter Kimia Stasiun 3

Waktu DO Alkalinitas Salinitas

10.00 5.4 70 30

11.00 7 86 30

12.00 10.4 68 30

13.00 5 114 30

14.00 4.6 94 27

15.00 5.4 88 30
Tabel 4. Parameter Kimia Stasiun 6

Waktu DO Alkalinitas Salinitas


10.00 9 146 28
11.00 36 136 29.5

7
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

12.00 7 126 30
13.00 7.4 124 30
14.00 6 126 29
15.00 6.8 98 30
Tabel 5. Larva Ikan Stasiun 1 dan 4
No Stasiun Waktu Nama Jumlah Kondisi
1 I 10.00 Microcanthus strigatus 2 Mati
2 I 11.00 Nemadactylus macropterus 1 Hidup
3 I 12.00 Maccullochella macquariensis 3 Hidup
4 I 13.00 - Tidak ditemukan
5 I 14.00 - Tidak ditemukan
6 I 15.00 Maccullochella macquariensis 5 Mati
7 IV 10.00 Maccullochella macquariensis 1 Mati
8 IV 11.00 Microcanthus strigatus 1 Mati
9 IV 12.00 - - Tidak ada
10 IV 13.00 Tidak dapat diamati 0 Tidak ada
11 IV 14.00 - - Tidak ada
12 IV 15.00 Maccullochella macquariensis 1 Mati

Tabel 6. Plankton Stasiun 1 dan 4

Stasiu Kelimpaha
Waktu Diversitas Keseragaman Dominansi
n n
I 10.00 3854.4 0.46001 0 0.03807
I 11.00 2409 0.3702 0.1851 0.01487
I 12.00 2890.8 0.40574 0.20287 0.02142
I 13.00 2890.8 0.40574 0.256 0.02142
I 14.00 2409 0.3702 0.1851 0.01487
I 15.00 5299.8 0.50925 0.14721 0.07198
IV 10.00 2409 0.37993 0.18997 0.01644
IV 11.00 2409 0.37993 0.23971 0.01644
IV 12.00 3372.6 0.44478 0.44478 0.03222
IV 13.00 2409 0.37993 0.37993 0.01644
IV 14.00 6263.4 0.52832 0.22754 0.11111
IV 15.00 1927.2 0.33696 0.2126 0.01052
PEMBAHASAN Praktikum dilaksanakan di
Pantai Sepanjang, Gunung Kidul.

8
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

Adapun aktivitas di sekitar pantai yaitu Sekitar pukul 13.00 turun hujan cukup
wisatawan yang sedang mengisi liburan, deras sehingga mengganggu aktivitas
masyarakat sekitar yang berjualan, serta warga sekitar maupun praktikan yang
praktikan yang melakukan pengamatan akan melakukan praktikum. Beberapa
di laut maupun di pinggir pantai. parameter cukup terdampak akibat hujan
Kondisi cuaca pada saat pelaksanaan yang cukup deras.
paktikum cukup teduh tidak terlalu
panas, bahkan cenderung mendung.

pH
10
9.5
Stasiun II
9
Stasiun V
8.5
8
7.5
7
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 1. pH
pH adalah derajat keasaman memiliki sifat basa. pH 0 menunjukkan
yang digunakan untuk menyatakan derajat keasaman yang tinggi, dan pH
tingkat keasaman atau kebasaan yang 14 menunjukkan derajat kebasaan
dimiliki oleh suatu larutan. Alat ukur tertinggi. Kadar pH ini dapat
keasaman pada air tersebut digunakan menentukan apakah air tersebut
untuk mengukur kandungan pH atau dikategorikan baik, buruk, atau sedang.
kadar keasaman pada air mulai dari pH Kadar pH yang lebih rendah dari 7
0 sampai pH 14. Dimana pH normal dianggap asam dan kadar pH yang lebih
memiliki nilai 6.5 hingga 7.5 sementara tinggi dari 7 dianggap basa. Nilai pH
bila nilai pH < 6.5 menunjukkan zat normal untuk air permukaan biasanya
tersebut memiliki sifat asam sedangkan antara 6.5 s/d 7.5. Nilai keasaman air
nilai pH > 7.5 menunjukkan zat tersebut yang baik untuk tempat hidup ikan

9
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

berkisar antara 6 - 8,5. Kadar garam air dekomposisi bahan organik di dasar
yang disukai antara 0-35 per mil (Azmi perairan (Barus, 2004).
et al., 2016). Menurut Barus (2004) salah satu
Tinggi atau rendahnya nilai pH factor yang mempengaruhi pH adalah
air tergantung pada beberapa faktor suhu. pH bernilai tinggi pada pagi hari
yaitu, kondisi gas-gas dalam air seperti dan rendah pada sore hari karena suhu
CO2,suhu, konsentrasi garam-garam pada sore hari lebih rendah. Jika suhu
karbonat dan bikarbonat, dan proses rendah maka pH akan rendah.

Pasang Surut
0.70
0.60
0.50 Stasiun II
0.40 Stasiun V
0.30
0.20
0.10
0.00
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 2. Pasang Surut


Pasang-surut adalah salah satu merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi
gejala alam yang tampak nyata di laut, dan efek sentrifugal, yakni dorongan ke
yakni suatu gerakan vertikal (naik arah luar pusat rotasi. Gaya tarik
turunnya air laut secara teratur dan gravitasi menarik air laut ke arah bulan
berulang-ulang) dari seluruh partikel dan matahari dan menghasilkan dua
massa air laut dari permukaan sampai tonjolan (bulge) pasang surut
bagian terdalam dari dasar laut. gravitasional di laut. Lintang dari
Gerakan tersebut disebabkan tonjolan pasang surut ditentukan oleh
oleh pengaruh gravitasi (gaya tarik deklinasi, yaitu sudut antara sumbu
menarik) antara bumi dan bulan, bumi rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan
dan matahari, atau bumi dengan bulan matahari (Wardiyatmoko &
dan matahari. Pasang-surut laut Bintarto,1994).

