Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGGOLONGAN, EFEK SAMPING DAN BAHAYA PEMBERIAN


OBAT: PADA SISTEM ENDOKRIN
Mata kuliah Farmakologi

Dosen Pengampuh : Vera Astuti,S.Farm,Apt,M.Kes


Disusun Oleh
Kelompok 8

1. Nyimas Dwi P.A PO.71.20.1.19.068


2. Patimah PO.71.20.1.19.069
3. Peni Ana Sari PO.71.20.1.19.070
4. Pitiono PO.71.20.1.19.071
5. Putri Priyandini PO.71.20.1.19.072
6. Putri Nabilah PO.71.20.1.19.073

TINGKAT 1B
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai
kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan
melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon
berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai
organ tubuh. Kelenjar endokrin memiliki organ utama dari sistem endokrin yaitu
hipotalamus, kelenjar hipofisa, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar
pankreas, kelenjar adrenal, testis, ovarium. Banyak organ yang melepaskan
hormon atau zat yang mirip hormon, tetapi biasanya tidak disebut sebagai bagian
dari sistem endokrin. Beberapa organ ini menghasilkan zat-zat yang hanya
bereaksi di tempat pelepasannya, sedangkan yang lainnya tidak melepaskan
produknya ke dalam aliran darah. Contohnya, otak menghasilkan berbagai
hormon yang efeknya terutama terbatas pada sistem saraf.
Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah daru suatu
kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel. Sebagaian
besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan
panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang
merupakan derivate dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa
memicu respon tubuh yang sangat luas.
1.2  Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui tentang sistem endokrin secara singkat serta
bagian-bagian nya dan beserta obat-obatnya.
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan system
endokrin, mahasiswa mampu mengetahui apa saja penyakit-penyakit yang terjadi
pada system endokrin, mahasiswa mampu mengetahui apa saja obat yang dapat
mengobati atau mengurangi dari penyakit-penyakit terserbut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KELENJAR PITUITARI
Kelenjar Pituitari (hipofisis) memiliki lobus anterior dan posterior. Bagian
anterior atau adenohipofisis mensekresi berbagai hormone yang ditargetkan
terhadap kelenjar dan jaringan, yaitu Growth Hormon (GH) yang merangsang
pertumbuhan jaringan, Thiroid Stimulating Hormone (TSH) yang bekerja
terhadap kelenjar thyroid, hormone adrenokortikotropik (ACTH) merangsang
kelenjar adrenal dan gonadotropin (follicle stimulating hotmone /FSH dan
luteinizing hormone (LH), Obat-obat yang memiliki sifat adrenohipofisi dipakai
untuk merangsang atau menghambat aktivitas kelenjar.
Beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar pituitari, meliputi:
1. Hormon pertumbuhan (GH), yang merangsang pertumbuhan tulang dan
jaringan tubuh lain
2. Hormon prolaktin, yang mengaktifkan produksi ASI pada ibu menyusui
3. Hormon Antidiuretik, membantu mengontrol keseeimbangan cairan tubuh
pada ginjal
4. Hormon Oksitosin, yang membantu kontraksi dinding rahim saat
persalinan
Tabel
Pengganti Hormon Tiroid dan Obat Antitiroid

Obat Dosis Pertimbangan dan pemakaian


Anterior Growth Hormone (GH)
Somatropin SC : 0,5-0,7 Digunakan pada gangguan pertumbuhan
Genotropin iu/kg/BB/minggu karena insufisiensi sekresi GH endogen,
(Pfizer) terbagi dlm injeksi sindrom turner, insufisiensi ginjal
kronik,berat badan lahir rendah
Somatropin SC /IM : 0,7- 1 mg/ m2 Digunakan pada kegagalan pertumbuhan
Saizen (Merck) luas permukaan tubuh pada anak yg disebabkan krn penurunan
atau 0,025-0,035 atau tidak adanya sekresi hormon
mg/kg/BB. pertumbuhan
Kontra indikasi : Tumor
Thiroid Stimulating Hormone (TSH)
Thyrotropin IM, SK : 10 U, 4 kali Untuk mendiagnosa penyebab Hipotiroid,
sehari, 1-3 hari injksi terakhir dilanjutkan dengan
pemeriksaan radioiodine

Adrenocorticotropic Hormone (ACTH)


Kortikotropin IM, SC : 20 Unit, 4 kali Untuk defisiensi ACTH, Untuk sklerosis
sehari multiple , dosis 80-120 U/hari.
IV : 10-25 U dalam 500
mL D5%/8 jam
Kortikotropin SC, IM : 40 u setiap 12- Untuk defisiensi ACTH,
Repositori 24 jam Untuk mengobati insufisiensi adrenal
akibat pemakaian kortison jangka panjang.
Pituitary Posterior
Anti Diuretik Hormon
Vasopresin Dewasa: SC. IM : 5-10 Untuk diabetes Insipidus. Untuk
U 2-3 kali sehari. Anak meredakan distensi usus. Mengurangi
dosis lebih rendah perdarahan GI akibat varises Esofagus.
Monitor out put urine
Lipresin Intra Nasal : 1-2 Untuk diabetes Insipidus. .
semprotan perlubang Monitor out put urine
hidung
Desmoprasin IV :0,3 μg dalam 50 ml Untuk diabetes Insipidus.
normal salin selama Monitor out put urine
20-30 menit

B. HORMON TIROID DAN ANTITIROID

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak pada leher, tepatnya pada
laring. Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yakni sebelah kanan dan kiri laring.
Kelenjar tiroid menghasilkan dua macam hormon yaitu tiroksin (T4) dan
Triiodontironin(T3). Hormon ini berpengaruh dalam proses metabolisme sel,
pertumbuhan, perkembangan, dan diferensiasi jaringan.
Beberapa penyakit manusia ada yang disebabkan oleh kelenjar tiroid.
Misalnya kelebihan hormon tiroid (hipertiroid) dapat menimbulkan gejala
hipermetabolisme (morbus basedowi), dengan tanda-tanda meningkatnya detak
jantung sehingga muncul gugup, napas cepat dan tidak teratur, mulut menganga,
dan mata melebar. Sementara itu, apabila seseorang sebelum dewasa kekurangan
hormon tiroid (hipotiroid), tubuhnya dapat mengalami kretinisme (kerdil).
Kretenisme ditandai dengan fisik dan mental penderita yang tumbuh tidak normal.
Pada orang dewasa, kondisi hipotiroid dapat menyebabkan miksedema. Gejala
penyakit ini, adalah laju metabolisme rendah, berat badan bertambah, bentuk
badan menjadi besar, kulit kasar, dan rambutmudah rontok. Selain penyakit-
penyakit tersebut, seseorang juga dapat mengalami pembengkakan kelenjar tiroid
karena kekurangan makanan yang mengandung yodium. Penyakit pembengkakan
demikian dinamakan gondok.
Beberapa penyakit tiroid akan mendapatkan terapi pengganti T3 dan T4.
Pada pesien dengan terapi pengganti hormone thiorid, perawat perlu
menganjurkan untuk menghindari makanan yang menghambat sekresi sekresi
thyroid, yaitu strawberry, pear, kobis, bayam, kembang kol dan kacang polong.

tabel
Pengganti Hormon Tiroid dan Obat Antitiroid
Obat Dosis Pertimbangan dan pemakaian
Hipotiroid
L-thyroxine Dewasa : awal 0,05-1 Digunakan pada hipotiroidisme
Na mg/hari. Dosis harian di dengan sebab apapun. Supresi kadar
tingkatkan tiap 2 minggu TSH pada penyakit gondok
0,025-0,05 mg s/d hasil Kontra indikasi: hipersesitif terhadap
yg di inginkan tercapai. tiroksin, tiritoksikosis
Efek samping: takikadir, cemas,
tremor, sakit kepala, kemerahan
muka, banyak berkeringat,
penurunan BB
Levothyroxine Awal 25 – 50 mcg, di Digunakan pada hipotiroid.
tingkatkan 25-50mcg Efek : Tremor pada jari tangan,
pada interval 2-4 minggu palpitasi,
aritmia,berkeringat secara
berlebihan, diare,
penurunan BB,gangguan tidur,
gelisah
Antitiroid / Hipertiroidisme
Carbimazole Dewasa : awal 20-80 Digunakan pada Hipertiroidisme.
Neo mg/hr. Kasus ringan 5- Kontra indikasipada Laktasi. Efek
10mg/hr, kasus sedang samping yang dapat terjadi :mual
30mg/hr, kasus berat 40- dan muntah
60mg/hr. Di berikan dalam
beberapa dosis terbagi.
Pemeliharaan 5-15 mg/h

Thiamazole Dewasa terapi konservatif Terapi konservatif hipertiroid Utk


Thyrozol hipertiroid : untuk menghambat produksi hormon tiroid
(Merck) menghambat produksi scr komplit, persiapan operasi utk
hormon tiroid scr komplit segala jenis
25-40 mg/hr . dosis harian Hipertiroid Kontra indikasi pada
maks: 40mg dalam maks penderita Granulositopenia.
20mg dosis tunggal
Metimazol Oral, Dosis Mula : 15-60 Untuk hipertiroid.
mg dalam dosis terbagi. Dapat menghambat sintesa hormone
Rumatan : 5 mg 3-4kali tiroid
sehari
Iodin Oral :2-6 tetes, 3 kali Untuk diabetes Insipidus.
LarutanIodin sehari Untuk mengurangi ukuran dan
kuat vaskularisasi
kelenjar tiroid

C. HORMON PARATIROID
Kelenjar Paratiroid mensekresi hormone paratiroid (HPT) yang berfungsi
mengatur kadar kalsium dalam darah. Penurunan kalsium dalam serum
merangsang pelepasan PTH. PTH mengobati hipoparatiroid dan kalsitonin
mengobati hiperparatiroid. Hipokalsemia dapat disebabkan oleh defisiensi PTH,
defisiensi vit D, gangguan ginjal atau terapi diuretik. Pengganti PTH dapat
membantu untuk memperbaiki kekurangan kalsium. Hiperparatiroidisme juga
dapat disebabkan keganasan kelenjar paratiroid atau sekeresi hormone PTH
ektopik dari kanker paru-paru, hipertiroidisme atau tidak bergerak dalam jangka
waktu lama, dimana kalsium hilang dari tulang.
Tabel
Obat untuk Hipoparatiroid dan Hiperaratiroid
Obat Dosis Pertimbangan dan pemakaian
Hipoparatiroidisme dan Hipokalsemia
Analog Vitamin D
Kalsifediol Oral : 50-100 μg/hari Untuk penyakit tulang akibat
GGK dan Dialisa Ginjal.
Pantau kadar kalsium serum
Pantau tanda hiperkalsemia.
Ergokalsiferol Oral 0,25 μg/hari Untuk Hipoparatiroid dan rikets.
Pantau kadar kalsium serum.
Hiperparatiroidisme dan Hiperkalsemia
Kalsitonin SC, dosis mula 0,5 Untuk penyakit paget
manusia mg / hari,Rumatan :
0,25 mg/ setiap 2-3
minggu
Kalsitonin SC/IM , dosis mula Untuk penyakit paget,
Salmon 100 IU /hari, Rumatan hiperparatiroidisme ,
: 50-100 IU/setiap hiperkalsemia.
hari atau setiap 2 hari.

