Anda di halaman 1dari 4

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA

DALAM MEWUJUDKAN SUSTAINABLE DEVEPLOMENT GOALS


(SDGs) POIN 6.2

Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses yang


berkesinambungan antara berbagai dimensi, baik dimensi sosial, ekonomi,
maupun lingkungan yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan yang dilaksanakan selama ini cenderung memanfaatkan sumber
daya alam dengan semena-mena, tanpa memperhatikan aspek lingkungan yang
ada. Akibatnya kerusakan dan pencemaran lingkungan semakin sering terjadi
(Isbandi, 2005). Pembangunan Berkelanjutan atau sustainable development
merupakan pembangunan yang memenuhi kebutuhan yang sekarang, tanpa harus
mengurangi kemampuan dalam memenuhi kebutuhan untuk generasi di masa
yang akan datang.

Menurut laporan Brundtland dari PBB (1987), pembangunan


berkelanjutan adalah proses pembangunan baik dalam hal lahan, kota, bisnis,
masyarakat dan lain sebagainya. Yang memiliki prinsip dalam memenuhi
kebutuhan di masa sekarang, tanpa harus mengorbankan kebutuhan generasi di
masa depan. Proses pembangunan berkelanjutan ini mengoptimalkan pemanfaatan
sumber daya alam, sumber daya manusia dan juga iptek. Dengan menserasikan
ketiga komponen itu sehingga bisa saling berkesinambungan.

Tujuan dari pembangunan berkelanjutan diantaranya yaitu menghapus


kemiskinan, mengakhiri kelaparan, kesehatan yang baik dan kesejahteraan,
pendidikan bermutu, kesetaraan gender, akses air bersih dan sanitasi, energi bersih
dan terjangkau, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, infrastruktur,
mengurangi ketimpangan,kota dan pemukiman yang berkelanjutan, konsumsi dan
produksi yang bertanggung jawab, penanganan perubahan iklim, ekosistem
lautan, ekosistem daratan, perdamaian dan kemitraan untuk mencapai tujuan

Tujuan pembangunan berkelanjutan poin ke enam yaitu Memastikan


ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan dan sanitasi bagi
semua dan memiliki target salah satunya yaitu mencapai akses terhadap sanitasi
dan kebersihan yang layak dan adil untuk semua dan mengakhiri buang air di
tempat terbuka, dengan memberikan perhatian khusus pada kebutuhan perempuan
dan anak perempuan serta mereka yang berada dalam situasi rentan,

Menurut WHO, pengertian sanitasi adalah pengendalian semua faktor


lingkungan fisik manusia yang dapat menimbulkan akibat buruk terhadap
kehidupan manusia, baik fisik maupun mental. Tantangan yang dihadapi
Indonesia terkait permasalahan sanitasi masih sangat besar. Hasil Riset Kesehatan
Dasar 2010 menunjukknan penduduk yang melakukan BAB numpang di tetangga
sebesar 6,7%, menggunakan jamban tidak sehat 25% dan 17,7% BAB
disembarang tempat (Definisi JMP). Berdasarkan studi Basic Human
Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat mencuci tangan
dilakukan setelah buang airbesar 12%, setelah membersihkan tinja bayi dan balita
9%, sebelum makan 14%, sebelum memberi makan bayi 7%, dan sebelum
menyiapkan makanan 6%. Studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air
minum rumah tangga menunjukkan 99,20% telah merebus air untuk keperluan air
minum, akan tetapi 47,50% dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli.
Implikasinya, yaitu diare, yang merupakan penyakit berbasis lingkungan menjadi
penyebab nomor satu kematian bayi di Indonesia, yaitu 42% dari total angka
kematian bayi usia 0-11 bulan. Di In-donesia, sekitar 162 ribu balita meninggal
setiap tahun atau sejumlah 460 balita setiap harinya(Riset Kesehatan Dasar 2010).

Upaya dalam mengatasi permasalahan tersebut, Pemerintah Indonesia


melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mengembangkan
dokumen Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan
dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
852/MENKES/SK/IX/2008, yang menjadikan STBM sebagai Program Nasional
dan merupakan salah satu sasaran utama dalam RPJMN 2010 – 2014, yang
menargetkan bahwa pada akhir tahun 2014, tidak akan ada lagi masyarakat
Indonesia yang melakukan praktik buang air besar sembarangan (BABS).
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk
merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan dengan metode
pemicuan. Terdapat 5 pilar STBM, yaitu stop BAB sembarangan, cuci tangan
pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan, pengelolaan sampah, dan
pengelolaan limbah cair. Berbasis masyarakat adalah kondisi yang menempatkan
masyarakat sebagai pengambil keputusan dan penanggungjawab dalam rangka
menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat untuk memecahkan
berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian,
kesejahteraan, serta menjamin keberlanjutannya.

Tujuan STBM adalah untuk mencapai kondisi sanitasi total dengan


mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat yang
meliputi 3 komponen yaitu penciptaan lingkungan yang mendukung, peningkatan
kebutuhan sanitasi, peningkatan penyediaan sanitasi dan pengembangan inovasi
sesuai dengan konteks wilayah.

Penarapan pilar Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah perilaku cuci
tangan secara benar dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir,
dan juga harus tersedia saluran pembuangan limbah. Untuk meminimalisir
pembuangan limbah cair ke lingkungan penerapan pilar ini dapat digantikan
dengan penggunaan handsanitizer alami yang lebih praktis serta tidak
menghasilkan limbah cair sehingga lebih efisien dalam mewujudkan sanitasi yang
layak bagi masyarakat.

Hand Sanitizer merupakan inovasi pembersih tangan tanpa air mengalir


(Desiyanto, 2013). Hand sanitizer dengan memanfaatkan bahan alami sebagai
bahan aktif yang memiliki aktivitas sebagai bakteriostatik atau menghambat
pertumbuhan bakteri sangatlah penting. Salah satu bahan alami yang terbukti
dapat menghambat pertumbuhan bakteri yaitu daun kemangi. Daun kemangi
dipilih karena mempunyai kandungan antibakterinya berupa minyak atsiri yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri seperti, Staphylococcus aureus,
Escherichia coli, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeruginosa, Bacilus cereus,
Pseudomonas fluorescens, Streptococcus alfa, Bacillus subtilis, Mycobacterium
tuberculosis, Klebsiella, Proteus, Salmonella typhi, Shigella, Vibrio cholera,
Neisseria gonorrhea, dan jamur seperti : Aspergillus flavus, Candida albicans,
Rhizopus stolinifera. ( Afini, 2010). Selain itu daun kemangi mudah didapatkan
dan harganya yang relatif murah. Hand sanitizer alami selain menjadi sebuah
inovasi untuk menjaga kebersihan tangan dengan menghambat pertumbuhan
bakteri, hand sanitizer juga bisa meminimalisir pembuangan limbah cair ke
lingkungan, sehingga dalam mewujudkan sanitasi yang layak yaitu tujuan ke
enam pembangunan berkelanjutan tetap menjaga aspek lingkungan.

Kemangi memiliki kandungan senyawa antibakteri yang dapat


meminimalisasir bakteri yang mengandung kuman. Senyawa
antibakteri tersebut antara lain saponin, flavonoida dan tannin.

Anda mungkin juga menyukai