Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN DIAGNOSA PERILAKU KEKERASAN (PK)


DI RUANGAN SAWIT RSKD DADI
MAKASSAR

ISNANIAH

17013

CI LAHAN CI INSTITUSI

(………..……) (………………….)

AKADEMI KEPERAWATAN MAKASSAR

YAYASAN PENDIDIKAN MAKASSAR

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Perilaku Kekerasan
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan (fitria, 2009).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Purba dkk, 2008).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri, maupun
orang lain (Yoseph, 2007).
Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang
stress berat, membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri,
misalkan: memaki-maki orang disekitarnya, membanting-banting barang,
menciderai diri dan orang lain, bahkan membakar rumah.
B. PENYEBAB
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Psikologis
Psiconalytical Theory : teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan
akibat dari instructual drives. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia
dipengaruhi oleh dua insting, pertama insting hidup yang diekspresikan dengan
seksualitas ; dan kedua : insting kematian yang diekspresikan dengan agresifitas.
b. Faktor Sosial Budaya
Ini mengemukakan bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain.
Agresif dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering
mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi
seseorang akan berespon terhadap keterbangkitan emosionalnya secara agresif
sesuai dengan respon yang dipelajarinya. Kultur dapat pula mempengaruhi
perilaku kekerasan, adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi
agresif mana yang diterima atau tidak dapat diterima sehingga dapat membantu
individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.
c. Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif mempunyai dasar
biologis, penelitian neurobiologis mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus
elektris ringan pada hipotalamus (yang berada ditengah sistem limbik).
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya
terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal
dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang, ketika sesorang merasa
terancam, mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber
kemarahannya. Ancaman dapat berupa internal ataupun eksternal, contoh stressor
eksternal : serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang dianggap bermakna
dan adanya kritikan dari orang lain, sedangkan contoh dari stressor internal :
merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan seseoranga yang dicintai, dan
ketakutan terhadap penyakit yang diderita. Bila dilihat dari sudut pandang
perawatklien, maka faktor yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan
terbagi dua yaitu :
a) Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, kurang
percaya diri.
b) Lingkungan : ribut, kehilangan orang atau objek yang berharga,
konflik interaksi social.
C. RENTANG RESPON

Keterangan :
1. Perilaku asertif yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa
menyalahkan atau meyakiti orang lain, hal ini dapat menimbulkan kelegaan pada
individu.
2. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang
tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
3. Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk mengungkapkan
perasaan marah yang sekarang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari
suatu tuntunan nyata.
4. Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau ketakutan/
panik. Agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan mengamuk, mendekati
orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai.
Umumnya klien dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.
5. Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan
ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata
ancaman, melukai pada tingkat ringan sampa pada yang paling berat. Klien tidak
mampu mengendalikan diri.
D. TANDA DAN GEJALA
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah
sebagai berikut:
1. Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/ pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Postur tubuh kaku
f. Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
f. Ketus
3. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual
E. AKIBAT DARI PERILAKU KEKERASAN
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai
diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan
yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.
III. A. POHON MASALAH
Risiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Perilaku kekerasan / amuk

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif


B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan perilaku
kekerasan, yaitu :
1. Perilaku kekerasan
2. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4. Harga diri rendah kronis
5. Isolasi sosial
6. Berduka disfungsional
7. penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
8. koping keluarga inefektif
Sedangkan data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku
kekerasan adalah :
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
a. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
c. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
a. Mata merah, wajah agak merah.
b. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
c. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d. Merusak dan melempar barang-barang.
2. Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif :
a. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
c. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif ;
a. Mata merah, wajah agak merah.
b. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
c. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d. Merusak dan melempar barang-barang.
3. Gangguan harga diri : harga diri rendah
Data subyektif:
a. Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
a. Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa : Perilaku Kekerasan
a. Tujuan Umum
Klien tidak melakukan tindakan kekerasan baik kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.
b. Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi :
a) Klien mau membalas salam
b) Klien mau berjabat tangan
c) Kllien mau menyebut nama
d) Klien mau tersenyum
e) Klien ada kontak mata
f) Klien mau mengetahui nama perawat
g) Klien mau menyediakan waktu untuk perawat
Intervensi Keperawatan :
a) Beri salam dan panggil nama klien
b) Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
c) Jelaskan maksud hubungan interaksi
d) Jelaskan kontrak yang akan dibuat
e) Beri rasa aman dan tunjukkan sikap empati
f) Lakukan kontak singkat tetapi sering
Rasionalisasi :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk hubungan
selanjutnya.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Kriteria Evaluasi :
a) Klien mengungkapkan perasaannya
b) Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan marah, jengkel/ kesal
( diri sendiri, orang lain dan lingkungan)
Intervensi keperawatan :
a) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya
b) Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan marah,
jengkel/kesal
Rasionalisasi :
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat membantu
mengurangi stress dan penyebab marah, jengkel/ kesal dapat diketahui.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi :
a) Klien dapt mengungkapkan tanda-tanda marah, jengkel/ kesal
b) Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah, jengkel/ kesal yangdialami
Intervensi keperawatan :
a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami soal marah, jengkel/kesal.
b) Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien
c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/ kesal yang dialamiklien.
Rasionalisasi :
a) Untuk mengetahui hal yang dialami dan dirasakan saat jengkel
b) Untuk mengetahui tanda-tanda klien jengkel/ kesal
c) Menarik kesimpulan bersama klien supaya kllien mengetahui secara
garis besar tanda- tanda marah / kesal.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Kriteria evaluasi:
a) Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukanklien.
b) Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
c) Klien mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah/ tidak
Intervensi Keperawatan:
a) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan klien
b) Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yangbiasa
dilakukan
c) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai.
Rasionalisasi:
a) Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku kekerasan yang
biasadilakukan
b) Untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa klien lakukan dandengan
bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dengandestruktif
c) Dapat membantu klien, dapat menggunakan cara yang dapat
menyelesaikan masalah.
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi:
a) Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.
Intervensi keperawatan:
a) Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang telah dilakukan klien
b) Bersama klien simpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.
c) Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.
Rasionalisasi:
a) Membantu klien menilai perilaku kekerasan yang dilakukan.
b) Dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan klien
dapatmengubah perilaku destruktidf menjadi konstruktif.
c) Agar klien dapat mempelajari perilaku konstruktif yang lain.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan.
Kriteria evaluasi:
Klien dapat melakukan cara berespon terhdap kemarahan secara
konstruktif.
Intervensi:
1. Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat
2. Berikan pujian bila klien mengetahui cara lain yang sehat.
3. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
a) Secara fisik: tarik nafas dalam saat kesal, memukul kasur/
bantal, olah raga, melakukan pekerjaan yang penuh tenaga.
b) Secara verbal: katakan pada perawat atau orang lain
c) Secara sosial: latihan asertif, manajemen PK.
d) Secara spiritual: anjurkan klien sembahyang, berdoa,/ ibadah
lain
Rasionalisasi:
a) Dengan mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan dapat membantu klien menemukan cara yang baik
untuk mengurangi kekesalannya sehingga klien tidak stress lagi.
b) Reinforcement positif dapat memotivasi klien dan meningkatkan
hargadirinya.
c) Berdiskusi dengan klien untuk memilih cara yang lain dan sesuai dengan
kemampuan klien.
7. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi:
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
a) Fisik: tarik nafas dalam, olah raga, menyiram tanaman.
b) Verbal: mengatakan langsung denhan tidak menyakiti.
c) Spiritual : sembahyang, berdoa, ibadah lain
Intervensi keperawatan:
a) Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
b) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
c) Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play).
d) Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi
caratersebut.
e) Anjurkan klien untuk menggunakancara yang telah dipelajari saat marah.
Rasionalisasi:
a) Memberikan stimulasi kepada klien untuk menilai respon
perilakukekerasan secara tepat.
b) Membantu klien dalam membuat keputusan untuk cara yang
telahdipilihnya dengan melihat manfaatnya.
c) Agar klien mengetahui cara marah yang konstruktif
d) Pujian dapat meningkatkan motifasi dan harga diri klien.
e) Agar klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilihnya jika
sedangkesal.
8. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.
Kriteria evaluasi:
1. Keluarga klien dapat:
a) Menyebutkan cara merawat klien yang berperilaku kekerasan
b) Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien
Intervensi keperawatan:
a) Identifikasi kemampuan keluarga klien dari sikap apa yang telahdilakukan
keluarga terhadap klien selama ini.
b) Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
c) Jelaskan cara-cara merawat klien.
d) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.
e) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah
melakukandemonstrasi.
Rasionalisasi:
a) Kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi akan
memungkinkankeluarga untuk melakukan penilaian terhadap perilaku
kekerasan
b) Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat kliensehingga
keluarga terlibat dalam perawatan klien.
c) Agar keluarga dapat klien dengan perilaku kekerasannya
d) Agar keluarga mengetahui cara merawat klien melalui demonstrasiyang
dilihat keluarga secara langsung.
e) Mengeksplorasi perasaan keluarga setelah melakukan demonstrasi.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan)
Kriteria evaluasi:
a) klien dapat menyebutkan obat- obatan yang diminum dan kegunaan
(jenis, waktu, dosis, dan efek)
b) klien dapat minum obat sesuai program terapi
Intervensi keperawatan:
a) Jelaskan jenis- jenis obat yang diminum klien (pada klien dankeluarga)
b) Diskusikan menfaat minum obat dan kerugian jika berhenti minumobat
tanpa seijin dokter
c) Jelaskan prinsip benar minum obat (nama, dosis, waktu, cara minum).
d) Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.
e) Anjurkan klien melapor kepada perawat/ dokter bila merasakan efekyang
tidak menyenangkan.Berikan pujian pada klien bila minum obat dengan
benar.
Rasionalisasi:
a) klien dan keluarga dapat mengetahui mana-mana obat yang diminumoleh
klien.
b) Klien dan keluarga dapat mengetahui kegunaan obat yang dikonsumsi oleh
klien.
c) Klien dan keluarga dapat mengetahui prinsip benar agartidak
terjadikesalahan dalam mengkonsumsi obat.
d) Klien dapat memiliki kesadaran pentingnya minum obat dan
bersediaminum obat dengan kesadaran sendiri.
e) Mengetahui efek samping obat sedini mungkin sehingga tindakandapat
dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari komplikasi.
f) Reinforcement positif dapat memotivasi keluarga dan klien serta
meningkatkan harga diri.
DAFTAR PUSTAKA

1. Keliat, B. A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. (Edisi 2). Jakarta:


EGC.
2. Stuart & Sudart. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa.(Edisi 5). Alih Bahasa:
Ramona P, Kapoh. Jakarta: EGC.

3. Yoseph, Iyus. 2010. Kepeerawatan Jiwa. (Edisi Revisi). Bandung: Revika


Aditama.

Anda mungkin juga menyukai