D. KELENJAR ADRENAL
Kelenjar adrenal terdiri dari medulla dan korteks. Korteks adrenal
memproduksi dua jenis hormone atau kortikosteroid. Kortikosteroid adalah suatu
kelompok hormon steroid yang dihasilkan di kulit kelenjar adrenal. Hormon ini
berperan pada banyak sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap
stres, tanggapan sistem kekebalan tubuh, dan pengaturan inflamasi, metabolisme
karbohidrat, pemecahan protein, kadar elektrolit darah, serta tingkah laku.
Kortikosteroid dibagi menjadi 2 kelompok, yakni glukokortikoid
(contohnya kortisol) yang berperan mengendalikan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein, juga bersifat anti inflamasi dengan cara menghambat
pelepasan fosfolipid, serta dapat pula menurunkan kinerja eosinofil. Kelompok
lain dari kortikosteroid adalah mineralokortikoid (contohnya aldosteron), yang
berfungsi mengatur kadar elektrolit dan air, dengan cara penahanan garam di
ginjal.
Pemberian kortikosteroid dosis tinggi dapat menyebabkan sindrom
Cushing dengan gejala-gejala moon face, berat badan naik, otot lemah terutama
bahu dan pinggul, dll, striae dan acne yang dapat pulih (reversibel) bila terapi
dihentikan, tetapi cara menghentikan terapi harus dengan menurunkan dosis
secara bertahap (tappering-off) untuk menghindari terjadinya insufisiensi adrenal
akut. Pada anak, penggunaan kortikosteroid dapat menghambat pertumbuhan dan
dapat mempengaruhi perkembangan pubertas. Oleh karena itu penting untuk
menggunakan dosis efektif terrendah, pemberian secara berselang sehari dapat
membatasi efek penurunan perkembangan anak.
1. Glukokortikoid
Glukokortikoid mempengaruhi metabolism karbohidrat, protein
dan lemak serta aktivitas sel darah dan otot. Kortisol, glukokortikoid
utama, memiliki efek anti inflamasi, antialegi dan anti stress.
Glukokortikoid dipakai untuk mengobati banyak penyakit dan masalah
kesehatan. Efek samping glukokortikoid antara lain diabetes dan
osteoporosis, yang berbahaya, terutama pada lanjut usia, dapat terjadi
fraktur osteoporotik pada tulang pinggul dan tulang belakang. Selain itu,
pemberian dosis tinggi dapat mengakibatkan nekrosis avaskular pada
kepala femur. Beberapa obat glukokortikoid akan disajikan pada table
dibawah ini.
Tabel
Obat –Obat Glukokortikoid
Obat Dosis Pertimbangan dan pemakaian
Prednisone Dewasa oral : 5-60 Antiinflamasi atau imunosupresif.
mg/hari dalam dosis Glukokortikoid oral, merupakan
terbagi. obat pilihan. Perhatian khusus pada
Anak : Oral : 0,1-0,15 kondisi :
mg/kg BB/hari dalam Tukak lambung, hipertensi aktif,,
dosis terbagi 2-4 gangguan neurologic, gangguan
hati & ginjal, DM.
Dexamethasone Dewasa : oral : 0, 25-4 antiinflamasi yang kuat. Untuk
mg, gangguan alergi akut, serangan
2-4 kali sehari . IV : 1- asma, udema serebral, shock dan
6 mg/kg BB chusing syndrome. Efek samping :
Aerosol : 3 puff, 2-4 Retensi cairan &
kali elektrolit,meningkatkan
sehari kemungkinan infeksi
Metilprednisolon Dewasa : Oral : 4-48 Antiinflamasi atau imunosupresif
mg/
hari dalam dosis
terbagi 4,
IM/IV : 10-250 mg
setiap 4-
6 jam
Triamsinolon Dewasa : sehari 4-48 Antiinflamasi atau imunosupresif.
mg Preparat dapat disuntikkan pada
sehari dalam dosis sendi dan jaringan lunak.
terbagi
2-4 .
Inhalasi: 2 puff