10
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

Perbedaan pasang surut pada pertama dari pasang surut campuran


pukul 12.00 disebabkan karena adalah pasang surut campuran yang
perbedaan lokasi dan tempat condong ke tipe harian ganda. Tipe ini
pengukuran pasang surut di stasiun 2 juga disebut dengan Mixed Tide,
dan 5. Hal tersebut dimungkinkan Prevailing Semi Diurnal. Pasang surut
karena perbedaan kemiringan pantai. tipe ini terjadi apabila terjadi dua kali
Pasang surut yang terjadi di pasang dan dua kali surut dalam satu
Pantai Sepanjang adalah pasang surut hari, namun terkadang hanya terjadi satu
campuran. Karena namanya campuran kali pasang dan satu kali surut dengan
maka pasang surut yang terjadi adalah memiliki tinggi dan juga waktu yang
campuran antara pasang surut tunggal berbeda.
dan juga pasang surut ganda. Dan tipe
kemajuan teknologi di bidang
Terdapat metode lain yang dapat elektronika yang sangat pesat,
digunakan untuk mengukur pasang penggunaan komputer mikro untuk
surut. Misalnya metode Admiralty yang menghitung tetapan pasang surut serta
berdasarkan pada data pengamatan peramalannya akan sangat
selama 15 hari atau 29 hari. Pada memungkinkan. Proses perhitungan dari
metode ini dilakukan perhitungan yang komputer didasarkan pada penyesuaian
dibantu dengan tabel. Tabel akan lengkung dari data pengamatan dengan
menghasilkan tetapan pasang surut metode kuadrat terkecil (Oktaviani dkk.,
untuk 9 komponen. Dengan adanya 2014)

11
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

Gelombang
0.40
0.35
0.30
Stasiun II
0.25
Stasiun V
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 3. Frekuensi Gelombang


Gelombang adalah getaran yang itu, tinggi rendahnya frekuensi juga
merambat gerak gelombang dapat dipengaruhi oleh karakteristik perairan
dipandang sebagai perpindahan yang berkarang, sehingga ada celah
momentum dari suatu titik di dalam yang memungkinkan gelombang pecah
ruang ke titik lain tanpa perpindahan di pantai tanpa adanya penghalang.
materi. Gelombang laut merupakan Semakin dalam suatu perairan, maka
gerakan permukaan air laut akibat frekuensi gelombang yang terjadi juga
hembusan angin. Angin yang bertiup di semakin jarang.
atas permukaan air laut menimbulkan Terjadinya frekuensi gelombang
gelombang dan membawa suatu pada stasiun 2 dan 5 dapat dikarenakan
kecepatan yang mempunyai energi. oleh lokasi stasiun yang berbeda.
Gelombang laut merupakan suatu Stasiun yang berbeda memiliki
fenomena alam berupa penaikan dan kecepatan angin yang berbeda pula.
penurunan air secara perlahan Sehingga frekuensi gelombang laut yang
(Loupatty, 2013). terjadi berbeda setiap stasiunnya.
Menurut Brotowidjoyo (1995), Karena pergerakkan gelombang
besarnya gelombang dan kecepatannya dipengaruhi oleh angin.
tergantung pada kecepatan angin yang Metode pengukuran lain untuk
menyebabkan lama hembusan angin dan mengestimasi gelombang dengan tiang
jarak yang ditempuh angin itu. Selain logam yang tahan karat sebagai alat

12
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

pengukur ketinggian gelombang pada dan project board, metode ini paling
musim hujan. pada tiang logam akan mudah dilakukan namun tingkat
dibuat batas-batas gelombang saat keteliatiannya paling rendah.
gelombang laut membentur tiang logam Pengukuran dilakukan dengan mencatat
yang sudah terpasang di permukaan laut waktu dan ketinggian dari gelombang
dan sudah tersambung ke sensor, saat sedang puncak dan lembah
arduino uno, arduino GSM Shield, relay (Marpaung dan Gusti, 2017)

Kecepatan angin
5
4.5
4
3.5 Stasiun II
3 Stasiun V
2.5
2
1.5
1
0.5
0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 4. Kecepatan Angin


Angin adalah udara yang memiliki suhu yang lebih tinggi serta
bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara yang lebih rendah dari
tekanan udara dengan arah aliran angin daerah lain di sekitarnya sehingga
dari tempat yang memiliki tekanan menyebabkan terjadinya aliran udara.
tinggi ke tempat yang bertekanan rendah Menurut Fadholi (2013), faktor-
atau dari daerah yang memiliki faktor yang mempengaruhi kecepatan
suhu/temperatur rendah ke wilayah angin adalah radien tekanan udara
bersuhu tinggi. Angin memiliki (barometris), tinggi tempat, letak
hubungan yang erat dengan sinar lintang, dan waktu. Sedangkan faktor-
matahari karena daerah yang terkena faktor yang mempengaruhi pergerakkan
banyak paparan sinar matahari akan angin adalah perputaran bumi dan

