Abstrak
multivariat.
umur, kategori umur, tempat tinggal, pendidikan, dan pekerjaan dalam memilih
metode lain (76,1%) (p = 0,016). Responden rerata berusia < 35 tahun, dengan
persentase pengguna kontrasepsi mantap lebih kecil pada kelompok usia < 35
mantap. Tidak ada hubungan bermakna antara sikap ibu (PR = 1,567; p = 0,758),
SDM (PR = 1,769; p = 0,552), alur rujukan (PR = 1,976; p = 0,342), dan
0,009) dan paling berperan dalam partisipasi kontrasepsi mantap (4,266 kali lebih
berpengaruh).
pekerjaan, sikap ibu dan petugas, ketersediaan kontrasepsi dan SDM, alur rujukan,
hubungan antara jumlah anak, tingkat pengetahuan, dan dukungan suami dalam
Abstract
analysis.
between age, age group, living area, education, and career in choosing permanent
0.016). Respondents averaged < 35 years old; lesser amount of younger females
between husband support (PR = 5.233; p = 0.009) and becomes most decisive
BAB I
5
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara keempat dengan jumlah penduduk terbanyak
didunia setelah Republik Rakyat Cina, India, dan Amerika Serikat. Jumlah
penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 adalah
237.556.363 jiwa, yang terdiri atas 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783
perempuan. Dengan sebagian besar penduduknya beragama islam.1
Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia salah satunya adalah laju
pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Laju Pertumbuhan Penduduk yang
diharapkan menjadi 1,1 % pada tahun 2014, justru naik 0,04 % dari 1,45 %
(sensus penduduk tahun 2000) menjadi 1,49 % (sensus penduduk tahun 2010).
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut akan berpengaruh terhadap
tingkat kehidupan dan kesejahteraan penduduk.1
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI),
Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR) stagnan pada angka 2,6 anak
per wanita di tiga kali periode SDKI (2002, 2007, 2012). Padahal
targetRencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) di tahun
2014 harus sudah berada pada posisi 2,1 anak. Prevalensi Pemakaian
Kontrasepsi (Contraseptive Prevalency Rate/CPR), terutama metode modern
masih pada posisi 57,9 % (SDKI 2012). Angka tersebut hanya naik 0,4 persen
dari survei sebelumnya (57,4 % pada SDKI 2007), padahal di tahun 2014
diharapkan sudah menjadi 65%. Kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi
(unmet need) yang pada 2014 diharapkan turun menjadi 5%, saat ini masih
berada pada angka 11,4% (SDKI 2012) dari 9,1% (SDKI 2007). Angka
Kelahiran Kelompok Umur Tertentu (Age Specific Fertility Rate/ASFR),
terutama kelompok umur 15 – 19 tahun masih pada angka 48 kelahiran/1.000
(SDKI 2012) perempuan kelompok umur tersebut. Padahal target RPJMN di
tahun 2014 harus sudah menjadi 30 kelahiran.2
Perhatian pemerintah Indonesia terhadap masalah kependudukan telah
dimulai sejak ditandatanganinya deklarasi mengenai kependudukan oleh para
6
pemimpin dunia termasuk Presiden Suharto pada tahun 1967. Dalam deklarasi
tersebut dinyatakan bahwa laju pertumbuhan penduduk yang tinggi
merupakan masalah yang harus ditanggulangi karena mengecilkan arti
pembangunan dalam bidang ekonomi. Untuk melaksanakan kebijakan
kependudukan, pemerintah telah mencanangkan berbagai program, salah
satunya adalah program keluarga berencana (KB). Program KB memiliki
makna yang sangat strategis, komprehensif dan fundamental dalam
mewujudkan manusia Indonesia yang sehat dan sejahtera. Undang-Undang
(UU) Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga menyebutkan bahwa keluarga berencana adalah upaya
untuk mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai hak reproduksi
untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.1,3
Proyeksi jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di seluruh Indonesia tahun
2012 mencapai 48,2 juta PUS dengan persentase peserta KB mencapai 61.9%,
yang terdiri dari peserta KB modern 57.9% dan KB tradisional mencapai
4.0%. Persentase peserta KB modern menurut metode kontrasepsi di
Indonesia: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 3.9%, Metode Operatif
Wanita (MOW) 3.2%, Metode Operatif Pria (MOP) 0.2%, implan 3.3%,
kondom 1.8%, suntik 31.9%, pil 13,6%. Persentase peserta KB tradisional
menurut metode kontrasepsi di Indonesia: pantang berkala 1.3%, sanggama
terputus 2.3%, dan cara lainnya 0.4%.4
Sedangkan persentase peserta KB modern menurut metode kontrasepsi di
provinsi Sumatera Selatan: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 1.6%,
Metode Operatif Wanita (MOW) 2.6%, Metode Operatif Pria (MOP) 0.1%,
implan 5.6%, kondom 1.4%, suntik 43.7%, pil 9.5%. Persentase peserta KB
tradisional menurut metode kontrasepsi di Indonesia: pantang berkala 0.9%,
sanggama terputus 2.3%, dan cara lainnya 0.1%.4
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana gambaran perilaku wanita pasangan usia subur dalam memilih
metode kontrasepsi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada era
BPJS.
2. Bagaimana gambaran faktor predisposisi : karakteristik (umur,
kepercayaan, jumlah anak, tingkat pendidikan), tingkat pengetahuan, dan
sikap ibu; faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi, ketersediaan
sumber daya manusia, alur rujukan dan informasi petugas pelayanan); dan
faktor pendorong (dukungan suami, sikap petugas kesehatan) dengan
pemilihan metode kontrasepsi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang pada era BPJS.
3. Bagaimana hubungan antara faktor predisposisi : karakteristik (umur,
kepercayaan, jumlah anak, tingkat pendidikan), tingkat pengetahuan, dan
sikap ibu; faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi, ketersediaan
sumber daya manusia, alur rujukan dan informasi petugas pelayanan dan
faktor pendorong (dukungan suami, sikap petugas kesehatan) dengan
pemilihan metode kontrasepsi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang pada era BPJS.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
12
A. Hipotesis Penelitian
Pernyataan hipotesis pada penelitian ini adalah :
1. Terdapat hubungan bermakna mengenai karakteristik, tingkat
pengetahuan, sikap ibu, ketersediaan alat kontrasepsi, sumber daya
manusia, alur rujukan, informasi petugas, dukungan suami dan sikap
petugas terhadap pemilihan metode kontrasepsi.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi terkait
a. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN )
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat sebagai masukan untuk
membuat program dalam upaya peningkatan penggunaan kontrasepsi.
b. RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Penelitian ini dapat dijadikan sarana evaluasi dalam memberikan
pelayanan kontrasepsi sehingga dapat meningkatkan penggunaan
kontrasepsi di wilayah kerja.
c. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang
Hasil penelitian ini dapat dijadikan perbandingan untuk penelitian lebih
lanjut dan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan komunitas,
terutama pelayanan keluarga berencana.
2. Bagi masyarakat
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi
kepada masyarakat terutama pasangan usia subur untuk memahami
manfaat, kelebihan, dan efek samping setiap metode kontrasepsi sehingga
mereka termotivasi untuk menggunakan kontrasepsi.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KELUARGA BERENCANA
1. Definisi Keluarga Berencana
Sesuai dengan UU No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sebagai pengganti Undang-
Undang No. 10 tahun 1992, KB didefinisikan sebagai upaya mengatur
kelahiran anak, jarak dan umur ideal melahirkan, mengatur kehamilan,
melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi
untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.3
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia ( WHOexpert committee, 1970 )
Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu / pasangan
suami istri untuk mendapatkan obyektif – obyektif tertentu, menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilandan
menentukan jumlah anak dalam keluarga.10
2. Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan gerakan KB nasional ialah mewujudkan keluarga kecil bahagia
sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera
melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia.11
Menurut UU no 52 tahun 2009, Kebijakan keluarga berencana
bertujuan untuk: 5
a. mengatur kehamilan yang diinginkan
b. menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi dan
anak
c. meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan
pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi
d. meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek keluarga
berencana
e. mempromosikan ASI eksklusif sebagai upaya untuk menjarangkan
jarak kehamilan.
15
B. KONTRASEPSI
1. Definisi Kontrasepsi
16
Kontrasepsi berasal dari kata ‘kontra’ berarti mencegah atau melawan, dan
‘konsepsi’ yang berarti pertemuan antara sel telur matang dan sel sperma
yang dapat mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah cara untuk
menghindari dan mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma.12
2. Tujuan Pelayanan Kontrasepsi
Pelayanan kontrasepsi mempunyai dua tujuan :13
a. Tujuan umum adalah pemberian dukungan dan pemantapan
penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera ( NKKBS ).
b. Tujuan Pokok yaitu penurunan angka kelahiran yang bermakna.
3. Pola Dasar Penggunaan Kontrasepsi
Perencanaan menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera perlu dibuat
dalam rangka menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia
yang terlalu muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada
usia tua.10
Agar dapat mewujudkan pelaksanaan pola perencanaan keluarga
dengan baik maka diperlukan penggunaan kontrasepsi yang rasional yang
sifatnya sesuai dengan ciri – ciri setiap periode perencanaan keluarga
tersebut :10
a. Fase menunda kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama, sebaiknya dilakukan pada PUS
dengan usia istri <20 tahun. Kontrasepsi yang banyak dipilih adalah pil
oral. Karakteristik kontrasepsi yang diperlukan adalah :
1. Reversibilitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan terjamin
100% karena pada masa ini, peserta belum memiliki anak.
2. Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan
terjadinya kehamilandengan risiko tinggi.
b. Fase menjarangkan kehamilan
Periode usia istri antara 20-35 tahun merupakan usia yang paling baik
untuk hamil dan melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak
17
tentang :14
- Efektifitas relatif dari berbagai metode kontrasepsi yang tersedia.
- Efek negatif dari kehamilan yang tidak diinginkan pada kesehatan dan
risiko kesehatan potensial pada kehamilan dengan kondisi medis
tertentu.
3. Tidak dianjurkan, kecuali cara yang terpilih ditolak atau cara yang
dianjurkan tidak tersedia.
4. Risiko akan terjadi bila metode kontrasepsi tersebut digunakan.
Khusus untuk kontrasepsi mantap ( tubektomi dan vasektomi )
digunakan klasifikasi lain, yaitu :14
1. Tidak ada alasan medis yang merupakan kontraindikasi dilakukannya
kontrasepsi mantap.
2. Tindakan kontrasepsi mantap dapat dilakukan, tetapi dengan persiapan
dan kewaspadaan khusus.
3. Sebaiknya tindakan kontrasepsi mantap ditunda sampai kondisi medis
diperbaiki. Sementara itu berikan metode kontrasepsi lain.
4. Tindakan kontrasepsi mantap hanya dilakukan oleh tenaga yang sangat
berpengalaman, dan perlengkapan anestesi tersedia. Demikian pula
fasilitas penunjang lainnya. Diperlukan pula kemampuan untuk
menentukan prosedur klinik serta anestesi yang tepat.
C. METODE KONTRASEPSI
1. Alat Kontrasepsi Dalam rahim ( AKDR ) /Intrauterine Device (IUD)
a. Definisi
AKDR adalah bahan inert sintetik atau bahan kimia aktif yang dipasang
di dalam rongga uterus melalui kanalis servikalis. AKDR dapat
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga atau
mengandung levonogestrel.AKDR merupakan kontrasepsi yang efektif,
reversibel, dan berjangka panjang (sampai 10 tahun).12
b. Jenis AKDR
1. Copper-T
AKDRini berbentuk T, berukuran kecil, dengan luas 380 mm2,
terbuat dari bahan polyethelene dimana pada bagian vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini
mempunyai efek antifertilisasiyang cukup baik, waktu penggunaan
dapat mencapai 8-10 tahun, dan terdapat benang halus pada ujung
20
2. Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal
21
3. Multiload
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan
kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari
ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat
tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk
menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small
(kecil) dan mini.16
4. Lippes-loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethilene, bentuknya seperti spiral
atau huruf Sbersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang
benang pada ekornya. Lippes-loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda
menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm
22
c. Mekanisme kerja
AKDR bekerja dengan merangsang respon inflamasi lokal pada
endometrium. Komponen seluler dan humoral dari inflamasi ini
selanjutnya akan mempengaruhi jaringan endometrium dan mukus tuba
falopii, hal ini menyebabkan turunnya viabilitas dan motilitas dari
ovum dan sperma. Pada keadaan dimana tetap terjadi fertilisasi, respon
inflamasi ini akan mengganggu proses implantasi blastosit pada
endometrium. Pada AKDR yang dikombinasikan dengan hormon,
pelepasan progestin jangka panjang menyebabkan atrofi glanduler dan
desidualisasi stroma.21
AKDR tembaga melepaskan tembaga dan garam tembaga bebas
yang mempunyai pengaruh biokimiawi dan morfologi pada
endometrium dan juga menyebabkan perubahan pada mukus serviks
serta sekresi endometrium. Tidakada peningkatan kadar tembaga di
dalam serum yang dapat diukur.Tembagamempunyai banyak kerja
spesifik, termasuk peningkatan produksi prostaglandin serta
penghambatan berbagai enzim endometrium. AKDR tembaga telah
dikaitkan dengan peningkatan respon radang yang ditandai oleh
produksi peptida sitokinpada endometrium, yang dikenal bersifat
23
e. Efek samping
Efek samping yang umum terjadi :15
1) Perforasi pada saat pemasangan AKDR
2) Ekspulsi
25
3) Perubahan menstruasi
4) Infeksi
5) Keguguran jika terjadi kehamilan
g. Waktu Pemasangan
Pemasangan AKDR sebaiknya dilakukan pada saat :14,15
1) Mendekati akhir menstruasi normal, ketika servik menjadi lebih
lunak dan berdilatasi.
2) Segera setelah persalinan, selama 48 jam pertama setelah keluarnya
plasenta, atau setelah 6 minggu paskasalin.
3) Segera setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7
hari)apabila tidak ada gejala infeksi.
26
2. Kontrasepsi hormonal
Pengaruh korpus luteum yang menghambat ovulasi telah diketahui pada
awal abad ke 20. Pada tahun 1921, Haberlandt melakukan transplantasi
ovarium binatang percobaan yang sedang hamil kepada binatang lain dari
spesies yang sama. Ia menemukan kemandulan sementara pada binatang
yang menerima transplantasi. Pada tahun 1930, Allen melakukan isolasi
progesteron, dan pada tahun-tahun berikutnya Bickenbach dan Von
Massenbach menemukan bahwa progesteron, testosteron, dan esterogen
dapat menghambat ovulasi. Barulah pada tahun 1950-an setelah Pincus,
Chang dan Rock menemukan bahwa pemberian progesteron pada hari ke-5
sampai ke-25 siklus haid dapat menghambat ovulasi, hormon steroid ini
dipakai untuk keperluan kontrasepsi. 23
a. Mekanisme kerja hormon sebagai metode kontrasepsi
Estrogen berperan sebagai kontrasepsi dengan jalan mempengaruhi
ovulasi, perjalanan ovum, atau implantasi.Ovulasi dihambat melalui
pengaruh esterogen terhadap hipotalamus dan selanjutnya menghambat
Folicle Stimulating Hormone ( FSH ) dan Luteinizing Hormone ( LH ).
Ovulasi tidak selalu dihambat oleh pil kombinasi yang mengandung
estrogen 50µg. Kalaupun daya guna preparat ini tinggi (95-98%
menghambat ovulasi), hal itu adalah pengaruh progesteron disamping
esterogen.23
Implantasi telur yang sudah dibuahi dihambat oleh esterogen dosis
tinggi (dietilstilbestrol, etinil estradiol) yang diberikan pada
pertengahan siklus haid. Jarak waktu diantara konsepsi dan implantasi
rata-rata 6 hari. Biopsi endometrium yang dilakukan sesudah pemberian
esterogen dosis tinggi pascakonsepsi menunjukkan efek
antiprogesteron, yang dapat menghambat implantasi. Perjalanan ovum
dipercepat dengan pemberian esterogen pasca konsep. 23
Fungsi progesteron ialah menyiapkan endometrium untuk implantasi
dan mempertahankan kehamilan. Disamping itu, progesteron berperan
sebagai metode kontrasepsi, dengan jalan : 23
28
Monofasik
Bebas hormon
Bifasik
Bebas hormon
Trifasik
Bebas hormon
Normofasik
Bebas hormon
Progesteron saja
Hari
0 14 28
4) Kontraindikasi
Kontraindikasi absolut :26
a) Tromboplebitis, penyakit-penyakit tromboembolik, penyakit
serebrovaskuler, oklusi koroner, atau riwayat pernah menderita
penyakit-penyakit tersebut.
b) Gangguan fungsi hepar.
c) Karsinoma payudara atau diduga menderita karsinoma payudara.
d) Neoplasma yang estrogen dependen atau diduga menderita
neoplasma yang estrogen dependen.
e) Perdarahan genitalia abnormal yang tidak diketahui penyebabnya.
f) Kehamilan atau diduga hamil.
g) Ikterus obstruktif dalam kehamilan.
33
h) Hiperlipidemia kongenital/familial.
Kontraindikasi relatif :
a) Sakit kepala migrain.
b) Hipertensi.
c) Leimyoma uteri
d) Epilepsi
e) Varises,pil oral diperkirakan mengurangi kecepatan aliran darah dan
menambah koagulabilitas, sehingga risiko mendapatkan
trombophlebitis pada wanita dengan varises.
f) Diabetes gestational.
g) Bedah elektif.
h) Wanita berumur > 35 tahun.
i) Riwayat alergi obat.
j) Perokok.
e. Mini Pil
Mini pil hanya sebagai suplemen yang digunakan oleh wanita yang
ingin menggunakan kontrasepsi oral tetapi sedang menyusui atau
wanita yang harus menghindari estrogen oleh sebab apapun. Progestin
yang terdapat di dalam mini pil terdiri dari 2 golongan, yaitu analog
progesteron (chlormadinone asetat dan megestrol asetat) yang saat ini
tidak digunakan lagi; dan derivat testosteron (19-norsteroide), misal
norethindrone, norgestrel, ethynodiol,dan lynestrenol. 26,27,28
1) Efektivitas
a) Akseptor mempunyai risiko yang lebih besar menjadi hamil
dibandingkan dengan akseptor pil oral kombinasi
b) Secara teoritis, efektivitasnya 0-2,1% namun dalam
penggunaannya efektivitas pil ini adalah 0,9-9,6%
c) Mini pil harus diminum tiap hari pada waktu yang sama setiap
harinya. Menggunakan mini pil dengan teratur jauh lebih penting
dibandingkan dengan pil oral kombinasi
d) Banyak terjadi kehamilan hanya karena lupa minum 1 atau 2
34
Serikat).
4) Mulai pada hari ini, bila pasti tidak hamil.
Minumlah pil oral setiap hari sampai habis seluruhnya. Kemudian :
1) Bila minum bungkus 28-hari, langsung mulai dengan bungkus baru
berikutnya.
2) Bila minum bungkus 21-hari, hentikan minum pil oral selama 1
minggu, kemudian mulai lagi dengan bungkus baru pada hari ke-8
setelah penghentian pil oral.
Bila lupa minum pil oral, International Planned Parenthood
Federation( IPPF ) memberikan rekomendasi sebagai berikut:
1) Lupa minum 1 (satu) pil oral
a) Segera minum pil oral yang terlupa pada saat teringat
b) Minum pil oral selanjutnya pada waktunya, meskipun Anda
minum 2 pil oral pada hari yang sama atau 2 pil oral pada saat
yang sama.
2) Lupa minum 2 (dua) pil oral berturut-turut dari baris 14 pil
oralpertama :
a) Segera minum 2 pil oral pada saat teringat
b) Minum 2 pil oral pada hari berikutnya.
c) Minum sisa pil oral yang masih ada seperti biasa – 1 pil oral setiap
hari.
d) Untuk proteksi tambahan, gunakan metode kontrasepsi cadangan
selama 7 hari, atau abstinens selama 7 hari.
3) Lupa minum 2 pil oral berturut-turut dari baris 7 pil oral aktif
terakhir
a) Buang semua pil oral yang masih tersisa
b) Mulai minum pil oral dari bungkus baru pada hari itu juga
c) Gunakan metode kontrasepsi cadangan selama 7 hari atau
abstinens selama 7 hari.
4) Lupa minum 3 atau lebih pil oral berturut-turut pada setiap waktu :
ikuti petunjuk seperti lupa minum 2 pil oral berturut-turut dari baris 7
36
Bahagia dilihat dari ikatan perkawinan yang sah dan harmonis, umur
istri sekurang-kurangnya 25 tahun dengan sekurang-kurangnya 2
anak hidup dan anak terkecil berumur lebih dari 2 tahun.
Kemungkinan rekanalisasi hendaknya selalu ada pada pikiran dokter
operator, tetapi bukan pada pikiran calon akseptor.
4) Indikasi ekonomis
Indikasi ekonomis artinya pasangan suami istri menginginkan
sterilisasi karena merasa beban ekonomi keluarga menjadi terlalu
berat dengan bertambahnya anak dalam keluarga tersebut.
d. Kontraindikasi
Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi :14
1. Hamil.
2. Perdarahan pervaginam yang belum terjelaskan.
3. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut.
4. Tidak boleh menjalani pembedahan.
5. Kurang pasti mengenai keinginannya unntuk fertilitas di masa depan.
6. Belum memberikan persetujuan tertulis
e. Komplikasi
Efeksamping dan komplikasi akibat tindakan operasi kontrasepsi
mantap pada wanita adalah rasa sakit pada tempat irisan, demam,
perdarahan ringan, dan infeksi luka,perdarahan banyak yang
membutuhkan operasi yang lebih jauh atau transfusi, perlukaan usus
atau kandung kencing, infeksi panggul berat, sepsis dan kematian,
Emboli gas yang diakibatkann oleh laparoskopi.14
f. Teknik Pembedahan
1) Minilaparotomi
Berbagai teknik dipakai untuk menghambat patensi tuba. Secara
umum dilakukan eksisi pada bagian tengah tuba sehingga kemudian
akan terbentuk jaringan fibrotik yang akan melapisi ujung-ujung tuba
yang dieksisi serta pertumbuhan kembali jaringan peritoneum.30
Metode yang umum dipakai adalah Parkland, Pomeroy serta
44
2) Laparoskopi
Laparoskopi juga sering dipakai akhir-akhir ini untuk sterilisasi pada
wanita. Metode ini sangat aman, jika dilakukan oleh operator yang
berpengalaman menguasai teknik sterilisasi. 31
Teknik ini juga memungkinkan klien untuk menjalani prosedur rawat
jalan setelah tindakan, sehingga akan mengurangi biaya yang
dibutuhkan, mengurangi ketidaknyamanan setelah tindakan operatif jika
dibandingkan dengan minilaparotomi, dari segi kosmetik skar yang
timbul pada tempat operasi juga lebih minimal, aktifitas seksual tidak
terganggu dan secara umum pasien dapat kembali menjalani aktifitas
sehari-hari dalam 24 jam setelah tindakan laparoskopi. 31,32
Akan tetapi terdapat juga beberapa kerugian dari tindakan ini,
termasuk biaya yang relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan
45
D. PERILAKU KESEHATAN
1. Definisi Perilaku
Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai bentangan
kehidupan yang sangat luas, sepanjang kegiatan yang dilakukan oleh
manusia tersebut antara lain : berjalan, berbicara, bekerja, menulis dan
seterusnya. Secara singkat aktivitas manusia tersebut dikelompokkan
menjadi : soekidjo
a. Aktivitas yang dapat diamati secara langsung oleh orang lain.
Misalnya berjalan, berbicara, tertawa.
b. Aktivitas yang tidak dapat diamati secara langsung oleh orang lain.
Misalnya berfikir, bersikap berfantasi.
Skinner, seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan
respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus ( rangsangan dari luar ).
Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses : soekidjo
TEORI “ S-O-R “
RESPON TERBUKA
Praktik/Tindakan
( OVERT BEHAVIOR )
E. KERANGKA TEORI
Faktor predisposisi :
Karakteristik
Pengetahuan
Sikap
Persepsi
Nilai budaya
Kepercayaan
Sosiodemografi
Faktor pendukung :
Sikap petugas kesehatan
Dukungan keluarga
Dukungan tokoh masyarakat
Faktor predisposisi :
a. Karakteristik
Umur ibu
Kepercayaan
Jumlah anak hidup
Tingkat pendidikan
b. Pengetahuan
c. Sikap
Faktor pendukung :
a. Dukungan suami
b. Sikap petugas kesehatan
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian
cross sectional, yang bertujuan untuk mempelajari atau mengetahui variabel
penelitian dengan cara mengamati dan mengidentifikasi variabel dependen
dan independen yang dikumpulkan dalam satu waktu bersamaan yang
berhubungan dengan faktor-faktor pemilihan metode kontrasepsi.
(Z1-a/2 )P (1-P)
n= d2
Keterangan :
n : jumlah sampel
(Z1-a/2) : nilai Z pada derajat kemaknaan (pada penelitian ini
peneliti mengambil derajat kemaknaan 95% = 1,96)
P : proporsi dalam populasi 0,5
d :derajat penyimpangan terhadap populasi (dalam penelitian
ini peneliti menggunakan derajat penyimpangan, yaitu
10% = 0,1)
Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel yang dibutuhkan adalah 96
sampel. Untuk memperhitungkan adanya kesalahan dan sebagainya, maka
pengambilan sampel ditambah sebanyak 10% sehingga sampel yang
dibutuhkan adalah sebanyak 106 sampel.
4. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara consecutive sampling dan
dilakukan Poliklinik obstetrik dan ginekologiRSUP Dr. M Hoesin
Palembang, dimana setiap subyek yang memenuhi kriteria penelitian
dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu sampai
terpenuhinya jumlah minimal sampel.
5. Variabel Penelitian
Variabel merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu
subyek ke subyek yang lain.
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini berupa keputusan subyek penelitian
untuk memilih metode kontrasepsi.
b. Variabel terikat
61
D. Batasan Operasional
Variabel Batasan Operasional Koding Skala
Pemilihan Jenis alat kontrasepsi yang dipilih 1 = AKDR Nominal
metode klien untuk mencegah kehamilan 2 = implant
kontrasepsi 3 = kontrasepsi mantap
wanita/ tubektomi
Usia ibu (tahun) Usia ibu berdasarkan Kartu Tanda 1= <35 tahun Ordinal
Penduduk (KTP). 2= >35 tahun
Kepercayaan Kepercayaan/ agama yang dianut 1= muslim Norminal
oleh klien. 2= non muslim
Jumlah anak Jumlah anak yang dilahirkan oleh 1 = ≤2 orang Ordinal
hidup klien dan masih hidup sampai saat 2 = >2 orang
diwawancara
Tingkat Tingkat pendidikan formal terakhir 1 = tinggi (tamat Ordinal
pendidikan klien yang ditamatkan dan SMA/sederajat,
memperoleh ijazah perguruan tinggi)
2 = rendah (tamat
SLTP/ sederajat, tidak
sekolah)
Tingkat Pengetahuan ibu tentang definisi 1 = baik, jika responden Ordinal
pengetahuan kontrasepsi, jenis kontrasepsi, cara menjawab benar ≥ nilai
pemasangan kontrasepsi, dan lama median
pemakaian kontrasepsi 2 = kurang, jika
responden menjawab
benar < nilai median
Sikap ibu tentang Bagaimana responden menyikapi 1 = baik, jika responden Ordinal
metode tentang metode kontrasepsi menjawab setuju ≥ nilai
kontrasepsi median
2= kurang, jika
responden menjawab
setuju < nilai median
Ketersediaan alat Penilaian klien mengenai 1 = lengkap, jika Ordinal
kontrasepsi kelengkapan alat kontrasepsi yang responden menjawab ≥
tersedia median
2= tidak lengkap, jika
responden menjawab
< nilai median
Sumber daya Ketersediaan petugas pelayanan 1 = tersedia Nominal
manusia kontrasepsi 2 = kurang tersedia
Alur rujukan Penilaian klien mengenai prosedur 1 = mudah Nominal
administrasi dengan BPJS untuk 2 = sulit
62
mendapatkan pelayanan
kontrasepsi, termasuk alur rujukan
Informasi Informasi mengenai kontrasepsi 1 = baik Ordinal
petugas yang disampaikan kepada klien 2 = kurang
Dukungan suami Persetujuan yang diberikan suami 1 = mendukung Nominal
kepada istri untuk menentukan 2 = tidak mendukung
metode kontrasepsi
Sikap petugas Penilaian klien mengenai sikap 1 = baik Ordinal
petugas pelayanan kontrasepsi 2 = kurang
E. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakankuesioner. Kuesioner
penelitian berisi pertanyaan tentang karakteristik ibu (usia, kepercayaan,
jumlah anak, tingkat pendidikan), tingkat pengetahuan,sikap ibu terhadap
metode kontrasepsi, ketersediaan alat kontrasepsi, ketersediaan sumber daya
manusia, alur rujukan, informasi oleh petugas KB, sikap petugas, dan
dukungan suami.
G. Analisis Data
Data primer yang dikumpulkan kemudian akan disajikan dalam bentuk tabel
frekuensi.Untuk mengetahui faktor-faktor risiko dilakukan analisa bivariat,
64
H. Alur Penelitian
Consecutive sampling
Anamnesis
Mengisi kuesioner
Analisis data
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Rerata umur kelompok yang memilih kontrasepsi mantap adalah 31,44 ± 6,61
tahun dan rerata umur kelompok non kontrasepsi mantapadalah 29,88 ± 7,15
tahun. Rerata umur responden yang memilih kontrasepsi mantap lebih besar
dibandingkan yang menolak kontrasepsi mantap namun dengan uji
67
Independent T Test didapatkan p value 0,396 (p > 0,05) yang berarti tidak
terdapat perbedaan bermakna umur antar kedua kelompok.
Mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan tinggi (57,7%) dimana pada
kelompok kontrasepsi mantap mayoritas responden memiliki tingkat
pendidikan rendah(55,6%) sedangkan kelompok non kontrasepsi mantap
mayoritas memiliki tingkat pendidikan tinggi(60,2%). Berdasaekan pekerjaan,
mayoritas responden tidak bekerja atau sebagai IRT (83%) baik kelompok
kontrasepsi mantap(85,2%) maupun kelompok non kontrasepsi
mantap(72,2%). Denganuji Chi Square didapatkan p valuemasing-masing
pendidikan dan pekerjan sebesar 0,331 dan 0,320 (p >0,05) yang berarti tidak
terdapat perbedaan pendidikan terakhirdan pekerjaan antar kedua kelompok.
Rerata jumlah anak dalam penelitian ini adalah 1,91 ± 1,39orang dengan
rentang 0-8 orang dimana mayoritas sampel dengan jumlah anak ≤ 2 orang
sebanyak 75 orang (70,8%) dan > 2 orang sebanyak 31 orang (29,2%).
Dengan analisa statistik didapatkan hasil terdapat perbedaan kategori jumlah
antara kelompok yang memilih dan menolak kontrasepsi mantap (p = 0,016)
dimana pada kelompok yang memilih kontrasepsi mantap 55,6% memiliki
anak > 2 orang.
Ketersediaan alat kontrasepsi dibagi atas lengkap dan kurang lengkap. Dengan
uji Chi Squaredidapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang tidak
bermakna antara ketersediaan alat kontrasepsi dengan pemilihan kontrasepsi
mantap dimana ketersediaan alat kontrasepsi yang lengkap berpengaruh 1,378
kali terhadap ibu untuk memilih kontrasepsi mantap dibandingkan
ketersediaan alat kontrasepsi yang kurang lengkap namun tidak signifikan (PR
= 1,378; p = 0,719).
i Mantap
Sikap Petugas
Baik 11 52 63 1,088 1,000
Kurang Baik 7 36 43 (0,385-3,073)
Total 18 88 106
* Uji Chi Square, p value = 0,05
BAB V
PEMBAHASAN
Kontrasepsi berasal dari kata ‘kontra’ berarti mencegah atau melawan, dan
‘konsepsi’ yang berarti pertemuan antara sel telur matang dan sel sperma yang
dapat mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah cara untuk menghindari dan
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur matang
dengan sel sperma.12Kontrasepsi mantap ialah setiap tindakan pada kedua saluran
bibit wanita atau bibit pria yang mengakibatkan pasangan yang bersangkutan
tidak akan mendapat keturunan lagi.10 Kontrasepsi mantap pada wanita adalah
satu-satunya metode kontrasepsi wanita yang permanen. Kontrasepsi mantap pada
wanita biasanya dilakukan dengan mengikat atau memotong atau memasang
cincin pada kedua tuba falopi yang dapat dicapai baik dengan mini laparotomi
atau laparoskopi. Tubektomi atau sterilisasi adalah cara kontrasepsi permanen dan
terpilih jika wanita tidak ingin hamil lagi.12
Dari 106wanita umur subur sebanyak 34,9% memilih menggunakan kontrasepsi
dimana sebanyak 17% memilih kontrasepsi mantap. Selain itu, 65,1% responden
menolak menggunakan kontrasepsi dengan alasan terbanyak adalah masih ingin
punya anak, suami tidak mengizinkan dan nyeri/tidak nyaman.
75
memilih kontrasepsi mantap. Hal ini berarti keputusan responden untuk memilih
kontrasepsi mantap tidak dipengaruhi oleh umur, alamat, pendidikan dan
pekerjaan. Namun, didapatkan perbedaan signifikan jumlah anak antara kelompok
kontrasepsi mantap dan non kontrasepsi mantap (p = 0,016) dimana mayoritas
responden yang memilih kontrasepsi mantap memiliki anak lebih dari 2 orang
(55,6%) sedangkan responden yang tidak memilih kontrasepsi mantap mayoritas
memiliki anak ≤ 2 orang (76,1%)
Semakin sering seorang wanita melahirkan anak, maka akan semakin memiliki
resiko kematian dalam persalinan. Hal ini berarti jumlah anak akan sangat
mempengaruhi pilihan ibu terhadap pemilihan kontrasepsi.46,47,48 Pada pasangan
dengan jumlah anak sedikit terdapat kecenderungan untuk menggunakan alat
kontrasepsi dengan efektivitas rendah yaitu pil dan kondom, sedangkan bila anak
dirasakan cukup banyak akan digunakan alat kontrasepsi dengan efektivitas lebih
tinggi. Dalam keadaan ini pemakaian kontrasepsi diduga mengandung dua tujuan
yaitu sebagai usaha untuk memperpanjang jarak kelahiran dan sebagai usaha
untuk membatasi jumlah anak, termasuk diantaranya adalah sterilisasi tuba.6,23
Pada penelitian ini didapatkan usia wanita baik pada kelompok kontrasepsi
mantap ataupun non kontrasepsi mantap dominan ≤ 35 tahun namun persentase
responden berusia ≤ 35 tahun pada kelompok kontrasepsi mantap (61,1%) lebih
kecil dibandingkan pada kelompok non kontrasepsi mantap (78,54%). Dari hasil
analisa statistik didapatkan hasil terdapat hubungan yang tidak bermakna antara
umur dengan pemilihan kontrasepsi mantap(PR = 2,311; p = 0,210). Hasil
penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Herlinawati dkk pada tahun
2012 dimana didapatkan hasil tidak ada hubungan antara usia dan pilihan
kontrasepsi mantap (OR = 2,051 ; p = 0,152).49
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (over behavior).6
77
Pada penelitian ini didapatkan hasil terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat pengetahuan dengan pemilihan kontrasepsi mantap dimana responden
dengan tingkat pengetahuan baik berpengaruh 3,89 kali secara signifikan memilih
kontrasepsi mantap dibandingkan responden dengan tingkat pengetahuan kurang
baik (PR = 3,893; p = 0,024). Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Ismail dan Sisca pada tahun 2012 di Desa Karangampel
Kidul Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu yang memberikan hasil
pengetahuan yang baik berpengaruh 2,474 kali lebih dalam pemilihan kontrasepsi
mantap dibandingkan pengetahuan kurang.50Dari pengalaman dan penelitian,
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dibandingkan
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan karena didasari oleh kesadaran, rasa
tertarik, dan adanya pertimbangan dan sikap positif.51.
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap obyek.6Pada penelitian ini didapatkan hasil terdapat
hubungan yang tidak bermakna antara sikap ibu (PR = 1,567; p = 0,758) dan
sikap petugas (PR = 1,088; p = 1,000) terhadappemilihan kontrasepsi mantap.
Kedua, faktor pemungkin (enabling factor) yaitu faktor yang memungkinkan
aspirasi atau motivasi terlaksana. Termasuk didalamnya adalah keterampilan dan
tersedianya sumber daya manusia, sarana dan prasarana kesehatan, dan
kemudahan untuk mencapainya.6
Pada penelitian ini faktor pemungkin yang dinilai adalah ketersediaan alat
kontrasepsi, sumber daya manusia, alur rujuan dan informasi petugas. Dengan
analisa statistik didapatkan hasil terdapat hubungan yang tidak bermakna antara
ketersediaan alat kontrasepsi (PR = 1,378; p = 0,719), ketersediaan SDM (PR=
1,769; p = 0,552), alur rujukan (PR = 1,976; p = 0,342), dan informasi petugas
(PR = 1,310; p = 0,802) dengan pemilihan kontrasepsi mantap.
Selanjutnya ketiga, faktor pendorong (reinforcing factor) yaitu faktor yang
menentukan apakah tindakan kesehatan mendapatkan dukungan dari orang
78
83,3%, jumlah ini dua kali lebih besar dibandingkan dukungan suami pada
kelompok non kontrasepsi mantap yaitu sebesar 48,9%.
BAB VI
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Dari 106 pasien sebanyak 18 orang (17%) memilih kontasepsi mantap dan
88 orang (83%) tidak memakai kontrasepsi atau memakai kontasepsi lain.
2. Tidak terdapat hubungan antara usia dan pemilihan kontrasepsi mantap.
3. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan dan pemilihan kontrasepsi
mantap
4. Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dan pemilihan kontrasepsi
mantap
5. Terdapat hubungan antara jumlah anak dan pemilihan kontrasepsi mantap
6. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan pemilihan kontrasepsi
mantap
7. Tidak terdapat hubungan antara sikap ibu dan pemilihan kontrasepsi
mantap
8. Tidak terdapat hubungan antara ketersediaan alat kontrasepsi dan
pemilihan kontrasepsi mantap
9. Tidak terdapat hubungan antara ketersediaan SDM dan pemilihan
kontrasepsi mantap
80
10. Tidak terdapat hubungan antara alur rujukan dan pemilihan kontrasepsi
mantap
11. Tidak terdapat hubungan antara informasi petugas dan pemilihan
kontrasepsi mantap
12. Tidak terdapat hubungan antara sikap petugas dan pemilihan kontrasepsi
mantap
13. Terdapat hubungan antara dukungan suami dan pemilihan kontrasepsi
mantap
14. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi mantapwanita di
RSMH Palembangadalahdukungan suami dan tingkat pengetahuan.
B. SARAN
1. Dilakukan penyuluhan tentang manfaat dan keuntungan kontrasepsi
mantap wanita yang diikuti oleh para suami.
2. Dilakukan penelitian yang melibatkan para suami untuk mencari faktor-
faktor yang mempengaruhi dukungan suami terhadap kontrasepsi mantap.
81
RUJUKAN
1. BKKBN, UNFPA, Survei demografi dan kesehatan 2012 modul pria, Jakarta, 2014: 1- 10.
2. BKKBN, BPS, Kementerian Kesehatan, USAID, Survei demografi dan kesehatan Indonesia
2012, Jakarta, 2013: 1 - 8.
3. Pusat data dan informasi kementerian kesehatan Republik Indonesia, Situasi keluarga
berencana ( KB ) di Indonesia, Buletin jendeladan informasi kesehatan, 2013:1-10.
4. Hartanto H. Keluarga berencana dan kontrasepsi. Jakarta : Swadaya, 1996.
5. Kementerian kesehatan Republik Indonesia, Rencana aksi nasional pelayanan keluarga
berencana 2014 – 2015, Jakarta, 2013 : 1-38.
6. Notoadmojo S. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta, 2010.
7. SulistioE, Ispriyanti D. Penerapan regresi logistik multinomial pada pemilihan alat
kontrasepsi wanita (Studi kasus di Desa Tonggara Kecamatan Kedung-banteng Kabupaten
Tegal). Media Statistika. 2010;3(1):31-40.
8. NoviyantiER. Beberapa faktor yang berhubungan dengan peran aktif pria dalam penggunaan
alat kontrasepsi di Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes tahun 2007. Tesis. Universitas
Diponegoro, Semarang. 2007.
9. Syamsiah. Peranan dukungan suami istri dalam pemilihan alat kontrasepsi pada peserta KB
di Soak Bayu Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan tahun 2002. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. 2007
10. Sulistyawati A, Pelayanan keluarga berencana, Jakarta, Salemba medika; 2014
11. Saifudin AB, Afandi B, Dinamika kependudukan dan keluarga berencana. Dalam :
Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu Kebidanan, edisi , Jakarta, PT
Gramedia, 2014: 889 – 904.
12. Proverawati A, Islaely AD, Aspuah A, Panduan memilih kontrasepsi, Yogyakarta, Nuha
medika, 2010:1 – 4.
13. Pinem S, Kesehatan reproduksi dan kontrasepsi, Jakarta, Trans info medika, 2009
14. Affandi B, Adriaanz G, Gunardi ER, Koesno H, Buku panduan praktis pelayanan
kontrasepsi, edisi 3, Jakarta, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2013: U-24
15. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al, Williams
obstetrics, 24th edition, McGraw Hill education, , 2014: 695 - 719
16. Mishell DR. Contraception. 1sted. California: Blackwell publishing, 2011:94-102.
17. Bhutta SZ, Butt IF, Bano K. Insertion of intrauterine contraceptive device at caesarean
section. Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakistan.2011;21(9):527-30.
18. Stanford A, Mechanism of action of intrauterine devices: update and estimation of post
82
44. Sitopu SD. Hubungan pengetahuan akseptor keluarga berencana denganpenggunaan alat
kontrasepsidi Puskesmas Helvetia Medan. Fakultas IlmuKeperawatan Universitas Darma
Agung Medan. Medan. 2012.
45. Handayani L, Suharmiati, Hariastuti I, Latifah C. Peningkataninformasi tentang KB: hak
kesehatan reproduksi yang perludiperhatikan oleh program pelayanan Keluarga Berencana.
BuletinPenelitian Sistem kesehatan. 2012;15(3):289-97.
- Usia ≥ 35 th 3 4 3 4 1 2 2 2 2 2 1 2 2
Dengan Aura ( semua usia ) 4 4 4 4 2 3 2 3 2 3 1 2 3
Epilepsi 1 1 1 1 1 1 1
Depresi
Depresi 1 1 1 1 1 1 1
Infeksi dan Kelainan Alat Reproduksi
Perdarahan Pervaginam M L
Perdarahan ireguler 1 1 2 2 2 1 1 1
Perdarahan banyak/lama 1 1 2 2 2 2 1 2
Perdarahan pervaginam yang M L M L
belum diketahui penyebabnya
Sebelum penilaian 2 2 2 3 3 4 2 4 2
Endometriosis 1 1 1 1 1 2 1
Tumor ovarium jinak ( termasuk
kista ) 1 1 1 1 1 1 1
Dismenore berat 1 1 1 1 1 2 1
Penyakit trofoblas
Jinak 1 1 1 1 1 3 3
Ganas 1 1 1 1 1 4 4
Ektropion serviks 1 1 1 1 1 1 1
NIS ( Neoplasma Intra Serviks ) 2 2 1 2 2 1 2
M L M L
Kanker serviks 2 2 1 2 2 4 2 4 2
Penyakit mamma
Massa tidak terdiagnosa 2 2 2 2 2 1 2
Penyakit mamma jinak 1 1 1 1 1 1 1
Riwayat kanker keluarga 1 1 1 1 1 1 1
Kanker mamma
- Saat ini 4 4 4 4 4 1 4
- Riwayat lampau, tidak 3 3 3 3 3 1 3
kambuh dalam 5 tahun
Kanker endometrium 1 1 1 1 1 M L M L
4 2 4 2
Kanker ovarium 1 1 1 1 1 M L M L
3 2 2 2
Fibroma Uteri
Tanpa gangguan kavum uteri 1 1 1 1 1 1 1
Dengan gangguan kavum uteri 1 1 1 1 1 4 4
Kelainan anatomis
Mengganggu kavum uteri 4 4
Tidak mengganggu kavum 2 2
uteri
Penyakit radang panggul M L M L
Riwayat PRP
- Dengan kehamilan 1 1 1 1 1 1 1 1 1
- Tanpa kehamilan 1 1 1 1 1 2 2 2 2
PRP saat ini 1 1 1 1 1 4 2 4 2
IMS M L M L
Servisitis purulen atau ingeksi 1 1 1 1 1 4 2 4 2
klamidia atau infeksi gonorea
86
Adenoma 4 3 3 3 3 1 3
Hepatoma 4 3/4 3 3 3 1 3
Anemia
Talasemia 1 1 1 1 1 2 1
Penyakit bulan sabit 2 2 1 1 1 2 1
Anemia defisiensi Fe 1 1 1 1 1 2 1
Interaksi obat
Obat yang mempengaruhi enzim
enzim hati
Rifampisisn 3 2 3 2 3 1 1
Anti konvulsan tertentu 3 2 3 2 3 1 1
Antibiotik
Griseofulvin 2 1 2 1 2 1 1
Antibiotik lain 1 1 1 1 1 1 1
Terapi antiretroviral 2 2 2 2 2 M L M L
2/3 2 2/3 2
Ӿ : Dimodifikasi dari WHO 2004
a : Jika laktasi, kategori menjadi 3 – 6 minggu paska salin.
Dikutip dari Affandi.14
Lampiran II. Kriteria kelayakan medis kontrasepsi mantap perempuan
(tubektomi ).
Kondisi Kategori
Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi
Kehamilan C
Paritas
Nullipara A
Multipara A
Laktasi A
Paska salin
- < 7 hari A
- 7 – 42 hari C
- ≥ 42 hari A
Preeklampsi/eklampsi
- Preeklampsi ringan A
- Preeklampsi berat/eklampsi C
Ketuban pecah lama ( > 24 jam ) C
Infeksi nifas C
Perdarahan antepartum C
Trauma berat pada daerah genetalia C
D
Ruptur uterus
Paska Abortus
Tanpa komplikasi A
Sepsis C
Perdarahan C
Trauma alat genital saat penggughuran C
Perforasi uterus D
Hematometra C
Kehamilan Ektopik Lampau A
Merokok A
Obesitas B
88
Penyakit Kardiovaskular
Faktor risiko multipel penyakit kardiovaskular D
Hipertensi
Hipertensi terkontrol B
Kenaikan tekanan darah
- 140/90 - 160/100 B
- > 160 / 90 D
Penyakit vaskular A
Riwayat hipertensi selama kehamilan A
Trombosis vena dalam ( DVT ) / emboli paru ( EP )
Riwayat DVT/EP A
DVT/EP saat ini C
Riwayat keluarga DVT/EP A
Bedah mayor
Imobilisasi lama C
Tanpa imobilisasi lama A
Bedah minor A
Mutasi trombogenik A
Trombosis Vena permukaan
Varises A
Tromboflebitis A
Penyakit jantung iskemik
Saat ini penyakit jantung iskemik D
Riwayat penyakit jantung iskemik B
Stroke B
Hiperlipidemi A
Penyakit jantung ventrikuler
Tanpa komplikasi B
Dengan komplikasi D
Kelainan Neurologis
Nyeri kepala
Non migrant ( ringan / berat ) A
Migran
Tanpa aura A
Dengan Aura ( semua usia ) A
Epilepsi B
Depresi
Depresi B
Infeksi dan kelainan alat reproduksi
Perdarahan Pervaginam
Perdarahan ireguler A
Perdarahan banyak/lama A
Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
Sebelum penilaian C
Endometriosis D
Tumor ovarium jinak ( termasuk kista ) A
Dismenore berat A
Penyakit trofoblas
Jinak A
Ganas C
Ektropion serviks A
NIS ( Neoplasma Intra Serviks ) A
Kanker serviks C
89
Penyakit mamma
Massa tidak terdiagnosa A
Penyakit mamma jinak A
Riwayat kanker keluarga A
Kanker mamma
- Saat ini B
- Riwayat lampau, tidak kambuh dalam 5 tahun A
Kanker endometrium C
Kanker ovarium C
Fibroma Uteri
Tanpa gangguan kavum uteri B
Dengan gangguan kavum uteri B
Penyakit radang panggul
Riwayat PRP
- Dengan kehamilan A
- Tanpa kehamilan B
PRP saat ini C
IMS
Servisitis purulen atau ingeksi klamidia atau infeksi gonorea C
IMS lainnya ( kecuali HIV dan hepatitis ) A
Vaginitis ( termasuk trikomonas vaginalis dan vaginosis bacterial ) A
Risiko IIMS meningkat A
HIV / AIDS
Risiko tinggi HIV A
Terinfeksi HIV A
AIDS D
Infeksi lain
Skistosomiasis
Tanpa komplikasi A
Fibrosis hati B
Tuberkulosis
Non pelvis A
Pelvis D
Malaria A
Penyakit Endokrin
Diabetes
Riwayat diabetes gestasional A
Penyakit non vaskuler
- Non insulin dependen B
- Insulin dependen B
Nefropati/retinopati/neuropati D
Penyakit vaskuler lain/ Diabetes > 20 tahun D
Penyakit Tiroid
Goiter A
Hipertiroid D
Hipotiroid B
Penyakit gastrointestinal
Penyakit kandung empedu
Simptomatik
- Terapi kolesistektomi A
- Diobati dengan obat saja A
- Saat ini C
Asimptomatik A
90
Riwayat kolestasis
Berhubungan dengan kehamilan A
Berhubungan dengan kontrasepsi A
Hepatitis virus
Aktif C
Karier A
Sirosis
Ringan B
Berat D
Tumor Hati
Adenoma B
Hepatoma B
Anemia
Talasemia B
Penyakit bulan sabit B
Anemia defisiensi Fe
Hb < 7 g% C
Hb 7 – 10 g% B
Keadaan lain yang relevan dengan tubektomi
Infeksi kulit abdomen C
Gangguan peredaran darah D
Penyakit paru
Bronkitis, Pneumonia C
Asthma, emfisema, infeksi paru D
Infeksi sistemik / gastroenteritis C
Perlekatan uterus oleh karena pembedahan / infeksi lampau D
Hernia umbilikalis atau abdominal D
Hernia diafragmatikus B
Penyakit ginjal B
Defisiensi gizi berat B
Pembedahan abdomen / pelvik terdahulu B
Sterilisasi bersamaan dengan pembedahabn abdomen
Elektif B
Emergensi C
Keadaan infeksi C
Sterilisasi bersamaan dengan seksio sesarea A
Lampiran III. Kriteria kelayakan medis Kontrasepsi mantap laki – laki ( Vasektomi ).
Kondisi Kategori
Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi
Usia muda B
Depresi
Depresi B
HIV / AIDS
Risiko tinggi HIV A
Terinfeksi HIV A
AID D
Penyakit Endokrin
Diabetes B
Anemia
Penyakit bulan sabit A
Keadaan lain yang relevan dengan vasektomi
Infeksi lokal
Infeksi kulit skrotum C
IMS aktif C
Epididimisitis/orkitis C
Gangguan peredaran darah D
Riwayat infeksi skrotum B
Infeksi sistemik / gasteroenteritis C
Varikokel besar B
Hidrokel besar B
Filariasis / elefantiasis C
Massa intraskrotal C
kriptorkisme B
Hernia inguinalis D
Lampiran iv
Batasan
Fasilitas pelayanan keluarga paripurna adalah fasilitas yang mampu dan
berwenang memberikan semua jenis pelayanan kontrasepsi ditambah dengan
pelayanan rekanalisasi dan penaggulangan infertilaitas.
Fungsi
1. Memberikan pelayanan KIE medis baik sebelum dan sesudah pelayanan.
2. Memberikan pelayanan preventif yaitu pelayanan kontrasepsi dengan lebih
mengutamakan metode kontrsepsi jangka panjang efektif terpilih ( IUD,
implant dan kontrasepsi mantap ).
3. Memberikan pelayanan kuratif yaitu pelayanan efek samping, komplikasi dan
kegagalan penggunaan kontrasepsi serta pelayanan ginekologis pada akseptor
KB.
4. Memberikan pelayanan rehabilitatif berupa pelayanan infertilitas dan
reversibilitas ( pemulihan kesuburan termasuk rekanalisasi ).
5. Memberikan pelayanan rujukan.
6. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
7. Melaksanakan pelatihan medis teknis dan konseling.
8. Melakukan penelitian teknologi kontrasepsi dan biomedis.
93
Tenaga
Tenaga minimal yang diperlukan :
1. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang telah mendapat pelatihan
penanggulangan infertilitas dan rekanalisasi.
2. Dokter spesialis bedah yang telah mendapat pelatihan penanggulangan
infertilitas dan rekanalisasi.
3. Dokter spesialis anesthesia.
4. Dokter spesialis urologi.
5. Dokter umum yang kompeten.
6. Tenaga konseling yang kompeten.
7. Bidan dan perawat yang kompeten.
8. Tenaga administrasi yang kompeten.
uteri.
13) Untuk IUD yang mengandung tembaga (Cu) :
a) Antagonis kationik yang spesifik
terhadap zinc (Zn) yang terdapat dalam enzim carbonic anhydrase yaitu
salah satu enzim dalam traktus genitalia, dimana Cu menghambat reaksi
carbonic anhydrase sehingga tidak memungkinkan terjadinya implantasi;
dan mungkin juga menghambat aktivitas alkali phosphatase.
b) Mengganggu pengambilan estrogen
endogen oleh mukosa uterus.
c) Mengganggu jumlah DNA dalam
endometrium.
d) Mengganggu metabolisme glikogen.
e) Penambahan Ag pada IUD yang
mengandung Cu mempunyai maksud untuk mengurangi fragmentasi dari
Cu sehingga Cu lebih lama habisnya.
Untuk AKDR yang mengandung hormon progesteron :
a) Gangguan proses pematangan proliferatif-sekretoir sehingga timbul
penekanan terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi.
b) Lendir serviks yang menjadi lebih kental / tebal karena pengaruh
progestin.
Indikasi PUS yang menginginkan untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka
panjang efektif teripilih
Klasifikasi Lihat lampiran klasifikasi persyaratan medis dalam penapisan klien.
Persyaratan
medis /
Waktu 2) Mendekati akhir menstruasi normal, ketika servik menjadi lebih lunak dan
berdilatasi.
Pemasangan
3) Segera setelah persalinan, selama 48 jam pertama setelah keluarnya
plasenta, atau setelah 6 minggu paskasalin ( interval ).
4) Segera setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7
hari)apabila tidak ada gejala infeksi.
5) Pada waktu seksio sesarea.
6) Akan tetapi pada dasarnya insersi AKDR dapat dilakukan kapan saja
selama akseptor tidak hamil.
Prosedur Pemasangan AKDR
Konseling awal
a) Sapa pasien dengan ramah dan perkenalkan diri anda dantanyakan tujuan
kedatangannya.
b) Berikan informasi umum tentang keluarga berencana.
c) Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan resiko
serta keuntungan dari masing-masing kontrasepsi (termasuk perbedaan
antara kontrasepsi mantap dan metode reversible) : tunjukkan dimana
dan bagaimana alat kontrasepsi tersebut digunakan, jelaskan bagaimana
cara kerja, jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan
lain yang mungkin akan dialami, dan jelaskan apa yang bisa diperoleh.
Konseling metode khusus
b) Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien.
c) Kumpulkan data-data pribadi pasien.
d) Tanyakan tujuan KB yang diinginkan (apakah pasien ingin mengatur
jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya).
e) Tanyakan agama/kepercayaan yang dianut pasien yang mungkin
menentang penggunaan salah satu metode KB.
f) Diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran pasien dengan
sikap yang simpatik.
97
Pemeriksaan panggul
a) Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul dan
jelaskan apa yang akan dilakukan dan persilahkan pasien untuk
mengajukan pertanyaan.
b) Pastikan pasien sudah mengosongkan kandung kencingnya dan mencuci
kemaluannya dengan sabun.
c) Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih.
d) Bantu pasien untuk naik ke meja pemeriksaan.
e) Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan atau
kelainan lainnya didaerah suprapubik.
f) Untuk mensterilkan daerah vulva dan sekitarnya, dilakukan toilet dengan
bahan-bahan desinfektan. Agar tidak mudah terkena kontaminasi dari
kulit di sekitar alat genitalia pada saat pemasangan AKDR, maka
dipasang duk (kain) steril yang berlubang.
g) Atur arah sumber cahaya untuk melihat serviks
h) Pakai sarung tangan DTT
i) Atur penempatan peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam
wadah steril atau DTT.
j) Lakukan inspeksi pada genetalia eksterna.
k) Palpasi kelenjar skene dan vartholini amati adanaya nyeri atau duh
vagina.
l) Masukkan speculum vagina.
m) Lakukan pemeriksaan inspekulo
(a) Periksa adanya lesi atau keputihan pada vagina.
(b) Inspeksi serviks.
n) Keluarkan speculum dengan hati hati dan letakkan kembali pada tempat
semula dengan tidak menyentuh peralatan lain yang tidak digunakan.
o) Lakukan pemeriksaan bimanual
1) Pastikan gerakan serviks bebas.
2) Tentukan besar dan posisi uterus.
3) Pastikan tidak ada kehamilan.
4) Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa.
p) Lakukan pemeriksaan rektovaginal bila ada indikasi:
1) Kesulitan mementukan besar uterus retroversi.
2) Adanya tumor pada Kavum Douglasi.
3) Celupkan dan bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%
kemudian buka secara terbalik dan rendam dalam klorin.
Tindakan Pra Pemasangan.
98
a) Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan klien rasakan
pada saat proses pemasangan dan setelah pemasangan dan persilakan
klien untuk mengajukan pertanyaan.
b) Masukkan lengan AKDR Cu T 380A dari dalam kemasan sterilnya.
1) Buka sebagian plastik penutupnyadan lipat ke belakang.
2) Masukkan pendorong ke dalam tabung inserter tanpa menyentuh
benda tidak steril.
3) Letakkan kemasan pada tempat yang datar.
4) Selipkan karton pengukur dibawah lengan AKDR.
5) Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung inserter
sampai ke pangkal lengan sehingga lengan akan melipat.
6) Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik
tabung inserter dari bawah lipatan lengan.
7) Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan
lengan AKDR yang telah tersebut kedalam tabung inserter.
Prosedur pemasangan AKDR
a) Pakai sarung tangan DTT yang baru.
b) Pasang speculum vagina untuk melihat serviks.
c) Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptic 2 sampai 3 kali.
d) Jepit servik dengan tenakulum secara hati-hati.
e) Masukkan sonde uterus dengan no touch technique( teknik tidak
menyentuh )yaitu secara hati- hati memasukkan sonde ke dalam kavum
uteri dengan sekali menyentuuh tanpa menyentuh deainding vagina atau
bibir spekulum.
f) Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde.
g) Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang masih berada
dalam kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru patabung AKDR
dari keda tabung inserter, kemudian buka seluruh plastik penutup
kemasan.asannya tanpa menyentuh permukaan yang tidak steril, hati-
hati jangaqn sampai pendorongnya terdorong.
h) Pegang tabung AKDR dengan leher biru dalam posisi horizontal ( sejajar
lengan AKDR ). Sementara melakukan tarikan hati-hati pada tenakulum,
masukkan tabung inserter kedalam uterus sampai leher biru menyentuh
servik atau sampai terasa ada tahanan.
i) Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan.
j) Lepaskan lengan AKDR dengan teknik withdrawal yaitu menarik keluar
tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan tetap menahan
pendorong.
k) Keluarkan pendorong kemudian tabung AKDR didorong kembali ke
servik sampai leher biru menyentuh servik atau terasa adanya tahanan.
l) Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang AKDR
kurang lebih 3 – 4 cm.
m) Keluarkan seluruh tabnung inserter, buang ke tempat sampah
terkontaminasi.
n) Lepaskan tenakulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin
0,5%.
o) Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan
tenakulum, tekan dengan kasa selama 30 – 60 detik.
p) Keluarkan speculum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin
0,5%.
Tindakan paska pemasangan.
a) Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit untuk dekontaminasi.
b) Buang bahan bahan yang sudah tidak dipakai lagi ke tempat yang sudah
disediakan.
