Anda di halaman 1dari 19

Pengakuan Pendapatan dan Beban

Pada prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognation principle), umumnya pendapatan


diakui pada saat
 Pendapatan dianggap direalisasikan apabila barang dan jasa, barang dagangan, atau harta
lain ditukar dengan kas atau klaim atas kas; Pendapatan dianggap dapat direalisasikan
apabila aktiva yang diterima dalam pertukaran segera dapat konversi (siap ditukar)
menjadi kas atau klaim atas kas dengan jumlah yang diketahui;
 Pendapatan dianggap dihasilkan (earned) apabila entitas bersangkutan pada hakikatnya
telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan untuk mendapat hak atas manfaat
yang dimiliki oleh pendapatan itu, yakni apabila proses menghasilkan laba telah selesai
atau sebenarnya telah selesai.

Empat transaksi pendapatan telah diakui sesuai dengan prinsip di atas, yaitu:
 Pendapatan dari penjualan produk diakui pada tanggal penjualan, yang biasanya
diinterpretasikan sebagai tanggal penyerahan pada pelanggan.
 Pendapatan dari pemberian jasa diakui ketika jasa diakui ketika jasa-jasa itu telah
dilaksanakan dan dapat ditagih.
 Pendapatan dari mengizinkan pihak lain untuk menggunakan aktiva perusahaan seperti
bunga, sewa dan royalti diakui sesuai dengan berlakunya waktu atau ketika aktiva itu
digunakan.
 Pendapatan dari pelepasan aktiva selain produk diakui pada tanggal penjualan.

PSAK 23 mengatur pengakuan pendapatan yang dibagi dalam 3 peristiwa ekonomi yang
menyebabkan timbulnya transaksi::
1) Penjualan Barang
Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi:
a. perusahaan telah memindahkan risiko dan kepemilikan barang secara signifikan
kepada pembeli;
b. perusahaan tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan
kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang
yang dijual.
c. jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
d. kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi akan
mengalir kepada perusahaan
e. biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan
tersebut dapat diukur dengan andal.

2) Penjualan Jasa
Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal,
maka pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan
pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan. Hasil transaksi
dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:
a. jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
b. kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
mengalir ke perusahaan;
c. tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir pelaporan dapat diukur
dengan andal; dan
d. biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan
transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.

Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan
andal, pendapatan yang diakui hanya sebesar beban yang telah diakui yang dapat
dipulihkan.

3) Bunga, Royalti dan Dividen


Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset perusahaan oleh pihak-pihak lain yang
menghasilkan bunga, royalti dan dividen harus diakui atas dasar yang dijelaskan di
paragraf 29 jika:
a. kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
mengalir ke perusahaan.
b. jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.

Pendapatan harus diakui dengan dasar sebaqai berikut:


a. bunga diakui dengan metode suku bunga efektif sebagaiman yang dijelaskan di
PSAK 55: isntrument keuangan: pengakuan dan pengukuran paragraf 08 dan PA
17 sampai PA 20;
b. royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang
relevan; dan
c. deviden diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran
ditetapkan.

Pengukuran Pendapatan
Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.
Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan
antara entitas dan pembeli atau pengguna aset tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai
wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima oleh entitas dikurangi jumlah diskon dagang
dan rabat volume yang diperbolehkan oleh entitas.
Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan
adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. Namun, jika arus
masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, maka nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin
kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau dapat diterima. Misalnya, entitas dapat
memberikan kredit bebas bunga kepada pembeli atau menerima wesel tagih dari pembeli dengan
tingkat bunga dibawah pasar sebagai imbalan dari penjualan barang. Jika perjanjian tersebut
secara efektif merupakan transaksi keuangan, maka nilai wajar imbalan ditentukan dengan
pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan dengan menggunakan tingkat bunga tersirat
(imputed). Tingkat bunga tersirat yang digunakan adalah yang paling mudah ditentukan antara:
a. tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen serupa dari penerbit dengan penilaian kredit
yang sama; atau
b. tingkat bunga yang mendiskonto nilai nominal instrumen tersebut ke harga jual tunai saat
ini dari barang atau jasa.

Perbedaan antara nilai wajar dan jumlah nominal dari imbalan tersebut diakui sebagai
pendapatan bunga sebagaimana dijelaskan paragraf 30 dan 31, dan sesuai PSAK 55 (revisi
2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
Jika barang atau jasa dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat dan nilai yang
serupa, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi yang menghasilkan
pendapatan. Hal ini sering terjadi dengan komoditas seperti minyak atau susu di mana penyalur
menukarkan persediaan di beberapa lokasi untuk memenuhi permintaan dengan dasar tepat
waktu dalam suatu lokasi. Jika barang dijual dan jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan
barang atau jasa yang tidak serupa, maka pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang
menghasilkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa
yang diterima, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang dialihkan.
Ketika nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima tidak dapat diukur secara andal, maka
pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan
dengan jumlah kas atau setara kas yang dialihkan.

Kieso mengklasifikasikan pengakuan pendapatan yang sering dilakukan perusahaan menjadi


4 bagian sebagai berikut:
1. Pengakuan pendapatan pada saat penjualan (penyerahan)
Pendapatan dari aktivitas pabrikasi serta penjualan umumnya diakui pada saat penjualan
(point of sell) yang biasanya berarti terjadi penyerahan. Namun timbul masalah dalam
pelaksanaannya yang disebabkan oleh tiga situasi yaitu :
a. Penjualan dengan Perjanjian Beli Kembali
Dalam situasi ini, hak milik legal telah berpindah pada pembeli namun resiko
kepemilikan tetap berada pada penjual. Untuk itu jika terjadi perjanjian beli kembali
dengan harga tertntu dan harga tersebut dapat menutupi semua biaya persediaan ditambah
biaya kepemilikan yang terkait, maka persediaan dan kewajiban yang terkait itu tetap ada
dalam pembukuan penjualan dengan kata lain tidak terjadi penjualan.
b. Penjualan dengan hak retur
Perlakuan akuntansi untuk situasi seperti ini sebenarnya normal, namun jika
tingkat retur tinggi maka perlu dilakukan penundaan pelaporan penjualan sampai hak
retur habis masa berlakunya. Untuk itu terdapat tiga metode pengakuan pendapatan
alternative jika penjual mengalami situasi ini yaitu :
i. Tidak mencatat penjualan sampai seluruh hak retur habis masa berlakunya;
ii. Mencatat penjualan, tetapi mengurangi penjualan dengan estimasi retur dimasa
depan; dan
iii. Mencatat penjualan serta memperhitungkan retur pada saat terjadi.
Jika terjadi penjualan dengan hak retur maka pendapatan dari transaksi penjualan
diakui pada saat penjualan jika memenuhi keenam kondisi sebagai berikut :
i. Harga penjual kepada pembeli relatif tetap (fixed) atau dapat ditentukan pada tanggal
penjualan;
ii. Pembeli sudah membayar penjual, atau pembeli berkewajiban untuk membayar
penjual, dan kewajiban itu tidak bergantung pada penjualan kembali produk tersebut;
iii. Kewajiban pembeli pada penjual tidak akan berubah apabila terjadi pencurian atau
kerusakan atau rusaknya fisik produk;
iv. Pembeli yang memperoleh produk untuk dijual kembali memiliki substansi ekonomi
yang terpisah dari yang diberikan oleh penjual;
v. Penjual tidak memiliki kewajiban yang signifikan atas kinerja masa depan yang
secara langsung menyebabkan penjualan kembali produk itu oleh pembeli; dan
vi. Jumlah retur dimasa depan dapat diestimasi secara layak.
Jika pendapatan penjualan dan harga pokok penjualan tidak diakui karena keenam
kondisi tidak dipenuhi harus diakui ketika hak retur secara substansial telah habis masa
berlakunya atau kemudian keenam kondisi ini dapat dipenuhi.
c. Trade Loading
Trade Loading dan Channel Stuffing merupakan praktik yang gila; licik; dan tidak
ekonomis; melalui praktik ini pabrikan membujuk (dengan penjualan, laba, dan pangsa
pasar yang sebenarnya tidak mereka miliki) pelanggan mereka untuk membeli produk
dari pada yang bisa mereka jual kembali atau dengan kata lain mencatat pembukuan hari
ini untuk pendapatan yang akan datang.
2. Pengakuan pendapatan sebelum penyerahan
Contoh yang paling konkrit dari pengakuan pendapatan sebelum penyerahan adalah
”akuntansi kontrak konstruksi jangka panjang”. Kontrak jangka panjang sering kali
menetapkan bahwa penjual (kontraktor) dapat menagih pembeli pada selang waktu ketika
berbagai tahap dari proyek yang telah dicapai. Terdapat dua metode akuntansi untuk kontrak
kontruksi jangka panjang yang diakui oleh profesi akuntansi, yaitu:
a. Metode persentase penyelesaian
Pendapatan dan laba kotor diakui setiap periode berdasarkan kemajuan proses
kontruksi, yaitu persentase penyelesaian. Metode ini digunakan hanya jika estimasi
kemajuan kearah penyelesaian, pendapatan, serta biaya secara layak dapat dipercaya, dan
memenuhi syarat-syarat berikut :
i. Kontrak itu secara jelas menetapkan hak-hak yang dapat dipaksakan
pemberlakuannya mengenai barang atau jasa yang diberikan dan diterima oleh pihak
yang terlibat dalam kontrak, imbalan yang akan dipertukarkan, serta cara dan cara
penyelesaian;
ii. Pembeli dapat diharapkan untuk memenuhi semua kewajiban dalam kontrak; dan
iii. Kontraktor dapat diharapkan untuk melaksanakan kewajiban kontraktual tersebut.
b. Metode kontrak selesai
Pendapatan dan laba kotor hanya diakui pada saat kontrak diselesaikan.
Metode ini hanya digunakan jika:
i. suatu entitas terutama memiliki kontrak jangka pendek, atau
ii. syarat-syarat untuk menggunakan metode persentase penyelesaian tidak dapat
terpenuhi, atau
iii. terdapat bahaya yang melekat dalam kontrak itu di luar resiko bisnis normal dan
berulang.

