Berbeda dengan bela begara jaman now yang tidak dituntut untuk angakat senjata. Bela negara
jaman now cukup dengan memperkuat identitas bangsa, menunjukkan sikap dan perilaku warga negara
yang diawali rasa kecintaannya kepada Negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila
dan undang-undang dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.
Dengan memperkuat identitas bangsa kita dapat menghadapi globalisasi dan modernisasi yang masuk di
Indonesia.
Hal lain yang dapat dilakukan dalam membela negara ini yaitu belajar dengan rajin dari para
siswa dan juga mahasiswa. Dengan pendidikan yang lebih tinggi, diperlukannya bela negara dengan cara
mengimplementasikan pancasila guna menghadapi ancaman yang berupa serangan ideologi asing yang
masuk di Indonesia seperti liberalisme, komunisme, sosialisme maupun radikalisme agama.
Penerapan bela negara dalam kehidupan mulai dari lingkungan keluarga dengan cara saling
mengingatkan sesama anggota keluarga untuk patuh terhadap hukum yang berlaku, memberikan
pendidikan nasionalisme kepada anak dan saling mengingatkan dalam hal kebaikan. Penerapan bela
negara dilingkungan masyarakat bisa menciptakan suasana rukun, damai, dan tentram. Menghargai
adanya perbedaandan memperkuat persamaan yang ada.
Beberapa contoh perilaku, sikap, serta pengamalan sila ke-3 dalam dunia Internasional, antara lain :
Atas perubahan UUD 1945 tersebut, maka kewenangan MPR tereduksi seemikian rupa, dimana
kewenangan MPR setelah UUD 1945 diamanden adalah:
Konferensi Asia Afrika disingkat dengan KAA. Konferensi Asia Afrika adalah konferensi yang
diselenggarakan pada tanggal 18-24 April 1955 di kota Bandung, Indonesia. Latar belakang
diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika adalah bahwa setelah Perang Dunia II berakhir muncul dua
kekuatan dunia yaitu blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan blok Timur yang dipimpin oleh Uni
Soviet. Kedua blok ini saling berebut pengaruh, sehingga menyebabkan ketegangan dunia internasional.
Untuk mewujudkan politik luar negeri bebas aktif, maka Indonesia dan beberapa negara Asia Afrika
lainnya menyelenggarakan sebuah konferensi yang disebut KAA atau kepanjangannya adalah Konferensi
Asia Afrika.
1. Bahwa kedua benua itu, yaitu Asia dan Afrika, letaknya berbatasan dan mempunyai sifat-
sifat geografis yang sama.
2. Kedua benua memiliki beberapa persamaan yang kuat. Bangsa-bangsa Asia dan Afrika
bukan saja dipertalikan oleh hubungan keturunan, akan tetapi juga oleh hubungan
keagamaan dan sejarah.
3. Lebih dari itu kedua benua memiliki persamaan nasib, yakni menjadi korban penjajahan
Eropa. Akibat penjajahan itu, Asia dan Afrika tidak hanya kehilangan kemerdekaan
politik, dan menderita di lapangan sosial ekonomi berupa kemelaratan dan kesengsaraan,
tetapi juga tergantungnya nilai-nilai dan akar kebudayaannya.
4. Setelah tercapainya kemerdekaanm, bangsa-bangsa Asia dan Afrika menghadapi
berbagai persoalan yang perlu diatasi bersama, yaitu masalah pembangunan, ekonomi,
sosial, pendidikan dan kebudayaan.
5. Bentuk Nasionalisme
Merupakan bentuk nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan
aktif rakyatnya, kehendak rakyat, atau perwakilan politik.
2. Nasionalisme Etnis
adalah sejenis semangat kebangsaan dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya
asal atau etnis sebuah masyarakat.
3. Nasionalisme Romantik/Organik/Identitas
Dimana negara memperoleh kebenaran politik secara semula jadi (organik) hasil dari bangsa
atau ras; menurut semangat romantisme.
4. Nasionalisme Budaya
Bentuk nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan
bukannya “sifat keturunan” seperti warna kulit, ras dan sebagainya.
5. Nasionalisme Kenegaraan
Variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan
nasionalistik adalah kuat sehingga diberi keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan.
6. Nasionalisme Agama
Bentuk nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama.