Anda di halaman 1dari 73

MEMBANGUN HUBUNGAN KERJA YANG

HARMONIS ANTARA PENGUSAHA DAN


PEKERJA / SERIKAT PEKERJA

By : Hermelien Yusuf SH
Yogyakarta, 25 Februari 2018

As part of Certified Industrial Relations Program


Duta Wacana Christian University (UKDW) Yogyakarta

Certified Professional Human Capital Management (CPHCM) – Indonesia


Pungki Purnadi & Associates – www.pungkipurnadiassociates.com
www.pungkipurnadiassociates.com 2
I. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 :
a. Pasal 27 ayat (2) : “Setiap warga Negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”.
b. Pasal 28 D ayat (2) UUD 1945 : Setiap orang berhak untuk
bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil
dan layak dalam hubungan kerja”.
c. Pasal 28 E ayat 3 UUD 1945 : “Setiap orang berhak atas
kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat”.
2. UU No. 21 tahun 2000, tentang serikat Buruh / Serikat Pekerja.
3. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga kerjaan
4. UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial (PPHI).
Pungki Purnadi & Associates – www.pungkipurnadiassociates.com
FUNGSI PERATURAN PERUNDANG –
UNDANGAN KETENAGAKERJAAN
1. Melindungi hak – hak pekerja dan
pengusaha
2. Mengatur keseimbangan dan keserasian
hak hak dan kewajiban pekerja dan
pengusaha
3. Menciptakan ketenangan bekerja dan
kelangsungan berusaha
4. Mendorong tumbuh kembangnya sikap
mental yang sesuai hubungan industrial
PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

MELIPUTI:
1. Perbaikan syarat syarat kerja
2. Perbaikan Upah dan jaminan sosial
3. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
4. Hubungan kerja
Syarat – Syarat kerja
(waktu kerja dan waktu istirahat)
• 7 jam sehari dan 40 jam seminggu untuk 6 hari
kerja dalam seminggu, atau
• 8 jam sehari dan 40 jam seminggu untuk 5 hari
kerja dalam seminggu
• Setelah bekerja 4 jam terus menerus harus diberi
istirahat sedikitnya 30 menit, dan waktu istirahat
tidak termasuk jam kerja
• Istirahat mingguan satu hari untuk 6 hari kerja
dalam seminggu, atau 2 hari untuk 5 hari kerja
dalam seminggu
Syarat – Syarat kerja
(waktu kerja dan waktu istirahat) – con’t
• Cuti tahunan sekurang kurangnya 12 hari kerja setelah pekerja
bekerja 12 bulan secara terus menerus
• Hak cuti gugur, bila jangka waktu 6 bulan pekerja tidak
menggunakan haknya
• Perlindungan pada tenaga kerja wanita :
– Pekerja atau buruh perempuan yang berumur kurang dari 18
tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 – 07.00
– Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja atau buruh
perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya
bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun
dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 – 07.00
Syarat – Syarat kerja
(waktu kerja dan waktu istirahat) – con’t

• Bila pengusaha memperkerjakannya maka


wajib:
i. Memberi makanan dan minuman bergizi
ii. Menjaga kesusilaan dan keamanan
selama ditempat kerja
iii. Pengusaha wajib menyediakan angkutan
antara jemput bagi pekerja atau buruh
perempuan yang berangkat dan pulang
bekerja antara pukul 23.00 – 05.00
Ad 2. UPAH DAN JAMINAN SOSIAL

Pengusaha wajib membayar upah bila:


– Pekerja / buruh sakit termasuk pekerja / buruh
perempuan yang sakit pada hari pertama dan
hari kedua masa haidnya sehingga tidak bisa
melakukan pekerjaan
– Pekerja / buruh menikah dibayar 3 hari
– Menikahkan anaknya dan atau membaptiskan
anaknnya dibayar 2 hari
– Suami / istri, orang tua / mertua / anak /
menantu meninggal dunia dibayar 2 hari
UPAH DAN JAMINAN SOSIAL

Pengusaha wajib membayar upah bila:


– Pekerja / buruh sakit termasuk pekerja / buruh
perempuan yang sakit pada hari pertama dan
hari kedua masa haidnya sehingga tidak bisa
melakukan pekerjaan
– Pekerja / buruh menikah dibayar 3 hari
– Menikahkan anaknya dan atau membaptiskan
anaknnya dibayar 2 hari
– Suami / istri, orang tua / mertua / anak /
menantu meninggal dunia dibayar 2 hari
UPAH DAN JAMINAN SOSIAL