99
Pencabutan AKDR
Lampiran vi
Implan Subdermal
RSUP Dr. M No. Dokumen No. Revisi Halaman
Hoesin
Palembang
Standar Tanggal terbit, Ditetapkan oleh
Direktur medik dan keperawatan
Prosedur
Operasional
Dr. H M Alsen Arlan SpB
Definisi Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen
dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga 5 tahun. Metode
ini dikembangkan oleh The Population Council, yaitu suatu organisasi
internasional yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan teknologi
kontrasepsi
Jenis Implan 1) Norplant-2 ( Implan 2 batang yang berisi levonorgestrel 75 mg )
2) Implanon ( Implan 1 batang yang berisi etonorgestrel )
Ӿ Yang dipakai di poli PKBRS saat ini adalah implan 2 batang yang berisi
levonorgestrel 75 mg.
Mekanisme Seperti kontrasepsi progestin pada umumnya, mekanisme utamanya adalah
menebalkan mukus serviks sehingga tidak dapat dilewati oleh sperma.
Kerja
Walaupun pada konsentrasi yang rendah, progestin akan menimbulkan
pengentalan serviks. Perubahan terjadi segera setelah pemasangan implan..
101
c) Beri pembalut tekan untuk mencegah perdarahan bawah kulit atau memar
pada kulit.
d) Beri petunjuk pada klien cara merawat luka.
e) Masukkan klorin ke dalam tabung suntik dan rendam alat suntik tersebut
dalam larutan klorin selama sepuluh menit.
f) Letakkan semua peralatan dalam larutan klorin selama sepuluh menit
untuk dekontaminasi.
g) Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi.
f) Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5% bersihkan cemaran pada sarung tangan, buka secara
terbalikdan rendam dalam larutan klorin 0,5%.
g) Cuci tangan dengan air dan sabun, dan keringkan dengan kain bersih.
h) Gambar letak kapsul dalam rekam medic dan catat bila ada hal khusus.
i) Lakukan observasi 5 menit sebelum memperbolehkan pasien pulang.
Pencabutan Implan
Persiapan
1) Tanyakan pada klien alasannya ingin mencabut implant.
2) Tanyakanjuga apakah sudah mengetahui prosedur pencabutan implant.
3) Tanyakan apakah terdapat reaksi alergi terhadap obat anesthesi.
4) Periksa kembali untuk meyakinkan bahwa klien telah mencuci lengannya
sebersih mungkin dengan sabun dan air dan membilasnya sehingga tidak
ada sisa sabun.
5) Bantu klien naik ke meja periksa.
6) Raba kapsul untuk menentukan lokasi tempat insisi guna untuk menc
abut kapsul.
7) Pastikan bahwa peralatan yang steril atau telah di DTT sudah tersedia.
8) Buka peralatan steril dari kemasannya.
Tindakan pra pencabutan
1) Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan air bersih.
2) Pakai sarung tangan steril atau DTT.
3) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
4) Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptic, gerakkan kearah luar
secara melingkar seluas 10 – 15 cm dan biarkan kering.
5) Fokuskan area pencabutan dengan doek berlubang sterile atau DTT,
lubang harus cukup lebatr untuk memaparkan lokasi kapsul.
6) Sekali lagi raba seluruh kapsul untuk menentukan lokasinya.
Pencabutan kapsul
1) Sun tukkan anesthesi local intrakutan ( 0,3 cc ) dan 1 cc subdermal
dibawah ujung kapsul.
2) Uji efek anesthesinya sebelum memuat insisi.
3) Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak yang sama dari ujung
bawah semua kapsul, kira kira 5 mm dari ujung bawah kapsul. Sebelum
menentukan lokasi, pastikan tidak ada ujung kapsul di tempat insisi
( untuk mencegah terpotongnya kapsul saat melakukan insisi ).
4) Pada lokasi yang dipilih buat insisi melintang ± 4 mm dengan
menggunakan sklapel.
5) Mulailah dengan mencabut kapsul yang mudah diraba dari dari luar.
6) Dorong ujung kapsul kearah insisi dengan jari tangan sampai ujung
kapsul tampak pada luka insisi.
7) Jepit ujung kapsul yang tampak pada luka insisi tersebut dengan klem
lengkung ( mosquito )
8) Bebaskan kapsul dari jaringan ikat yang melingkupinya.
9) Jepit ujung kapsul yang terbebas dari jaringan yang melingkupinya
104
Lampiran vii
Tubektomi
RSUP Dr. M No. Dokumen No. Revisi Halaman
Hoesin
Palembang
Standar Tanggal terbit, Ditetapkan oleh
Direktur medik dan keperawatan,
Prosedur
Operasional
Dr. H M Alsen Arlan SpB
Definisi Tubektomi merupakan metode kontrasepsi pada wanita yang biasanya dilakukan
dengan mengikat atau memotong atau memasang cincin pada kedua tuba falopi
yang dapat dicapai baik dengan mini laparotomi atau laparoskopi. Tubektomi
atau sterilisasi adalah cara kontrasepsi permanen dan terpilih jika wanita tidak
ingin hamil lagi
Teknik operasi 1) Minilaparotomi
2) Laparoskopi
Mekanisme Mencegah bertemunya sel telur dan sel sperma dengan jalan mengikat,
memotong atau memasang cincin pada kedua tuba.
Kerja
Indikasi a) PUS yang tidak menginginkan untuk memperoleh keturunan lagi
b) Perempuan dengan gangguann kesehatan yang bertambah berat jika terjadi
kehamilan.
c) Keadaan dimana risiko kehamilan berikutnya meningkat meskipun secara
105
LaparoskopiTubektomi
Pneumoperitoneum
e) Instruksikan teknisi untuk menempatkan klien dalam posisi kepala ke bawah (
trendelenberg ) dengan sudut 600.
f) Dengan hati-hati ambil bagian pinggir umbilical inferior dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan yang tidak dominan dan angkat
dinding abdomen menjauhi usus.
g) Dengan menggunakan ujung mata pisau bedah, buat sayatan kecil, sekitar 1,5
cm, pada kulit di sepanjang pinggiran margin umbilical inferior.
h) Ambil batang jarum veres dan insersikan melalui sayatan tersebut pada sudut
450 menuju pelvis. Dua bagian merupakan bagian lepas yang berbeda akan
terasa pada saat fasia terpenetrasi daqn peritoneum dengan CO2 dialirkan.
i) Hubungkan selang insuflator pada stop cockjarum verres. Minta teknisi untuk
meyambungkan ujung yang lain ke unit insuflator.
j) Periksa apakah andomen sudah dimasuki dengan benar dengan menggunakan
alt ukur tekanan pada unit insuflator untuk memeriksa tekanan negative
intraabdomen
k) Gunakan tombol aliran tinggi dari unti insuflator untuk memasukkan gas CO2
pada kecepatan 1 liter/menit.
l) Mulailah insuflasi pada abdomen.
m) Ketuk-ketuk abdomen bagian bawah dan dengarkan apakah terdapat suara
seperti drum yang mengindikasikanterbentuknya pneumoperitoneum dengan
sempurna.
n) Lepas jarum verres setelah memasukkan 1,5 – 2,0 liter CO2 atau setelah
abdomen bagian bawah mencapai ukuran seperti hamil 20 minggu.
o) Minta perawat untuk mengisi cincin Faloppii ( Faloppii ring)
Akses abdomen
a) Periksa katup terompet dan seal karet dari lengan trokar untuk memastikan
alat tersebut hampa udara.
b) Perluas sayatan awal hingga mencapai lebar sekitar 2 cm
c) Rakit unit trokar dengan memasukkan trokar ke dalam lengan trokar.
d) Ambil dinding abdomen aterior yang langsung berada dibawah umbilikus dan
angkat.
e) Tahan trokar yang yang telah dirakit pada tangan yang dominan, pastikan
bahwa thenar eminence berada di ujung atas trokar.
f) Miringkan pegangan trokar menuju kepala dengan sudut 60 – 70 0 dengan
mengarahkan ujung trokar ke titik khayalan yang berada pada kavum douglas.
Aplikasikan gaya ke bawah dan memelintir untuk membalik fasia dan
peritoneum. Hentikan setelah peritoneum terasa lepas.
g) Tarik trokar sedikit dan majukan lengan trokar 1 -2 cm ke dalamm ringga
107
Lampiran viii
Diagnosis banding -
Pemeriksaan penunjang Sesuai indikasi
Terapi KIE ( konseling, Informasi dan Edukasi )
Edukasi KIE ( Konseling,Informasi dan Edukasi )
Prognosis Advitam : dubia ad bonam
Adfungsionam : dubia ad bonam
Taksiran lama perawatan 1 hari
Kriteria Kelayakan Medis 1/2/3/4
Penelaah Kritis Dr. H. Azhari SpOG ( K )
Indikator Medis WUS yang menginginkan untuk menggunakan metode
kontrasepsi MOW
Indikasi medis yang mengharuskan untuk menggunakan
kontrasepsi MOW
Kepustakaan 1. Affandi B, Adriaanz G, Gunardi ER, Koesno H, Buku
panduan praktis pelayanan kontrasepsi, edisi 3, Jakarta, PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2013.
2. Adriaanz G, Hadijono S, Santoso BI, Madjid OA, Tobing C,
Soekir S, Pelatihan klinik teknologi kontrasepsi terkini
( contraception technology update ) buku panduan peserta,
Jakarta, JNPK-KR ( National Clinical Training Network in
Reproductive Health ) Indonesian Ministry of Health Board
of Population and Family Planing ), Januari 2011.
3. Affandi B, Soebijanto S, Hadisaputra W, Chan MSN,
Wiweko B, Situmorang H, editor, Course handbook : basic
surgical skill nin laparoscopy guide for participants, Jakarta,
Indonesian college of obstetrics and gynecology, 2009.
PERSETUJUAN PENELITIAN
Setelah mendapat penjelasan tentang manfaat, tujuan dan efek samping dari
112
________________ 2017
Dokter yang melakukan Yang membuat pernyataan
(Dr. ) ( )
Lampiran X
A. IDENTITAS PASIEN
Nama responden :
Nama suami :
Med/Reg :
Pasien : poliklinik / rawat inap *
Alamat :
Telepon :
Usia :
113
Agama :
Pendidikan (tamat) : tidak sekolah / SD/ SLTP/ SMA/ Perguruan tinggi
Jumlah anak hidup :
* coret salah satu
B. PENGGUNAAN KONTRASEPSI
Lingkari pilihan sesuai jawaban anda
C. TINGKAT PENGETAHUAN
Lingkari pilihan sesuai jawaban anda
Tidak
10. Menurut ibu, efek samping apa yang ditimbulkan dari pemakaian alat
kontrasepsi?
a. Perdarahan 1. Ya 2. Tidak
b. Infeksi 1. Ya 2. Tidak
11. Menurut ibu, kontrasepsi apa yang cocok untuk wanita kawin usia kurang
dari 20 tahun ?
a. Kondom 1. Ya 2. Tidak
b. Pil 1. Ya 2. Tidak
c. Suntik 1. Ya 2. Tidak
116
d. Implant/Susuk 1. Ya 2. Tidak
e. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) 1. Ya 2. Tidak
f. Sterilisasi wanita (Metode Operasi Wanita/MOP) 1. Ya 2. Tidak
g. Sterilisasi pria (Metode Operasi Pria/MOP) 1. Ya 2. Tidak\
D. SIKAP IBU
Berilah tanda centang (√ ) pada salah satu kolom yang ada di sebelah
kanan sesuai dengan pendapat anda
S : setuju
R : ragu-ragu
TS : tidak setuju
No Sikap ibu S R TS
12. Kontrasepsi yang berisi hormon (pil, suntik,
susuk) tidak dapat menyebabkan orang sakit
jantung menahun
13. Bila menggunakan kontrasepsi spiral, ibu boleh
bekerja seperti biasa
14. Ibu mau menggunakan spiral karena murah
15. Ibu mau menggunakan spiral karena tidak
menyebabkan gemuk
16. Bila merasa pusing setelah menggunakan
kontrasepsi, ibu segera berobat ke petugas
kesehatan
17. Ibu mau menggunakan kontrasepsi spiral
karena tidak mengganggu hubungan seksual
18. Ibu tidak khawatir nyeri haid setelah
menggunakan spiral
19. Ibu tidak khawatir gemuk setelah
menggunakan pil KB atau suntik KB
20. Ibu tidak khawatir nyeri saat pemasangan susuk
21. Jika haid lebih banyak dan lama setelah
menggunakan spiral, ibu tidak perlu cemas
22. Ibu menyusui yang menggunakan spiral tidak
perlu cemas ASI nya akan berkurang
23. Ibu tidak khawatir nyeri saat operasi sterilisasi
117
25. Alat KB apa saja yang ada di poliklinik KB di RSMH yang ibu ketahui ?
a. pil KB
b. IUD/ spiral/ AKDR
c. suntik KB
d. implant/ susuk
e. kondom
f. sterilisasi
g. lain-lain (jelaskan) ________________________________________
G. ALUR RUJUKAN
Lingkari pilihan sesuai jawaban anda
29. Darimana ibu mendapat rujukan sebelum ke RSMH ?
a. Dokter kandungan/ umum
b. Bidan
c. Puskesmas
d. Rumah sakit
30. Bagaimana menurut ibu selama mengurus surat rujukan ke RSMH ?
a. Mudah
b. Sulit
31. Apakah dengan alur rujukan BPJS seperti ini memudahkan ibu untuk
mendapatkan pelayanan kontrasepsi ?
a. Ya
b. Tidak
H. INFORMASI PETUGAS
Lingkari pilihan sesuai jawaban anda
32. Apakah ibu pernah mendapatkan informasi tentang kontrasepsi dari petugas
KB?
a. Ya
b. Tidak
33. Jika “tidak”, siapa saja yang memberikan informasi tentang kontrasepsi
kepada ibu?
a. Dokter 1. Ya 2. Tidak
b. Perawat 1. Ya 2. Tidak
119
c. Bidan 1. Ya 2. Tidak
d. Tetangga/teman yang telah menjadi peserta KB 1. Ya 2. Tidak
e. Lainnya jelaskan 1. Ya 2. Tidak
f. Tidak tahu 1. Ya 2. Tidak
34. Jika “ya” kapan terakhir ibu mendapatkan informasi tentang kontrasepsi
dari petugas lapangan KB? ___________________________________
bulan
35. Berapa kali ibu mendapatkan informasi tentang kontrasepsi dari petugas
lapangan KB dalam setahun? ______________________________ kali
36. Dimana ibu diberikan informasi tentang kontrasepsi oleh petugas lapangan
KB?
a. Di rumah 1. Ya 2. Tidak
b. Di balai desa 1. Ya 2. Tidak
c. Di posyandu 1. Ya 2. Tidak
d. Di polindes 1. Ya 2. Tidak
e. Di puskesmas 1. Ya 2. Tidak
f. Di rumah sakit 1. Ya 2. Tidak
g. Lainnya jelaskan 1. Ya 2. Tidak
h. Tidak tahu 1. Ya 2. Tidak
37. Informasi apa saja yang diberikan oleh petugas lapangan KB?
a. Jenis-jenis metode kontrasepsi 1 ya 2. Tidak
b. Memberi penjelasan tentang pentingnya ikut KB 1 ya 2. Tidak
c. Manfaat KB 1 ya 2. Tidak
d. Memberi penjelasan tentang pelayanan KB 1 ya 2. Tidak
e. Lainnya, jelaskan ____________________________________
I. DUKUNGAN SUAMI
Lingkari pilihan sesuai jawaban anda
38. Apakah suami ibu memberikan dukungan kepada ibu untuk menggunakan
kontrasepsi?
a. Ya
120
b. Tidak
39. Jika “tidak”, apa alasan suami ibu tidak mendukung menggunakan
kontrasepsi ?
a. Dilarang agama
b. Ingin punya anak lagi
c. Kontrasepsi dapat mengganggu hubungan seksual
d. Kontrasepsi menyebabkan ibu sakit dan haid tidak teratur
40. Apakah kontrasepsi yang ibu gunakan disarankan oleh suami ibu?
a. Ya
b. Tidak
41. Apakah pada saat pemasangan kontrasepsi, suami ibu ikut mengantar ke
tempat pelayanan?
a. Ya
b. Tidak
42. Apakah pada saat pemasangan kontrasepsi, suami ibu memberikan biaya?
a. Ya
b. Tidak
43. Apakah suami ibu selalu mengingatkan untuk melakukan pemasangan
ulang kontrasepsi?
a. Ya
b. Tidak
J. SIKAP PETUGAS
Lingkari pilihan sesuai jawaban anda
44. Apakah ibu nyaman dengan cara petugas KB menyampaikan informasi
tentang kontrasepsi ?
a. Ya
b. Tidak
45. Apakah ibu memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan karena tertarik
dengan informasi dari petugas KB ?
a. Ya
121
b. Tidak
46. Apakah petugas KB mendukung pilihan alat kontrasepsi ibu ?
a. Ya
b. Tidak
K. KEPERCAYAAN
Berilah tanda centang (√ ) pada salah satu kolom yang ada di sebelah kanan
sesuai dengan pendapat anda
S : setuju
R : ragu-ragu
TS: tidak setuju
No Uraian pernyataan S R TS
47. Merencanakan jumlah anak yang sedikit
dengan program KB dalam agama
diperbolehkan
48. Merencanaan jumlah anak yang sedikit dengan
metode KB dalam adat istiadat atau budaya
suku ibu dapat diterima
49. Dalam ungkapan budaya, banyak anak banyak
rejeki, ibu percaya ungkapan ini tidak
bertentangan dengan program KB
50. Mempunyai anak dalam jumlah sedikit dapat
menjamin hari tua sehingga ibu mau ikut
program KB
51. Ibu percaya anak perempuan dapat meneruskan
keturunan meskipun tanpa anak laki-laki
122
Jenis Perawatan
Jenis Perawatan
Alamat Responden
Alamat Responden
Alamat
Jenis Kontrasepsi
Non
Kontrasepsi
Kontrasepsi Mantap/Tanp
Mantap a Kontrasepsi Total
Alamat Dalam Kota Count 6 52 58
Responden
% within Alamat
10.3% 89.7% 100.0%
Responden
% within Jenis
33.3% 59.1% 54.7%
Kontrasepsi
% of Total 5.7% 49.1% 54.7%
Luar Kota Count 12 36 48
% within Alamat
25.0% 75.0% 100.0%
Responden
% within Jenis
66.7% 40.9% 45.3%
Kontrasepsi
% of Total 11.3% 34.0% 45.3%
Total Count 18 88 106
% within Alamat
17.0% 83.0% 100.0%
Responden
% within Jenis
100.0% 100.0% 100.0%
Kontrasepsi
% of Total 17.0% 83.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.001a 1 .045
b
Continuity Correction 3.029 1 .082
Likelihood Ratio 4.019 1 .045
Fisher's Exact Test .068 .041
Linear-by-Linear
3.964 1 .046
Association
N of Valid Casesb 106
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,15.
b. Computed only for a 2x2 table
Alamat Responden
Luar Kota
124
Penggunaan Kontrasepsi
Kontrasepsi
Jenis Kontrasepsi
Jenis
Kontrasepsi
Jenis Kontrasepsi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kontrasepsi Mantap 18 17.0 17.0 17.0
Non Kontrasepsi
88 83.0 83.0 100.0
Mantap/Tanpa Kontrasepsi
Total 106 100.0 100.0
Usia
Descriptive Statistics
Jenis Kontrasepsi
Non
Kontrasepsi
Kontrasepsi Mantap/Tanpa
Mantap Kontrasepsi Total
Usia > 35 tahun Count 7 19 26
Responden
% within Usia Responden 26.9% 73.1% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 38.9% 21.6% 24.5%
% of Total 6.6% 17.9% 24.5%
<= 35 tahun Count 11 69 80
% within Usia Responden 13.8% 86.2% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 61.1% 78.4% 75.5%
% of Total 10.4% 65.1% 75.5%
Total Count 18 88 106
% within Usia Responden 17.0% 83.0% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 17.0% 83.0% 100.0%
127
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 2.415a 1 .120
b
Continuity Correction 1.571 1 .210
Likelihood Ratio 2.231 1 .135
Fisher's Exact Test .138 .107
Linear-by-Linear
2.393 1 .122
Association
N of Valid Casesb 106
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,42.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statisti
Jenis Kontrasepsi Statistic df Sig. c df Sig.
Usia Kontrasepsi Mantap .200 18 .055 .901 18 .061
Non Kontrasepsi
Mantap/Tanpa .071 88 .200* .978 88 .130
Kontrasepsi
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Group Statistics
Pendidikan
Pendidikan * Jenis Kontrasepsi Crosstabulation
Jenis Kontrasepsi
Non
Kontrasepsi
Kontrasepsi Mantap/Tanpa
Mantap Kontrasepsi Total
Pendidikan Tidak Sekolah Count 0 1 1
% within Pendidikan .0% 100.0% 100.0%
% within Jenis
.0% 1.1% .9%
Kontrasepsi
% of Total .0% .9% .9%
SD Count 5 22 27
% within Pendidikan 18.5% 81.5% 100.0%
% within Jenis
27.8% 25.0% 25.5%
Kontrasepsi
% of Total 4.7% 20.8% 25.5%
SLTP Count 5 12 17
% within Pendidikan 29.4% 70.6% 100.0%
% within Jenis
27.8% 13.6% 16.0%
Kontrasepsi
% of Total 4.7% 11.3% 16.0%
SLTA Count 5 41 46
% within Pendidikan 10.9% 89.1% 100.0%
% within Jenis
27.8% 46.6% 43.4%
Kontrasepsi
% of Total 4.7% 38.7% 43.4%
Perguruan Tinggi Count 3 12 15
% within Pendidikan 20.0% 80.0% 100.0%
129
% within Jenis
16.7% 13.6% 14.2%
Kontrasepsi
% of Total 2.8% 11.3% 14.2%
Total Count 18 88 106
% within Pendidikan 17.0% 83.0% 100.0%
% within Jenis
100.0% 100.0% 100.0%
Kontrasepsi
% of Total 17.0% 83.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Jenis Kontrasepsi
Non
Kontrasepsi
Kontrasepsi Mantap/Tanp
Mantap a Kontrasepsi Total
Pendidikan Pendidikan Count 10 35 45
Rendah
% within Pendidikan 22.2% 77.8% 100.0%
% within Jenis
55.6% 39.8% 42.5%
Kontrasepsi
% of Total 9.4% 33.0% 42.5%
Pendidikan Tinggi Count 8 53 61
% within Pendidikan 13.1% 86.9% 100.0%
% within Jenis
44.4% 60.2% 57.5%
Kontrasepsi
% of Total 7.5% 50.0% 57.5%
Total Count 18 88 106
% within Pendidikan 17.0% 83.0% 100.0%
% within Jenis
100.0% 100.0% 100.0%
Kontrasepsi
% of Total 17.0% 83.0% 100.0%
130
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.524a 1 .217
b
Continuity Correction .946 1 .331
Likelihood Ratio 1.506 1 .220
Fisher's Exact Test .296 .165
Linear-by-Linear
1.509 1 .219
Association
N of Valid Casesb 106
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,64.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Pekerjaan
Pekerjaan * Jenis Kontrasepsi Crosstabulation
Jenis Kontrasepsi
Non
Kontrasepsi
Kontrasepsi Mantap/Tanpa
Mantap Kontrasepsi Total
Pekerjaan Dokter Count 1 0 1
% within Pekerjaan 100.0% .0% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 5.6% .0% .9%
% of Total .9% .0% .9%
Guru Count 1 1 2
% within Pekerjaan 50.0% 50.0% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 5.6% 1.1% 1.9%
% of Total .9% .9% 1.9%
IRT Count 13 75 88
% within Pekerjaan 14.8% 85.2% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 72.2% 85.2% 83.0%
% of Total 12.3% 70.8% 83.0%
131
Karyawan Count 2 7 9
Swasta
% within Pekerjaan 22.2% 77.8% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 11.1% 8.0% 8.5%
% of Total 1.9% 6.6% 8.5%
PNS Count 0 3 3
% within Pekerjaan .0% 100.0% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi .0% 3.4% 2.8%
% of Total .0% 2.8% 2.8%
Petani Count 1 1 2
% within Pekerjaan 50.0% 50.0% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 5.6% 1.1% 1.9%
% of Total .9% .9% 1.9%
Wiraswasta Count 0 1 1
% within Pekerjaan .0% 100.0% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi .0% 1.1% .9%
% of Total .0% .9% .9%
Total Count 18 88 106
% within Pekerjaan 17.0% 83.0% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 17.0% 83.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Jenis Kontrasepsi
Non
Kontrasepsi
Kontrasepsi Mantap/Tanpa
Mantap Kontrasepsi Total
Pekerjaan Bekerja Count 5 13 18
% within Pekerjaan 27.8% 72.2% 100.0%
% within Jenis
27.8% 14.8% 17.0%
Kontrasepsi
% of Total 4.7% 12.3% 17.0%
Tidak Bekerja Count 13 75 88
% within Pekerjaan 14.8% 85.2% 100.0%
% within Jenis 72.2% 85.2% 83.0%
Kontrasepsi
132
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.793a 1 .181
b
Continuity Correction .989 1 .320
Likelihood Ratio 1.615 1 .204
Fisher's Exact Test .184 .159
Linear-by-Linear
1.776 1 .183
Association
N of Valid Casesb 106
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,06.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Jumlah Anak
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Report
Jumlah Anak
Jenis Kontrasepsi Mean N Std. Deviation Median Minimum Maximum
Kontrasepsi Mantap 2.4444 18 1.09664 3.0000 1.00 4.00
Non Kontrasepsi
Mantap/Tanpa 1.7955 88 1.43165 1.0000 .00 8.00
Kontrasepsi
Total 1.9057 106 1.39747 2.0000 .00 8.00
Jenis Kontrasepsi
Non
Kontrasepsi
Kontrasepsi Mantap/Tanpa
Mantap Kontrasepsi Total
Jumlah Anak > 2 Orang Count 10 21 31
% within Jumlah Anak 32.3% 67.7% 100.0%
% within Jenis
55.6% 23.9% 29.2%
Kontrasepsi
% of Total 9.4% 19.8% 29.2%
<= 2 Orang Count 8 67 75
% within Jumlah Anak 10.7% 89.3% 100.0%
% within Jenis
44.4% 76.1% 70.8%
Kontrasepsi
% of Total 7.5% 63.2% 70.8%
Total Count 18 88 106
% within Jumlah Anak 17.0% 83.0% 100.0%
% within Jenis
100.0% 100.0% 100.0%
Kontrasepsi
% of Total 17.0% 83.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 7.253a 1 .007
b
Continuity Correction 5.803 1 .016
Likelihood Ratio 6.676 1 .010
Fisher's Exact Test .011 .010
Linear-by-Linear
7.185 1 .007
Association
N of Valid Casesb 106
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,26.
b. Computed only for a 2x2 table
134
Risk Estimate
Tingkat Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan * Jenis Kontrasepsi Crosstabulation
Jenis Kontrasepsi
Non
Kontrasepsi
Kontrasepsi Mantap/Tanp
Mantap a Kontrasepsi Total
Tingkat Baik Count 8 15 23
Pengetahuan
% within Tingkat
34.8% 65.2% 100.0%
Pengetahuan
% within Jenis
44.4% 17.0% 21.7%
Kontrasepsi
% of Total 7.5% 14.2% 21.7%
Kurang Baik Count 10 73 83
% within Tingkat
12.0% 88.0% 100.0%
Pengetahuan
% within Jenis
55.6% 83.0% 78.3%
Kontrasepsi
% of Total 9.4% 68.9% 78.3%
Total Count 18 88 106
% within Tingkat
17.0% 83.0% 100.0%
Pengetahuan
% within Jenis
100.0% 100.0% 100.0%
Kontrasepsi
% of Total 17.0% 83.0% 100.0%
135
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.603a 1 .010
b
Continuity Correction 5.089 1 .024
Likelihood Ratio 5.796 1 .016
Fisher's Exact Test .023 .016
Linear-by-Linear
6.540 1 .011
Association
N of Valid Casesb 106
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,91.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Sikap Ibu
Sikap Ibu * Jenis Kontrasepsi Crosstabulation
Jenis Kontrasepsi
Non
Kontrasepsi
Kontrasepsi Mantap/Tanpa
Mantap Kontrasepsi Total
Sikap Ibu Baik Count 15 67 82
% within Sikap Ibu 18.3% 81.7% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 83.3% 76.1% 77.4%
% of Total 14.2% 63.2% 77.4%
Kurang Baik Count 3 21 24
% within Sikap Ibu 12.5% 87.5% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 16.7% 23.9% 22.6%
% of Total 2.8% 19.8% 22.6%
Total Count 18 88 106
% within Sikap Ibu 17.0% 83.0% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 100.0% 100.0% 100.0%
136
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .442a 1 .506
b
Continuity Correction .127 1 .722
Likelihood Ratio .468 1 .494
Fisher's Exact Test .758 .375
Linear-by-Linear
.438 1 .508
Association
N of Valid Casesb 106
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,08.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Jenis Kontrasepsi
Non
Kontrasepsi
Kontrasepsi Mantap/Tanp
Mantap a Kontrasepsi Total
Ketersediaan Lengkap Count 9 37 46
Alat
Kontrasepsi % within Ketersediaan Alat
19.6% 80.4% 100.0%
Kontrasepsi
% within Jenis Kontrasepsi 50.0% 42.0% 43.4%
% of Total 8.5% 34.9% 43.4%
Kurang Count 9 51 60
Lengkap
% within Ketersediaan Alat
15.0% 85.0% 100.0%
Kontrasepsi
% within Jenis Kontrasepsi 50.0% 58.0% 56.6%
137
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .385a 1 .535
b
Continuity Correction .129 1 .719
Likelihood Ratio .382 1 .536
Fisher's Exact Test .606 .358
Linear-by-Linear
.381 1 .537
Association
N of Valid Casesb 106
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,81.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Jenis Kontrasepsi
Non
Kontrasepsi
Kontrasepsi Mantap/Tanp
Mantap a Kontrasepsi Total
Sumber Daya Tersedia Count 15 65 80
Manusia
% within Sumber
18.8% 81.2% 100.0%
Daya Manusia
% within Jenis
83.3% 73.9% 75.5%
Kontrasepsi
% of Total 14.2% 61.3% 75.5%
138
Kurang Count 3 23 26
Tersedia
% within Sumber
11.5% 88.5% 100.0%
Daya Manusia
% within Jenis
16.7% 26.1% 24.5%
Kontrasepsi
% of Total 2.8% 21.7% 24.5%
Total Count 18 88 106
% within Sumber
17.0% 83.0% 100.0%
Daya Manusia
% within Jenis
100.0% 100.0% 100.0%
Kontrasepsi
% of Total 17.0% 83.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .724a 1 .395
b
Continuity Correction .303 1 .582
Likelihood Ratio .775 1 .379
Fisher's Exact Test .552 .301
Linear-by-Linear
.717 1 .397
Association
N of Valid Casesb 106
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,42.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Alur Rujukan
Alur Rujukan * Jenis Kontrasepsi Crosstabulation
Jenis Kontrasepsi Total
139
Non
Kontrasepsi
Kontrasepsi Mantap/Tanpa
Mantap Kontrasepsi
Alur Rujukan Mudah Count 13 50 63
% within Alur Rujukan 20.6% 79.4% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 72.2% 56.8% 59.4%
% of Total 12.3% 47.2% 59.4%
Sulit Count 5 38 43
% within Alur Rujukan 11.6% 88.4% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 27.8% 43.2% 40.6%
% of Total 4.7% 35.8% 40.6%
Total Count 18 88 106
% within Alur Rujukan 17.0% 83.0% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 17.0% 83.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.471a 1 .225
b
Continuity Correction .901 1 .342
Likelihood Ratio 1.528 1 .216
Fisher's Exact Test .296 .172
Linear-by-Linear
1.457 1 .227
Association
N of Valid Casesb 106
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,30.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Sikap Petugas
140
Jenis Kontrasepsi
Non
Kontrasepsi
Kontrasepsi Mantap/Tanpa
Mantap Kontrasepsi Total
Sikap Petugas Baik Count 11 52 63
% within Sikap Petugas 17.5% 82.5% 100.0%
% within Jenis
61.1% 59.1% 59.4%
Kontrasepsi
% of Total 10.4% 49.1% 59.4%
Kurang Baik Count 7 36 43
% within Sikap Petugas 16.3% 83.7% 100.0%
% within Jenis
38.9% 40.9% 40.6%
Kontrasepsi
% of Total 6.6% 34.0% 40.6%
Total Count 18 88 106
% within Sikap Petugas 17.0% 83.0% 100.0%
% within Jenis
100.0% 100.0% 100.0%
Kontrasepsi
% of Total 17.0% 83.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .025a 1 .874
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .025 1 .873
Fisher's Exact Test 1.000 .546
Linear-by-Linear
.025 1 .874
Association
N of Valid Casesb 106
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,30.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Informasi Petugas
Informasi Petugas * Jenis Kontrasepsi Crosstabulation
Jenis Kontrasepsi
Non
Kontrasepsi
Kontrasepsi Mantap/Tanp
Mantap a Kontrasepsi Total
Informasi Baik Count 11 48 59
Petugas
% within Informasi Petugas 18.6% 81.4% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 61.1% 54.5% 55.7%
% of Total 10.4% 45.3% 55.7%
Kurang Baik Count 7 40 47
% within Informasi Petugas 14.9% 85.1% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 38.9% 45.5% 44.3%
% of Total 6.6% 37.7% 44.3%
Total Count 18 88 106
% within Informasi Petugas 17.0% 83.0% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 17.0% 83.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .261a 1 .609
b
Continuity Correction .063 1 .802
Likelihood Ratio .263 1 .608
Fisher's Exact Test .795 .404
Linear-by-Linear
.259 1 .611
Association
N of Valid Casesb 106
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,98.
b. Computed only for a 2x2 table
142
Risk Estimate
Dukungan Suami
Dukungan Suami * Jenis Kontrasepsi Crosstabulation
Jenis Kontrasepsi
Non
Kontrasepsi
Kontrasepsi Mantap/Tanp
Mantap a Kontrasepsi Total
Dukungan Mendukung Count 15 43 58
Suami
% within Dukungan Suami 25.9% 74.1% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 83.3% 48.9% 54.7%
% of Total 14.2% 40.6% 54.7%
Tidak Count 3 45 48
Mendukung
% within Dukungan Suami 6.2% 93.8% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 16.7% 51.1% 45.3%
% of Total 2.8% 42.5% 45.3%
Total Count 18 88 106
% within Dukungan Suami 17.0% 83.0% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 17.0% 83.0% 100.0%
143
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 7.166a 1 .007
b
Continuity Correction 5.842 1 .016
Likelihood Ratio 7.834 1 .005
Fisher's Exact Test .009 .006
Linear-by-Linear
7.098 1 .008
Association
N of Valid Casesb 106
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,15.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Kepercayaan
Kepercayaan * Jenis Kontrasepsi Crosstabulation
Jenis Kontrasepsi
Non
Kontrasepsi
Kontrasepsi Mantap/Tanp
Mantap a Kontrasepsi Total
Kepercayaan Mendukung Count 7 26 33
% within Kepercayaan 21.2% 78.8% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 38.9% 29.5% 31.1%
% of Total 6.6% 24.5% 31.1%
Tidak Count 11 62 73
Mendukung
% within Kepercayaan 15.1% 84.9% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 61.1% 70.5% 68.9%
% of Total 10.4% 58.5% 68.9%
Total Count 18 88 106
% within Kepercayaan 17.0% 83.0% 100.0%
% within Jenis Kontrasepsi 100.0% 100.0% 100.0%
144
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .608a 1 .435
b
Continuity Correction .251 1 .617
Likelihood Ratio .590 1 .442
Fisher's Exact Test .577 .303
Linear-by-Linear
.603 1 .438
Association
N of Valid Casesb 106
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,60.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Parameter coding
Frequency (1)
Dukungan Suami Mendukung 58 .000
Tidak Mendukung 48 1.000
Jumlah Anak > 2 Orang 31 .000
<= 2 Orang 75 1.000
Tingkat Pengetahuan Baik 23 .000
Kurang Baik 83 1.000
Usia Responden > 35 tahun 26 .000
<= 35 tahun 80 1.000
Parameter coding
Frequency (1)
Dukungan Suami Mendukung 58 .000
Tidak Mendukung 48 1.000
Jumlah Anak > 2 Orang 31 .000
<= 2 Orang 75 1.000
Tingkat Pengetahuan Baik 23 .000
Kurang Baik 83 1.000
Usia Responden > 35 tahun 26 .000
<= 35 tahun 80 1.000
95,0% C.I.for
EXP(B)