PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BPJS Kesehatan akan memberikan manfaat perlindungan sesuai dengan hak dan
ketentuan yang berlaku. Hak dapat diperoleh setelah perusahaan dan tenaga kerja
menyelesaikan kewajiban untuk membayar iuran. Dalam pelaksanaan BPJS, masih
ditemukan banyak masalah yang menyebabkan munculnya keluhan-keluhan dari masyarakat
diantaranya masalah yang bermuara pada defisit dana. Kebijakan menaikkan iuran dianggap
bukan solusi ampuh membenahi pengelolaan BPJS Kesehatan yang diharapkan semua pihak.
Defisit BPJS Kesehatan itupun dikeluhkan para praktisi bidang kesehatan, terutama
manajemen rumah sakit dan klinik swasta. Bahkan, sejalan dengan defisit tersebut, pada
tahun ini tunggakan BPJS Kesehatan kepada rumah sakit di seluruh Indonesia, makin
menumpuk. Berdasarkan catatan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi),
tunggakan BPJS Kesehatan pada 2019 telah mencapai Rp 9,15 triliun. Akibatnya, banyak
rumah sakit yang didera kendala operasional, seperti putusnya pasokan obat dari para vendor
karena ketiadaan dana, hingga tunggakan gaji kepada para dokter.
Di sisi lain, secara manajerial, BPJS Kesehatan juga memberikan imbas negatif
kepada klinik-klinik swasta. Saat ini, dengan menggenggam BPJS Kesehatan, masyarakat
lebih memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) di Puskesmas, dengan rujukan
langsung ke rumah sakit ,alhasil, lama kelamaan klinik-klinik swasta inipun rontok.
Untuk itu, kita perlu mengenal BPJS lebih dalam agar kita tidak hanya terikut dengan
keluhan-keluhan yang ada tetapi juga bisa ikut membantu menyelesaikan masalah secara
bersama. Melihat banyaknya masalah BPJS yang belum diketahui penyebabnya maka, dalam
makalah ini penyusun tertarik untuk membahas penyebab terjadinya defisit anggaran pada
BPJS bagaimana struktur organisasinya dan lain-lain. Karena untuk masuk dan ikut dalam
sebuah program pemerintah maupun program-program lainnya setidaknya kita sudah
mengetahui mengenai cara kerja program tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Defisit yang terjadi pada BPJS Kesehatan sejak didirikan pada tahun
2014 lalu disebabkan oleh beberapa hal :
Dari Pembahasan yang telah di paparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
defisit anggaran BPJS yang mempengaruhi iuran yang berdampak terjadinya kenaikan iuran
tidak akan terjadi apabila peserta BPJS patuh terhadap pembayaran iuran yang sudah
ditetapkan, sehingga tidak terjadi tunggakan BPJS yang sangat besar. kemudian sebaiknya
BPJS melakukan perhitungan yang akurat dalam menetapkan iuran peserta BPJS baik kelas
I kelas II, dan kelas III agar tidak kembali terjadi defisit akibat lebih besarnya beban yang
ditangung ketimbang iuran yang diterima dan juga regulasi dalam penggunaan
BPJS perlu di perhatikan
KUIS
FIRST TRAVEL & MIGAS
FIRST TRAVEL
Kasus ini dimulai dari ribuan calon jemaah yang gagal berangkat ke Tanah Suci untuk
menjalankan Ibadah Umroh. Agar calon jemaah ini dapat berangkat sesuai jadwal, maka First
Travel membutuhkan investor atau calon jemaah baru sehingga First Travel mempunyai dana
yang cukup. Ada 2 kesalahan fatal yang dilakukan oleh pemilik First Travel yaitu:
Dalam akuntansi dikenal prinsip entitas ekonomi. Akuntansi menyatakan bahwa perusahaan
adalah sebuah kesatuan ekonomi yang berdiri sendiri, terpisah dengan pribadi pemilik
ataupun entitas ekonomi yang lain. Akuntansi memisahkan dengan jelas antara kekayaan atau
aset perusahaan dan kekayaan pribadi pemilik perusahaan.
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh lembaga resmi Pemerintah yaitu PPATK
(Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) terungkap bahwa sebagian uang calon
jemaah First Travel yang belum berangkat, dipakai oleh pemilik First Travel untuk membeli
mobil, rumah dan barang mewah lain. PPATK juga mengungkapkan bahwa uang tersebut
juga dipakai untuk melakukan perjalanan ke luar negeri yang dilakukan oleh pemilik First
Travel.
Perbuatan yang dilakukan oleh pemilik First Travel sangat tidak sesuai dengan prinsip
akuntansi. Pemilik First Travel seharusnya mengatur keuangan perusahaan dengan bijak.
Uang setoran calon jemaah hanya boleh digunakan untuk pembiayaan Ibadah Umroh seperti
membayar tiket pesawat, membayar Hotel dan pembiayaan lain. Jika uang tersebut ingin
dikembangkan, uang tersebut dapat diinvestasikan dengan cara yang aman yaitu dengan cara
ditaruh di bank syariah dalam bentuk deposito. Investasi ini sangat aman karena simpanan di
bank dijamin oleh Pemerintah.
Sementara itu pemilik perusahaan hanya diperbolehkan untuk mendapatkan gaji, tunjangan,
bonus dan dividen. Pemilik perusahaan tidak boleh menggunakan uang milik perusahaan
untuk kepentingan pribadi walau pemilik perusahaan mempunyai kuasa untuk melakukan hal
tersebut. Jika pemilik perusahaan memaksa untuk menggunakan uang perusahaan maka
kematian perusahaan tinggal menunggu waktu.
Polisi sudah menetapkan adik pemilik First Travel adalah Komisaris merangkap Direktur
Perusahaan. Rangkap jabatan ini adalah suatu hal yang tidak boleh terjadi. Hal ini karena
Komisaris bertugas untuk mengawasi Direksi. Hal ini menunjukkan internal kontrol tidak ada
sama sekali, tidak ada pihak yang mengawasi Direksi.
UU Perseroan Terbatas telah mengatur fungsi dari komisaris yaitu melakukan pengawasan
atas 2 hal, yaitu kebijakan yang diambil oleh direksi dan operasional perusahaan. Hal ini
dilakukan untuk kepentingan perusahaan. Komisaris juga berwenang untuk memberikan
nasihat kepada Direksi agar terhindar dari kerugian.
Pemilik First Travel seharusnya menunjuk seseorang untuk menjalankan tugas sebagai bagian
keuangan dan menunjuk pihak lain sebagai Komisaris. Fungsi pengawasan ini sangat penting
dan harus dilakukan karena perusahaan membutuhkan pihak atau seseorang untuk
mengingatkan apabila ada kesalahan dalam operasional perusahaan. Hal ini agar perusahaan
terhindar dari kesulitan atau masalah besar. Apabila dirasakan perlu, maka pemilik
perusahaan dapat menunjuk kantor akuntan publik sebagai auditor untuk melakukan audit
keuangan. Hal ini untuk memastikan laporan keuangan perusahaan dalam keadaan wajar
sehingga dapat dipercaya untuk mengambil keputusan.