– Anggota keluarga dalam 1 rumah meninggal


dunia dibayar 1 hari
– Setiap pekerja / dan keluarganya berhak
memperoleh jaminan sosial yang diatur dalam
program BPJS ketenagakerjaan dan BPJS
kesehatan
KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (K3)
Tujuan dan sasaran perlindungan:
– Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya
yang berada dalam tempat kerja selalu dan
keadaan sehat dan selamat
– Agar sumber – sumber produksi dapat dipakai
dan digunakan secara efisien
– Agar proses produksi dapat berjalan lancar
tanpa hambatan
HUBUNGAN KERJA

HUBUNGAN KERJA :
Adalah hubungan antara Pengusaha dengan Pekerja /
buruh berdasarkan Perjanjian Kerja, yang mempunyai
unsur : Pekerjaan, Upah dan Perintah.

TERJADINYA HUBUNGAN KERJA


Karena adanya PERJANJIAN KERJA antara
pengusaha dan pekerja / Buruh.
DASAR DIBUATNYA PERJANJIAN
KERJA
1. Kesepakatan kedua belah pihak
2. Kemampuan atau kecakapan melakukan
perbuatan hukum
(Bertentangan dapat dibatalkan)
3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan
4. Pekerjaan yang diperjanjikan, tidak
bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan dan peraturan perundang undangan
yang berlaku.
(Bertentangan batal demi hukum)
INTI PERJANJIAN KERJA

Memuat kewajiban – kewajiban dan hak-hak bagi


pekerja/ buruh dan Pengusaha.

SYARAT – SYARAT KONTRAK KERJA (PKWT):


 Tidak boleh ada masa perobaan
 Harus dibuat secara tertulis
 Tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang
bersifat tetap
 Kontrak kerja dapat diperpanjang atau
diperbaharui
PENGERTIAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

suatu sistem hubungan yang terbentuk antara


para pelaku dalam proses produksi barang dan /
atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha,
pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan
pada nilai nilai pancasila dan undang undang
dasar negara republik tahun 1945
TUJUAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
Umum : mewujudkan cita cita proklamasi :
• Masyarakat adil dan makmur
• Ketertiban dunia
Khusus : Hubungan industrial yang harmonis,
dinamis dan berkeadilan :
• Hak semua pihak terjamin dan terlindungi
• Perselisihan dapat diselesaikan dengan baik,
mogok dan lock out tidak digunakan
• Perhatian terhadap kesejahteraan pekerja
dan kemajuan perusahaan
SARANA DALAM HUBUNGAN
INDUSTRIAL
1. Serikat pekerja/ serikat buruh
2. Organisasi pengusaha
3. Lembaga kerjasama bipartit (internal)
4. Lembaga kerjasama tripartit (eksternal)
5. Peraturan perusahaan / PP (wajib)
6. Perjanjian kerja bersama / PKB
7. Perarturan perundangan ketenagakerjaan
8. Lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial
1. SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH

• Dasar : UU no 21 tahun 2000 j.o no 13 tahun


2003 tentang ketenagakerjaan pasal 104
• Pasal 28 E ayat (3) UU 45
• Konvesi ILO no 87 thn 48 : kebebasan berserikat
dan perlindungan dan hak untuk berorganisasi ,
telah diratifikasi dengan KEPRES no 83 tahun 98
• Konvesi ILO no 98 thn 49 : tentang berlakunya
dasar dasar hak untuk berorganisasi dan
berunding bersama telah diratifikasi dengan
undang undang no 18 tahun 56
1. SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH
Tujuan Ratifikasi Konvensi ILO:
• Sebagai implementasi pasal 28 UUD 45 tentang hak
asasi pekerja untuk berserikat dan berorganisasi
• Untuk demokratisasi dalam hubungan kerja / tempat
kerja
• Untuk meningkatkan potensi dan kualitas hidup
pekerja
• Sebagai media pembelajaraan berorganisasi bagi
pekerja dalam lingkungan kerja
Fungsi Serikat pekerja / serikat
buruh
• Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam
memperjuangkan hak dan kepentingan
anggotanya
• Sebagai perencana pelaksana dan penanggung
jawab pemogokan pekerja/ buruh sesuai dengan
peraturan perundang undangan yang berlaku
• Sebagai wakil pekerja / buruh dalam
memperjuangkan kepemilikan saham dalam
perusahaan
Peran SP SB dalam menjalankan
Fungsinya
• Sebagai pihak dalam pembuatan PKB dan penyelesaian
perselisihan industrial
• Sebagai wakil pekerja / buruh dalam lembaga kerja sama
dibidang ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya
• Sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang
harmonis, dinamis dan berkeadilian sesuai dengan peraturan
perundungan yang berlaku
• Sebagai perencana pelaksana dan penanggung jawab
pemogokan pekerja/ buruh sesuai peraturan perundangan
yang berlaku
• Sebagai wakil pekerja/ buruh dalam memperjuangkan
kepemilikan saham diperusahaan
• Kontrak kerja yang didasarkan pada jangka waktu
tertentu dapat diakan paling lama 2 tahun dan
hanya boleh diperpanjang 1 kali untuk jangka
waktu paling lama satu tahun; bisa diadakan
pembaharauan kontrak kerja dengan syarat :
– Ada masa jeda / tenggang waktu 30 hari berakhirnya
kontrak kerja yang lama
– Pembaharuan hanya boleh dilakukan 1 kali paling
lama 2 tahun
– Perjanjian kerja tidak berakhir karena meninggalnya
pengusaha atau beralihnya hak atas perusahaan yang
disebabkan penjualan, warisan atau hibah
• Bila terjadi pengalihan perusahaan maka hak hak pekerja /
buruh menjadi tanggung jawab pengusaha baru….
Tujuan :
– Memberi perlindungan, pembelaan hak dan
kepentingan dan meningkat kan kesejahteraan yang
layak bagi pekerja atau buruh dan keluarganya
Larangan :
– Seorang pekerja atau buruh tidak boleh menjadi
anggota lebih dari 1 SP/SB disatu perusahaan.
– Bila hal tersebut terjadi maka pekerja/ buruh yang
bersangkutan harus menyatakan secara tertulis satu
SP/SB yang dipilihnya
– Pekerja / buruh yang menduduki jabatan tertentu
dalam satu perusahaan dan jabatan itu menimbulkan
pertentangan kepentingan antara pihak pengusaha /
buruh maka yang bersangkutan tidak boleh menjadi
pengurus SP/SB di perusahaan yang bersangkutan
• Kecuali ditentunkan lain dalam perjanjian pengalihan yang tidak
menggurangi hak hak pekerja / buruh
• Bila pengusaha meninggal dunia, ahli waris pengusaha dapat
mengakhiri perjanjian kerja setelah merundingkan dengan
pekerja atau buruh
• Bila pekerja / buruh meninggal dunia ahli waris pekerja/ buruh
berhak mendapatkan hak haknya sesuai peratutan perundangan
yang berla Kontrak kerja yang didasarkan pada jangka waktu tertentu
dapat diakan paling lama 2 tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 kali
untuk jangka waktu paling lama satu tahun; bisa diadakan
pembaharauan kontrak kerja dengan syarat ku atau hak hak yang
telah diatur dalam PERJANJIAN KERJA, PERATURAN PERUSAHAAN
, atau PERJANJIAN KERJA BERSAMA
• Bila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum
berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam kontrak kerja ,
pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar
ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah pekerja / buruh
sampai batas waktu berakhirnya janka waktu pejanjian kerja
2. ORGANISASI PENGUSAHA
Dasar pasal 105 UU No. 13 Tahun 2003:
“Setiap pengusaha berhak membentuk dan menjadi anggota organisasi
pengusaha”

Sekilas tentang APINDO:


Visi :
• Terciptanya iklim usaha yang kondusif dan kompetitif ( MUNASSUS 14 APRIL
2016 DI KUPANG)
MISI :
• Mengembangkan Hubungan Industrial yang harmonis dan produktif
– Melindungi, Membela, dan Memberdayakan seluruh pelaku usaha
– Berperan aktif dalam meningkatkan investasi
– Berperan aktif dalam proses penyusunan kebijakan pemerintah
(HASIL MUNASSUS 14 APRIL 2016 DI KUPANG)
3. LKS BIPARTIT

Forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal


hal yang berkaitan dengan hubungan industrial
disatu perusahaan yang anggotanya terdiri dari
pengusaha dan serikat pekerja/ serikat buruh
yang sudah tercatat di instansi yang
bertanggung jawab dibidang ketenaga kerjaan
3. LKS BIPARTIT
Dasar pasal 106 UU N0. 13 Tahun 2003
1. Setiap perusahaan yang mempekerjaan 50 orang
pekerja/buruh atau lebih wajib membentuk LKS
BIPARTIT. J.o Permenaker Trans no 32/ Men/ XII/
2008/ Tentang tata cara pembentukan dan susunan
keanggotaan LKS Bipartit
2. Tujuan pembentukan LKS Bipartit :
untuk menciptakan hubungan industrial yang harmonis
dinamis dan berkeadilan diperusahaan
3. LKS BIPARTIT
3. Fungsi:
sebagai forum komunikasi, konsultasi antara pengusaha dan wakil sp/sb
dan / atau wakil pekerja/ buruh dalam rangka hubungan industrial untuk
kelangsungan hidup, pertumbuhan, perkembangan perusahaan termasuk
kesejahteraan pekerja/ buruh
4. Tugas :
a) Melakukan pertemuan secara periodik dan / atau sewaktu waktu
apabila diperlukan
b) Mengkomunikasikan kebijakan pengusaha dan aspirasi pekerja/ buruh
dalam rangk mencegah terjadinya permasalahan hubungan industrial
diperusahaan
c) Menyampaikan saran pertimbangan dan pendapat kepada pengusaha,
pekerja / buruh dan / atau SP / SB dalam rangka penetapan dan
pelaksanaan kebijakan perusahaan
3. LKS BIPARTIT
Kepengurusan
unsur pengusaha, unsur pekerja/buruh yang ditunjuk oleh pekerja/buruh
secara demokratis mewakili kepentingan pekerja/buruh di perusahaan yang
bersangkutan dengan komposisi 1 : 1 yang jumlahnya sesuai kebutuhan
dengan ketentuan sekurang kurangnya 6 orang ( Ketua, Wakil Ketua,
Sekretaris dan anggota )
 Jabatan Ketua LKS Bipartit dapat dijabat secara bergantian antara unsur
pengusaha dan unsur pekerja/ buruh
 Masa kerja : 3 Tahun
 Masa jabatan berakhir apabila :
• Meninggal dunia
• Mutasi
• Mengundurkan diri sebagai anggota lembaga
• Diganti atas usul dari unsur yang diwakilinya
• Sebab sebab lain yang menghalangi tugas tugas dalam
kepengeurusan lembaga
3. LKS BIPARTIT

Tata kerja :
– Pertemuan sekurang kurangnya 1 kali dalam
sebulan atau setiap kali dipandang perlu
– Materi pertemuan dapat berasal dari unsur
pengusaha, pekerja / buruh atau pengurus LKS
Bipartit
– Menetapkan agenda pertemuan secara periodik
– Hubungan LKS Bipartit dengan lembaga lainnya
diperusahaan bersifat koordinatif, konsultatif dan
komunikatif
4. LEMBAGA KERJASAMA TRIPARTIT
Dasar :
Pasal 107 ayat (1) sampai dengan (4) UU 13 Tahun 2003.

Fungsi dan tugasnya :


– Memberikan pertimbangan, saran dan pendapat kepada
pemerintah dan pihak terkait dalam penyusunan kebijakan
dan pemecahan masalah ketenaga kerjaan

Tata kerja dan susunan organisasi LKS TRIPARTIT diatur dengan


peraturan pemerintah ( PP no 8 tahun 2005 dirubah dengan PP
no 4 tahun 2017
5. PERATURAN PERUSAHAAN/PP
Dasar :
Pasal 108 – 115 UU No. 13 Tahun 2003 Jo
PERMENNAKERTRANS RI No: PER. 16/MEN/XI/2011
tentang tata cara pembuatan dan pengesahan PP serta
pembuatan dan pendaftaran PKB.

Definisi Peraturan Perusahaan (PP) :


adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh
pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata
tertib perusahaan.
6. Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan
antara SP /SB atau beberapa SP/SB yang tercatat pada
instansi yang bertanggungjawab dibidang
ketenagakerjaan dengan pengusaha yang memuat
syarat – syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah
pihak.
7. Peraturan Perundang Undangan
Ketenagakerjaan
• Pelaksanaannya menjadi tanggung jawab
pekerja / buruh, pengusaha, dan pemerintah
8. LEMBAGA PPHI (PENYELESAIAN
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL )

DASAR HUKUM :
1. Hukum Materiil
a. UU No. 13 tahun 2003 : Ketenagakerjaan
b. Peraturan Pelaksanaan
c. PK, PP, PKB

2. Hukum Formal (HK Acara)


UU No. 2 Tahun 2004 : Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

• Sesuai UU No. 2 Tahun 2004

1. Penyelesaian diluar Pengadilan Hubungan Industrial :

a) pasal 3 dan pasal 4 ayat(2) : bipartit

b) pasal 83 : Mediasi, Konsilisiasi, Arbiter

2. Melalui Pengadilan Hubungan Industrial Pasal 57 : Hukum acara perdata.

PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

• Pasal 1 UU No. 2 Tahun 2004

• Perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha


atau gabungan pengusaha dengan P/B atau SP/SB, karena adanya
perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan antara
SP / SB dalam satu perusahaan
• PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL :
• 1. Perselisihan hak,
• 2. Perselisihan kepentingan
• 3. Perselisihan PHK, dan
• 4. Perselisiha antara SP / SB dalam satu perusahaan

• PERSELISIHAN HAK
• Putusan PHI dapat di Kasasi
• 1. Tidak dipenuhinya hak,
• 2. Perbedaan pelaksanaan
• 3. Perbedaan penafsiran terhadap ketentuan UU, PK, PP atau PKB
• Contoh : Tunjangan, Insentif

• PERSELISIHAN KEPENTINGAN
• Putusan PHI Final dan Tetap
• Tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan dan atau
perubahan syarat-syarat kerja dalam PK, PP atau PKB
• Contoh : Uang pisah, kenaikan gaji berkala.

www.pungkipurnadiassociates.com 38
• PERSELISIHAN PHK
• Putusan PHI dapat di Kasasi
• Tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran
hubungan kerja yang dilakukan salah satu pihak,
• Contoh : Kompensasi PHK

• PERSELISIHAN ANTAR SP / SB DALAM 1 PERUSAHAAN


• Putusan PHI Final Tetap
• Tidak adanya kesesuaian paham mengenai keanggotaan,
pelaksanaan hak dan kewajiban keserikatan.

www.pungkipurnadiassociates.com 39
MASALAH-MASALAH KHUSUS DALAM
HUBUNGAN INDUSTRIAL

PENGUPAHAN KESEJAHTERAAN JAMSOSTEK

PENUTUPAN
MOGOK PERUSAHAAN PHK
I. PENGUPAHAN

UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan


pasal 97 j.o Peraturan Pemerintah No. 78 tahun
2015 tentang pengupahan. J.o. Permenaker RI
No. 20 Th 2016 : Tentang tatacara pemberian
sangsi administratif
I. PENGUPAHAN
• Kebijakan Pengupahan :
Diarahkan untuk pencapaian penghasilan yang
memenuhi penghidupan yang layak bagi pekerja/
buruh.

• Apa Penghasilan Layak ? :


Merupakan Jumlah penerimaan/pendapatan
pekerja/buruh dari hasil kerjanya sehingga memenuhi
kebutuhan hidup pekerja / buruh dan keluarganya
secara wajar.
I. PENGUPAHAN
Apa Bentuk Penghasilan yang layak ?
a. Upah
b. Pendapatan non upah

Apa komponen Upah ? :


a. Upah tanpa tunjangan
b. Upah pokok ditambah tunjangan tetap
c. Upah pokok ditambah tunjangan tetap ditambah
tunjangan tidak tetap.
I. PENGUPAHAN
Berapa besaran upah pokok ?
a. Kalau komponen upah terdiri dari : u.p +
tunjangan tetap , - besarnya upah pokok paling
sedikit 75% x(u.p + tunjangan tetap).
b. Kalau komponen upah terdiri dari : u.p + tunjangan
tetap + tunjangan tidak tetap, besarnya upah pokok
paling sedikit 75 % x upah pokok + tunjangan
tetap).

Dimana diatur komponen upah ?


dalam PK ; PP atau PKB.
I. PENGUPAHAN:
STRUKTUR DAN SKALA UPAH (SUSU)
• Dasar : Permenaker I / Tahun 2017
Ditetapkan tanggal 21 Maret 2017.
- Melaksanakan ketentuan pasal 19 ayat (3) Undang-
undang No. 13/ 2003 tentang ketenagakerjaan dan
pasa 14 ayat (5) PP 78/ 2015
- Struktur Upah : Susunan tingkat upah dari yang
terendah sampai dengan yang tertinggi atau dari yang
tertinggi sampai dengan yang terendah.
- Skala Upah : Kisaran nilai nominal upah dari yang
terkecil sampai dengan yang terbesar untuk setiap
golongan jabatan.
• - Struktur dan skala upah : Susunan tingkat
upah dari yang terendah sampai dengan yang
tertinggi atau dari yang tertinggi sampai
dengan yang terendah yang memuat kisaran
nilai nominal upah dari yang terkecil sampai
dengan yang terbesar untuk setiap golongan
jabatan.
• - Golongan jabatan : Adalah pengelompokkan
jabatan berdasarkan nilai/ bobot jabatan.
• - SUSU : Wajib disusun oleh pengusaha
dengan memperhatikan golongan/ jabatan,
masa kerja, pendidikan dan kompetensi
www.pungkipurnadiassociates.com 46
• - Upah Yang tercantum dalam SUSU
merupakan upah pokok
• - Penentuan SUSU dilakukan pengusaha
berdasar kemampuan perusahaan dan harus
memperhatikan upah minimum yang berlaku.
• - SUSU ditetapkan oleh pimpinan perusahaan
dalam bentuk SK.
• - Pengusaha yang tidak menyusun SUSU dan
tidak memberitahukan kepada seluruh pekerja
/ Buruhnya dikenai sangsi administratif sesuai
ketentuan Undang-undang yang berlaku

www.pungkipurnadiassociates.com 47
I. PENGUPAHAN:
SANGSI
I. Sangsi administratif :
a. Teguran tertulis
b. Pembatasan kegiatan usaha
c. Penghentian sementara sebagian / seluruh alat
produksi
d. Pembekuan kegiatan usaha.
II. KESJA & JAMSOSTEK

Fasilitas Kerja : (Dilaksanakan memperhatikan


kebutuhan Pekerja dan Kemampuan
Perusahaan):
- Pengembangan KOPKAR
- KB
- Rekreasi dan Olahraga
- Tempat ibadah
- Tempat Istirahat
II. KESJA & JAMSOSTEK

• Kepesertaan BPJS ketenagakerjaan dan


kesehatan
• Pengembangan program peningkatan
Jamsostek Misal : santunan PHK, alih profesi
dan lain-lain.

• Pertanyaan : Apa yang biasa dipermasalahkan


Pekerja tentang KESJA & JAMSOSTEK?
III. MOGOK & PENUTUPAN PERUSAHAAN

Mogok : diatur dalam UU 13 / 2003 : Pasal 137 s/d


pasal 145.
- Mogok kerja : Hak dasar pekerja / buruh & SP,
dilakukan secara sah; tertib dan damai sebagai
akibat gagalnya per undangan.
Tatacara mogok yang sah :
- a . 7 hari kerja sebelum mogok Pekerja/ buruh dan
SP/ SB, Wajib, memberitahu secara tertulis kepada
Pengusaha, dan Instansi yang bertanggungjawab
dibidang ketenagakerjaan setempat yang isinya :
III. MOGOK & PENUTUPAN PERUSAHAAN

Tatacara mogok yang sah :


a . 7 hari kerja sebelum mogok Pekerja/ buruh dan SP/ SB,
Wajib, memberitahu secara tertulis kepada Pengusaha, dan
Instansi yang bertanggungjawab dibidang ketenagakerjaan
setempat yang isinya:
- Hari / tanggal, jam dimulai dan diakhiri mogok kerja.
- tempat mogok kerja
- alasan dan sebab-sebab mengapa harus mogok kerja.
- tandatangan ketua dan sekretaris, dan atau masing-masing
ketua & sekretaris SP/ SB sebagai penanggung jawab mogok
kerja.
III. MOGOK & PENUTUPAN PERUSAHAAN
Bagaimana bila tatacara tersebut tidak
dilaksanakan ?
- Pengusaha untuk menyelamatkan aset produksi &
aset perusahaan dapat ambil tindakan sementara
dengan cara :
• a. melarang, para pekerja / buruh yang mogok
kerja berada dilokasi kegiatan proses produksi
atau
• b. bila dianggap perlu melarang pekerja / buruh
yang mogok kerja berada dilokasi perusahaan.
III. MOGOK & PENUTUPAN PERUSAHAAN

* Apa Kewajiban Pemerintah & Pihak Perusahaan


yang menerima surat pemberitahuan mogok kerja ?
Jawab :
- Memberi tandaterima
-Selama mogok kerja berlangsung pemerintah wajib
menyelesaikan masalah yang menyebabkan timbulnya
permasalahan.
-Bila dalam per undangan ada kesepakatan, dibuat PB,
ditandatangani para pihak dan pegawai dari instansi yang
bertanggungjawab dibidang ketenagakerjaan sebagai SAKSI.
-Bila tidak ada kesepakatan, maka masalah diteruskan ke
PPHI.
III. MOGOK & PENUTUPAN PERUSAHAAN

LARANGAN :
• - Mogok kerja yang dilakukan secara sah, tertib dan
damai, tidak dapat dihalangi oleh siapapun termasuk
dilakukan penangkapan dan / atau penahanan.
• Selama mogok kerja yang sah pengusaha dilarang :
a. mengganti pekerja / buruh yang mogok kerja dengan
pekerja / buruh lain dari luar perusahaan.
b. memberi sangsi / tindakan balasan dalam bentuk
apapun kepada pekerja / buruh & pengurus SP/SB
selama & sesudah melakukan mogok kerja.
III. MOGOK & PENUTUPAN PERUSAHAAN

B. PENUTUPAN PERUSAHAAN (LOCK OUT) :


a) Merupakan hak dasar Pengusaha untuk menolak pekerja /
buruh sebagaian atau seluruhnya untuk menjalankan
pekerjaan sebagai akibat gagalnya perundingan.

Tata cara Lock out :


- Pengusaha wajib memberitahu secara tertulis kepada
pekerja / buruh dan atau SP/SB & Instansi yang
bertanggungjawab dibidang ketenagakerjaan sekurang-
kurangnya 7 hari kerja sebelum penutupan perusahaan / lock
out dilaksanakan yang isinya :
III. MOGOK & PENUTUPAN PERUSAHAAN

1. Hari, tanggal dan jam dimulai dan diakhiri


penutupan Perusahaan / lock out.
2. Alasan dan sebab-sebab melakukan
penutupan perusahaan / lock out.
3. Pemberitahuan tersebut ditandatangani oleh
pengusaha dan / atau pimpinan perusahaan
yang bersangkutan
III. MOGOK & PENUTUPAN PERUSAHAAN

Larangan lock out:


dilarang lock out pada perusahaan yang
melayani kepentingan umum dan / atau jenis
kegiatan yang membahayakan keselamatan jiwa
manusia, meliputi : RS, Pelayanan jaringan air
bersih, pusat pengendali telekomunikasi, pusat
penyedia tenaga listrik, pengolahan minyak dan
gas bumi serta KA.
III. MOGOK & PENUTUPAN PERUSAHAAN

- dilarang lock out pada perusahaan yang


melayani kepentingan umum dan / atau jenis
kegiatan yang membahayakan keselamatan jiwa
manusia, meliputi : RS, Pelayanan jaringan air
bersih, pusat pengendali telekomunikasi, pusat
penyedia tenaga listrik, pengolahan minyak dan
gas bumi serta
IV. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA/PHK

Apabila tidak dapat dihindari harus ditempuh


tata cara yang diatur dalam UU No.2 Tahun 2004
tentang PPHI
* Untuk menghindari PHK yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan:
- Penyuluhan terhadap pekerja maupun
pengusaha mengenal prosedur dan tata cara
PHK.
IV. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA/PHK

Meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah


(DEPNAKER), APINDO/organisasi pekerja untuk
memberi pemahaman yang berkaitan dengan
masalah hukum dan peraturan-peraturan
ketenagakerjaan kepada para pekerja dan
pengusaha.
F. KONDISI HARMONIS DAN DINAMIS
DALAM HUBUNGAN KERJA

Unsur:
 Terjaminnya hak semua pihak
 Bila timbul perselisihan, selesaikan secara
musyawarah mufakat.
 Mogok dan lockout dihindari sebagai upaya
terakhir meningkatnya kesejahteraan tenaga
kerja.
 Meningkatnya kesejahteraan tenaga kerja
produktivitas dan kemajuan perusahaan.
BAGAIMANA MEWUJUDKAN HUBUNGAN
KERJA YANG HARMONIS ANTARA
PENGUSAHA DENGAN PEKERJA/SP?
I. Kedua belah pihak secara sadar harus merubah
pola pikir menggeser sikap dan perilaku atasan-
bawahan, Majikan - buruh menjadi konsep
kemitraan Tridarma, yaitu:
a) MITRA DALAM PROSES PRODUKSI MENURUT
FUNGSI MASING-MASING :
 Pekerja / buruh melakukan pekerjaan yang
produktif menurut tingkat keahlian dan
ketrampilannya.
 Pengusaha : mengelola dan mengatur
kegiatan produksi secara efisien dan efektf
dengan menggunakan prinsip-prinsip
management yang sehat.
 Pemerintah : Menciptakan iklim yang
mengarah kepada peningkatan produksi dan
dan produktivitas kerja.
b) MITRA DALAM MENIKMATI KEUNTUNGAN:
 Pekerja / buruh mendapat tambahan pendapatan
untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja / buruh
dan keluarganya.
 Pengusaha : Mengembangkan usaha dari hasil
keuntungan perusahaan
 Pemerintah : memperoleh manfaat dari keuntungan
perusahaan dalam rangka menjalankan fungsi dan
peranannya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara umum melalui pembangunan
nasional
• Pengusaha : Mengembangkan usaha dari hasil
keuntungan perusahaan

• Pemerintah : memperoleh manfaat dari


keuntungan perusahaan dalam rangka
menjalankan fungsi dan peranannya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
umum melalui pembangunan nasional.
c. MITRA DALAM TANGGUNGJAWAB
• Pekerja : melaksanakan pekerjaannya dengan
tekun dan disiplin.
• Pengusaha : mengelola Perusahaan secara
baik, benar dan penuh keterbukaan
• Pemerintah : menciptakan iklim yang kondusif
terhadap kelangsungan usaha.
SIKAP MENTAL & SIKAP SOSIAL DALAM
HUBUNGAN INDUSTRIAL
• Pekerja : TRI DHARMA
• Pengusaha : Memanusiakan manusia
• Pemerintah : Sebagai pengayom, pelindung,
pembimbing dan sebagai penengah dan
pendamai bila terjadi perselisihan industrial.
H. KESIMPULAN

 Dalam membangun hubungan kerja/ hubungan


industrial yang harmonis antara unsur tripatit :
PEMERINTAH, PEKERJA / SP DAN PENGUSAHA,
hendaknya masing-masing unsur memantabkan
fungsinya yaitu :
H. KESIMPULAN

1) Pemerintah: Punya fungsi menetapkan kebijakan /


memberi pelayanan, melaksanakan pengawasan, dan
melakukan penindakan terhadap pelanggaran
Peraturan Per undang-undangan, ketenagakerjaan.

2) Pekerja / Buruh dan SP/SB: menjalankan


pekerjaannya sesuai kewajibannya, menjaga ketertiban
demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi
secara demokratis, mengembangkan ketrampilan dan
keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan
memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta
keluarganya.
H. KESIMPULAN

3) Pengusaha dan Organisasi Pengusaha :


Mempunyai fungsi menciptakan kemitraan,
mengembangkan usaha, memperluas lapangan kerja,
dan memberikan kesejahteraan pekerja / buruh secara
terbuka, demokratis dan berkeadilan.
LAMPIRAN
• UU RI No.9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di Muka Umum

www.pungkipurnadiassociates.com 72
SOSIALIASI BPJS KESEHATAN KAB
SLEMAN, TANGGAL 30 JANUARI 2018
TENTANG CLOSE PAYMENT

SEKIAN DAN
TERIMAKASIH
www.pungkipurnadiassociates.com 73

Anda mungkin juga menyukai