2. Minerallokortikoid
Mineralokortikoid merupakan type kedua kortikosteroid, mensekresi
aldosteron. Hormon ini mempertahankan keseimbangan cairan dengan
meningkatkan penyerapan natrium dari tubulus ginjal. Natrium menarik air ,
menyebabkan retensi air. Jika terjadi hipovolemia, sekresi aldosteron akan
ditingkatkan. Dengan reabsorbsi natrium, kalium akan dikeluarkan dan
mengakibatkan terjadinya hipokalemia. Defisiensi minerallo kortikoid biasanya
terjadi dengan defisiensi glukokortikoid, seringkali disebut defisiensi
kortikosteroid.
Fludokortison merupakan suatu minerallokortikoid oral yang dapat
diberikan bersamaan dengan glukokortikoid. Obat ini dapat menyebabkan suatu
keseimbangan negative nitrogen, sehingga biasanya diperlukan diet tinggi protein.
Karena pemakaian minerallo dan glukokortikoid terjadi ekskresi kalium, maka
kadar kalium harus dipantau.

E. HORMON ESTROGEN
Estrogen adalah hormon seksual pada wanita yang diproduksi oleh
ovarium. Sementara estrogens adalah obat buatan manusia yang memiliki
campuran estrogen didalamnya. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet, gel ,patch,
krim, maupun cairan suntik. Utamnya obat ini digunakan untuk mengatasi
beberapa kondisi berikut:
1. mengatasi gejala menopause ( perubahan pada vagina )
2. kanker payudara pada wanita dan laki-laki
3. gejala kanker prostat
4. mencegah osteeoporosis yang disebabkan oleh menopausee
5. gejala vasomotor kronis
6. mengatasi hipoestrogenisme, yaitu tubuh kekurangann hormon estrogen
karena mengalami hipogonadisme, yaitu kelainan pada testis atau ovarium
7. kebiri
8. menopausee dini
efek samping yang muncul saat menggunakan obat ini yaitu:
1. Perut dan dada terasa sakit dan terbakar
2. Muntah , sembelit, diare dan kentut terus menerus
3. Perubahan berat badan
4. Kram pada kaki
5. Rambut rontok
6. Otot menjadi tegang,dll
F. HORMON INSULIN
Diabetes melitus adalah suatu kelainan metabolisme kronis yang terjadi
karena berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi glukosa darah melebihi
normal disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
yang diakibatkan oleh kelainan sekresi hormon insulin, kelainan kerja insulin,
atau kedua. Ada 2 type Diabetes Melitus yaitu Diabetes Melitus type I atau
diabetes melitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM)
dan type II, diabetes melitus tidak tergantung insulin (Non Insulin Dependent
Diabetes Melitus/NIDDM). Perbedaan utama antara DM type I dan DM typeII
adalah, pada DM tipe 1, orang tidak bisa lagi memproduksi insulin, sementara itu
pada DM type II, tubuh, sel tubuh tidak dapat mereaksi insulin secara normal lagi.
Sehingga glukosa tetap dalam aliran darah dan tidak dapat masuk ke dalam sel
sehingga hal tersebut menyebabkan kadar gula darah menjadi tinggi.
Insulin dilepaskan dari sel-sel beta pulau Langerhans dalam responnya
terhadap peningkatan glukosa darah.. Pankreas secara normal mensekresikan 40-
60 unit insulin setiap harinya. Insulin meningkatkan ambilan glukosa, asam
amino, dan asam lemak dan mengubahnya menjadi bahan-bahan yang disimpan
dalam sel-sel tubuh. Glukosa diubah menjadi glikogen untuk keperluan glukosa di
masa mendatang dalam hepar dan otot, sehingga menurunkan kadar glukosa
dalam darah. Nilai glukosa darah normal adalah 60-100 mg/Dl dan glukosa
serum, 70-110 mg/Dl.

1. Insulin
Insulin suntikan diperoleh dari pankreas babi dan sapi ketika hewan-
hewan ini disembelih. Insulin tidak dapat diberikan per oral karena sekresi
gastrointestinal merusak susunan insulin. Insulin diberikan secara subkutan,
dengan sudut suntikan 45 sampai 90o, 15 sampai 30 menit sebelum makan.
Insulin harus disimpan pada tempat yang sejuk atau di dalam lemari es.
Konsentrasi insulin 40 atu 100 U/Ml (U40/Ml, U100/Ml) dan insulin dikemas
dalam vial berisi 10 ml. Spuit insulin ditandai dalam unit sampai maksimum 100
U per 1 mL. Ada tiga tipe insulin :
a. Insulin kerja singkat/ insulin regular (kristalin), merupakan larutan bening
tanpa tambahan bahan untuk memperpanjang kerja insulin. Onset kerjanya
adalah 0,5 -1 jam, puncak kerja timbul dalam 2 sampai 4 jam, dan lama
kerja 6-8 jam
b. Insulin kerja sedang, awitan insulin kerja sedang adalah 1-2 jam, puncak
6-12 jam, dan lama kerja 18-24 jam.
c. Insulin kerja panjang, bekerja dalam 4-8 jam, puncak 14-20 jam, dan
berakhir sampai
24-36 jam.
Tabel
Insulin dan Kerjanya
Insulin Deskripsi Mula Kerja Puncak Lama
Kerja Kerja
Insulin Kerja Singkat
Regular Jernih, SC atau IV 0.5-1 jam 2-4 jam 6-8 jam
(Cristalin)
Humulin R Sama seperti
insulin Reguler
Semilante Keruh, Zinc dalam 30-45 menit 4-6 jam 12-16 jam
jumlah sedikit, SC.
Insulin Kerja Sedang
Lente Keruh, Zinc, SC, 1-2 jam 8-12 jam 18-28 jam
30 % Semilente 70
% ultralnte
Humulin L Sama dengan lente
NPH Keruh, SC, 1-2 jam 6-12 jam 18-24 jam
Protamin
Humulin N Sama dengan NPH
Insulin Kerja Panjang
PZI Keruh, SC, 4-8 jam 14-20 jam 24-36 jam
Protamin,
Zinc
Ultralente Keruh, SC, Insulin 5-8 jam 14-20 jam 30-36 jam
Zinc tang diberi
tambahan

2. Obat Anti Diabetik Oral


a. Sulfonilurea
Kerja utama sulfonilurea adalah meningkatkan sekresi insulin sehingga
efektif hanya jika masih ada aktivitas sel beta pankreas Sulfonilurea digunakan
untuk pasien yang tidak kelebihan berat badan, atau yang tidak dapat
menggunakan metformin. Sulfonilurea dapat menyebabkan gangguan fungsi hati,
yang mungkin menyebabkan jaundice kolestatik, hepatitis dan kegagalan fungsi
hati meski jarang. Dapat terjadi reaksi hipersensitifitas, biasanya pada minggu ke
6-8 terapi, reaksi yang terjadi berupa alergi kulit yang jarang berkembang menjadi
eritema multiforme dan dermatitis eksfoliatif, demam dan jaundice.
Berikut ini adalah kriteria pemakaian obat hioglikemia oral :
1) Awitan DM pada usia 40 tahun
2) Diagnosa DM kurang dari 5 tahun
3) Berat badan normal atau kelebihan berat badan
4) Gula darah puasa sama atau kurang dari 200 mg/dL
5) Memerlukan insulin kurang daro 40 U / hari
6) Fungsi ginjal dan hepar baik