Dalam PSAK, pengakuan pendapatan sebelum penyerahan ini diatur dalam PSAK 34:
Akuntansi Kontrak Konstruksi.
3. Pengakuan pendapatan setelah penyerahan
Dalam beberapa kasus, hasil penagihan atas harga jual tidak dapat dipastikan secara
layak sehingga pengakuan pendapatan akan ditangguhkan. Ada dua metode yang dapat
digunakan dalam menagguhkan pengakuan pendapatan sampai kas diterima, yaitu:
a. Metode akuntansi penjualan cicilan (installment sales method)
Dalam metode akuntansi penjualan cicilan mengakui laba dalam periode penagihan
bukan dalam periode penjualan. Metode akuntansi penjualan cicilan dibenarkan atas dasar
bahwa jika tidak ada pendekatan yang layak untuk mengestimasi tingkat ketertagihan,
pendapatan tidak boleh diakui sampai kas berhasil ditagih.
b. Metode pemulihan biaya (cost recovery method)
Dalam metode pemulihan biaya, tidak ada laba yang diakui sampai pembayaran kas oleh
pembeli melebihi harga pokok barang dagang yang dijual bagi penjual. Setelah seluruh
biaya dipulihkan, setiap penagihan kas tambahan dimasukkan dalam laba. Laporan laba rugi
untuk periode penjualan melaporkan pendapatan penjualan, harga pokok penjualan, serta
laba kotor baik jumlah yang diakui selama periode berjalan maupun jumlah yang
ditangguhkan. Laba kotor yang ditangguhkan dikurangkan dari piutang terkait dengan
neraca. Laporan laba rugi selanjutnya melaporkan laba kotor sebagai pos pendapatan
terpisah apabila laba kotor diakui pada saat dihasilkan.
Dalam beberapa situasi kas diterima sebelum penyerahan atau pengalihan properti
dan dicatat sebagai simpanan karena transaksi penjualan tersebut belum selesai. Cara ini
disebut metode simpanan (deposit method). Menurut metode ini penjualan melaporkan kas
yang diterima dari pembeli sebagai uang tanggungan atas kontrak dan
mengklasifikasikannya dalam neraca. Selain itu, penjual juga mencatat beban penyusutan
sebagai biaya periode untuk properti tersebut. Menurut metode ini tidak ada pendapatan atau
laba yang harus diakui sampai penjualan selesai. Pada saat itu akun simpanan ditutup dan
salah satu metode pengakuan pendapatan diatas diterapkan.

4. Pengakuan pendapatan untuk transaksi penjualan khusus


a. Waralaba
Peruasahaan waralaba memperoleh pendapatan dari sumber-sumber berikut, yaitu : (1)
dari penjualan waralaba awal dan aktiva atas jasa terakit; dan (2) dari iuran (fee)
berkesinambungan yang didasarkan pada pengoperasian waralaba. Franchisor adalah pihak
yang memberikan hak bisnis dalam waralaba, dan franchisee adalah pihak yang
megoperasikan bisnis warlaba.
Dalam perjanjian waralaba iuran awal dicatat sebagai pendapatan hanya bila dan ketika
franchisor melaksanakan pelaksanaan substansial jasa yang wajib ia laksanakan dan
penagihan iuran dapat dipastikan secara layak. Iuran waralaba yang berkesinambungan diakui
sebagai pendapatan saat dihasilkan dan dapat ditagih dari franchisee.
b. Konsinyasi
Dalam perjanjian konsinyasi, Consignor (pabrikan) mengirim barang dagang kepada
Consignee (dealer) yang bertindak sebagai agen yang menerima barang dagang dan setuju
untuk menjual dan menjaga barang tersebut. Kas yang diterima dari pelanggan dikirim
kepada consignor setelah dikurangi komisi penjualan dan semua beban yang dapat dikenakan.
Pendapatan hanya diakui setelah consignor menerima pemberitahuan penjualan dan
pengiriman kas dari consignee.
Akuntansi Pajak Penghasilan

Berdasarkan PSAK 46, Pajak Penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan
peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas laba kena pajak entitas. Pajak penghasilan
dapat dipandang sebagai biaya operasi perusahaan atau sebagai pembagian laba oleh pemilik
perusahaan kepada pemerintah. Pandangan pertama lebih diterima oleh masayarakat bisnis,
karena pajak penghasilan dikenakan oleh pemertintah terhadap semua perusahaa dan merupakan
biaya yang diperlukan untuk menjalangkan perusahaan di masyarakat. Karena pajak penghasilan
mempengaruhi semua perusahaan akuntansi untuk pajak penghasilan sangat penting dan
diperlukan.
Penerapan aturan perpajakan seringkali akan mengakibatkan jumlah laba kena pajak
berbeda dengan laba sebelum pajak yang dilaporkan dalam rugi-laba, atau sering juga disebut
laba akuntansi. Laba kena pajak ditentukan oleh peraturan perundangan yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Beban pajak menurut PSAK No. 46 terdiri dari beban pajak kini dan beban pajak
tangguhan.

Pengakuan
a. Aset Pajak Kini dan Liabilitas Pajak Kini
Menurut PSAK No. 46, Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan terutang atas
laba kena pajak untuk satu periode. Jumlah pajak kini dan periode lalu harus diakui
sebagai liabialitas. Jika jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode kini dan periode
lalu melebihi jumlah pajak yang terutang untuk periode tersebut maka selisihnya diakui
sebagai aset. Manfaat terkait dengan pajak yang dapat diakui ditarik untuk memulihkan
pajak kini dari periode sebelumnya diakui sebagai aset.

b. Aset Pajak Tangguhan dan Liabilitas Pajak Tangguhan


Menurut PSAK No. 46, Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak
penghasilan terutang pada periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer
kena pajak. Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terpulihkan pada
periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan,
akumulasi kerugian pajak belum dikompensasi dan akumulasi kredit pajak belum
dimanfaatkan dalam hal peraturan perpajakan mengizinkan.
Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau liabilitas
dalam laporan posisi keuangan dan adasr pengenaan pajaknya. Semua perbedaan
temporer kena pajak diakui sebagai liabilitas pajak tangguhan kecuali temporer kena
pajak yang berasal dari :
a. Pengakuan awal goodwill
b. Pada waktu transaksi tidak mempengaruhi laba akuntansi dan laba kena pajak.
Namun untuk perbedaan temporer kena pajak terkait dengan investasi pada entitas
anak, cabang dan entitas asosiasi, dan bagian partisipasi dalam ventura bersama, liabilitas
pajak tangguhan diakui sesuai dengan paragraf 41.

Pengakuan Pajak Kini dan Pajak Tangguhan


a. Pos yang diakui dalam laba rugi
Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai pajak penghasilan atau beban
dalam laba rugi periode, kecuali sepanjang pajak penghasilan yang berasal dari suatu
transaksi atau kejadian yang diakui pada periode yang sama atau berbeda diluar laba rugi
baik dalam pendapatan komprehensif lain maupun secara langsung diekuitas, dan suatu
kombinasi bisnis.
b. Pos yang diakui diluar laba rugi
Pajak kini dan tangguhan diakui diluar laba rugi jika pajak terkait dasar pos yang
pada periode yang sama atau berbeda diakui diluar laba rugi. Oleh karena itu pada
periode yang sama atau berbeda pajak kini dan pajak tangguhan terkait dengan pos diakui
dalam pendapatan komprehensif lain, dan diakui langsung di ekuitas.