13
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

pemanasan daratan. Pemanasan daratan Metode lain mengukur


terdiri atas angina mansoon, angina kecepatan angin diukur dengan
darat & laut, angin lembah & gunung, menggunakan sensor TCRT5000.
dan angin jatuh. Terdapat dua macam TCRT5000 membaca putaran dari
angin mansoon yaitu angin mansoon perubahan warna pada bagian yang
asia (angin barat) dan angin masoon terhubung dengan cup alat yang diputar
australia (angin timur) oleh angin. Perbedaan waktu antara
Praktikum dilaksanakan pada perubahan warna itu yang dijadikan
bulan Maret. Pada bulan ini, angin acuan untuk mendapatkan nilai
cenderung bergerak dari arah barat ke kecepatan angin. Kecepatan (m/s) = 1/Y
timur. Angin ini juga sering disebut x 2 x π x r. Y = Selang waktu antara
sebagai angin barat. Angin barat perpindahan warna yang terdeteksi r =
merupakan angina yang bergerak dari panjang jari-jari tempat sensor
daratan Asia menuju wilayah Indonesia. TCRT5000 ditempatkan. Sedangkan
Angin ini membawa musim hujan, yang metode lain penunjuk arah mata angin
dimana juga terjadi hujan pada saat menggunakan potensiometer.
praktikum dilaksanakan. Potensiometer akan membagi tegangan
Kecepatan angin cenderung pada setiap arah angin tempat dimana
tinggi pada pukul 13.00 karena pada potensiometer tersebut menunjuk.
saat dilakukan praktikum terjadi hujan Tegangan tersebut tersebar dari 0 Volt
lebat sehingga kecepatan angin lebih sampai 5 Volt yang masih berupa sinyal
tinggi apalagi dibanding dengan pukul analog. Lalu kemudian diubah menjadi
14.00 karena hujan telah reda. Sehingga digital oleh kendali mikro agar datanya
kecepatan angin di sekitar pantai mampu diproses (Robby et al, 2017)
berkurang, tidak sekencang saat hujan.

14
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

Stasiun II
35
30
25 Suhu udara
20 Suhu air
15
10
5
0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 5. Suhu Udara vs Suhu Air Stasiun 2

Stasiun V
35
30
25
Suhu udara
20 Suhu air
15
10
5
0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 6. Suhu Udara vs Suhu Air Stasiun 5


Suhu adalah besaran yang Suhu air laut dipengaruhi oleh
menyatakan derajat panas dingin suatu cuaca, kedalaman air, gelombang, waktu
benda dan alat yang digunakan untuk pengukuran, pergerakan konveksi, letak
mengukur suhu adalah termometer. ketinggian dari muka laut (altitude),
Suhu dan tekanan udara merupakan dua upwelling, musim, konvensi, divergensi,
unsure meteorologi yang saling terkait, dan kegiatan manusia di sekitar perairan
karena tekanan udara bersama-sama tersebut serta besarnya intensitas cahaya
dengan suhu akan menentukan yang diterima perairan. Sedangkan suhu
kerapatan udaranya (Fadholi, 2013). udara di sekitar air laut dipengaruhi oleh
radiasi matahari, posisi sinar matahari,

15
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

letak geografis, musim, kondisi awan, lapisan antara 300 m-1000 m. Distribusi
serta proses interaksi antara air dan suhu air laut di suatu perairan
udara, seperti aliran panas (heat), dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
penguapan dan hembusan panjang. lain : letak geografis perairan, sirkulasi
Hubungan antara suhu air dan suhu arus, sinar matahari, angin, kedalaman
udara berbanding terbalik, karena suhu laut, dan musim (Era et al, 2012).
air lebih rendah dari suhu udara Sehingga suhu yang didapat saat
disebabkan perbedaan kerapatan partikel praktikum sudah sesuai dengan teori
antara air dan udara. yang ada.
Samudra Hindia memiliki suhu Terjadi perbedaan suhu udara
air laut yang berada di antara suhu dan suhu air antara stasiun 2 dan stasiun
27,02oC –30,18oC. Suhu menunjukkan 5. Hal ini disebabkan karena saat
nilai yang lebih tinggi dari pada lapisan praktikum terjadi hujan lebat yang
di bawahnya. Semakin masuk ke lapisan mengakibatkan suhu di air dan udara
dalam, maka suhu air laut akan semakin turun dan menjadi dingin. Sehingga
dingin serta suhu minimum terlihat pada perbedaan yang terjadi cukup signifikan.

Kemiringan lereng pantai dan distribusi sangat besar. Selain itu, permukaan
sedimen merupakan bagian dari bumi pada daerah tertentu dapat
geomorfologi pantai dan menjadi mengalami pengangkatan atau
indikator dinamika pantai. Kemiringan penurunan yang juga dapat
pantai diukur berdasarkan jarak antara mempengaruhi keadaan permukaan air
vegetasi yang mewakili batas daratan laut. Pengaruh ini sangat terlihat di
hingga bibir pantai sebagai batas lautan daerah pantai dan pesisir (Sunarto,
(Oki, 2008) 2000). Hal ini menyebabkan terjadinya
Faktor-faktor yang perbedaan kemiringan pantai di setiap
mempengaruhi kemiringan pantai antara stasiun dengan kisaran yang berbeda-
lain yaitu naik turunnya permukaan air beda pula.
laut sehingga menyebabkan maju Adapun nilai kemiringan pantai
mundurnya permukaan air laut yang yang secara umum terdapat di Pantai

16
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

Selatan DIY sebesar 38.94 % pengukuran kemiringan dilakukan oleh


(Damayanti, 2008). kelompok yang berbeda dan dalam
Perbedaan hasil kemiringan waktu yang tidak bersamaan.
pantai pada setiap stasiun dan setiap jam Perbedaan nilai kemiringan
dikarenakan lokasi dilakukannya pantai yang cukup signifikan pada
pengukuran tidak sama pada setiap kali stasiun 5 pukul 14.00 disebabkan karena
pengukuran kemiringan pantai. Hal ini adanya perbedaan lokasi pengukuran.
disebabkan garis pantai sepanjang yang Pada pukul 14.00 cuaca di Pantai
cukup panjang sehingga memungkinkan Sepanjang adalah hujan yang cukup
terjadinya variasi pada lokasi deras sehingga dapat pula terjadi
dilakukannya pengukuran kemiringan ketidaktepatan pembacaan hasil
pantai. Kondisi lain yang dapat pengukuran sehingga memberikan hasil
menimbulkan perbedaan hasil adalah yang berbeda jauh dengan pengukuran
perbedaan lokasi pengukuran yang pada stasiun dan waktu lain.
dilakukan pada pos yang sama, karena
Menurut Cahyanto, et al. (2014), metode Blong
metode lain dalam pengukuran
kemiringan pantai adalah metode Blong.
Metode ini dari batas terendah yang
terkena pasang surut menggunakan
waterpass dan meteran, Waterpass
digunakan untuk menentukan ketika
suatu titik telah tegak lurus terhadap
Gambar 7. Metode Blong
titik lain yang ditunjukkan ketika
meteran yang dibentangkan dari titik Ilustrasi Pengukuran Kemiringan Pantai
yang lebih dekat dengan daratan telah Metode Blong
membentuk sudut 90⁰ terhadap titik
yang lebih dekat dengan air. Ilustrasi

17
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

Perhitungan metode Blong menurut


Cahyanto, et al. (2014) sebagai berikut :

Tinggi vertikal(meter)
Tangen θ=
Panjang horizontal (meter )

Salinitas
30.5
30
29.5
29 Stasiun III
28.5 Stasiun VI
28
27.5
27
26.5
26
25.5
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 8. Salinitas
Salinitas didefinisikan sebagai 1. Penguapan, semakin besar
jumlah berat garam terlarut dalam satu tingkat penguapan di suatu
liter air, dinyatakan dalam satuan wilayah maka salinitasnya akan
permil,ppt, atau gram per liter.  Salinitas tinggi, semakin rendah tingkat
merupakan salah satu parameter penguapan, maka salinitas
lingkungan yang mempengaruhi proses rendah
biologi dan secara langsung akan 2. Curah hujan, semakin tinggi
mempengaruhi kehidupan organisme curah hujan di suatu wilayah
antara lain yaitu mempengaruhi maka salinitasnya rendah,
laju pertumbuhan, jumlah makanan semakin rendah curah hujan di
yang dikonsumsi, nilai konversi suatu wilayah maka salinitasnya
makanan, dan daya kelangsungan hidup. tinggi
(Andrianto, 2005). 3. Arah aliran sungai, semakin
Faktor-faktor yang mempengaruhi sedikit sungai yang bermuara di
salinitas antara lain : perairan (laut) tersebut maka

18
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

salinitasnya akan tinggi, semakin Perbedaan salinitas pada stasiun 3


banyak sungai yang bermuara di dan stasiun 6 dapat disebabkan oleh
laut tersebut maka salinitasnya pengambilan lokasi sampel yang
rendah. berbeda. Hal ini disebabkan adanya
Salinitas air laut Samudera Hindia saluran air yang mengalirkan air dari
pada bulan Februari - Maret 2012 arah daratan kea rah laut sehingga
menunjukkan nilai yang beragam. Di berpotensi mempengaruhi hasil salinitas
lapisan permukaan bervariasi antara yang diperoleh. Apabila lokasi
30,96 psu sampai dengan 35,48 psu. pengambilan sampel dekat dengan aliran
Distribusi nilai salinitas di suatu air dari daratan maka salinitas yang
perairan dipengaruhi oleh penguapan, diperoleh berpotensi cenderung rendah
jumlah air tawar yang masuk ke perairan karena tercampur dengan air tawar dari
tersebut, run off atau aliran permukaan, daratan. Apabila lokasi pengambilan
pasang surut air laut, curah hujan, dan sampel jauh dengan aliran air dari
musim. Secara umum distribusi salinitas daratan maka salinitas yang diperoleh
di lapisan tercampur permukaan atau berpotensi cenderung tinggi karena kecil
mixed layer menunjukkan nilai relatif kemungkinan tercmapur dengan air
lebih rendah dari pada di lapisan dalam tawar dari daratan.
sedangkan nilai ratarata salinitas di Pada pukul 14.00 terjadi penurunan
setiap lapisan kedalaman dari salinitas di kedua stasiun karena terjadi
permukaan, lapisan kedalaman 100 m, hujan yang cukup lebat di Pantai
lapisan 500m, hingga lapisan 1000 m, Sepanjang yang menyebabkan air hujan
berturut turut adalah 34,98 psu; 35,02 yang merupakan air tawar bercampur
psu; 34,81psu; dan 34,09 psu (Era dkk, dengan air laut sehingga menyebabkan
2012). penurunan salinitas pada sampel yang
diuji salinitasnya.

19
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

DO
40
35
30
Stasiun III
25
Stasiun VI
20
15
10
5
0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 9. DO
Dissolved Oxygen (DO) adalah lainnya. Faktor-faktor yang
kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan mempengaruhi kadar oksigen (O2)
untukrespirasi aerob mikroorganisme. dalam perairan secara umum tersebut
DO di dalam air sangat tergantung pada merupakan alasan terhambatnya
temperature dan salinitas (Effendi, aktivitas akar tumbuhan dan mikrobia,
2003). Kadar oksigen terlarut (DO) serta difusi yang menyebabkan naiknya
dalam perairan tawar berkisar antara 15 kadar CO2 dan turunnya kadar O2
mg/l pada temperatur 0oC dan 8 mg/l (Hanafiah 2005).
pada temperatur 25oC. Sedangkan, DO optimal di Samudera Hindia
kadar oksigen (O2) terlarut dalam bernilai 2,90-5,54 ml/l pada kedalaman
perairan alami biasanya kurang dari 10 0-50 m. Sementara di Samudera Hindia
mg/l (Efendi, 2003). memiliki nilai oksigen maksimum pada
Faktor-faktor yang lapisan mixing di kedalaman 50-100m
mempengaruhi kadar oksigen (O2) mulai menurun kemudian stabil di
dalam perairan secara umum, yaitu kedalaman >100 m (Triyulianti dkk,
spesies, ukuran, jumlah pakan yang 2012).
dimakan, aktivitas, temperatur, dan Pada pukul 11.00 terjadi
sebagainya. Konsentrasi oksigen (O2) peningkatan DO secara ekstrim di
yang rendah dapat menyebabkan stress stasiun 6 karena pada waktu tersebut,
dan kematian pada ikan atau biota air tanaman air beserta fitoplankton dapat

20
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

melakukan fotosintesis secara sempurna sehingga kandungan oksigen dalam air


karena bantuan dari sinar matahari dapat meningkat secara secara ekstrim.

Alkalinitas
160
140
120
Stasiun III
100
Stasiun VI
80
60
40
20
0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 10. Alkalinitas


Alkalinitas air adalah gambaran dalam kalsium karbonat dengan satuan
kapasitas air untuk menetralkan asam ppm (mg/L) (Yulfiperius dan Mozes
atau kuantitas anion di dalam air yang 2006).
dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas sangat dipengaruhi
Alkalinitas juga diartikan sebagai oleh pH karena Total alkalinitas
kapasitas penyangga terhadap biasanya selalu dikaitkan dengan pH
penurunan pH perairan. Secara khusus, karena pH air ini akan menunjukkan
alkalinitas sering disebut sebagai apakah suatu perairan itu asam atau
besaran yang menunjukkan kapasitas basa. Selain bergantung pada pH,
penyanggahan ion bikarbonat, dan alkalinitas juga dipengaruhi oleh
sampai dengan tahap tertentu, juga komposisi mineral, suhu, dan kekuatan
menunjukkan penyanggahan terhadap ion. Nilai alkalinitas alami tidak pernah
ion karbonat dan hidroksida dalam air. melebihi 500 mg/liter CaCO3. Perairan
Makin tinggi alkalinitas, makin tinggi dengan nilai alkalinitas yang terlalu
kemampuan air untuk menyangga tinggi tidak terlalu disukai oleh
sehingga fluktuasi pH perairan makin organisme akuatik karena biasanya
rendah. Alkalinitas biasanya dinyatakan diikuti dengan nilai kesadahan yang

21
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

tinggi atau kadar garam natrium yang maksimal sehingga kadar O2 menurun
tinggi (Effendi, 2003). sedangkan kebutuhan respirasi masih
Adapun nilai alkalinitas di tetap sehingga kadar CO2 lebih tinggi
permukaan laut di Samudera Hindia dan menyebabkan nilai alkalinitas
cenderung sama dengan di kolom menurun
perairan dengan kedalaman 1000 meter Nilai alkalinitas di stasiun 3
sedangan kedalamana yang memiliki cenderung lebih rendah daripada stasiun
variasi nilai alkalinitas perairan laut 6 ini dapat terjadi karena beberapa
alami (2.0 – 2.5 meq/L) di jumpai pada faktor seperti perbedaan tingkat
kedalaman 400 – 750 meter (Triyulianti ketelitian masing-masing praktikan dan
dkk, 2012). kelalaian dalam pengambilan sampel
Pada pukul 15.00 terjadi penurunan air. Sementara alkalali yang terbaik
alkalinitas yang disebabkan oleh hujan. berada di angka 80-120, hal tersebut
Penyebab lain dikarenakan kadar CO2 berarti stasiun 6 merupakan stasiun
tingggi karena pada saat itu tanaman air terbaik dalam hal nilai salinitas
tidak bisa melakukan fotosintesis secara dibandingkan dengan stasiun 3.
Larva ikan adalah telur ikan Faktor-faktor yang
yang baru menetas sampai pada ukuran mempengaruhi kehidupan larva ikan
0,5 gram/ekor atau sampai ukuran benih yaitu endogenus dan eksogenus.
yang siap untuk ditebar. Dalam Banyaknya mortalitas alami bagi telur
perjalanan hidupnya semua ikan dan larva ikan dalam populasi sangat
bermula dari telur. Daur hidup ikan laut dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor
dimulai dari telur yang selanjutnya endogeneous dan eksogenous. Faktor
menetas menjadi larva. Larva ini endogenous berperan penting
berkembang dengan menjalani melindungi suatu populasi untuk
perubahan morfologi dan fisiologi mendapatkan nutrisi sehingga terhindar
hingga kelak menjadi dewasa sebagai dari musuh pemangsa maupun dari
ikan yang berenang bebas di perairan bahaya yang lain. Faktor eksogenous
(Nontji, 1994). juga berperan dalam proses eksternal
biologis dan karakter fisik lingkungan.

22
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

Contohnya yaitu kekurangan nutrien, didominasi oleh udang dan udang


pemangsa, penyakit, parasit, polusi, karang (75%) tetapi termasuk ikan air
racun, dan tekanan psikologis yang dan darat lainnya makro-invertebrata
mungkin menyebabkan kematian dan beberapa ikan. Rentang hidup
individu (Sulistiono et al. 2001). Jumlah maksimum diperkirakan 20-25 tahun
makanan dan nutrisi yang ada juga dengan kematangan seksual mencapai
mempengaruhi larva ikan pada suatu pada usia 3-5 tahun. Pemijahan terjadi
perairan. Ketersediaan makanan di musim semi pada suhu air, 15 0C.
dipengaruhi oleh lingkungan, cahaya Betina menghasilkan 1200–11000
dan suhu. melekat pada substrat keras dan
Pengamatan larva ikan diamati 4 cenderung dan dijaga oleh
hari setelah waktu praktikum lapangan. jantan. Distribusi jackass morwong
Namun, ditemukan adanya spesies larva (Nemadactylus macropterus) di seluruh
ikan yang sudah hilang karena mati dan dunia meliputi perairan Selandia Baru,
bagian tubuhnya sudah hancur. Amerika Selatan bagian selatan, Afrika
Berdasarkan pengamatan larva ikan Selatan, dan beberapa pulau di Atlantik
pada pukul 12.00 dan 14.00 di stasiun dan samudera Hindia. Jackass morwong
IV, ditemukan bahwa larva ikan sudah didistribusikan di perairan Australia dari
hancur. Menurut Jangkaru (2007), Moretorn Bay di Queensland ke Perth.
tingkat mortalitas larva ikan sangat Hidup di kedalaman hingga 450 m dan,
tinggi sehingga pada saat dilakukan di perairan Australia. Jackass morwong
pengamatan 4 hari setelah praktikum memiliki periode pemijahan musim
larva ikan tak lagi dapat bertahan hidup. panas-musim gugur (Koehen et al.,
Juga struktur tubuhnya yang belum kuat 2013)
maka bagian tubuhnya mudah hancur. Metode lain yang dapat digunakan
Maccullochella macquariensis ikan untuk menangkap larva ikan dapat
trot merupakan ikan air tawar di dilakukan dengan pengumpulan secara
Australia yang besar dan ikonik. aktif dengan kecepatan tarikan cepat
bertubuh fusiform tercatat panjang total menggunakan jaring plankton conical
850 mm dan 16 kg, Makanan yang berada di dalam silinder berlubang

23
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

yang dipaskan dengan mouth-reducing baterai atau generator arus searah (DC)
nose cones ditarik dengan kecepatan dengan daya sekitar 200 V/400 Hz dan
hingga 9 m/s. Dapat juga menggunakan gradien voltase berkisar antara 3,6 –
alat Electrofishing dengan prinsip 0,13 V/cm yang terhubung elektroda
kerjanya menggunakan aliran listrik (diameter 10 cm) dan jaring yang
untuk menangkap ikan. Unit mengerucut sejauh 1,2 m (McCarter dan
electrofishing secara umum terdiri atas Hay, 2003).

Kelimpahan Plankton
7000
6000
5000 Stasiun I
4000 Stasiun IV
3000
2000
1000
0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 11. Kelimpahan Plankton

Indeks Diversitas Plankton


0.6

0.5

0.4 Stasiun 1
Stasiun IV
0.3

0.2

0.1

0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 12. Indeks Diversitas Plankton

24
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

Indeks Keseragaman Plankton


0.5
0.45
0.4
0.35
Stasiun I
0.3
Stasiun IV
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 13. Indeks Keseragaman Plankton

Indeks Dominansi
0.12

0.1

0.08 Stasiun I
Stasiun IV
0.06

0.04

0.02

0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 14. Indeks Dominansi


Menurut Mulyadi (2012), makannya, plankton dapat
plankton merupakan semua jasad hidup dikelompokkan ke dalam fitoplankton
nabati dan hewan yang hidup bebas di dan zooplankton. Fitoplankton
alam perairan dengan kemampuan gerak merupakan tumbuhan planktonik
yang terbatas, sehingga sebagian besar berklorofil yang umumnya terdiri atas
gerakannya secara pasif mengikuti Bacillariophyceae, Chlorophyceae,
gerakan arus air. Berdasarkan cara Dinophyceae, dan Haptophyceae.

25
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

Fitoplankton juga memiliki bahan tumbuh pada salinitas terendah 6 ppt


makanan cadangan yang umumnya dan tertinggi 48 ppt, pada suhu 5 ºC-
berupa pati atau lemak, dinding sel yang 30ºC, untuk pertumbuhan optimal
tersusun dari selulosa, dan bentuk flagel Faktor-faktor lingkungan yang
yang beragam. Zooplankton merupakan berpengaruh terhadap pertumbuhan
kelompok plankter yang mempunyai antara lain cahaya, temperatur, salinitas,
cara makan holozoic, yang terdiri atas tekanan osmose, dan pH air, yang bisa
kelompok Protozoa, Coelenterata, jadi memacu atau menghambat
Ctenophora, Chaetognatha, Annelina, pertumbuhan
Arthropoda, Urochordata, Mollusca, dan Keberadaan plankton di suatu
beberapa larva hewan vertebrata lain perairan dapat memberikan informasi
Menurut Tomas (1997), mengenai kondisi perairan tersebut, dan
Nitzschia merupakan genus yang paling sebagai jaring-jaring makanan di laut.
banyak ditemukan selama pelaksanaan Kesuburan perairan maupun informasi
praktikum. Nitzschia merupakan mengenai potensi dan kondisi perairan
mikroalga yang termasuk dalam kelas dapat diketahui berdasarkan kelimpahan
Bacillariophyceae. Nitzschia plankton dan parameter fisika-kimia
digolongkan ke dalam fitoplankton. perairan. (Novia et al, 2010). Menurut
Mempunyai peran penting dalam Nugroho (2006) diversitas plankton
ekosistem perairan sebagai produsen adalah banyaknya jenis plankton yang
primer. Sebagian besar hidup tunggal hidup pada ekosistem sungai tersebut.
atau melekat satu sama lain dalam rantai Semakin banyak diversitas menandakan
sel atau kolonial agregasi. Nitzschia semakin baik perairan tersebut.
dikonsumsi langsung oleh berbagai jenis Keanekaragaman jenis (H’) dianalisis
organisme, dari dinoflagellata dengan menggunakan Indeks Diversitas
heterotrofik sampai ikan pemakan Shannon-Wiener (Barus, 2002:121)
plankton. Pertumbuhan Nitzschia terjadi dengan persamaan sebagai berikut:
relatif sering, di beberapa daerah Keterangan: H’= Indeks
musiman, dan dalam berbagai macam keanekaragaman (diversity index) ni =
lokasi. Dalam budidaya, Nitzschia dapat Jumlah individu spesies ke-i N = Jumlah

26
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

total individu dalam sampel Kisaran spesies yang terdapat dalam suatu
nilai indeks keanekaragaman (H’) komunitas. Indeks keseragaman (e)
berdasarkan rumus tersebut adalah merupakan pendugaan yang baik untuk
(Wheater et al, 2011): a. H’ < 1 = menentukan dominasi dalam suatu area.
Keanekaragaman rendah b. 1 ≤ H’ ≤ 3= Apabila satu atau beberapa jenis
Keanekaragaman sedang c. H’ > 3 = melimpah dari yang lainnya , maka
Keanekaragaman tinggi. Jika dilihat indeks keseragaman akan rendah.
dari hasil diversitas plankton yang di Perbedaan keseragaman dan diversitas
dapat pada praktikum ini menunjukkan plankton yaitu jika keseragaman
bahwa keanekaragammanya sangat plankton terdiri dari tiap individu dari
rendah. suatu spesies sedangkan diversitas atau
Keberadaan fitoplankton sangat keberagaman plankton terdiri dari
mempengaruhi kehidupan di perairan bermacam macam spesies. Teori
karena memegang peranan penting menyatakan bahwa jika nilai indeks
sebagai makanan bagi organisme laut. keseragaman melebihi 0,7
Berubahnya fungsi perairan sering mengindikasikan derajat keseragaman
diakibatkan oleh adanya perubahan komunitasnya tinggi (Insafitri, 2010).
struktur dan nilai kuantitatif fitoplakton. Sedangkan indeks keseragaman
Perubahan diversitas plankton di laut plankton yang didapat saat praktikum
dipengaruhi oleh aktivitas manusia, yaitu berkisar antara 0.15-045, maka
nutrient, tingkat asimilasi dan faktor derajat keseragaman komunitasnya
faktor oseanografi seperti suhu, rendah.
salinitas, DO (Djokosetiyanto, 2006). Menurut Odum (1996), indeks
Kandungan DO di Pantai Sepanjang dominasi digunakan untuk mengetahui
cukup baik sehingga diversitas plankton sejauh mana suatu spesies atau genus
di Pantai Sepanjang juga baik. Hal ini mendominasi kelompok lain. Metode
sudah sesuai dengan teori karena DO perhitungan yang digunakan adalah
mempengaruhi diversitas plankton. rumus indeks dominasi Simpson dengan
Indeks keseragaman adalah rumus :
komposisi tiap individu pada suatu

27
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

Kriteria indeks dominansi adalah : 0 < C


≤ 0,5 = tidak terdapat genus yang
mendominasi; dan 0,5 < C < 1 =

Keterangan : terdapat genus yang mendominasi.


Seluruh hasil dominansi yang diperoleh
C : indeks dominansi
sebesar ≤ 0,5 sehingga tidak terdapat
ni : jumlah individu genus ke-I N genus yang mendominasi dalam seluruh
sampel yang diperoleh saat praktikum.
N :jumlah total individu
Menurut Wilhm dan Doris lainnya , maka indeks keseragaman akan
(1986), indeks diversitas adalah rendah. Jika nilai indeks keseragaman
komposisi tiap individu pada suatu melebihi 0,7 mengindikasikan derajat
spesies yang terdapat dalam suatu keseragaman komunitasnya tinggi.
komunitas. Sementara Indeks Semakin kecil nilai indeks
keseragaman merupakan pendugaan keanekaragaman maka indeks
yang baik untuk menentukan dominasi keseragaman juga akan semakin kecil,
dalam suatu area. Apabila satu atau yang mengisyaratkan adanya dominansi
beberapa jenis melimpah dari yang suatu spesies terhadap spesies

KESIMPULAN macropterus, Macullochella


macquariensis; kelimpahan plankton
Berdasarkan praktikum yang
1927,2-6263,4; diversitas plankton
telah dilakukan diperoleh hasil suhu
0,33696-0,52832, keseragaman 0-
udara 25⁰-30⁰C, suhu air 24,9⁰-32⁰C,
0,44478; dan dominansi 0,01052-
pH 8,1-9,6, gelombang 0,09-0,34 m,
0,11111 dengan faktor pembatas berupa
kecepatan angin 1,1-4,3 m/s, arah angin
ketersediaan makanan, organisme
95⁰-140⁰, kemiringan pantai 5,44⁰-
pesaing, oksigen terlarut, dan pasang
23,8⁰, pasang surut 0,37-0,63 m, DO
surut. Fungsi ekosistem pantai bagi
4,6-36 ppm, alkalinitas 68-146 ppm,
biota perairan adalah sebagai tempat
salinitas 27-30 ppt; larva ikan
hidup biota laut, sebagai tempat hidup
Microcanthus strigatus, Nemadactylus
alga sebagai produsen dalam rantai

28
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

makanan karena memperoleh Fisik Dan Pemanfaatan Pantai


penyinaran maksimal, dan sebagai Karst Kabupaten Gunungkidul.
nursery zone. Bedasarkan indeks Makara Teknologi. Vol 12 (2): 91-
diversitas biota perairan (0,33696- 98
0,52832) yang tergolong rendah, maka Djokosetiyanto dan Sinung Rahardjo.
kualitas perairan tersebut kurang baik 2006. Kelimpahan dan
karena hanya terdapat beberapa biota Keanekaragaman Fitoplankton di
saja yang dapat bertahan hidup pada Perairan Pantai Dadap Teluk
kondisi perairan tersebut. Jakarta. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan
dan Perikanan Indonesia.
13(2):135-141
DAFTAR PUSTAKA Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air
Andrianto, T. (2005). Pedoman Praktis Bagi Pengelolaan Sumber Daya
Budidaya Ikan Kerapu Macan. dan. Lingkungan Perairan.
Yogyakarta: Absolut Yogyakarta: Kanisius.
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Halaman.168-169 .
Studi Tentang Ekosistem Sungai Era Wingking, Denny Wijaya, Iis
dan Danau. Fakultas Triyulianty, Teja Arief, dan
MIPA. USU, Medan. Nuryani Widgati. 2012. Distribusi
Brotowidjoyo, M. 1995. Pengantar Vertikal, Suhu, Salinitas dan
Lingkungan Perairan dan Oksigen Terlarut di Samudra
Budidaya Air. Penerbit Hinida dan elat Sunda Periode
Liberty,Yogyakarta. Java Up-Welling Variability
Cahyanto, Nugroho Priyo, H. Setiyono, Observation (JUVO) Cruise 2012.
dan E. Indriyanti. 2014. Studi Seminar Nasional tahunan
Profil Pantai di Pulau Parang (SEMNASKAN UGM)
Kepulauan Karimunjawa Jepara. Fadholi, Akhmad. 2013. Analisis Data
Jurnal Oseanografi 3(2):161-166 Angin Permukaan di Bandara
Damayanti Astrid, dan Ranum Pangkalpinang Menggunakan
Ayuningtyas. 2008. Karakteristik

29
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

Metode Windrose. Jurnal than 25 years. Marine and


Geografi. Vol 10 (2) : 112-122 Freshwater Research
Fadholi, Akhmad. 2013. Studi Pengaruh Loupatty, Grace. 2013. Karakteristik
Suhu Dan Tekanan Udara Energi Gelombang & Arus
Terhadap Daya Angkat Pesawat Perairan di Provinsi Maluku.
Di Bandara S. Babullah Ternate. Jurnal Ilmu Matematika dan
Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika. Terapan. Vol 7(1) : 19-22
Vol 1(2): 121-129 Marpaung W., dan Gusti A. 2017. Alat
Hanafiah, A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Pengukur Ketinggian Gelombang
Tanah. PT Rajagrafindo Persada, Laut. Jurnal Alat Pengukur
Jakarta. Ketinggian Gelombang Laut. Vol
Insafitri. 2010. Keanekaragaman, 1(2) : 2-3
Keseragaman, Dan Dominansi McCarter, P.B. and D.E. Hay. 2003.
Bivalvia Di Area Buangan Eulachon Embryonic Egg and
Lumpur Lapindo Muara Sungai Larval Outdrift Sampling Manual
Porong. Jurnal Kelautan. Vol 3(1): for Ocean and River Surveys.
54-59 Canadian Technical Report of
Jangkaru, Z. 2007. Makanan Ikan Fisheries and Aquatic Sciences
Lembaga Penelitian Perikanan 2451. 33p.
Barat. Direktorat Jenderal Mulyadi, Hanung. 2012. Zooplankton,
Perikanan, Bogor. 49 hal. Strategi Daur Hidup, Biodiversitas
John D. KoehnA,F , Mark Lintermans B dan Faktor Lingkungan. Jurnal
, Jarod P. LyonA, Brett A. Oseana. Vol 37 (4) : 57-71
IngramD, Dean M. GilliganC, Nontji, Anugerah. 1994. Telur Ikan dan
Charles R. ToddA and John W. Daur Hidup Dasar Pada Ikan.
Douglas. 2013. Recovery of the Jurnal Oseana. Vol 9 (1) : 21-30
endangered trout cod, Novia, R., Adnan, I.R. Ritonga. 2010.
Maccullochella macquariensis: Hubungan parameter fisika-kimia
what have we achieved in more perairan dengan kelimpahan
plankton di Samudera Hindia

30
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

bagian Barat Daya. Depik, 5(2): Paradigma Pengelolaan Ekosistem


67 76. Pesisir, dalam Prosiding Makalah
Nsw. 2008. Jackass morwong Penunjang dalan Seminar
nemadactylus macropterus . Nasional Pengelolaan Ekosistem
Marine and Freshwater Research Pantai dan Pulau-Pulau Kecil
Nugroho, A. 2006. Bioindikator dalam Konteks Negara kepulauan,
Kualitas Air. Universitas Trisakti, 2 September 2000, Badan Penerbit
Jakarta. Fak. Geografi UGM, Yogyakarta
Odum. 1996. Dasar-dasar Ekologi. Supangat A. Dan Susana. (2008).
Gadjah Mada University Oseanografi. Jakarta :
Press.Yogyakarta. Departemen Kelautan Dan
Oki Setyandito. 2008. Kajian Stabilitas Perikanan.
Kemiringan Pantai Pasir Buatan Tomas, Carmelo R. 1997. Identifying
(N = 1:10) Akibat Gelombang. Marine Phytoplankton. Academic
Jurnal Teknik Sipil. Vol 8 (2): Press. London
119-132 Triyulianti, I., Wijaya, D., Era, W.,
Oktaviani, N., Lufti R., dan Nursugi. Arief, T., Widagti, N., Dipo, P.,
2014. Pengukuran Garis Pantai dan Trenggono, M. 2012.
Menggunakan Metode RTK dan Distribusi Vertikal pH dan
Metode Tongkat Penduga. Jurnal Alkalinitas Perairan Selatan Jawa
Ilmiah Geomatika. Vol 20 (2) : dan Samudra Hindia. Jurnal. Balai
109-114 Penelitian dan Observasi Laut.
Robby, Trisna Nur , Mohamad Jembrana Bali.
Ramdhani , Cahyantari Ekaputri. Wardiyatmoko, K. ; Bintarto, H.R..
2017. Alat Ukur Kecepatan 1994. Geografi, Penerbit
Angin, Arah Angin, Dan Erlangga.
Ketinggian. Proceeding of Wheater, C. Phillip; Bell, James R.;
Engineering. Vol 4(2): 1457-1466 Cook, Penny A. 2011. Practical
Sunarto, 2000, Kausalitas dan Field Ecology: A Project Guide.
Equilibirium Dinamik sebagai UK: Wiley-Blackwell Publishing.

31
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29

Wilhm, J. L., and T.C. Doris. 1986.


Biologycal Parameter for water
quality Criteria. Bio. Science: 18.
Yulfiperius, Mozes R. 2006. Pengaruh
Alkalinitas terhadap kelangsungan
Hidup dan Pertumbuhan Ikan
Lalawak Barbodes sp.. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
Bogor
Z. Azmi., Saniman dan Ishak. 2016.
Sistem Penghitung Ph Air Pada
Tambak Ikan Berbasis
Mikrokontroller. Jurnal Saintikom
Vol.15, No. 2

32

Anda mungkin juga menyukai