Tabel
Obat Anti Diabetik Oral

Obat Dosis Lama kerja Pertimbangan


penggunaan
Sulfonilurea generasi pertama
Kerja Singkat
Tolbutamid 0,5 - 1,5 mg / hari 6-12 jam Digunakan pada diabetes
dalam dosis terbagi melitus tipe 2. Diabsorbsi
2-3(maksimal 2 g) cepat melalui saluran GI
Kerja Sedang
Asetoheksamid Oral : 0,25-1,5 mg/ 10-24 jam Diabsorbsi cepat melalui
hari dalam dosis saluran GI
tunggal atau terbagi
2
Tolazamid Oral 100-250 mg/ 12-24 jam Diabsorbsi lambat
hari tidak melebihi 1 melalui
gr saluran GI
Kerja Panjang
Klorpropamid Oral , dosis awal sampai 60 Diabsorbsi baik melalui
100-250mg/hr; jam saluranGI .
Rumatan :100-500 Efek ADH kuat sehingga
mg/haridalam dosis mengakibatkan retensi air
tunggal atau terbagi dan
2. Dosis Maksimal elektrolit
750 mg/hari
Sulfonilurea generasi Kedua
Glibenklamida dosis awal 2,5 – 5 10-24 jam Diabsorbsi baik melalui
mg tiap hari, bila saluran GI. Mampu
perlu dinaikkan menstimuli insulin setiap
setiap minggu, pemasukan glukosa
sampai maksimal (makan).
setiap 2 hari 10 mg. Resiko hipoglikemi lebih
besar.
Glipizid dosis awal 2,5 – 5 12-24 jam Diabsorbsi baik melalui
mg, 4 kali sehari saluran GI
atau 2 kali sehari
Rumatan : 5-25
mg /hari;, maksimal
40
mg/hari

b. Biguanida
Metformin Hidrochlorida, satu-satunya golongan biguanid yang tersedia,
mempunyai mekanisme kerja yang berbeda dengan sulfonilurea, keduanya tidak
dapat dipertukarkan. Efek utamanya adalah menurunkan glukoneogenesis dan
meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan. Karena kerjanya hanya bila ada
insulin endogen, maka hanya efektif bila masih ada fungsi sebagian sel islet
pankreas.
Metformin digunakan pada penderita diabetes melitus tipe 2, terutama
untuk pasien dengan berat badan berlebih (overweight), apabila pengaturan diet
dan olahraga saja tidak dapat mengendalikan kadar gula darah. Metformin dapat
digunakan sebagai monoterapi atau dalam kombinasi dengan obat antidiabetik lain
atau insulin (pasien dewasa), atau dengan insulin (pasien remaja dan anak >10
tahun). Sedangkan kontraindikasi nya adalah gangguan fungsi ginjal, ketoasidosis,
hentikan bila terjadi kondisi seperti hipoksia jaringan wanita hamil dan menyusui.
Efek Samping dapat berupa anoreksia, mual, muntah, diare (umumnya
sementara), nyeri perut, rasa logam, asidosis laktat (jarang, bila terjadi hentikan
terapi), penurunan penyerapan vitamin B12, eritema, pruritus, urtikaria dan
hepatitis. Dosis ditentukan secara individu berdasarkan manfaat dan tolerabilitas.
Dewasa & anak > 10 tahun: dosis awal 500 mg setelah sarapan untuk sekurang-
kurangnya 1 minggu, kemudian 500 mg setelah sarapan dan makan malam untuk
sekurang-kurangnya 1 minggu, kemudian 500 mg setelah sarapan, setelah makan
siang dan setelah makan malam. Dosis maksimum 2 g sehari dalam dosis terbagi.
c. Acarbose
Acarbose merupakan suatu penghambat enzim alfa glukosidase yang
terletak pada dinding usus. Enszim alfa glukosidase adalah maltaseeeee.
isomaltase, glukomaltase dan sukrose, berfungsi untuk hidrolisis oligosakarida,
trisakarida dan disakarida pada dinding usus halus.
Obat golongan ini bekerja di usus, menghambat enzim di saluran cerna,
sehingga pemecahan karbohidrat menjadi glukosa atau pencernaan karbohidrat di
usus menjadi berkurang. Dengan demikian kadar glukosa darah setelah makan
tidak meningkat tajam. Sisa karbohidrat yang tidak tercerna akan dimanfaatkan
oleh bakteri di usus besar, dan ini menyebabkan perut menjadi kembung, sering
buang angin, diare, dan sakit perut.Pemakaian obat ini bisa dikombinasi dengan
obat golongan sulfonilurea atau insulin, tetapi bila terjadi efek hipoglikemia hanya
dapat diatasi dengan gula murni yaitu glukosa atau dextrose. Gula pasir tidak
bermanfaat. Acarbose hanya mempengaruhi kadar gula darah sewaktu makan dan
tidak mempengaruhi setelah itu. Obat ini tidak diberikan pada penderita dengan
usia kurang dan 18 tahun, karena efek samping gangguan pencernaan kronis,
maupun wanita hamil dan menyusui. Acarbose efektif pada pasien yang banyak
makan karbohidrat dan kadar gula darah puasa lebih dari 180 mg/dl.

3. Obat Hiperglikemia
Glukagon adalah senyawa hormone hiperglikemia yang diseskresikan oleh
sel alfa pulau Langerhans di pancreas. Glukagon meningkatkan kadar gula darah
dengan merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen ) di hepar. Glukagon
tersedia dalam bentuk suntikan (SC, IM dan IV). Obat ini digunakan untuk
mengobati hipoglikemia. Penderita DM yang cenderung mengalami hipoglikemia
harus menyimpan glucagon di rumah. Glukosa darah akan meningkat 5-20 menit
paska pemberian.

BAB III
PENUTUP

I. KESIMPULAN

1) Kelenjar Pituitary
Kelenjar Pituitary (hipofisis) memiliki lobus anterior dan posterior.
Bagian anterior atau adenohipofisis mensekresi berbagai hormone
yang ditargetkan terhadap kelenjar dan jaringan, yaitu Growth
Hormon.
2) Obat Hormon Tiroid dan antitiroid
Kelenjar tiroid menghasilkan dua macam hormon yaitu tiroksin (T4)
dan Triiodontironin(T3). Hormon ini berpengaruh dalam proses
metabolisme sel.
3) Hormon Paratiroid
Kelenjar Paratiroid mensekresi hormone paratiroid (PTH) yang
berfungsi mengatur kadar kalsium dalam darah.PTH mengobati
hipoparatiroid dan kalsitonin mengobati hiperparatiroid.
4) Adrenal
Kelenjar adrenal terdiri dari medulla dan korteks. Korteks adrenal
memproduksi dua jenis hormone atau kortikosteroid. Kortikosteroid
dibagi menjadi 2 kelompok, yakni glukokortikoid dan
mineralokortikoid.
5) Hormon Insulin
Diabetes melitus adalah suatu kelainan metabolisme kronis yang
terjadi karena berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi glukosa
darah melebihi normal disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi
hormon insulin, kelainan kerja insulin, atau kedua.
6) Obat Anti Diabetik Oral
a) Sulfonilurea
b) Biguanida
c) Acarbose

II. SARAN

Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca memahami dan dapat
mempelajari penggolongan obat pada sistem endokrin, efek samping dan bahaya
pemberian obat pada sistem endokrin

Daftar pustaka
Lestari,siti. (2016). Farmakologi Dalam Keperawatan. Pusdik SDM kesehatan :
Jakarta Selatan

Adame, M.P., Josephson, D.L. and Holland Jr, L.N. (…..) , Pharmacology for
Nurses: A Pathophysiologic Approach Vol. I. New Jersey : Pearson
Prentice Hall.

Berman, A., Snyder,S.J., Kozier, B. dan Erb, B. (2008). Fundamentals of


Nursing. Concepts,
Process and Practice . 8 th Ed . New Jersey : Pearson Prentice Hall

Kee, J.L.; Hayes, E.R. and Mc Cuisin, L.E (2009). Pharmacology for Nurses, 6e.
Missouri :
Saunders

Kee, J.L.., Hayes, E.R. (1993). Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan.


Diterjemahkan oleh Peter Anugerah. Jakarta : EGC

Lilley, L.L., Harrington, S., and Snider, J.S ( 2007). Pharmacology and the
Nursing Process, 6 th Ed. Philadelphia : Mosby-Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai