Anda di halaman 1dari 8

Laba PGN Semester I 2019 Anjlok Jadi USD 54 Juta

Liputan6.com, Jakarta - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) mencatat penurunan laba bersih
pada Semester I 2019 dibanding periode yang sama tahun lalu. Anjloknya laba bersih disebabkan
beberapa hal.

Mengutip laporan Keuangan PGN Semester I 2019, perseroan dengan kode emiten PGAS ini
membukukan laba bersih semester I 2019 sebesar USD 54,04 juta dan EBITDA sebesar USD
472,31 juta. Laba Bersih PGN tersebut jauh lebih rendah dibanding laba periode yang sama
tahun lalu sebesar USD 179,38 juta.

Penyebab penurunan laba bersih di antaranya pendapatan PGN pada semester 1 2019 sebesar
USD 1,79 miliar atau sekitar Rp 25,4 triliun dengan kurs rata-rata semester I tahun 2019 Rp
14.195 per USD. Lebih rendah dibanding semester 1 2018 USD 1,917 miliar.

Pendapatan tersebut berasal dari hasil penjualan gas sebesar USD 1.332,6 juta, penjualan minyak
dan gas sebesar USD 196,2 juta, transmisi gas sebesar USD 163,4 juta dan pendapatan usaha
lainnya sebesar USD 97,19 juta.

“Di tengah tantangan bisnis domestik dan global yang sangat dinamis, Perseroan mampu
meningkatkan pangsa pasar gas bumi melalui penambahan jumlah pelanggan dan perluasan
infrastruktur sebagai Sub-Holding Gas.” kata Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama, di
Jakarta, Selasa (20/8/2019).
Selama semester I 2019, PGN mencatatkan laba operasi sebesar USD 252,03 juta. Namun,
selama periode ini juga, Perseroan mencatatkan beban non-cash diantaranya impairment dan
selisih kurs, yang mempengaruhi kinerja keuangan di Semester I 2019, sebelumnya pada
semester I 2018 selesih kurs sebesar USD19,8 juta sedang sedangkan semester pertama 2019
menjadi USD 34,07 juta, kondisi ini juga membuat laba PGN tertekan.

Baru Akuisisi Pertagas, Laba PGN Kok Turun 29%?

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) secara mengejutkan
membukukan penurunan laba bersih 28,56% menjadi US$ 65 juta atau setara Rp 920,2
miliar(dengan rata-rata kurs Rp 14.136 ) pada kuartal I-2019. Pada periode yang sama 2018, laba
bersih perseroan tercatat sebesar US$ 91,12 juta.

Penurunan laba tersebut dipicu oleh penurunan pendapatan perseroan 8,8% menjadi US$ 860,5
juta pada periode tersebut. Dibandingkan perolehan kuartal I-2018 yang mencapai US$ 943,55
juta.

Pendapatan emiten berkode PGAS, diperoleh dari hasil penjualan gas sebesar US$ 661,5 juta dan
penjualan minyak dan gas sebesar US$ 92,8 juta. Sedangkan laba operasi interim konsolidasian
pada kuartal I-2019 sebesar US$ 162, 5 juta dan laba bersih sebesar US$ 65 juta atau setara Rp
920,2 Miliar(dengan rata-rata kurs Rp 14.136 ) dengan EBITDA sebesar US$ 263 juta.

Selama periode Januari-Maret 2019, PGN menyalurkan gas bumi sebesar 2.904 BBTUD dengan
rinciannya, sepanjang kuartal I-2019 volume gas niaga sebesar 919 BBTUD dan volume
transportasi gas bumi sebesar 1.985 BBTUD.

PGN yang kini berstatus sebagai Sub Holding Gas dengan mengakuisisi PT Pertamina Gas
(Pertagas) optimistis akan mampu menjaga kinerja positif pada masa mendatang.

PGN baru saja mengakuisisi 51% kepemilikan saham pada Pertagas dari Pertamina tanggal 28
Desember 2018, transaksi akuisisi ini dibukukan dengan menggunakan metode penyatuan
kepemilikan sesuai dengan PSAK 38 karena PGN dan Pertagas merupakan entitas sepengendali
dibawah Pertamina. Dalam RUPS tersebut, pemegang saham juga menyepakati pergantian
pengurus perusahaan. Pergantian terjadi pada susunan direksi dan komisaris.

Jajaran Direksi PGN saat ini bertambah dengan masuknya Syahrial Mukhtar sebagai Direktur
Strategi dan Pengembangan Bisnis. Sementara itu, Komisaris Hambra digantikan oleh Lucky
Alfirman dan penambahan Mas'Ud Khamid ke jajaran Dewan Komisaris PGN.

Dengan sejumlah pencapaian itu, menurut Rachmat, PGN akan semakin agresif membangun
infrastruktur gas bumi nasional untuk meningkatkan pemanfaatan produksi gas nasional.
Pada 2018, infrastruktur pipa gas PGN bertambah sepanjang lebih dari 2.456 km dan saat ini
mencapai lebih dari 9.909 km atau setara dengan 95%dari jaringan pipa gas bumi hilir nasional.

