JURNAL OSEANOGRAFI
Anthonius Yoshi Tamariska
17/409556/PN/14944
Akuakultur
INTISARI
Oseanografi adalah ilmu yang mempelajari tentang perairan laut, Kata oseanografi
merupakan gabungan dari dua kata yunani, oceanus (samudera) dan graphos
(uraian/deskripsi) sehingga oseanografi mempunyai arti deskripsi tentang samudera
yang mencakup pengetahuan tentang faktor biotik dan abiotik serta interaksi yang terjadi
diantaranya. Kegiatan yang dilakukan antara lain melihat keadaan pantai serta kualitas
airnya. Praktikum oseanografi dilaksanakan di Pantai Sepanjang, Gunung Kidul pada
tanggal 17 Maret 2019. Parameter yang digunakan dalam praktikum ini antara lain
parameter fisika, parameter biologi dan parameter kimia. Parameter fisika terdiri dari
suhu udara, suhu air, pH, gelombang, kecepatan angin, arah angin, kemiringan pantai
dan pasang surut. Parameter kimia diukur dari oksigen terlarut (DO) dengan metode
Winkler, alkalinitas dengan metode alkalimetri dan salinitas dengan menggunakan
refraktometer. Parameter biologi dilihat dari larva ikan dan plankton. Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil suhu udara 25⁰-30⁰C, suhu air 24,9⁰-
32⁰C, pH 8,1-9,6, gelombang 0,09-0,34 m, kecepatan angin 1,1-4,3 m/s, arah angin 95⁰-
140⁰, kemiringan pantai 5,44⁰-23,8⁰, pasang surut 0,37-0,63 m, DO 4,6-36 ppm,
alkalinitas 68-146 ppm, salinitas 27-30 ppt; larva ikan Microcanthus strigatus,
Nemadactylus macropterus, Macullochella macquariensis; kelimpahan plankton 1927,2-
6263,4; diversitas plankton 0,33696-0,52832, keseragaman 0-0,44478; dan dominansi
0,01052-0,11111.
Kata kunci : biologi, fisika, kimia, oseanografi, sepanjang
PENDAHULUAN
Oseanografi atau oseanologi kehidupan di pantai terbagi menjadi 2
yang dalam bahasa Indonesia diartikan bagian besar yaitu factor fisika dan
ilmu kelautan adalah cabang ilmu bumi biologis. Faktor pembatas dari faktor
yang mempelajari samudera atau lautan. fisika antara lain kekeringan, suhu, dan
Ilmu ini mencakup berbagai aspek sinar matahari. Sedangkan faktor
seperti organisme laut dan dinamika pembatas dari faktor biologis adalah
ekosistem. Pantai merupakan bagian penyesuaian organisme terhadap
dari muka bumi dari muka air laut rata- lingkungannya, pemangsaan, dan
rata terendah sampai muka air laut rata- penetapan tempat tinggal. Praktikum
rata tinggi. Adapun factor pembatas dilaksanakan di Pantai Sepanjang,
1
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
2
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
Maret 2019 pukul 10.00 – 15.00 dengan meter yang mana air sampel diambil
stasiun pengamatan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 dengan menggunakan botol UC C 1000
dengan pembagian yang berbeda-beda 100 ml. Sebelum digunakan, pH meter
setiap kelompok. harus dibersihkan dengan aquadest
Praktikum oseanografi terlebih dahulu. Setelah itu, air sampel
mengamati 3 parameter, yaitu parameter diuji dan dicatat data pH yang didapat.
fisik (suhu udara dan suhu air, pH, Suhu udara dan suhu air
gelombang, kecepatan dan arah angin, dilakukan dengan menggunakan
kemiringan pantai, dan pasang surut), thermometer. Ketika melakukan
parameter kimia (kandungan oksigen pengukuran suhu udara, thermometer di
terlarut, alkalinitas, dan salinitas), dan pegang bagian atas dengan melayang di
parameter biologi (larva ikan dan udara, sedangkan pengukuran suhu air,
plankton). Alat yang digunakan adalah thermometer bagian bawah dicelupkan
alat tulis, clipboard, thermometer, pH ke dalam air dan digenggam bagian atas
meter, tissue, teropong, anemometer, thermometer. Kemudian, ditunggu
tongkat 1.5 m, roll-meter, ember, botol selama kurang lebih 5 menit hingga
oksigen, erlenmeyer, gelas ukur, pipet suhu stabil dan dicatat data suhu yang
tetes, pipet ukur, kempot, refraktometer, didapat tiap kelompok.
jaring larva, plankton net, Sedgwick Pasang surut dilakukan dengan
rafter, mikroskop, botol air mineral, ditentukan titik pasang surut terendah
botol cuka, dan label. Bahan yang sebagai titik pengamatan. Kemudian,
digunakan adalah larutan MnSO4 1 ml, tongkat diberi skala sebagai penanda
larutan reagen oksigen 1 ml, larutan ketinggian pasang surut. Lalu,
H2SO4 pekat 1 ml, larutan 1/80 N pengamatan dilakukan pada titik
Na2S2O3, indikator amilum, indikator pengamatan dengan menggunakan
PP, larutan 1/50 N H2SO4, indikator bantuan tongkat bersakala dan
MO, larutan formalin 4%, air sampel, ketinggian air laut disesuaikan dengan
dan aquadest. tongkat berskala. Pasang surut dapat
Pengamatan pH dilakukan di dihitung dengan rumus pasang surut =
laboratorium dengan menggunakan pH
3
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
4
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
5
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
Oi x Vr x n
, dengan N adalah
Op x Vo x Vs x P
jumlah plankton per liter, n adalah
jumlah plankton pada seluruh bidang
pandang, Vr adalah volume air tersaring
(50 ml), Vo adalah volume air yang
diamati (1 ml) Vs adalah volume air
yang disaring (20 L), Oi adalah luas
gelas penutup preparat (24 cm2), Op
adalah luas lapangan pandang (2.49 x
10-4 dm2), dan P adalah jumlah bidang
pandang yang diamati (10x). Indeks
diversitas atau indeks keanekaragaman
HASIL
Tabel 1. Parameter Fisika Stasiun 2
Suhu Arah Kecepatan Pasang Gelomban Kemiringan
Waktu pH Suhu air
udara angina angin surut g pantai
10.00 9.6 29 31 105 1.2 0.55 0.10 5.44
6
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
10.00 5.4 70 30
11.00 7 86 30
12.00 10.4 68 30
13.00 5 114 30
14.00 4.6 94 27
15.00 5.4 88 30
Tabel 4. Parameter Kimia Stasiun 6
7
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
12.00 7 126 30
13.00 7.4 124 30
14.00 6 126 29
15.00 6.8 98 30
Tabel 5. Larva Ikan Stasiun 1 dan 4
No Stasiun Waktu Nama Jumlah Kondisi
1 I 10.00 Microcanthus strigatus 2 Mati
2 I 11.00 Nemadactylus macropterus 1 Hidup
3 I 12.00 Maccullochella macquariensis 3 Hidup
4 I 13.00 - Tidak ditemukan
5 I 14.00 - Tidak ditemukan
6 I 15.00 Maccullochella macquariensis 5 Mati
7 IV 10.00 Maccullochella macquariensis 1 Mati
8 IV 11.00 Microcanthus strigatus 1 Mati
9 IV 12.00 - - Tidak ada
10 IV 13.00 Tidak dapat diamati 0 Tidak ada
11 IV 14.00 - - Tidak ada
12 IV 15.00 Maccullochella macquariensis 1 Mati
Stasiu Kelimpaha
Waktu Diversitas Keseragaman Dominansi
n n
I 10.00 3854.4 0.46001 0 0.03807
I 11.00 2409 0.3702 0.1851 0.01487
I 12.00 2890.8 0.40574 0.20287 0.02142
I 13.00 2890.8 0.40574 0.256 0.02142
I 14.00 2409 0.3702 0.1851 0.01487
I 15.00 5299.8 0.50925 0.14721 0.07198
IV 10.00 2409 0.37993 0.18997 0.01644
IV 11.00 2409 0.37993 0.23971 0.01644
IV 12.00 3372.6 0.44478 0.44478 0.03222
IV 13.00 2409 0.37993 0.37993 0.01644
IV 14.00 6263.4 0.52832 0.22754 0.11111
IV 15.00 1927.2 0.33696 0.2126 0.01052
PEMBAHASAN Praktikum dilaksanakan di
Pantai Sepanjang, Gunung Kidul.