Pengukuran
Liabilitas pajak kini untuk periode berjalan dan periode lalu diukur sebesar jumlah
ekspektasi dibayarkan kepada otoritas perpajakan yang dihitung menggunakan tarif pajak
yang telah berlaku atau secara substantif telah berlaku pada akhir periode pelaporan.
Aset dan liabilitas pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tariif pajak yang
diekspektasikan berlaku ketika aset dipulihkan atau liabilitas diselesaikan, yaitu dengan tarif
pajak yang telah berlaku atau secara substantif telah berlaku pada akhir periode pelaporan.
Pengukuran aset dan liabilitas pajak tangguhan mencerminkan konsekuensi pajak yang
sesuai dengan cara entitas mengekspektaskan pada akhir periode pelaporan, untuk
memulihkan atau menyesuaikan jumlah tercatat aset dan liabilitasnya.
Penyajian Aset dan Liabilitas pajak
Entitas melakukan saling hapus atau aset pajak kini dan liabilitas pajak kini jika dan
hanya jika entitas :
a. Memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk melakukan saling hapus atas
jumlah yang diakui.
b. Bermaksud untuk mnyelesaikan dengan dasar neto atau merealisasikan aset dan
menyelesaikan liabilitas secara bersamaan.
Entitas melakukan saling hapus aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan jika
dan hanya jika:
a. Entitas memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk melakukan saling hapus
aset pajak kini terhadap liabilitas pajak kini.
b. Aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan terkait dengan pajak penghasilan
yang dikenakan oleh otoritas perpajakan yang sama atas entitas kena pajak yang sama
atau entitas kena pajak yang berbeda yang bermaksud untuk memulihkan aset dan
liabilitas pajak kini dengan dasar neto atau merealisasikan aset dan menyelesaikan
liabilitas secara bersamaan, pada setiap periode mendatang dimana jumlah signifikan atas
aset atau liabilitas pajak tangguhan diperkirakan untuk diselesaikan atau dipulihkan.
Beban pajak
Beben pajak terkait dengan laba rugi dari aktivitas normal. Beban pajak terkait dengan
laba rugi dari aktivitas normal disajikan sendiri dalam laa rugi komprehensif. Jika entitas
menyajikan komponen laba rugi pada laporan laba rugi secara terpisah sebagaimana
dijelaskan dalam PSAK 1 maka beban pajak terkait dengan laba rugi dari aktivitas normal
disajikan dalam laporan laba rugi terpisah tersebut.

Pengungkapan
Komponen beban pajak dapat mencakup :
a. Beban pajak kini
b. Penyesuaian yang diakui pada periode atas pajak kini yang berasal dari periode lalu.
c. Jumlah beban pajak tangguhan yang berasal dari timbulnya perbedaan temporer dan
pembalikannya.
d. Jumlah beban pajak tangguhan terkait dengan perubahan tarif pajak atau penerapan
peraturan pajak baru.
e. Jumlah manfaat yang timbul dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit pajak
atau perbedaan temporer suatu periode lalu yang digunakan untuk mengurangi beban
pajak kini.
f. Jumlah manfaat dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit pajak, atau
perbedaan temporer suatu periode lalu yang digunakan untuk mengurangi beban pajak
tangguhan.
g. Beban pajak tangguhan ditimbulkan dari penurunan atau pembalikan penururnan
sebeblumnya atas aset pajak tangguhan sesuai dengan paragraf 59.
h. Jumlah beban terkait dengan perubahan kebijakan akuntansi dan kesalahan yang termasuk
dalam laba rugi sesuai dengan PSAK 25 karena tidak dapat diperlakukan secara
retrospektif.

Berikut hal-hal yang juga diungkapkan secara terpisah :


a. Agregat pajak kini dan pajak tangguhan yang berasal dari transaksi-transaksi yang
langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas.
b. Jumlah pajak penghasilan terkait dengan setiap komponen pendapatan komprehensif lain.
c. Penjelasan mengenai hubungan antara beban (penghasilan) pajak dan laba akuntansi
dalam salah satu atau kedua bentuk berikut ini:
- Rekonsiliasi antara beban (penghasilan) pajak dengan hasil perkalian laba akuntansi
dan tarif pajak yang berlaku, dengan mengungkapkan dasar penghitungan tarif pajak
yang berlaku atau,
- Rekonsiliasi antara tarif pajak efektif rata-rata (average effective tax rate) dan tarif
pajak yang berlaku, dengan mengungkapkan dasar penghitungan tarif pajak yang
berlaku.
d. Penjelasan mengenai perubahan tarif pajak yang berlaku dan perbandingan dengan tarif
pajak yang berlaku pada periode akuntansi sebelumnya.
e. Jumlah (dan tanggal kadaluwarsa, jika ada) perbedaan temporer yang boleh dikurangkan
dan sisa rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikut, yang tidak diakui sebagai asset
pajak tangguhan dalam laporan keuangan.
f. Jumlah agrerat perbedaan temporer yang terkait dengan investasi pada entitas anak,
cabang dan entitas asosiasi yang bagian partisipasi dalam ventura bersama atas liabilitas
pajak tangguhan yang belum diakui.
g. Berkenaan dengan setiap jenis perbedaan temporer dan berkenaan dengan setiap jenis
rugi pajak belum dikompenasasi dan kredit pajak belum dimanfaatkan :
i. Jumlah aset dan liabilitas pajak tangguhan yang diakui pada laporan posisi keuangan
untuk periode sajian.
ii. Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang diakui pada laporan laba rugi
apabila jumlah tersebut tidak terlihat dari perubahan jumlah sset atau liabilitas pajak
tangguhan yang diakui dalam laporan posisi keuangan.
h. Berkenaan dengan operasi yang dihentikan, beban pajak terkait untuk:
i. Keuntungan atau kerugian atas penghentian.
ii. Laba atau rugi dari aktivitas normal operasi yang tidak dilajutkan untuk periode
pelaporan, bersama dengan jumlah terkait selama periode sajian.
iii. Jumlah konsekuensi pajak penghasilan atas deviden kepada pemegang saham entitas
yang diusulkan atau diumumkan sebelum laporan keuangan diotoriasasi untuk terbit
namun tidak diakui sebagai liabilitas dalam laporan keuangan.
i. Jika kombinasi bisnis dimana entitas adalah pihak pengakuisisi yang menyebabkan
perubahan pada jumlah pengakuan untuk aset pajak tangguhan prakuisisi jumlah
pengakuan tersebut.
j. Jika manfaat pajak tangguhan yang diperoleh dalam kombinasi bisnis tidak diakui pada
tanggal akuisisi tetapi diakui setelah tanggal akuisisi, peristiwa atau perubahan keadaan
yang menyebabkan manfaat pajak tangguhan diakui.

Entitas mengungkapkan jumlah pajak aset tangguhan dan sifat bukti yang mndukung
pengakuannya jika :
a. Penggunaan aset pajak tangguhan bergantung pada apakah laba kena pajak mendatang
melebihi laba dari pembalikan perbedaan temporrer kena pajak yang telah ada.
b. Entittas telah mengalami kerugian pada periode kini atau periode sebelumnya dimana
aset pajak tangguhan terkait.
Entitas mengungkapkan sifat konsekuensi pajak penghasilan potensial yang ditimbulkan
dari pembayaran deviden kepada pemegang sahamnya. Selain itu entitas mengungkapkan jumlah
konsekuensi pajak penghasilan potensial yang dapat ditentukan secara praktis dan apakah ada
konsekuensi pajak penghasilan lain yang tidak dapat ditentukan secara praktis.
Perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan

Perubahan Kebijakan Akuntansi


Menurut PSAK 25, kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, peraturan, dan
praktik tertentu yang diterapkan entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Entitas mengubah suatu kebijakan akuntansi hanya jika perubahan tersebut dipersyaratkan oleh
suatu PSAK atau menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang andal dan
lebih relevan tentang dampak transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya terhadap posisi keuangan,
kinerja keuangan atau arus kas entitas.
Pemakai laporan keuangan perlu untuk mampu membandingkan laporan keuangan entitas
sepanjang waktu untuk mengetahui posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kasnya. Oleh
karena itu, kebijakan akuntansi yang sama diterapkan pada setiap periode dan dari suatu periode
dengan periode berikutnya.
Penerapan Perubahan Kebijakan Akuntansi
a. entitas mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari penerapan awal suatu PSAK
sebagaimana yang diatur dalam ketentuan transisinya jika ada dalam PSAK tersebut, dan
b. entitas mengubah kebijakan akuntansi untuk penerapan awal suatu PSAK yang tidak
mengatur ketentuan transisi untuk perubahan tersebut, atau perubahan kebijakan
akuntansi secara sukarela, diterapkan secara retrospektif.
Ada tiga pendekatan yang mungkin untuk melaporkan perubahan kebijakan akuntansi menurut
Kieso, yaitu:
a. Laporan perubahan saat ini. Dalam pendekatan ini, perusahaan melaporkan efek
kumulatif dari perubahan dalam laporan laba rugi tahun berjalan. efek kumulatif adalah
perbedaan pendapatan tahun sebelumnya antara kebijakan akuntansi baru diadopsi dan
kebijakan akuntansi sebelumnya. Dalam pendekatan ini, efek dari perubahan pendapatan
tahun sebelumnya hanya muncul dalam laporan laba rugi tahun berjalan. Perusahaan
tidak mengubah laporan keuangan tahun sebelumnya.
b. Laporan perubahan secara retrospektif. Penerapan secara retrospektif menerapkan
kebijakan akuntansi yang berbeda untuk menyusun kembali laporan keuangan yang telah
diterbitkan sebelumnya seolah-olah kebijakan tersebut telah diterapkan. Dengan kata lain,
perusahaan melakukan penyesuaian terhadap tahun sebelumnya dengan kebijakan baru
yang diadopsi secara konsisten.
c. Perubahan Laporan prospektif (di masa depan). Dalam pendekatan ini, melaporkan
laporan keuangan yang sama. Akibatnya, perusahaan tidak melakukan penyesuaian untuk
mencerminkan perubahan kebijakan akuntansi. Para pendukung pendekatan ini
berpendapat bahwa manajemen hanya sekali menyajikan laporan keuangan berdasarkan
kebijakan akuntansi yang berlaku dan hal tersebut merupakan final, manajemen tidak
dapat mengubah periode sebelumnya dengan mengadopsi kebijakan baru.

Pengungkapan
Ketika penerapan awal suatu PSAK memiliki dampak pada periode berjalan atau periode
lalu, akan memiliki dampak semacam itu kecuali tidak praktis untuk menentukan jumlah
penyesuaian, atau memiliki dampak pada periode mendatang, entitas mengungkapkan:
a. Judul PSAK.
b. Ketika dapat diterapkan, bahwa perubahan kebijakan akuntansi dilakukan sesuai dengan
ketentuan transisinya.
c. Sifat dari perubahan kebijakan akuntansi.
d. Ketika dapat diterapkan, penjelasan ketentuan transisi.
e. Ketika dapat diterapkan, ketentuan transisi yang memiliki dampak pada periode
mendatang.
f. Untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian,sepanjang praktis, jumlah
penyesuaian untuk setiap item laporan keuangan yang terkena dampak dan jika PSAK 56:
Laba per Saham diterapkan, laba per saham dasar dan dilusian.
g. Jumlah penyesuaian terkait dengan periode-periode sebelum disajikan, sepanjang praktis.
h. Jika penerapan retrospektif tidak praktis untuk suatu periodelalu tertentu, atau periode-
periode sebelum disajikan,keadaan yang mendorong ke keberadaan kondisi itudan
penjelasan bagaimana dan mulai kapan perubahan kebijakan akuntansi diterapkan.
Laporan keuangan periode selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan di atas.

Ketika perubahan kebijakan akuntansi sukarela memiliki dampak pada periode berjalan
atau pada periode berlalu, akan memiliki dampak terhadap periode tersebut kecuali tidak praktis
untuk menentukan jumlah penyesuaian, atau mungkin memiliki dampak pada periode
mendatang, maka entitas mengungkapkan:
a. Sifat dari perubahan kebijakan akuntansi
b. Alasan kenapa penerapan kebijakan akuntansi baru memberikan informasi yang andal
dan lebih relevan
c. Jumlah penyesuaian untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian, sepanjang
praktis: penyesuaian untuk setiap pos laporan keuangan yang terpengaruh dan
penyesuaian laba per saham dasar dan dilusian jika PSAK 56: Laba per Saham di
terapkan atas entitas.
d. Jumlah penyesuaian yang terkait dengan periode-periode sebelum periode tersebut
disajikan, sepanjang praktis
e. Keadaan yang membuat keberadaan kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan sejak
kapan perubahan kebijakan akuntansi diterapkan, jika penerapanretrospektif tidak praktis
untuk suatu periode tertentu, atau untuk periode-periode sebelum periode-periode
tersebut disajikan.

Laporan keuangan periode selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan ini.Ketika


entitas belum menerapkan suatu PSAK baru yang telah diterbitkan tetapi belum efektif berlaku,
maka entitas mengungkapkan:
a. Fakta tersebut
b. Informasi relevan yang dapat diestimasi secara wajar atau dapat diketahui untuk menilai
dampak yang mungkin atas penerapan PSAK baru tersebut pada laporan keuangan pada
periode awal penerapannya.
Koreksi Kesalahan
Kesalahan dapat timbul dalam pengakuan, pengukuran, penyajian atau pengungkapan unsur-
unsur laporan keuangan. Laporan keuangan tidak sesuai dengan SAK jika mengandung
kesalahan material atau tidak material yang disengaja untuk mencapai suatu penyajian laporan
posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas tertentu. Potensi kesalahan periode berjalan
yang ditemukan pada periode itu dikoreksi sebelum laporan keuangan diterbitkan. Namun,
kesalahan material yang kadang kala tidak ditemukan sampai suatu periode kemudian, dan
kesalahan periode lalu dikoreksi pada informasi komparatif sajian pada laporan keuangan
periode selanjutnya tersebut.
Entitas mengoreksi kesalahan material periode lalu secara retrospektif pada laporan keuangan
lengkap pertama yang diterbitkan setelah ditemukannya dengan:
a. Menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode lalu sajian dimana kesalahan
terjadi.
b. Jika kesalahan terjadi sebelum periode lalu sajian paling awal, maka menyajikan
kembali saldo awal aset, liabilitas, dan ekuitas untuk periode lalu sajian paling awal.
Koreksi kesalahan berbeda dengan perubahan estimasi akuntansi. Estimasi akuntansi sesuai
dengan sifatnya merupakan perkiraan yang perlu direvisi akibat tambahan informasi yang
diketahui kemudian. Misalnya, laba atau rugi yang diakui akibat hasil suatu kontinjensi adalah
bukan koreksi kesalahan. Pengungkapan Kesalahan Periode Lalu Entitas mengungkapkan hal-hal
berikut:
a. Sifat kesalahan periode lalu.
b. untuk setiap periode sajian, sepanjang praktis, jumlah koreksi.
c. untuk setiap item laporan keuangan yang terpengaruh;dan
d. jika menerapkan PSAK 56: Laba Per Saham,maka mengungkapkan laba per saham dasar
dan dilusian.
e. jumlah koreksi pada awal periode sajian paling awal.
f. jika penyajian-kembali retrospektif tidak praktis untuk suatu periode tertentu, keadaan
yang membuat keberadaan kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan sejak kapan
kesalahan telah dikoreksi. Laporan keuangan periode berikutnya tidak perlu mengulang
pengungkapan ini.
Kesalahan di dalam laporan keuangan merupakan akibat dari kekeliruan atau kelalaian
yang terjadi di dalam proses akuntansinya. Termasuk kesalahan di dalam laporan keuangan,
antara lain:
a. kekeliruan perhitungan, kekeliruan di dalam menerapkan prinsip atau metode akuntansi,
b. kekeliruan atau kesalahan di dalam menggunakan fakta yang ada pada saat penyusunan
laporan keuangan. Suatu perubahan prinsip atau metode akuntansi yang tidak akseptabel
dengan prinsip atau metode akuntansi yang akseptabel, juga diklasifikasi sebagai
kesalahan (dalam hal ini merupakan kesalahan di dalam menerapkan prinsip atau metode
akuntansi).

Efek atau akibat dari kesalahan di dalam menggunakan fakta yang ada termasuk dalam
kategori kesalahan, sedang efek atau akibat tersedianya informasi atau fakta yang baru termasuk
dalam kategori perubahan estimasi. Membedakan antara kesalahan dengan perubahan estimasi
mutlak diperlukan, karena masing-masing memerlukan metode dan perlakuan akuntansi yang
berbeda.
Referensi
 PSAK 23,25,46
 Kieso, Weygandt, Warfield, Akuntansi Intermediet, 2002
 Berbagai sumber lain di internet

Anda mungkin juga menyukai