Berdasarkan PSAK No 3 Tentang Laporan keuangan interim

Peristiwa Dan Transaksi Signifikan harus disajikan oleh Entitas mencakup dalam laporan
keuangan interim penjelasan tentang peristiwa dan transaksi yang signifikan untuk memahami
perubahan posisi keuangan dan kinerja entitas sejak akhir periode pelaporan tahunan terakhir.

a. Pengguna laporan keuangan interim entitas akan memiliki akses terhadap laporan
keuangan tahunan terkini entitas. Oleh karena itu, tidak diperlukan catatan atas
laporan keuangan interim yang memberikan pemutakhiran yang tidak signifikan
terhadap informasiyang telah dilaporkan dalam catatan atas laporan keuangan
dalam laporan keuangan tahunan terkini.
b. Berikut adalah daftar peristiwa dan transaksi yang perlu diungkapkan jika
signifikan: daftar ini tidak terbatas pada.
 penurunan nilai persediaan menjadi nilai realisasi neto dan pembalikan
penurunantersebut;
 pengakuan rugi penurunan nilai atas aset keuangan, aset tetap, aset
takberwujud, atau aset lain, dan pembalikan rugi penurunan nilai tersebut;
 pembalikan provisi biaya restrukturisasi;
 akuisisi dan pelepasan aset tetap;
Pada tanggal 28 Desember 2018, Perusahaan mengakuisisi 51%
kepemilikan Pertagas dari Pertamina dengan harga pembelian senilai
Rp20.183 miliar atau setara dengan USD1.387.933.850. Hal Ini Tetuang
dalam CALK Laporan Keuangan Interim Kuartal II Tahun 2019 PT
PGN.
 komitmen pembelian aset tetap;
 penyelesaian litigasi;
 koreksi kesalahan periode sebelumnya;
 perubahan keadaan bisnis atau ekonomik yang mempengaruhi nilai wajar dari
keuangan dan liabilitas keuangan entitas, baik aset atau liabilitas diakui
 setiap wanprestasi atau pelanggaran perjanjian pinjaman yang belum diatasi
pada atau
 transaksi pihak berelasi;
 pengalihan antar tingkat hirarki nilai wajar yang digunakan dalam mengukur
nilai wajar instrumen keuangan;
 perubahan klasifikasi aset keuangan akibat perubahan dalam tujuan
atauPenggunaan
 perubahan liabilitas kontinjensi atau aset kontinjensi.
SAK memberikan panduan mengenai persyaratan pengungkapan untuk pos-pos yang
tercantum dalam paragraf 15B.Ketika suatu peristiwa atau transaksi adalah signifikanuntuk
pemahaman atas perubahan posisi keuangan atau kinerja suatu entitas sejak periodepelaporan
tahunan terakhir, laporan keuangan interim harus memberikan penjelasan danpemutakhiran
informasi relevan yang termasuk dalam laporan keuangan dari periodepelaporan tahunan
terakhir.

Pengungkapan Lain
Sebagai tambahan atas pengungkapan peristiwa dan transaksi yang signifikan sesuai
dengan paragraf 15-15C, entitas mengikutsertakan informasi berikut, dalam catatan atas laporan
keuangan interim, jika tidak diungkapkan di bagian mana pun dalam laporan keuangan interim.
Informasi tersebut umumnya dilaporkan secara kumulatif dari awal tahun buku sampai tanggal
pelaporan:
a) Pernyataan bahwa kebijakan akuntansi dan metodenperhitungan yang sama
digunakan dalam laporan keuangan interim sebagaimana digunakan dalamlaporan
keuangan tahunan terkini atau, jika kebijakan atau metode tersebut telah diubah,
penjelasan tentang sifat dan dampak perubahan tersebut;
b) penjelasan tentang sifat musiman dan siklusan operasi interim;
c) sifat dan jumlah pos-pos yang mempengaruhi aset, liabilitas, ekuitas, penghasilan
neto, atau arus kas yang tidak biasa dikarenakan sifat, ukuran atau keterjadiannya;
d) sifat dan jumlah perubahan dalam estimasi jumlah yang dilaporkan pada periode-
periode interim sebelumnya dalam tahun buku berjalan atau perubahan estimasi
jumlah yang dilaporkan pada tahun-tahun buku sebelumnya;
e) Penerbitan, pembelian kembali, dan pembayaran kembali efek utang dan efek
ekuitas;
f) dividen yang dibayarkan (gabungan atau per saham) secara terpisah untuk saham
biasa dan saham lain;
g) informasi segmen berikut (pengungkapan informasi segmen disyaratkan dalam
laporan keuangan interim hanya jika PSAK 5: Segmen Operasi mensyaratkan
entitas untuk mengungkapkan informasi segmen dalam laporan keuangan
tahunannya):
 pendapatan dari pelanggan eksternal jika termasuk dalam pengukuran laba
rugi segmen yang ditelaah oleh pengambil keputusan operasional atau yang
disediakan secara reguler kepada pengambil keputusan operasional;
 pendapatan antar segmen jika termasuk dalam pengukuran laba rugi segmen
yang direviu oleh organ pengambil keputusan atau yang disediakan secara
reguler kepada pengambil keputusan operasional;
 pendapatan antar segmen jika termasuk dalam pengukuran laba rugi segmen
yang direviu oleh organ pengambil keputusan atau yang disediakan secara
reguler kepada pengambil keputusan operasional;
 pengukuran laba rugi segmen;
 pengukuran total aset dan liabilitas untuk segmen tertentu yang
dilaporkan jika jumlah tersebut disediakan secara reguler kepada
pengambil keputusan operasional dan juga jika jumlah tersebut
mengalami perubahan material atas jumlah yang diungkapkan dalam
laporan keuangan tahunan terakhir untuk segmen yang dilaporkan
tersebut;
 deskripsi atas perbedaan dengan laporan keuangan tahunan terakhir
dalarn basis segmentasi ataupun basis pengukuran laba rugi segmen;
 rekonsiliasi jumlah laba rugi segmen dilaporkan terhadap laba rugi
entilas sebelum beban pajak (penghasilan pajak) dan operasi yang
dihentikan. Akan tetapi, jika entitasmengalokasikan pos seperti beban
pajak (penghasilan pajak) padasegmen dilaporkan, maka entitas
diperbolehkan merekonsiliasi jumlah laba rugi segmen tersebut terhadap
laba rugi setelah pos-pos tersebut dialokasikan. Pos-pos rekonsiliasi
yang material diidentifikasi secara terpisah dan dideskripsikan dalam
rekonsiliasi tersebut;
h) peristiwa setelah akhir periode interim yang belum tercermin dalam laporan
keuanganuntuk periode interim tersebut;
dampak perubahan komposisi entitas selama periode interim termasuk kombinasi bisnis,
perolehan atau hilangnya pengendalian atas entitas anak dan investasi jangka panjang,
restrukturisasi, dan operasi yang dihentikan. Dalam hal kombinasi bisnis, entitas
mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh PSAK 22: Kombinasi Bisnis;

Pada tanggal 30 Juni 2019, berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang
dilaksanakan pada tanggal 26 April 2019 Terjadi Restrukurisasi Dewan Komisaris Pada PT
PGN.

Pada tanggal 28 Desember 2018, Perusahaan mengakuisisi 51% kepemilikan Pertagas dari
Pertamina dengan harga pembelian senilai Rp20.183 miliar atau setara dengan
USD1.387.933.850. Transaksi akuisisi ini dibukukan dengan menggunakan metode penyatuan
kepemilikan sesuai dengan PSAK No.36 Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali. Pertagas
merupakan entitas sepengendali dibawah Pertamina. Hal Ini Tetuang dalam CALK Laporan
Keuangan Interim Kuartal II Tahun 2019 PT PGN.
Berdasarkan kasus diatas dapat disimpulkan bahwa Laporan Keuangan Interim PT PGN telah
seusia dengan PSAK 3 tentang penyajian Laporan Keuangan Interim dan PSAK 5 Segmen
Operasi.

Peraturan Bapepam LK mengenai keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan


kepada publik (Peraturan Nomor X.K.1)

LAPORAN KEUANGAN TENGAH TAHUNAN.


a. Laporan keuangan tengah tahunan wajib disajikan secara perbandingan dengan periode yang
sama pada tahun sebelumnya, kecuali untuk laporan posisi keuangan (neraca) per akhir periode
tengah tahunan yang diperbandingkan dengan laporan posisi keuangan (neraca) per akhir tahun
buku sebelumnya.
b. Laporan keuangan tengah tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam dan LK dan
diumumkan kepada masyarakat dalam jangka waktu paling lambat pada akhir bulan pertama
setelah tanggal laporan keuangan tengah tahunan, jika tidak disertai laporan Akuntan;

Berikut waktu penyampaian laporan Kuangan PT PGN DITAHUN 2018 DAN 2019
Kepada Publik Sumber idx.co.id
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa sewaktu Semester 1 tahun 2018 dan 2019 PT
PGN Melanggar Peraturan Bapepam LK mengenai keterbukaan informasi yang harus segera
diumumkan kepada publik (Peraturan Nomor X.K.1) karena PT PGN tidak tepat waktu dalam
menyampaikan Laporan Keuangan Interim kepada public yang semestinya sesuai aturan yaitu
akhir bulan juli namun PT PGN menyampaikan pada 21 Agustus pada semester 1 tahun 2018
dan 19 Agustus pada semester 1 tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai