Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

AKAL DALAM PERSPEKTIF SAINS & ISLAM

Diajukan untuk Tugas UTS Mata Kuliah Integrasi Sains Islam


Dosen Pengampu: Edy Chandra, MA

Oleh :
1. Alfiyah
NIM 1608106009
2. Umi Kulsum
NIM 1608106018
3. Mangsur Brawijaya Kusuma
NIM 1608106031

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH & KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI
CIREBON
2019 M/1441 H
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Ulangan Tengah Semester mata
kuliah Integrasi Sains Islam berjudul “Akal dalam Perspektif Sains dan Islam”. Tak lupa
shalawat dan salam penulis panjatkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini, penulis ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat berguna untuk
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai integrasi sains dan Islam dari konsep
akal. Penulis juga menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi pembaca. Sekiranya makalah yang disusun ini
dapat berguna bagi penulis sendiri dan para pembaca. Sebelumnya penulis mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Terimakasih.

Cirebon, Januari 2020

Penulis

DAFTAR ISI

i
Kata Pengantar ...................................................................................................................i

Daftar Isi ...........................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar belakang .............................................................................................................1

B. Rumusan masalah ........................................................................................................2

C. Tujuan penulisan ..........................................................................................................2

BAB II Pembahasan

A. Konsep otak dan akal ...................................................................................................3

B. Otak manusia ...............................................................................................................5

C. Definisi umum tentang akal .......................................................................................11

D. Istilah-istilah lain yang semakna dengan Al-‘aql .......................................................12

E. Definisi akal (Al-‘aql) dalam Al-Quran .....................................................................17

BAB III Penutup

Simpulan .........................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia diciptakan sebagai makhluk yang sempurna, gunanya untuk
mentadaburi segala yang ada di muka bumi ini. Ini adalah bentuk perhatian dan
karunia Allah kepada makhluknya, dan isyarat bagi manusia memiliki kedudukan
tinggi disisi Allah dan peran yang signifikan dalam sistem kehidupan alam semesta ini.
Manusia dianggap sebagai makhluk paling kompleks di alam semesta, baik dalam hal
sel-selnya, jaringan-jaringannya maupun organ-organnya. Semua organ tubuh manusia
amat detail, rumit, akurat, dan sempurna, sehingga sulit dipahami konstruksi dan cara
kerjanya oleh ilmuwan terhebat sekalipun.
Dalam diri manusia terdapat jiwa yang di dalamnya terjadi benturan antara
perasaan, nafsu, nilai, kebutuhan dan prinsip. Pada diri manusia juga terdapat akal
tempat menyimpan berbagai prinsip dan aksioma, pengetahuan, analisis, dan
kreatifitas. Tubuh manusia terdiri atas beberapa sistem, antara lain sistem pernapasan,
pencernaan, peredaran darah,alat gerak (muskulo-skeletal), dan sistem saraf (Joewana,
2003).
Kepala menempati posisi istimewa. Dibandingkan denga bagian tubuh lainya,
kepala dipandang lebih terhormat dan layak mendapatkan penghormatan. Menurut
Plato, kepala mendapat kehormatan itu karena ia menyimpan akal manusia. Bagi
seorang muslim, mengusap kepala merupakan kewajiban ketika sedang berwudhu.
Ketika menyatakan penghormatan kepada tuhan ataupun sesama manusia, kepala
selalu ditundukkan. Ini sedikit bukti betapa kepala itu tergolong spesifik dalam tubuh
manusia (Pasiak, 2008).
Akal merupakan karunia agung yang diberikan Allâh Azza wa Jalla kepada
bani Adam. Ia adalah pembeda antara manusia dengan hewan, dengannya mereka
dapat terus berinovasi dan membangun peradaban, dan dengannya mereka dapat
membedakan mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya sesuai jangkauan akal
mereka. Dalam psikologi kogntif, terdapat pembahasan yang membahas tentang
neorosains kognitif, pembahasan yang lebih spesifiknya mengarah ke pembahasan
tentang otak manusia. yang cocok dalam mempelajari desain dan struktur otak adalah
keilmuan faal dan kognitif, namun Al-Qur’an sudah menyinggung secara global
struktur dan fungsi otak.
Neurosains mengkaji mengenai kesadaran dan kepekaan otak dari segi biologi,
persepsi, ingatan, dan kaitannya dengan pembelajaran. Bagi teori neurosains, sistem
1
syaraf dan otak merupakan asas fisikal bagi proses pebelajaran manusia. Neurosains
adalah suatu bidang penelitian saintifik tentang sistem saraf, utamanya otak.
Neurosains merupakan penelitian tentang otak dan pikiran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat disusun beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep otak dan akal?
2. Bagaimana cara kerja otak manusia?
3. Bagaimana definisi dari akal?
4. Apa sajakah istilah-istilah yang semakna dengan akal (Al-‘aql)?
5. Bagaimana pembuktian Al Qur’an yang menjelaskan akal?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjawab beberapa rumusan masalah
di atas, yakni sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui konsep otak dan akal?
2. Untuk mengetahui cara kerja otak manusia?
3. Untuk mengetahui definisi tentang akal?
4. Untuk mengetahui istilah-istilah yang semakna dengan Al-‘aql?
5. Untuk mengetahui pembuktian Alquran yang menjelaskan akal?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Otak dan Akal


Otak dan akal ibarat dua sisi dari mata uang logam, sulit dipisahkan baik kata
maupun makna. Ada keterikatan dan keterkaitan kuat diantara keduanya sehingga perlu
dikaji lebih dalam. Otak adalah organ tubuh manusia yang posisinya ditempatkan Tuhan
secara terhormat di bagian atas tubuh manusia dan terlindungi dengan kokoh di bagian
dalam tengkorak (tempurung) kepala. Posisi otak ini merupakan simbol yang
menunjukkan bahwa manusia lebih mulia terhadap makhluk ciptaan Tuhan lainnya,
misalnya hewan yang lokasi dan posisi otaknya sejajar dengan bagian tubuh terhina dan

2
tempat meyimpan dan mengeluarkan kotorannya (perut dan dubur atau tumbuhan yang
tidak mempunyai otak dan tidak diketahui dimana posisi otaknya jika ada. Dengan
mengotak atik kata otak, kata otak juga bisa merupakan kependekan kata (singkatan) dari
kalimat : Organ Tubuh terpenting yang Ada di Kepala manusia.
Muhammad Izuddin Taufiq (2006) dalam bukunya Dalil Anfus Al Qur an dan
Embriologi (Ayat-ayat tentang Penciptaan Manusia) mengatakan: Bagian tubuh yang
paling ambigu yang masih menyelimuti tubuh manusia adalah otak karena ia merupakan
tempat berfikir yang berkaitan dengan roh atau jiwa, sedangkan roh atau jiwa itu
merupakan sesuatu yang ambigu (Taufiq, 2006). Maka tidak heran, jika ada yang
menyamakan makna antara otak dan akal, begitu juga yang membedakannya. Harun
Nasution termasuk orang yang membedakan, dan menyatakan bahwa akal dalam
pengertian Islam bukanlah otak, melainkan daya berfikir yang terdapat dalam jiwa
manusia; daya sebagaimana digambarkan Al Qur an, memperoleh pengetahuan dengan
memperhatikan alam sekitarnya (Nasution, 1986).
Otak adalah organ tubuh yang bukan hanya manusia, binatangpun memilikinya.
Ketika otak bekerja dan salah satu kerja otak itu adalah berpikir, maka otak yang bekerja
atau berfungsi tersebut disebut akal. Orang yang tidak berotak adalah orang yang tidak
menggunakan otaknya berfungsi atau berpikir. Otak yang berfungsi dan disebut akal
inilah yang membedakan manusia dengan binatang melata, dan manusia dengan manusia,
al insanu hayawanun nathiqun, manusia adalah hewan yang berpikir man as the animal
that reasons - sebagaimana juga terpapar secara tersirat dan tersurat sejak 14 abad yang
lampau di dalam QS. Al Anfaal [8]: 22, dimana Allah berfirman :
“Sesungguhnya, seburuk-buruk makhluk melata di sisi Allah ialah mereka (manusia)

yang tuli dan bisu, yang tidak menggunakan akalnya (la ya qiluun)”. [QS.Al-Anfaal/6 :
22]
Menurut Allah SWT kelebihan manusia dengan binatang, tumbuhan dan manusia
lainnya adalah terletak pada berfungsi atau tidaknya otak untuk berpikir. Ibnu Sina (980-
1037), filosof muslim yang terkenal di timur dan di barat menyatakan bahwa manusia
mempunyai tujuh kemampuan, yaitu : 1) makan, 2) tumbuh, 3) berkembang biak, 4)
pengamatan hal-hal yang istimewa, 5) pergerakan di bawah kekuasaan, 6) ketahuan
(mengetahui) dari hal-hal yang umum, 7) memiliki kehendak memilih yang bebas.
Tumbuh-tumbuhan hanya memiliki kemampuan 1, 2 dan 3, sedangkan hewan memiliki
kemampuan 1, 2, 3, 4, dan 5. Kemampuan 6 & 7 inilah yang sangat potensial membudi

3
dayakan otak untuk berfikir yang tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan Allah lainnya dan
membedakannya, bahkan juga membedakan antar sesama manusia ketika manusia tidak
mau mempergunakan otaknya untuk berfikir seperti yang dijelaskan Allah SWT dalam
firmanNya tersebut di atas. Bahkan Allah SWT menjelaskan bahwa kedudukan manusia
yang tidak mau mempergunakan otaknya untuk berpikir lebih rendah/hina dari binatang
ternak sebagaimana disebutkan dalam QS. Al A raaf [7]: 179 ;

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka nmempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”.
Ibnu Khaldun (1332-1406), cendekiawan muslim yang sangat ahli dalam ilmu
sejarah, sosiologi dan politik adalah sosilog muslim pertama yang sangat terkenal dan
fenomenal dengan karyanya Muqaddimah, mengatakan : bahwa Allah membedakan
manusia dan lain-lain hewan dengan kesanggupan berpikir, sumber dari segala
kesempurnaan, dan puncak dari segala kemuliaan dan ketinggian di atas lain-lain
makhluk. Sebabnya ialah karena pengertian, yaitu kesadaran dalam diri tentang yang
terjadi di luar dirinya, hanyalah ada pada hewan saja, tidak terdapat pada lain-lain barang
(yang makhluk). Sebab hewan menyadari akan apa yang ada di luar darinya dengan
perantaraan panca indra (pendengaran, penglihatan, pembauan, perasaan lidah dan
penyentuhan) yang diberikan Allah kepadanya. Sekarang manusia memahami ini dengan
kekuatan memahami apa yang ada di luar dirinya dengan perantaraan pikirannya yang
ada di balik panca indranya. Pikiran bekerja dengan perantaraan kekuatan yang ada di
tengah-tengah otak yang memberi kesanggupan kepadanya menangkap bayangan benda-
benda yang biasa diterima oleh panca indra, dan mengembalikan benda-benda itu dalam
ingatannya sambil meringkasnya lagi bayangan-bayangan lain dari bayangan benda-
benda itu. Refleksi terdiri dari penjamahan bayangan-bayangan ini (dibalik perasaan)

4
oleh akal, yang memecah atau menghimpun bayangan-bayangan itu (untuk membentuk
bayangan-bayangan lain).

B. Otak Manusia
Akal dan pikiran adalah produk organ otak. Kadangkala kita mengatakan akal
pikiran, karena otak yang berpikir pertanda otaknya berfungsi dan menunjukkan
eksistensi akal atau pikiran, sebagaimana pernah dikatakan Plato bahwa bepikir itu
berpusat di kepala, begitu juga dengan Rene Descartes yang mengatakan bahwa pusat
jiwa ada di kelenjar pineal otak, maka cogito ergo sum (aku berpikir, sebab itu aku
ada).
Pada dekade otak (1990-2000), dimana penemuan Moleculer Biology of
Cognition (MBC), telah mampu mencitrakan kemampuan otak organ ciptaan Tuhan
melampaui apa yang diketahui selama ini, termasuk apa yang sebelumnya diketahui oleh
Ibn Sina dan Ibn Rusyd, yang menjelaskan daya-daya berfikir manusia dan Ibnu Khaldun
yang menjelaskan peran otak dalam proses berpikir serta Rene Descartes yang berkata
tentang Cogito (pikiran) manusia. Penemuan MBC tersebut memperlihatkan bahwa hal-
hal kejiwaan manusia seperti berpikir, merasa, emosi, ingatan, persepsi, yang dahulu
menjadi lahan mutlak para filosof dan psikolog dan karena itu sangat spekulatif kini
dapat ditelaah secara lebih lugas dan jelas. Begitu juga penemuan tentang
neurotransmiter, amigdala, dan sistem limbik pada otak memberikan pengetahuan
mengenai apa yang disebut akal itu.
Otak kita secara jasmani/fisik tidak lebih besar dari seuntai anggur Australia, jauh
lebih kecil dari sebuah kol sayur yang tergeletak di pasar tradisional, memiliki berat
kurang dari 1,5 kg., namun kemampuannya berjuta kali lebih hebat dari komputer
manapun yang ada dan terhebat di dunia. Otak kita bekerja mirip seperti CPU (Central
Processing Unit) dalam sistem komputer. (lihat gambar 1 dan 2) Jika seekor lalat buah
memiliki 100.000 sel aktif, seekor tikus memiliki 5 juta sel aktif, seekor kera 10 miliar sel
aktif, maka manusia memiliki sekitar 100 miliar sel aktif sejak lahir. Dan sejak hari
pertama kehidupan sel-sel tersebut membentuk koneksi belajar (atau sinapsis) dengan
kecepatan luar biasa ; 3 miliar perdetik (Voss, 2000).

5
Gambar 1 dan 2. Otak Manusia adalah komputer biologis ciptaan Allah

Gambar 3 dan 4. Triliunan Sel saraf (Neuron) di dalam kepala manusia.

Gambar 5 & 6. Sel Otak (Neuron) bekerja membentuk jaringan koneksi (sinapsis), dimana neurotransmitter
sangat berperan membawa informasi antar jaringan, membuat otak kita berfungsi optimal (berfikir) dan
menunjukkan bagaimana akal berfungsi.

Roger Sperry dalam penelitian tentang otak menemukan perbedaan kemampuan


fungsi otak berdasarkan 2 belahannya yaitu otak kiri dan otak kanan. Secara umum, otak
kiri memainkan peranan dalam pemprosesan logika, kata-kata, matematika, dan urutan
yang disebut pembelajaran logis-akademis, sedangkan otak kanan berurusan dengan
irama, rima, musik, gambar dan imajinasi yang disebut dengan aktivitas intuitif-keatif.
Kedua sisi belahan otak terebut terhubung melalui / oleh jembatan corpus callosum
sistem saklar saraf yang sangat rumit dengan 300 juta neuron aktifnya bekerja secara
konstant menyeimbangkan pesan-pesan atau informasi yang datang, dan menggabungkan
gambar yang abstrak dan holistik dengan pesan/informasi yang konkret dan logis .

6
Gambar 7& 8. Kemampuan Belahan/Sisi Otak Kiri & Otak Kanan dan tampak terlihat Aktivitas Otak saat
membaca buku pada bagian berwarna putih di lobus temporal, lobus parietal dan beberapa pada lobus
oksipetal yang menggunakan pencitraan dari alat PET (Pesitron Emission Tomography)

Otak Manusia memiliki empat bagian tingkatan otak dalam satu kesatuan yang
berbeda (lihat gambar 7) yaitu di bagian bawah : Batang Otak dekat bagian atas leher,
disebut otak reptilia, karena mirip dengan otak reptil berdarah dingin. Bagian ini
mengendalikan sebagian besar fungsi naluriah tubuh, seperti bernafas dan detak jantung.
Di bagian tengah : otak mamalia, (Sistim Limbik / Cincin / Kerah) mirip otak mamalia
berdarah panas. Bagian ini mengendalikan emosi, keinginan/kesenangan terhadap lawan
jenis dan memori /ingatan anda. Di bagian atas : korteks, atau disebut juga otak manusia;
Otak untuk berfikir, berbicara, melihat, mendengar dan mencipta. Lapisan cerebellum
(Serebelum): otak kecil yang berperan penting dalam penyimpanan Memori Gerak (naik
sepeda, berolahraga)

Tabel 1 : Performa Dua Otak Manusia Menurut Roger Sperry


Aspek Otak kiri Otak kanan
Pikiran Konkret, Linier, Analitis Abstrak, holistik
Gaya Berfikir Rasional, logis Intuitif, artistik, abstrak
Kaya kata-kata, kalimat dan tata Tidak ada tata bahasa dan kalimat,
Bahasa
bahasa yang baik sedikit kata-kata
Introspeksi, berkehendak, berini
Kemampuan Kuang mengenal diri, kurang
siatif, mengenal diri, berfokus
memutuskan inisiatif, berfokus pada hutan
pada pohon
Kekhususan Membaca, menulis, aritmatika,
Musik, mimpi yang dalam, imajinasi
fungsi ketrampilan motorik dan sensoris
Waktu Sekuensial, terukur Seumur hidup, tak berwaktu
Orientasi Bagus sekali, terutama untuk ruang
Kurang bagus
Spasial dan gambar

Tabel 2 : Tiga Otak menurut Paul McLean


BATANG OTAK SISTEM LIMBIK KORTEKS
(Otak Reptil) (Otak Mamalia) (Otak Manusia)

7
Perasaan dan emosi
Berfikir
Fungsi motorik sensoris Memori
Intelek
Kelangsungan hidup : Bioritmik :
Penalaran
- makan - denyut jantung
Kewarasan
- reproduksi - gairah seks
Bahasa
- tempat tinggal - lapar, tidur
Intuisi
Respon melawan atau lari - tekanan darah
Spiritualitas
Kekebalan tubuh

Secara sederhana, proses kerja otak yang normal dapat kita gambarkan sebagai
berikut;
1. Sinyal-sinyal elektris berisi informasi dari seluruh bagian tubuh akan disampaikan
melalui saraf tulang belakang ke batang otak. Di sini sinyal tersebut akan
diputuskan apakah akan direnspon menjadi gerakan refleks atau diteruskan.
2. Dari batang otak informasi tersebut akan diteruskan ke Thalamus, bagian di otak
yang berfungsi sebagai ruang kontrol untuk mengenal jenis informasi, memilah,
dan mengelompokan informasi tersebut sesuai dengan pembagian fungsi yang ada
pada sistem limbik dan korteks. (Kecuali informasi mengenai penciuman yang
langsung dikirim ke bagian korteks terkait tanpa di kontrol oleh Thalamus ini)
3. Thalamus mengirimkan dan menyebarkan informasi ke sel-sel otak yang tepat,
yaitu;
a) Amigdala, bagian otak pada sistem limbik yang merupakan pusat emosi
dan memberikan respon terhadap informasi yang diterima dari sudut emosi
b) Hipocampus, bagian otak pada sistem limbik yang merupakan pusat
memori dan akan membahas segala sesuatu berdasarkan memori dari
kebiasaan kita, kejadian-kejadian, bahkan ingatan-ingatan traumatik yang
pernah kita alami.
c) Berbagai lobus di korteks, di mana setiap lobus dan area-area pada lobus
mempunyai peran dan pendekatan analisis yang berbeda. Informasi yang
dikirim ke korteks akan dibahas berdasarkan nalar (otak kiri) dan intuisi
(otak kanan).
4. Setiap sel yang menerima informasi dari Thalamus selanjutnya akan saling
berkomunikasi dengan sel-sel lainnya dalam bentuk pengiriman zat kimia
(neurotransmiter). Interaksi antar sel ini dapat menimbulkan miliaran komunikasi
per detik, sebelum adanya penetapan kesimpulan atau pengambilan keputusan
terhadap satu informasi yang diterima. Proses komunikasi atau berpikir ini

8
menimbulkan gelombang di otak (getaran sel saraf karena tersentuh muatan listrik
dari ujung sel saraf) yang terdeteksi melalui EEG (Elektro Ensefalo Grafi), yaitu;
a) Ketika setiap sel atau setiap area korteks memberikan hasil analisis dan
alternatif solusi yang paling bertentangan atau dari berbagai sudut pandang
(persepsi) yang berbeda dan independen. Kondisi ini menunjukan bahwa
kita sedang membahas sesuatu yang kompleks dan kontradiktif. Sehingga
proses komunikasi di otak akan menimbulkan gelombang 13-30 Hz yang
disebut sebagai gelombang Beta pada otak.
b) Ketika kita sedang membahas sesuatu yang meskipun kompleks namun
ada sistematika dan tingkatan prioritas yang jelas. Sehingga walaupun
terdapat beberapa alternatif solusi namun kita telah mempunyai payung
solusi yang lebih terarah. Proses komunikasi di otak pada kondisi ini akan
menimbulkan gelombang 7-13 Hz yang disebut sebagai gelombang Alpha
pada otak.
c) Ketika kita sedang terpengaruh oleh rasa ngantuk, terhipnotis atau sedang
tidak membahas informasi yang serius alias sedikit ngelamun. Aktivitas
otak yang demikian menimbulkan gelombang 4-7 Hz yang disebut
gelombang Teta pada otak.
d) Ketika kita sedang tidur, otak tetap beraktivitas pada gelombang 1-4 Hz
yang disebut gelombang Delta pada otak.
5. Hasil komunikasi antar sel (proses nalar) akan menghasilkan kesimpulan, yang
selanjutnya akan:
a) disimpan dalam tujuh serial memori jangka pendek yang disimpan selama
20 detik untuk proses nalar berikutnya
b) Disimpan sebagai memori kesimpulan dan network (jaringan) komunikasi
pada setiap sel atau pada beberapa bagian korteks
c) Disimpan sebagai memori yang lebih komprehensif (menyeluruh) di
hipocampus
d) Dikirim ke otak motorik untuk diterjemahkan menjadi keputusan kegiatan
yang harus dilakukan oleh tubuh
6. Otak motorik akan memberikan perintah kepada sel-sel otot di seluruh tubuh.
Perintah ini dikirim dalam bentuk sinyal-sinyal elektrik melalui sistem saraf
tulang belakang. Dengan menerima sinyal tersebut, otot akan berkontraksi
mengembang atau mengkerut, sehingga terlihat gerakan tangan melambai atau
mulut bersiul atau kaki berjingkat.
7. Setelah tubuh melaksanakan kegiatan yang diperintahkan, hasil dari kegiatan ini
akan menjadi informasi baru; yang dikirim kembali dalam bentuk sinyal-sinyal
elektris menuju otak. Sebagian akan menjadi memori jangka panjang di
9
hipocampus dan atau diproses kembali oleh otak kita (kembali ke proses otak no 1
di atas).
Memori jangka panjang di hipocampus juga diinformasikan ke korteks bila
memori tersebut bersikap deklaratif, yaitu untuk mengingatkan hal dan masalah yang
pernah dipelajari. Memori deklaratif meliputi ingatan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan waktu, tempat, kata, konsep, kategori, dsb. Selain itu memori jangka panjang di
hipocampus juga akan diinformasikan ke otak kecil (serebelum) bila memori tersebut
bersifat prosedural, yaitu untuk mengingat keterampilan motorik yang pernah
dipelajari. Memori prosedural meliputi ingatan tentang hal-hal seperti kemampuan
mengendarai sepeda motor, memainkan suling, memasak rawon, kaifiyat salat, dsb .
Sedangkan pembagian otak menurut fungsi areanya adalah terbagi menjadi wilayah
Korteks Prefrontal, yang berurusan dengan proses berfikir. Korteks motor, yang
mengendalikan aktivitas tubuh. Lobus temporal, adalah pusat percakapan di otak. lobus
parietal, yang menangani kemampuan spasial. lobus oksipetal, adalah pusat penglihatan
di otak. Serebelum atau otak kecil, yang berperan penting dalam penyesuaian postur dan
keseimbangan, sebagai pilot otomatis melakukan fungsi yang telah dipelajari, contoh naik
sepeda, menggunakan mesin tik/keyboard komputer. Penjaga gerbang, amigdala,
hipocampus, caudate nucleus, semuanya menyebarkan pesan-pesan penting ke berbagai
bagian otak.

Gambar 9 & 10. Pembagian Wilayah Otak

C. Definisi Umum tentang Akal


Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan akal dengan 4 pengertian : (1) Daya
pikir (untuk mengerti), pikiran, ingatan; (2) jalan atau cara melakukan sesuatu, dan
upaya, ikhtiar; (3) tipu daya, muslihat, kecerdikan, kelicikan, dan (4) kemampuan melihat
atau cara-cara memahami lingkungan.
Kamus-kamus bahasa Arab memberikan arti akal (secara harfiah) dengan
pengertian al-imsak (menahan), al-ribath (ikatan), al-hijr (menahan), al-nahy (melarang)
dan man’u (mencegah). Sedangkan Ibn Manzhur, mengartikan al-‘aql dengan 6 macam:
(1) akal pikiran, Inteligensi, (2) menahan, (3) mencegah, (4) membedakan, (5) tambang
10
pengikat, dan (6) ganti rugi. Akal juga sering disamakan dengan al-hijr (menahan atau
mengikat). Sehingga seorang yang berakal adalah orang yang dapat menahan diri dan
mengekang hawa nafsunya. Kata-kata Hamka, seorang ulama-sastrawan Indonesia yang
mewakili pengertian itu: mengikat binatang dengan tali, mengikat manusia dengan
akalnya (Pasiak, 2007)
Menurut Al-Raghib Al-Isfahani, kata akal itu juga menunjuk pada potensi dalam
diri manusia yang disiapkan untuk memperoleh pengetahuan. Kata itu semakna dengan
kekuatan berpikir (al-quwwah al-‘aqilat), pemahaman (al-fahm), tempat berlindung (al-
malja’), menahan (mana’ah), hati (al-qlb) dan ingatan (dzakirah). Makna dasar dan
makna sinonim itu menunjukkan bahwa akal adalah sesuatu yang memang sengaja
disiapkan Tuhan dalam diri manusia untuk menjalani kehidupannya di dunia, dimana
keberhasilan penggunaan akal sangat ditentukan oleh seberapa besar potensi itu di
aktualkan.
Dalam Al-Quran, kata itu mendapat kualifikasi religius sebagai keyakinan dan
intelektualitas. Seyyed Hossein Nasr menyebut akal (di dalam kepala) sebagai proyeksi
atau cermin dari hati (qalb), tempat keyakinan dan kepercayaan manusia. Dengan itu,
akal bukan hanya instrumen untuk mengetahui, melainkan juga menjadi wadah bagi
penyatuan Tuhan dan manusia. Teori Akal Aktif dari Ibn Sina dan Al-Kindi maupun
hierarki ilmu dari Al-Farabi dapat menjelaskan hal itu. Dalam diri manusia, akal bersifat
potent yang kemudian mewujud dalam bentuk jiwa (spirit). Menurut Rhenis Meister
Echart, di dalam jiwa seseorang terdapat sesuatu yang tidak diciptakan dan tidak mungkin
dibentuk. Dengan mencermati keluasan makna, pada akhirnya secara umum diketahui
bahwa penggunaan kata al-‘aql dalam posisi sebagai kata maupun kalimat mengandung
dua potensi dan kecenderungan yang bersifat rasional dan intuitif (Pasiak, 2007).

D. Istilah-Istilah Lain yang Semakna dengan Al-‘Aql


Akal menurut Abi Al-Baqa Ayyub ibn Musa Al-Kufi, memiliki banyak nama.
Tercatat empat nama yang menonjol: (1) al-lub, karena ia merupakan cerminan kesucian
dan kemurnian Tuhan. Aktivitasnya adalah berzikir dan berfikir; (2) al-hujah, karena akal
ini dapat menunjukan bukti-bukti yang kuat dan menguraikan hal-hal abstrak, (3) al-hijr,
karena akal mampu mengikatkan keinginan seseorang hingga membuatnya dapat
menahan diri, dan (4) al-nuha, karena akal merupakan puncak kecerdasan, pengetahuan,
dan penalaran (Pasiak, 2007).
Menurut Yusuf Qardhawi, dalam Al Qur’an akal disebut pula dengan term fu’ad,
baik dalam bentuk tunggal maupun jamak. Karena, ia termasuk dalam salah satu dari tiga

11
perangkat pokok ilmu pengetahuan: pendengaran, penglihatan, dan fu’ad (kalbu). Allah
SWT berfirman :
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati (fu’ad) semuanya itu
akan diminta pertanggungjawabannya (QS.Al-Israa : 36).
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati
(fu ad) agar kamu bersyukur (QS.An-Nahl : 78).
Bentuk-bentuk sama pendengaran, abshar penglihatan, dan af’idah - kalbu –
disebut dalam Al Qur an dalam beberapa surat. Begitu juga dengan qalb - hati - sebagai
ganti fu’ad juga terdapat dalam beberapa ayat dalam Al Qur an. Seperti dalam firman
Allah SWT berikut ini :
Allah telah mengunci mati hati (qulubihim) dan pendengaran mereka, dan
penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (QS. Al Baqarah :
7). Katakanlah, Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan
penglihatan serta menutup hatimu (qulubikum), siapakah Tuhan selain Allah yang kuasa
mengembalikannya kepadamu? (QS Al An’am : 46).
Juga disebutkan dalam QS. Al A raf : 179, QS.An Nahl : 108, QS. Al Isra :46,
QS.Al Kahfi : 57, QS. Al Hajj : 46, QS. Al Jaatsiyah : 23 42 Qardhawi melihat kata fu’ad
dalam beberapa ayat-ayat tersebut terkait kuat atau merupakan satu kesatuan dengan
fungsi pendengaran dan penglihatan yang merupakan fungsi organik dari akal. Sedangkan
term fu’ad dan af idata, af idati, af idatu yang lain dan tidak tersirat dalam fungsi organik
akal, tercantum dalam Al-Qur an seperti : QS.14:37, QS.23:78, QS.32:9, QS.46:26,
QS.67:23, QS.104:7, & QS.6:113 dan QS.28:10, QS.53:11, QS.11:120, & QS.25:32 tidak
dijelaskan oleh Qardhawi. Di samping menggunakan kata dari akal, Al-Quran juga
menggunakan beberapa kata, yang berada dalam medan semantik 43 kata aql, untuk
menyebut kegiatan mengerti, memahami, mengingat, dan merenungkan. Kata-kata itu
memiliki makna yang hampir sama, tetapi berbeda pada segi yang lain. Semuanya
membawa satu makna, namun penekanan masing-masing kata itu berbeda. Terdapat tujuh
sinonim kata akal itu : (1) dabbara (merenungkan), (2) faqiha (mengerti), (3) fahima
(memahami), (4) nazhara (melihat, dengan mata kepala), (5) dzakara (mengingat), (6)
fakkara (berfikir secara dalam), dan (7) alima (memahami dengan jelas) (Labib, 2004).
Selain tujuh kata itu, masih ada kata-kata lain yang, dari segi fungsi yang ditunjukkannya,
memiliki kemiripan dengan kata akal. Yang paling mendekati adalah kata alqalb (dalam
arti pengganti fu’ad dan dikaitkan dengan fungsi organik akal), seperti yang sudah
dijelaskan Qardhawi sebelumnya di atas. Dalam bahasa Persia dan Urdu, kata al-Qalb
12
disebut del dan dalam bahasa Inggris disebut Heart . Dalam bahasa Arab, al-Qalb
diartikan secara beragam. Ia juga diartikan organ kenyal yang berada di samping kiri
dada. Kata Qalb juga diartikan jantung. Dalam Al Qur an, kata Qalb digunakan untuk
menunjuk kepada sesuatu yang berfungsi sebagai pengendali pikiran dan kehendak, yang
kita sebut akal. Dalam al-Kafi, kata Qalb dalam surah Qaf ayat 37 ditafsirkan sebagai
akal (al- aql). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan
(dzikra) bagi orang-orang yang mempunyai qalb (Pasiak, 2007).
Berikut ini beberapa contoh lain dalam Al Qur an tentang al Qalb yang memiliki
arti secara tersirat dengan kata akal 46, yaitu :

“Tidaklah mereka merenungkan isi Al-Quran, ataukah hati mereka sudah terkunci? .
(QS Muhammad [47]: 24)

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin
dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai
telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang
yang lalai. (QS Al-A raf [7]: 179)
Contoh ayat di atas memperlihatkan bagaimana sinonim kata aql, juga dipakai
untuk melukiskan pekerjaan-pekerjaan akal manusia. Luas dan banyaknya pilihan kata
(diksi) ini menunjukan perhatian yang sangat dalam terhadap kegiatan berfikir manusia.
Sinonim itu juga menunjukan tingkatan-tingkatan berfikir. Dari yang sederhana, seperti
melihat dan berfikir praktis, sebagaimana diwakili oleh kata nadzar, sampai pemikiran-

13
pemikiran yang mendalam, seperti diwakili kata fakkara. Bahkan, lebih dari sekadar
berfikir, manusia disuruh untuk mengambil pelajaran dan merenungkan apa yang
dipikirkannya, sebagaimana ini diwakili oleh kata dabbara, taddabur. Terma-terma
lainnya yang berada dalam medan semantik kata akal sebagaimana dipakai dalam Al
Qur’an diantaranya adalah : (Pasiak, 2007)
Kata Al Fikr. Dalam bahasa Indonesia kata ini menjadi pikir dan pakar berasal
dari Al Fikr yang dalam Al Qur an menggunakan istilah fakkara dan tafakkaruun.
Menurut Quraish Shihab, kata fikr berasal dari kata fark dalam bentuk faraka yang dapat
berarti : (1) mengorek sehingga apa yang dikorek itu muncul, (2) menumbuk sampai
hancur, dan (3) menyikat (pakaian) sehingga kotorannya hilang. Salah satu bentuk
berfikir adalah tafakur. Kata ini telah mengalami pemadatan makna melebihi sekedar
makna harfiahnya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Al Fudhail bahwa tafakur adalah
cermin yang akan memperlihatkan padamu kebaikan dan keburukanmu. Ibnu Qayyim Al-
Jauziy juga berpendapat bahwa bertafakur merupakan pekerjaan hati yang paling utama
dan paling bermanfaat. Kegiatan berfikir yang diselingi dengan refleksi berupa tafakur
akan mengarahkan seseorang kepada kedalaman makna obyek ilmu pengetahuan. Dengan
bertafakur dapat dipahami adanya hubungan yang erat antara pikiran dan perasaan
hubungan antara fikr dan dzikr.
Kata Al Dzikr. Hanna Kassis (1983) melihat hubungan organik antara fikr dan
dzikr melalui penulusuran kata fakkara. Kata itu, disamping bermakna seperti disebut di
atas, juga mengandung arti to reflect (merenung) sehingga dalam proses berpikir
terkandung juga kegiatan yang bersifat refleksi (permenungan) terhadap obyek yang
dipikirkan itu. Ketika seseorang berpikir, ia tidak hanya memperoleh informasi (datadata
atau fakta-fakta) saja. Ia juga dan ini yang paling utama- memperoleh hikmah dan
kebijaksanaan. Banyak orang memiliki ilmu, tetapi sedikit saja yang memiliki
kebijaksanaan. Dan seutama-utamanya berfikir adalah berpikir menuju hikmah itu.
Semakin dalam seseorang berpikir, semakin tajam kekuatannya, dan itu berarti semakin
bijaksanalah dia. Al Quran berulang-ulang menandaskan bahwa hikmah itu dapat
diberikan kepada siapa saja. Siapa yang telah memperoleh hikmah, ia sesungguhnya telah
diberi nikmat yang banyak (QS Al Baqarah [2]: 269).
Tadzakkur adalah salah satu tugas akal yang paling tinggi. Dan dzakirah (ingatan)
adalah tempat penyimpanan pengetahuan dan informasi yang diperoleh manusia untuk
dipergunakannya pada saat dibutuhkan. Manusia, menurut Qardhawi, tidak bisa hidup
tanpa tadzakkur dan dzakirah. Entah di dunia, entah di akhirat. Ada perbedaan penekanan
makna antara tafakkur dan tadzakkur. Untuk memperoleh pengetahuan baru dan segar,

14
maka tafakur diperlukan. Sedangkan untuk mengingatnya, supaya tidak lupa dan lalai,
tadzakkur diperlukan. Imam Al-Ghazali mempertegas posisi keduanya, Setiap orang yang
berpikir adalah ber-tadzakkur namun, tidak setiap ber-tadzakkur itu berpikir.
Kata Ilm. Dari semua pekerjaan akal, akar kata ilm dan kata turunannya paling
banyak disebut. Menurut Quraish Shihab ada sekitar 854 kali disebut. Istilah ini terdapat
dalam Surah Makkiyah dan Madaniyah secara seimbang dengan semua kata jadiannya:
sebagai kata benda, kata kerja, atau kata keterangan. Kata itu digunakan dalam arti proses
percarian pengetahuan dan objek pengetahuan. Dari segi bahasa, ilm berarti kejelasan.
Setiap turunannya termaktub makna kejelasan itu. Misalnya, ‘alam (bendera), ‘ulmat
(bibir sumbing), a’lam (gunung-gunung), ‘alamat (alamat). Tiap-tiap kata itu menjadi
penjelas bagi apa yang ditunjuk. Misalnya, gunung menjadi jelas karena langsung terlihat
pada bibir seseorang.
Makna dasar lain dari kata ilm adalah, menjangkau sesuatu sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya. Ia juga dipakai untuk menyebut suatu pengenalan yang sangat jelas
terhadap suatu objek. Karena itu, menurut pandangan Al-Quran, seseorang yang
menjangkau sesuatu dengan benaknya, tetapi jangkauannya itu masih disertai keraguan,
maka ia tidak bisa disebut sebagai orang yang mengetahui apa yang dijangkaunya itu.
Kondisi ini bukan ilm, tetapi zhann. Secara semantik, jalan yang dilalui kata ilm sedikit
berbeda dengan kata aql. Bila kata aql mengalami pemadatan makna dalam makna
dasarnya, maka kata ilm justru dalam makna relasionalnya. Makna dasar kata ilm sama
pada setiap sistem yang memakainya, baik pra-Islam, AlQuran, maupun teologi Islam.
Namun, makna relasionalnya menjadi berbeda sejauh menyangkut sumber ilmu itu
sendiri.
Kata Nazhar. Kata ini oleh Quraish Shihab, diartikan sebagai nalar. Kata ini
digunakan secara tegas sebagai memandang dengan mata kepala dan mata hati. Secara
harfiah, kata itu dekat dengan kata al’fahsu (penyelidikan) atau kontemplasi (al-
ta’ammul). Juga semakna dengan melihat (ra’yu) dan memandang dengan mata (bashar).
Secara istilah, ia menggambarkan proses pengertian terhadap sesuatu hal atau objek.
Mula-mula melalui pandangan mata (kepala) yang memaksa seseorang memperhatikan
suatu objek . Setelah itu, ia akan berpikir untuk meyakinkan dirinya tentang kebenaran
objek tersebut. Mungkin makna itu dapat diwakili oleh kalimat pleonastis berikut:
melihat dengan mata kepala sendiri. Seseorang akan betul-betul yakin terhadap sebuah
objek jika ia melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri. Metode empiris
dalam ilmu pengetahuan dapat dijelaskan melalui penelusuran kata nazhar itu.

15
Pengetahuan yang dihasilkan melalui metode ini cukup akurat, karena telah melalui
penyelidikan yang mendalam (al-ma rifat hashila al-ba da fahshi).
Kata al Albaab atau uqul. adalah bentuk jamak dari term lubbu artinya isi, yaitu
antonim dari kulit. Seakan-akan Al Quran ingin menunjukkan bahwa manusia terbagi atas
dua bagian yaitu kulit dan isi. Bentuk fisik bagian luar manusia adalah kulit sedangkan isi
nya manusia adalah akal. Menurut Imam al-Biqa’i berkata, Albab adalah yang memberi
manfaat kepada pemiliknya dengan memilah sisi substansial dari kulitnya. Al Harali
berkata, Ia adalah sisi terdalam akal yang berfungsi untuk menangkap perintah Allah
dalam hal-hal yang dapat diinderai, seperti halnya sisi luar akal yang berfungsi untuk
menangkap hakikat-hakikat makhluk, mereka adalah orangorang yng menyaksikan Rabb
mereka melalui ayat-ayatNya (lihat tafsir Nuzhumud Dhurar [3/32]).
Istilah ulul albaab atau ulil albaab terulang dan disebut dalam Al Quran sebanyak
16 kali, 9 diantaranya dalam ayat-ayat Makkiyah, tujuh lainnya terdapat dalam ayat-ayat
Madaniyah. Empat ayat Madaniyah diantaranya dengan redaksi memanggil yaa ulil-
albaab yaitu : 1). QS al Baqarah [2]: 179, 2) QS. QS al Baqarah [2]: 197, 3) QS al Maa
idah [5]: 100, dan 4) QS al Thalaq [65]: 10-11.

E. Definisi akal (Al-‘aql) dalam Al-Quran


Kata dasar al aql tidak ditemui dalam al Qur an. Dipakai sebagai kata kerja
sebanyak 49 kali, yaitu penyebutan 1 kali dalam bentuk lampau (past tense) dan 48 kali
dalam bentuk ekarang (present tense). Penyebutannya meliputi : aqluh 1 kali, ta qiluun
24 kali, na qil 1 kali, ya qiluhaa 1 kali dan ya qiluun 22 kali 33. Menurut Yusuf Qardhawi
penyebutan kata al aql dalam bentuk istifham inkari (pertanyaan retoris) -seperti afala ta
qiluun- adalah hal yang mencolok dari Al Quran. Itu terjadi karena Al Qur an bermaksud
menarik perhatian manusia dan bertujuan memotivasi, memberi semangat, dan
mendorong manusia untuk menggunakan akalnya. Materi akal atau al aql mengalami
pemadatan makna dalam Al Qur an disebut sebanyak 49 kali dalam 28 surah, yakni 31
kali dalam 19 surah yang diturunkan di Makkah dan 18 kali dalam 9 surah yang
diturunkan di Madinah. Menurut Quraish Shihab, Al-Quran menggunakan kata aql
untuk sesuatu yang mengikat atau menghalangi seseorang terjerumus ke dalam kesalahan
atau dosa. Dengan menelusuri ayat yang menggunakan akar kata aql, sesuatu dalam
konteks di atas itu dapat dimaknai: (1) daya untuk memahami sesuatu (QS Al- Ankabut
[29]: 43); (2) dorongan moral (QS Al- An am [6]: 151); dan (3) daya untuk mengambil
pelajaran, hikmah, dan kesimpulan (QS Al-Mulk [67]: 10). Misal, ditegaskan dalam Al-
Quran: Dan perumpamaan-perumpamaan ini kami berikan pada manusia. Dan tiada
yang memahaminya (ya qiluha) kecuali orang-orang yang berilmu . (QS Al- Ankabut
16
[29]: 43) Dalam konteks ayat di atas, perumpamaan yang diberikan Allah berupa sarang
laba-laba. Pemisalan itu berkenaan dengan orang-orang yang mencari pelindung selain
Allah.Sebagaimana lemahnya sarang laba-laba itu, demikian pula halnya pelindung-
pelindung selain Allah. Karena itu, dengan akal pikirannya, manusia diperintah untuk
mengambil pelajaran dari sang laba-laba tersebut.
Berkaitan dengan dorongan moral, Allah menandaskan: ....demikian itu yang
diperintahkan Tuhanmu kepadamu supaya kamu berpikir (ta qiluun). (QS Al- An am[6]:
151). Kalimat terakhir dari ayat diatas itu menegaskan perintah Tuhan sebelumnya.
Perintah itu berkaitan dengan sikap moral seseorang dalam menanggapi perintah-perintah
Tuhan. Berbuat baik pada orangtua, membunuh karena takut miskin, dan melakukan
perbuatan keji, menurut konteks ayat diatas, hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak
bermoral. Orang-orang yang akalnya tidak baik.
Berkaitan dengan hikmah dan pelajaran, Allah menegaskan: ...dan mereka
berkata: Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (na qilu) itu niscaya tidaklah
kami termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala. (QS Al-Mulk [67]: 10). Ayat
tersebut hendak memberikan gambaran orang-orang yang mendustai kehadiran para nabi
dan rasul yang memberi peringatan. Mereka dikategorikan sebagai orang yang tidak
memanfaatkan potensi akalnya.
Tiga contoh ayat diatas dapat menjelaskan makna yang dikandung oleh akal
tersebut. Setidak-tidaknya terdapat dua makna yang dapat diambil dari kata akal tersebut:
pengertiannya sebagai akal organik, yakni organ yang bertanggung jawab bagi kegiatan-
kegiatan intelektual dan spiritual manusia. Penyamaannya dengan Qalb dalam beberapa
ayat Al-Quran dan teori para filosof Islam, terutama untuk fungsi mengerti dan
memahami (fungsi kognitif), mendukung makna struktur tersebut. Penggunakan kata
organ bermakna bahwa akal itu bertempat (lokus). Tempatnya, seperti disabdakan
Rasulullah Saw, adalah dalam diri manusia. Dalam diri manusia ada segumpal daging,
demikian kata Rasulullah. Bila daging itu baik, maka baiklah manusia itu. Jika daging itu
jelek, jeleklah manusia itu. Daging itu adalah otak manusia (pengganti kata al-
Qalb/Kalbu). Mengapa otak bukan kalbu seperti yang dipahami selama ini ? Karena
penelitian-penelitian mutakhir telah membuktikan bahwa otak manusia memiliki tiga
fungsi, sebagaiman dijelaskan sebelumnya, yaitu 1) fungsi rasional-logis, 2) fungsi
emosional intuitif, dan fungsi spiritual. Fungsi akal adalah menelaah, mengerti, dan
mengambil pelajaran atas semua fenomena yang ada. Akal juga berfungsi sebagai
dorongan moral yang dengan pertimbangan-pertimbangan etis dimungkinkan.

17
Fungsi dorongan moral tersebut menyebabkan akal menjadi alat pembeda antara
baik dan buruk. Penemuan tentang daerah pelipis (regio temporalis) dan daerah dahi
(regio frontalis) dalam otak manusia, terutama fungsi untuk membedakan baik dan buruk,
memungkinkan kita melihat hubungan selaras otak dan akal manusia
Inventarisasi ayat-ayat Al Qur an yang memakai kata akal dapat diklasifikasikan dalam 3
bagian: (1) terkait dengan teologis, terdapat 14 ayat bersangkut paut dengan keimanan,
(2) terkait dengan kosmologis, terdapat 6 ayat menyangkut pemahaman dan keberadaan
alam semesta, baik makro maupun mikro, dan (3) terkait dengan moralitas, terdapat 1
ayat terutama menyangkut etika pribadi dan etika sosial.

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Otak adalah organ tubuh manusia yang posisinya ditempatkan Tuhan secara terhormat di
bagian atas tubuh manusia dan terlindungi dengan kokoh di bagian dalam tengkorak
(tempurung) kepala. Akal daya berfikir yang terdapat dalam jiwa manusia; daya
sebagaimana digambarkan Al Qur an, memperoleh pengetahuan dengan memperhatikan
alam sekitarnya.
2. Otak manusia memiliki bagian tingkatan otak dalam satu kesatuan yang berbeda yakni
batang otak (otak reptilia), sistem limbik (otak mammalia) dan korteks (otak manusia).
3. Akal menunjuk pada potensi dalam diri manusia yang disiapkan untuk memperoleh
pengetahuan.
18
4. Istilah-istilah lain yang semakna dengan Al-‘aql yakni (1) al-lub, karena ia merupakan
cerminan kesucian dan kemurnian Tuhan. Aktivitasnya adalah berzikir dan berfikir; (2) al-
hujah, karena akal ini dapat menunjukan bukti-bukti yang kuat dan menguraikan hal-hal
abstrak, (3) al-hijr, karena akal mampu mengikatkan keinginan seseorang hingga
membuatnya dapat menahan diri, dan (4) al-nuha, karena akal merupakan puncak
kecerdasan, pengetahuan, dan penalaran.

5. Akal (Al-‘aql) dalam Al-Quran berarti organ yang bertanggung jawab bagi kegiatan-
kegiatan intelektual dan spiritual manusia

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur an dan Terjemahnya, Cetakan Saudi Arabia


Anshari, Endang Saifuddin. 1982. Ilmu, Filsafat Dan Agama. Surabaya : Bina Ilmu
Audah, Ali. 1991. Konkordansi Qur an, Jakarta : Pustaka Litera AntarNusa
Dryden, Gordon & Vos, Dr. Jeannette. 2000. Revolusi Cara Belajar, Bandung : Kaifa
Kartawiria, Rajendra. 2004. 12 Langkah Membentuk Manusia Cerdas: Jakarta : Hikmah
Labib, Muhsin. 2004. Mengurai Tasawuf Irfan & Kebatinan. Jakarta : Penerbit Lentera
Pasiak, Taufik. 2004. Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains dan Al Quran. Bandung:
Penerbit: PT.Mizan Pustaka
Taufik, Muhammad Izzuddin. 2006. Dalil Anfus Al Qur’an dan Embriologi. Solo : Tiga
Serangkai
Pasiak, Taufik. 2006. Manajemen Kecerdasan. Bandung: Penerbit PT.Mizan Pustaka
Pasiak, Taufik. 2007. Brain Management for Self Improvement. Bandung: Penerbit PT.Mizan
Pustaka,
Qardhawi, Yusuf. 1998. Al-Qur an Bicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Gema
Insani Press
Satya Joewana,M.D. 2003. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif Penyalahgunaan NAPZA/ Narkoba. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

19

Anda mungkin juga menyukai