Empat transaksi pendapatan telah diakui sesuai dengan prinsip di atas, yaitu:
Pendapatan dari penjualan produk diakui pada tanggal penjualan, yang biasanya
diinterpretasikan sebagai tanggal penyerahan pada pelanggan.
Pendapatan dari pemberian jasa diakui ketika jasa diakui ketika jasa-jasa itu telah
dilaksanakan dan dapat ditagih.
Pendapatan dari mengizinkan pihak lain untuk menggunakan aktiva perusahaan seperti
bunga, sewa dan royalti diakui sesuai dengan berlakunya waktu atau ketika aktiva itu
digunakan.
Pendapatan dari pelepasan aktiva selain produk diakui pada tanggal penjualan.
PSAK 23 mengatur pengakuan pendapatan yang dibagi dalam 3 peristiwa ekonomi yang
menyebabkan timbulnya transaksi::
1) Penjualan Barang
Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi:
a. perusahaan telah memindahkan risiko dan kepemilikan barang secara signifikan
kepada pembeli;
b. perusahaan tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan
kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang
yang dijual.
c. jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
d. kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi akan
mengalir kepada perusahaan
e. biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan
tersebut dapat diukur dengan andal.
2) Penjualan Jasa
Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal,
maka pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan
pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan. Hasil transaksi
dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:
a. jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
b. kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
mengalir ke perusahaan;
c. tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir pelaporan dapat diukur
dengan andal; dan
d. biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan
transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.
Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan
andal, pendapatan yang diakui hanya sebesar beban yang telah diakui yang dapat
dipulihkan.
Pengukuran Pendapatan
Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.
Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan
antara entitas dan pembeli atau pengguna aset tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai
wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima oleh entitas dikurangi jumlah diskon dagang
dan rabat volume yang diperbolehkan oleh entitas.
Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan
adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. Namun, jika arus
masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, maka nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin
kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau dapat diterima. Misalnya, entitas dapat
memberikan kredit bebas bunga kepada pembeli atau menerima wesel tagih dari pembeli dengan
tingkat bunga dibawah pasar sebagai imbalan dari penjualan barang. Jika perjanjian tersebut
secara efektif merupakan transaksi keuangan, maka nilai wajar imbalan ditentukan dengan
pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan dengan menggunakan tingkat bunga tersirat
(imputed). Tingkat bunga tersirat yang digunakan adalah yang paling mudah ditentukan antara:
a. tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen serupa dari penerbit dengan penilaian kredit
yang sama; atau
b. tingkat bunga yang mendiskonto nilai nominal instrumen tersebut ke harga jual tunai saat
ini dari barang atau jasa.
Perbedaan antara nilai wajar dan jumlah nominal dari imbalan tersebut diakui sebagai
pendapatan bunga sebagaimana dijelaskan paragraf 30 dan 31, dan sesuai PSAK 55 (revisi
2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
Jika barang atau jasa dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat dan nilai yang
serupa, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi yang menghasilkan
pendapatan. Hal ini sering terjadi dengan komoditas seperti minyak atau susu di mana penyalur
menukarkan persediaan di beberapa lokasi untuk memenuhi permintaan dengan dasar tepat
waktu dalam suatu lokasi. Jika barang dijual dan jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan
barang atau jasa yang tidak serupa, maka pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang
menghasilkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa
yang diterima, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang dialihkan.
Ketika nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima tidak dapat diukur secara andal, maka
pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan
dengan jumlah kas atau setara kas yang dialihkan.
Dalam PSAK, pengakuan pendapatan sebelum penyerahan ini diatur dalam PSAK 34:
Akuntansi Kontrak Konstruksi.
3. Pengakuan pendapatan setelah penyerahan
Dalam beberapa kasus, hasil penagihan atas harga jual tidak dapat dipastikan secara
layak sehingga pengakuan pendapatan akan ditangguhkan. Ada dua metode yang dapat
digunakan dalam menagguhkan pengakuan pendapatan sampai kas diterima, yaitu:
a. Metode akuntansi penjualan cicilan (installment sales method)
Dalam metode akuntansi penjualan cicilan mengakui laba dalam periode penagihan
bukan dalam periode penjualan. Metode akuntansi penjualan cicilan dibenarkan atas dasar
bahwa jika tidak ada pendekatan yang layak untuk mengestimasi tingkat ketertagihan,
pendapatan tidak boleh diakui sampai kas berhasil ditagih.
b. Metode pemulihan biaya (cost recovery method)
Dalam metode pemulihan biaya, tidak ada laba yang diakui sampai pembayaran kas oleh
pembeli melebihi harga pokok barang dagang yang dijual bagi penjual. Setelah seluruh
biaya dipulihkan, setiap penagihan kas tambahan dimasukkan dalam laba. Laporan laba rugi
untuk periode penjualan melaporkan pendapatan penjualan, harga pokok penjualan, serta
laba kotor baik jumlah yang diakui selama periode berjalan maupun jumlah yang
ditangguhkan. Laba kotor yang ditangguhkan dikurangkan dari piutang terkait dengan
neraca. Laporan laba rugi selanjutnya melaporkan laba kotor sebagai pos pendapatan
terpisah apabila laba kotor diakui pada saat dihasilkan.
Dalam beberapa situasi kas diterima sebelum penyerahan atau pengalihan properti
dan dicatat sebagai simpanan karena transaksi penjualan tersebut belum selesai. Cara ini
disebut metode simpanan (deposit method). Menurut metode ini penjualan melaporkan kas
yang diterima dari pembeli sebagai uang tanggungan atas kontrak dan
mengklasifikasikannya dalam neraca. Selain itu, penjual juga mencatat beban penyusutan
sebagai biaya periode untuk properti tersebut. Menurut metode ini tidak ada pendapatan atau
laba yang harus diakui sampai penjualan selesai. Pada saat itu akun simpanan ditutup dan
salah satu metode pengakuan pendapatan diatas diterapkan.
Berdasarkan PSAK 46, Pajak Penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan
peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas laba kena pajak entitas. Pajak penghasilan
dapat dipandang sebagai biaya operasi perusahaan atau sebagai pembagian laba oleh pemilik
perusahaan kepada pemerintah. Pandangan pertama lebih diterima oleh masayarakat bisnis,
karena pajak penghasilan dikenakan oleh pemertintah terhadap semua perusahaa dan merupakan
biaya yang diperlukan untuk menjalangkan perusahaan di masyarakat. Karena pajak penghasilan
mempengaruhi semua perusahaan akuntansi untuk pajak penghasilan sangat penting dan
diperlukan.
Penerapan aturan perpajakan seringkali akan mengakibatkan jumlah laba kena pajak
berbeda dengan laba sebelum pajak yang dilaporkan dalam rugi-laba, atau sering juga disebut
laba akuntansi. Laba kena pajak ditentukan oleh peraturan perundangan yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Beban pajak menurut PSAK No. 46 terdiri dari beban pajak kini dan beban pajak
tangguhan.
Pengakuan
a. Aset Pajak Kini dan Liabilitas Pajak Kini
Menurut PSAK No. 46, Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan terutang atas
laba kena pajak untuk satu periode. Jumlah pajak kini dan periode lalu harus diakui
sebagai liabialitas. Jika jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode kini dan periode
lalu melebihi jumlah pajak yang terutang untuk periode tersebut maka selisihnya diakui
sebagai aset. Manfaat terkait dengan pajak yang dapat diakui ditarik untuk memulihkan
pajak kini dari periode sebelumnya diakui sebagai aset.
Pengukuran
Liabilitas pajak kini untuk periode berjalan dan periode lalu diukur sebesar jumlah
ekspektasi dibayarkan kepada otoritas perpajakan yang dihitung menggunakan tarif pajak
yang telah berlaku atau secara substantif telah berlaku pada akhir periode pelaporan.
Aset dan liabilitas pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tariif pajak yang
diekspektasikan berlaku ketika aset dipulihkan atau liabilitas diselesaikan, yaitu dengan tarif
pajak yang telah berlaku atau secara substantif telah berlaku pada akhir periode pelaporan.
Pengukuran aset dan liabilitas pajak tangguhan mencerminkan konsekuensi pajak yang
sesuai dengan cara entitas mengekspektaskan pada akhir periode pelaporan, untuk
memulihkan atau menyesuaikan jumlah tercatat aset dan liabilitasnya.
Penyajian Aset dan Liabilitas pajak
Entitas melakukan saling hapus atau aset pajak kini dan liabilitas pajak kini jika dan
hanya jika entitas :
a. Memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk melakukan saling hapus atas
jumlah yang diakui.
b. Bermaksud untuk mnyelesaikan dengan dasar neto atau merealisasikan aset dan
menyelesaikan liabilitas secara bersamaan.
Entitas melakukan saling hapus aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan jika
dan hanya jika:
a. Entitas memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk melakukan saling hapus
aset pajak kini terhadap liabilitas pajak kini.
b. Aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan terkait dengan pajak penghasilan
yang dikenakan oleh otoritas perpajakan yang sama atas entitas kena pajak yang sama
atau entitas kena pajak yang berbeda yang bermaksud untuk memulihkan aset dan
liabilitas pajak kini dengan dasar neto atau merealisasikan aset dan menyelesaikan
liabilitas secara bersamaan, pada setiap periode mendatang dimana jumlah signifikan atas
aset atau liabilitas pajak tangguhan diperkirakan untuk diselesaikan atau dipulihkan.
Beban pajak
Beben pajak terkait dengan laba rugi dari aktivitas normal. Beban pajak terkait dengan
laba rugi dari aktivitas normal disajikan sendiri dalam laa rugi komprehensif. Jika entitas
menyajikan komponen laba rugi pada laporan laba rugi secara terpisah sebagaimana
dijelaskan dalam PSAK 1 maka beban pajak terkait dengan laba rugi dari aktivitas normal
disajikan dalam laporan laba rugi terpisah tersebut.
Pengungkapan
Komponen beban pajak dapat mencakup :
a. Beban pajak kini
b. Penyesuaian yang diakui pada periode atas pajak kini yang berasal dari periode lalu.
c. Jumlah beban pajak tangguhan yang berasal dari timbulnya perbedaan temporer dan
pembalikannya.
d. Jumlah beban pajak tangguhan terkait dengan perubahan tarif pajak atau penerapan
peraturan pajak baru.
e. Jumlah manfaat yang timbul dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit pajak
atau perbedaan temporer suatu periode lalu yang digunakan untuk mengurangi beban
pajak kini.
f. Jumlah manfaat dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit pajak, atau
perbedaan temporer suatu periode lalu yang digunakan untuk mengurangi beban pajak
tangguhan.
g. Beban pajak tangguhan ditimbulkan dari penurunan atau pembalikan penururnan
sebeblumnya atas aset pajak tangguhan sesuai dengan paragraf 59.
h. Jumlah beban terkait dengan perubahan kebijakan akuntansi dan kesalahan yang termasuk
dalam laba rugi sesuai dengan PSAK 25 karena tidak dapat diperlakukan secara
retrospektif.
Entitas mengungkapkan jumlah pajak aset tangguhan dan sifat bukti yang mndukung
pengakuannya jika :
a. Penggunaan aset pajak tangguhan bergantung pada apakah laba kena pajak mendatang
melebihi laba dari pembalikan perbedaan temporrer kena pajak yang telah ada.
b. Entittas telah mengalami kerugian pada periode kini atau periode sebelumnya dimana
aset pajak tangguhan terkait.
Entitas mengungkapkan sifat konsekuensi pajak penghasilan potensial yang ditimbulkan
dari pembayaran deviden kepada pemegang sahamnya. Selain itu entitas mengungkapkan jumlah
konsekuensi pajak penghasilan potensial yang dapat ditentukan secara praktis dan apakah ada
konsekuensi pajak penghasilan lain yang tidak dapat ditentukan secara praktis.
Perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan
Pengungkapan
Ketika penerapan awal suatu PSAK memiliki dampak pada periode berjalan atau periode
lalu, akan memiliki dampak semacam itu kecuali tidak praktis untuk menentukan jumlah
penyesuaian, atau memiliki dampak pada periode mendatang, entitas mengungkapkan:
a. Judul PSAK.
b. Ketika dapat diterapkan, bahwa perubahan kebijakan akuntansi dilakukan sesuai dengan
ketentuan transisinya.
c. Sifat dari perubahan kebijakan akuntansi.
d. Ketika dapat diterapkan, penjelasan ketentuan transisi.
e. Ketika dapat diterapkan, ketentuan transisi yang memiliki dampak pada periode
mendatang.
f. Untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian,sepanjang praktis, jumlah
penyesuaian untuk setiap item laporan keuangan yang terkena dampak dan jika PSAK 56:
Laba per Saham diterapkan, laba per saham dasar dan dilusian.
g. Jumlah penyesuaian terkait dengan periode-periode sebelum disajikan, sepanjang praktis.
h. Jika penerapan retrospektif tidak praktis untuk suatu periodelalu tertentu, atau periode-
periode sebelum disajikan,keadaan yang mendorong ke keberadaan kondisi itudan
penjelasan bagaimana dan mulai kapan perubahan kebijakan akuntansi diterapkan.
Laporan keuangan periode selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan di atas.
Ketika perubahan kebijakan akuntansi sukarela memiliki dampak pada periode berjalan
atau pada periode berlalu, akan memiliki dampak terhadap periode tersebut kecuali tidak praktis
untuk menentukan jumlah penyesuaian, atau mungkin memiliki dampak pada periode
mendatang, maka entitas mengungkapkan:
a. Sifat dari perubahan kebijakan akuntansi
b. Alasan kenapa penerapan kebijakan akuntansi baru memberikan informasi yang andal
dan lebih relevan
c. Jumlah penyesuaian untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian, sepanjang
praktis: penyesuaian untuk setiap pos laporan keuangan yang terpengaruh dan
penyesuaian laba per saham dasar dan dilusian jika PSAK 56: Laba per Saham di
terapkan atas entitas.
d. Jumlah penyesuaian yang terkait dengan periode-periode sebelum periode tersebut
disajikan, sepanjang praktis
e. Keadaan yang membuat keberadaan kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan sejak
kapan perubahan kebijakan akuntansi diterapkan, jika penerapanretrospektif tidak praktis
untuk suatu periode tertentu, atau untuk periode-periode sebelum periode-periode
tersebut disajikan.
Efek atau akibat dari kesalahan di dalam menggunakan fakta yang ada termasuk dalam
kategori kesalahan, sedang efek atau akibat tersedianya informasi atau fakta yang baru termasuk
dalam kategori perubahan estimasi. Membedakan antara kesalahan dengan perubahan estimasi
mutlak diperlukan, karena masing-masing memerlukan metode dan perlakuan akuntansi yang
berbeda.
Referensi
PSAK 23,25,46
Kieso, Weygandt, Warfield, Akuntansi Intermediet, 2002
Berbagai sumber lain di internet