8
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
Adapun aktivitas di sekitar pantai yaitu Sekitar pukul 13.00 turun hujan cukup
wisatawan yang sedang mengisi liburan, deras sehingga mengganggu aktivitas
masyarakat sekitar yang berjualan, serta warga sekitar maupun praktikan yang
praktikan yang melakukan pengamatan akan melakukan praktikum. Beberapa
di laut maupun di pinggir pantai. parameter cukup terdampak akibat hujan
Kondisi cuaca pada saat pelaksanaan yang cukup deras.
paktikum cukup teduh tidak terlalu
panas, bahkan cenderung mendung.
pH
10
9.5
Stasiun II
9
Stasiun V
8.5
8
7.5
7
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
Gambar 1. pH
pH adalah derajat keasaman memiliki sifat basa. pH 0 menunjukkan
yang digunakan untuk menyatakan derajat keasaman yang tinggi, dan pH
tingkat keasaman atau kebasaan yang 14 menunjukkan derajat kebasaan
dimiliki oleh suatu larutan. Alat ukur tertinggi. Kadar pH ini dapat
keasaman pada air tersebut digunakan menentukan apakah air tersebut
untuk mengukur kandungan pH atau dikategorikan baik, buruk, atau sedang.
kadar keasaman pada air mulai dari pH Kadar pH yang lebih rendah dari 7
0 sampai pH 14. Dimana pH normal dianggap asam dan kadar pH yang lebih
memiliki nilai 6.5 hingga 7.5 sementara tinggi dari 7 dianggap basa. Nilai pH
bila nilai pH < 6.5 menunjukkan zat normal untuk air permukaan biasanya
tersebut memiliki sifat asam sedangkan antara 6.5 s/d 7.5. Nilai keasaman air
nilai pH > 7.5 menunjukkan zat tersebut yang baik untuk tempat hidup ikan
9
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
berkisar antara 6 - 8,5. Kadar garam air dekomposisi bahan organik di dasar
yang disukai antara 0-35 per mil (Azmi perairan (Barus, 2004).
et al., 2016). Menurut Barus (2004) salah satu
Tinggi atau rendahnya nilai pH factor yang mempengaruhi pH adalah
air tergantung pada beberapa faktor suhu. pH bernilai tinggi pada pagi hari
yaitu, kondisi gas-gas dalam air seperti dan rendah pada sore hari karena suhu
CO2,suhu, konsentrasi garam-garam pada sore hari lebih rendah. Jika suhu
karbonat dan bikarbonat, dan proses rendah maka pH akan rendah.
Pasang Surut
0.70
0.60
0.50 Stasiun II
0.40 Stasiun V
0.30
0.20
0.10
0.00
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
10
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
11
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
Gelombang
0.40
0.35
0.30
Stasiun II
0.25
Stasiun V
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
12
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
pengukur ketinggian gelombang pada dan project board, metode ini paling
musim hujan. pada tiang logam akan mudah dilakukan namun tingkat
dibuat batas-batas gelombang saat keteliatiannya paling rendah.
gelombang laut membentur tiang logam Pengukuran dilakukan dengan mencatat
yang sudah terpasang di permukaan laut waktu dan ketinggian dari gelombang
dan sudah tersambung ke sensor, saat sedang puncak dan lembah
arduino uno, arduino GSM Shield, relay (Marpaung dan Gusti, 2017)
Kecepatan angin
5
4.5
4
3.5 Stasiun II
3 Stasiun V
2.5
2
1.5
1
0.5
0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
13
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
14
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
Stasiun II
35
30
25 Suhu udara
20 Suhu air
15
10
5
0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
Stasiun V
35
30
25
Suhu udara
20 Suhu air
15
10
5
0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
15
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
letak geografis, musim, kondisi awan, lapisan antara 300 m-1000 m. Distribusi
serta proses interaksi antara air dan suhu air laut di suatu perairan
udara, seperti aliran panas (heat), dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
penguapan dan hembusan panjang. lain : letak geografis perairan, sirkulasi
Hubungan antara suhu air dan suhu arus, sinar matahari, angin, kedalaman
udara berbanding terbalik, karena suhu laut, dan musim (Era et al, 2012).
air lebih rendah dari suhu udara Sehingga suhu yang didapat saat
disebabkan perbedaan kerapatan partikel praktikum sudah sesuai dengan teori
antara air dan udara. yang ada.
Samudra Hindia memiliki suhu Terjadi perbedaan suhu udara
air laut yang berada di antara suhu dan suhu air antara stasiun 2 dan stasiun
27,02oC –30,18oC. Suhu menunjukkan 5. Hal ini disebabkan karena saat
nilai yang lebih tinggi dari pada lapisan praktikum terjadi hujan lebat yang
di bawahnya. Semakin masuk ke lapisan mengakibatkan suhu di air dan udara
dalam, maka suhu air laut akan semakin turun dan menjadi dingin. Sehingga
dingin serta suhu minimum terlihat pada perbedaan yang terjadi cukup signifikan.
Kemiringan lereng pantai dan distribusi sangat besar. Selain itu, permukaan
sedimen merupakan bagian dari bumi pada daerah tertentu dapat
geomorfologi pantai dan menjadi mengalami pengangkatan atau
indikator dinamika pantai. Kemiringan penurunan yang juga dapat
pantai diukur berdasarkan jarak antara mempengaruhi keadaan permukaan air
vegetasi yang mewakili batas daratan laut. Pengaruh ini sangat terlihat di
hingga bibir pantai sebagai batas lautan daerah pantai dan pesisir (Sunarto,
(Oki, 2008) 2000). Hal ini menyebabkan terjadinya
Faktor-faktor yang perbedaan kemiringan pantai di setiap
mempengaruhi kemiringan pantai antara stasiun dengan kisaran yang berbeda-
lain yaitu naik turunnya permukaan air beda pula.
laut sehingga menyebabkan maju Adapun nilai kemiringan pantai
mundurnya permukaan air laut yang yang secara umum terdapat di Pantai
16
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
17
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
Tinggi vertikal(meter)
Tangen θ=
Panjang horizontal (meter )
Salinitas
30.5
30
29.5
29 Stasiun III
28.5 Stasiun VI
28
27.5
27
26.5
26
25.5
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
Gambar 8. Salinitas
Salinitas didefinisikan sebagai 1. Penguapan, semakin besar
jumlah berat garam terlarut dalam satu tingkat penguapan di suatu
liter air, dinyatakan dalam satuan wilayah maka salinitasnya akan
permil,ppt, atau gram per liter. Salinitas tinggi, semakin rendah tingkat
merupakan salah satu parameter penguapan, maka salinitas
lingkungan yang mempengaruhi proses rendah
biologi dan secara langsung akan 2. Curah hujan, semakin tinggi
mempengaruhi kehidupan organisme curah hujan di suatu wilayah
antara lain yaitu mempengaruhi maka salinitasnya rendah,
laju pertumbuhan, jumlah makanan semakin rendah curah hujan di
yang dikonsumsi, nilai konversi suatu wilayah maka salinitasnya
makanan, dan daya kelangsungan hidup. tinggi
(Andrianto, 2005). 3. Arah aliran sungai, semakin
Faktor-faktor yang mempengaruhi sedikit sungai yang bermuara di
salinitas antara lain : perairan (laut) tersebut maka
18
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
19
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
DO
40
35
30
Stasiun III
25
Stasiun VI
20
15
10
5
0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
Gambar 9. DO
Dissolved Oxygen (DO) adalah lainnya. Faktor-faktor yang
kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan mempengaruhi kadar oksigen (O2)
untukrespirasi aerob mikroorganisme. dalam perairan secara umum tersebut
DO di dalam air sangat tergantung pada merupakan alasan terhambatnya
temperature dan salinitas (Effendi, aktivitas akar tumbuhan dan mikrobia,
2003). Kadar oksigen terlarut (DO) serta difusi yang menyebabkan naiknya
dalam perairan tawar berkisar antara 15 kadar CO2 dan turunnya kadar O2
mg/l pada temperatur 0oC dan 8 mg/l (Hanafiah 2005).
pada temperatur 25oC. Sedangkan, DO optimal di Samudera Hindia
kadar oksigen (O2) terlarut dalam bernilai 2,90-5,54 ml/l pada kedalaman
perairan alami biasanya kurang dari 10 0-50 m. Sementara di Samudera Hindia
mg/l (Efendi, 2003). memiliki nilai oksigen maksimum pada
Faktor-faktor yang lapisan mixing di kedalaman 50-100m
mempengaruhi kadar oksigen (O2) mulai menurun kemudian stabil di
dalam perairan secara umum, yaitu kedalaman >100 m (Triyulianti dkk,
spesies, ukuran, jumlah pakan yang 2012).
dimakan, aktivitas, temperatur, dan Pada pukul 11.00 terjadi
sebagainya. Konsentrasi oksigen (O2) peningkatan DO secara ekstrim di
yang rendah dapat menyebabkan stress stasiun 6 karena pada waktu tersebut,
dan kematian pada ikan atau biota air tanaman air beserta fitoplankton dapat
20
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
Alkalinitas
160
140
120
Stasiun III
100
Stasiun VI
80
60
40
20
0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
21
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
tinggi atau kadar garam natrium yang maksimal sehingga kadar O2 menurun
tinggi (Effendi, 2003). sedangkan kebutuhan respirasi masih
Adapun nilai alkalinitas di tetap sehingga kadar CO2 lebih tinggi
permukaan laut di Samudera Hindia dan menyebabkan nilai alkalinitas
cenderung sama dengan di kolom menurun
perairan dengan kedalaman 1000 meter Nilai alkalinitas di stasiun 3
sedangan kedalamana yang memiliki cenderung lebih rendah daripada stasiun
variasi nilai alkalinitas perairan laut 6 ini dapat terjadi karena beberapa
alami (2.0 – 2.5 meq/L) di jumpai pada faktor seperti perbedaan tingkat
kedalaman 400 – 750 meter (Triyulianti ketelitian masing-masing praktikan dan
dkk, 2012). kelalaian dalam pengambilan sampel
Pada pukul 15.00 terjadi penurunan air. Sementara alkalali yang terbaik
alkalinitas yang disebabkan oleh hujan. berada di angka 80-120, hal tersebut
Penyebab lain dikarenakan kadar CO2 berarti stasiun 6 merupakan stasiun
tingggi karena pada saat itu tanaman air terbaik dalam hal nilai salinitas
tidak bisa melakukan fotosintesis secara dibandingkan dengan stasiun 3.
Larva ikan adalah telur ikan Faktor-faktor yang
yang baru menetas sampai pada ukuran mempengaruhi kehidupan larva ikan
0,5 gram/ekor atau sampai ukuran benih yaitu endogenus dan eksogenus.
yang siap untuk ditebar. Dalam Banyaknya mortalitas alami bagi telur
perjalanan hidupnya semua ikan dan larva ikan dalam populasi sangat
bermula dari telur. Daur hidup ikan laut dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor
dimulai dari telur yang selanjutnya endogeneous dan eksogenous. Faktor
menetas menjadi larva. Larva ini endogenous berperan penting
berkembang dengan menjalani melindungi suatu populasi untuk
perubahan morfologi dan fisiologi mendapatkan nutrisi sehingga terhindar
hingga kelak menjadi dewasa sebagai dari musuh pemangsa maupun dari
ikan yang berenang bebas di perairan bahaya yang lain. Faktor eksogenous
(Nontji, 1994). juga berperan dalam proses eksternal
biologis dan karakter fisik lingkungan.
22
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
23
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
yang dipaskan dengan mouth-reducing baterai atau generator arus searah (DC)
nose cones ditarik dengan kecepatan dengan daya sekitar 200 V/400 Hz dan
hingga 9 m/s. Dapat juga menggunakan gradien voltase berkisar antara 3,6 –
alat Electrofishing dengan prinsip 0,13 V/cm yang terhubung elektroda
kerjanya menggunakan aliran listrik (diameter 10 cm) dan jaring yang
untuk menangkap ikan. Unit mengerucut sejauh 1,2 m (McCarter dan
electrofishing secara umum terdiri atas Hay, 2003).
Kelimpahan Plankton
7000
6000
5000 Stasiun I
4000 Stasiun IV
3000
2000
1000
0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
0.5
0.4 Stasiun 1
Stasiun IV
0.3
0.2
0.1
0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
24
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
Indeks Dominansi
0.12
0.1
0.08 Stasiun I
Stasiun IV
0.06
0.04
0.02
0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
25
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
26
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
total individu dalam sampel Kisaran spesies yang terdapat dalam suatu
nilai indeks keanekaragaman (H’) komunitas. Indeks keseragaman (e)
berdasarkan rumus tersebut adalah merupakan pendugaan yang baik untuk
(Wheater et al, 2011): a. H’ < 1 = menentukan dominasi dalam suatu area.
Keanekaragaman rendah b. 1 ≤ H’ ≤ 3= Apabila satu atau beberapa jenis
Keanekaragaman sedang c. H’ > 3 = melimpah dari yang lainnya , maka
Keanekaragaman tinggi. Jika dilihat indeks keseragaman akan rendah.
dari hasil diversitas plankton yang di Perbedaan keseragaman dan diversitas
dapat pada praktikum ini menunjukkan plankton yaitu jika keseragaman
bahwa keanekaragammanya sangat plankton terdiri dari tiap individu dari
rendah. suatu spesies sedangkan diversitas atau
Keberadaan fitoplankton sangat keberagaman plankton terdiri dari
mempengaruhi kehidupan di perairan bermacam macam spesies. Teori
karena memegang peranan penting menyatakan bahwa jika nilai indeks
sebagai makanan bagi organisme laut. keseragaman melebihi 0,7
Berubahnya fungsi perairan sering mengindikasikan derajat keseragaman
diakibatkan oleh adanya perubahan komunitasnya tinggi (Insafitri, 2010).
struktur dan nilai kuantitatif fitoplakton. Sedangkan indeks keseragaman
Perubahan diversitas plankton di laut plankton yang didapat saat praktikum
dipengaruhi oleh aktivitas manusia, yaitu berkisar antara 0.15-045, maka
nutrient, tingkat asimilasi dan faktor derajat keseragaman komunitasnya
faktor oseanografi seperti suhu, rendah.
salinitas, DO (Djokosetiyanto, 2006). Menurut Odum (1996), indeks
Kandungan DO di Pantai Sepanjang dominasi digunakan untuk mengetahui
cukup baik sehingga diversitas plankton sejauh mana suatu spesies atau genus
di Pantai Sepanjang juga baik. Hal ini mendominasi kelompok lain. Metode
sudah sesuai dengan teori karena DO perhitungan yang digunakan adalah
mempengaruhi diversitas plankton. rumus indeks dominasi Simpson dengan
Indeks keseragaman adalah rumus :
komposisi tiap individu pada suatu
27
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
28
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
29
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
30
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
31
Jurnal Oseanografi, Volume 14, Nomor 944, Tahun 2019, Halaman 1-29
32