A. Pendahuluan
Pada daerah endemik, sekitar 90% dari demam enterik adalah demam tifoid.
buruk serta standar hygiene industri pengolahan makanan yang masih rendah.2
typhi) dan menular melalui jalur feko-oral. Demam tifoid endemis di negara
tahun 2000 terdapat 21.650.974 kasus demam tifoid dengan angka kematian
10%. Insidens demam tifoid pada anak tertinggi ditemukan pada kelompok
1
usia 5-15 tahun. Indonesia merupakan salah satu negara dengan insidens
demam tifoid, pada kelompok umur 5-15 tahun dilaporkan 180,3 per 100,000
penduduk.3
Sejak awal abad ke 20, insidens demam tifoid menurun di USA dan
Eropa dengan ketersediaan air bersih dan sistem pembuangan yang baik yang
sampai saat ini belum dimiliki oleh sebagian besar negara berkembang.
untuk Salmonella typhi. Bakteri tersebut dapat bertahan hidup selama berhari-
hari di air tanah, air kolam, atau air laut dan selama berbulan-bulan dalam
telur yang sudah terkontaminasi atau tiram yang dibekukan. Pada daerah
endemik, infeksi paling banyak terjadi pada musim kemarau atau permulaan
musim hujan. Dosis yang infeksius adalah 103-106 organisme yang tertelan
secara oral. Infeksi dapat ditularkan melalui makanan atau air yang
B. Definisi
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
bakteri Salmonella typhi dengan gejala demam lebih dari satu minggu,
2
C. Epidemiologi
belum memadai dan di negara maju telah menjalankan imunisasi tifoid. Data
tahun 2010, estimasi global jumlah kasus demam tifoid sebesar 13,9-26,9
juta,3 dengan estimasi kasus di negara berkembang sebesar 20.6 juta kasus,
juta kasus demam thypoid dengan insiden bervariasi dari 100-1000 per
penduduk dengan jumlah kematian lebih dari 20.000/tahun. Penyakit ini tidak
terbatas pada umur tertentu, namun cukup tinggi pada anak umur di atas 5
tahun.6
Indonesia mencapai 81% per 100.000. Di Indonesia kasus ini tersebar secara
sekitar 600.000 dan 1.5 juta kasus per tahun. Umur penderita yang terkena di
Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91% kasus, dengan Case Fatality
2,5
Rate (CFR) sebesar 1.25%. Kota Surabaya merupakan ibukota Provinsi
3
Jawa Timur dengan jumlah kasus demam tifoid yang tinggi dibandingkan
dengan kota/ kabupaten yang lain, hal ini disebabkan karena kepadatan
D. Etiologi
Heidelberg, kelima serotipe ini adalah penyebab paling banyak dari infeksi di
antigen dinding sel (O) yang merupakan lipopolisakarida dan bersifat spesifik
group, antigen flagella (H) yang merupakan komponen protein dalam flagella
dan bersifat spesifik spesies, antigen virulen (Vi) merupakan polisakarida dan
4
sel, terdiri dari antigen O yang sudah dilepaskan, lipopolisakarida dan lipid A.
merupakan bagian dari dinding sel terluar yang terletak di luar membran
E. Patogenesis
5
saluran limfe mesenterik kuman masuk aliran darah sistemik (bakterimia I)
yang asimptomatis lalu bakteri akan masuk ke organ-organ terutama hati dan
sum-sum tulang.9,10 Fase ini dianggap masa inkubasi (7-14 hari). Kemudian
dari jaringan ini terjadi pelepasan bakteri dan endotoksin ke peredaran darah
sehingga menyebabkan bakteremia II. Bakteri yang berada di hati akan masuk
makrofag dan sel lekosit di jaringan yang meradang. Sitokin ini merupakan
hampir semua bagian tubuh dapat terserang dan kadang-kadang pada jaringan
ileum bagian distal dimana terdapat kelenjar plak peyer. Pada minggu
6
pada minggu ke 2 dan ulserasi pada minggu ke 3, akhirnya terbentuk ulkus.
dan sel mononuklear lainnya serta nekrosis fokal. Demikian juga proses ini
pada organ tubuh lain seperti tulang, usus, paru, ginjal, jantung dan
selaput otak. Pada pemeriksaan klinis, sering ditemukan proses radang dan
karier intestinal.10
F. Gambaran Klinis
sekali (sehingga tidak terdiagnosis), dan dengan gejala yang khas (sindrom
demam tifoid) sampai dengan gejala klinis yang berat yang disertai
dengan negara maju dan gambaran klinis tahun 2000 dapat berbeda dengan
tahun enam puluhan pada daerah yang sama. Gambaran klinis pada anak
7
cenderung tak khas dan biasanya lebih ringan dibandingkan dewasa. 2 Makin
kecil anak, gambaran klinis makin tak khas. Kebanyakan perjalanan penyakit
berlangsung dalam waktu pendek dan jarang menetap lebih dari 2 minggu.6,10
tifoid. Beberapa gejala klinis yang sering pada tifoid diantaranya adalah :
a. Demam
Demam atau panas adalah gejala utama Tifoid. Pada awal sakit,
naik. Pagi lebih rendah atau normal, sore dan malam lebih tinggi (demam
intermitten). Dari hari ke hari intensitas demam makin tinggi yang disertai
maka pada minggu ke 3 suhu badan berangsur turun dan dapat normal
Sering diteukan bau mulut yang tidak sedap karena demam yang lama.
Bibir kering dan kadang-kadang pecah. Lidah kelihatan kotor dan ditutupi
selaput putih. Ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor (coated tongue
atau selaput putih), dan pada penderita anak jarang ditemukan.10 Gejala
8
klinis terbanyak adalah anoreksia diikuti mual, muntah, dan nyeri perut.
85%, mual maupun nyeri perut 50%, dan batuk 35% pasien. 12 Pada anak,
diare sering dijumpai pada awal gejala yang baru, kemudian dilanjutkan
dengan konstipasi.1
c. Gangguan Kesadaran
kesadaran seperti berkabut (tifoid). Bila klinis berat, tak jarang penderita
menonjol.10
d. Hepatosplenomegali
Hati dan atau limpa, ditemukan sering membesar. Hati terasa kenyal
suhu tubuh yang tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi nadi. Patokan
yang sering dipakai adalah bahwa setiap peningkatan suhu 1°C tidak
9
diikuti peningkatan frekuensi nadi 8 denyut dalam 1 menit. 9 Pada sekitar
25% dari kasus, ruam makular atau makulopapular (rose spots) mulai
terlihat pada hari ke 7-10, terutama pada orang berkulit putih, dan terlihat
pada bagian dada bagian bawah dan abdomen pada hari ke 10-15 serta
G. Diagnosis
a. Kultur
Sampai saat ini baku emas diagnosis demam tifoid adalah pemeriksaan
demam minggu pertama dan awal minggu kedua adalah darah, karena
pertama 90% namun invasif dan sulit dilakukan dalam praktek.5 Jika
10
darah, sum-sum tulang atau empedu, karena pada pemeriksaan kultur tinja
tulang pada anak dengan demam enterik yaitu masing-masing 60% dan
90%. Kombinasi kultur darah dan empedu yaitu 90% dapat mendeteksi
infeksi yang disebabkan oleh serotipe Salmonella Typhi pada anak dengan
b. Pemeriksaan widal
H dari S. typhi. Prinsip uji Widal adalah serum pasien dengan pengenceran
ke 10-12 sejak awal penyakit. Uji serologi Widal sebenarnya tidak spesifik
oleh karena beberapa hal, yakni (1) semua Salmonela dalam grup D
9 dan 12, namun perlu diingat bahwa antigen O nomor 12 dimiliki pula
oleh Salmonela grup A dan B (yang lebih dikenal sebagai paratyphi A dan
seperti S. typhi, dan (3) titer antibodi H masih tinggi untuk jangka waktu
11
Pemeriksaan Widal memiliki sensitivitas 40%, spesifisitas 91,4%, dan
nilai prediksi positif 80%. Hasil pemeriksaan Widal positif palsu dapat
penting untuk demam tifoid. Pemeriksaan Widal pada serum akut satu kali
c. Pemeriksaan PCR
Pemeriksaan nested PCR terhadap gen flagelin (fliC) dari S. typhi dapat
dideteksi dari spesimen urin 21/22 (95.5%), dikuti dari spesimen darah
12
20/22 (90%), dan tinja 15/22 (68,1%).5 Prosedur yang dilakukan terdiri
d. Pemeriksaan hematologi
tulang dan perdarahan intra intestinal. Pada hitung jenis dapat ditemukan
O-9 S.typhi dan tidak mendeteksi IgG. IgM akan muncul 48 jam setelah
13
IgM akan muncul pada hari ke 3-4 demam. Antigen LPS O-9 sangat
responsif terutama pada anak. Kriteria penilaian Tubex TF® yaitu negatif
lemah, nilai 6-10 positif kuat. Sementara nilai intermediate 1,3,5,7 dan 9
54%, positive predictive value 85% dan negative predictive value 81%.5
14
Tabel 1. Perbandingan berapa pemeriksaan penunjang untuk demam tifoid.
H. Manajemen Terapi
Tatalaksana demam tifoid pada anak dibagi atas dua bagian , yaitu
15
pemberian antibiotik sebagai pengobatan kausal. Tatalaksana demam tifoid
pencegahan pada anak berupa pemberian imunisasi tifoid dan profilaksis bagi
traveller dari daerah non endemik ke daerah yang endemik demam tifoid
a. Tatalaksana umum
antipiretik, pemberian nutrisi yang adekuat serta transfusi darah bila ada
dan terapi penyulit (sesuai penyulit yang terjadi). Pasien tirah baring
Diet dilakukan dengan makanan awal bubur saring, kemudian bubur kasar
yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan
16
serat kasar) dapat diberikan dengan aman. Rehidrasi oral atau parenteral
b. Terapi antibiotik
oral atau IV, dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari. Beberapa
demam tifoid berat pada anak bahkan fatal yang disebabkan oleh
17
adanya resistensi obat ganda terhadap Salmonella typhii (multiple
(5-7%) bila diberikan sebagai terapi demam tifoid dan tidak bisa
dalam 3-4 kali, oral atau intravena, selama 10-14 hari. Pemberian
pengobatan.13
18
Amoksisilin, ampisilin, dan kotrimoksazol dapat digunakan
10-14 hari.13
19
fluorokuinolon, seftriakson dan sefiksim dianggap masih sensitif dan
lama (14 hari) dan angka kekambuhan serta fecal carrier terjadi
1-2 kali sehari. Efek samping yang mungkin timbul adalah reaksi
demam akan turun dalam waktu empat hari, semua hasil biakan
20
mg/kgbb/hari, intravena atau intramuskular, sekali sehari, selama 5
hari.
resistance (MDR).13
7 hari.
21
kesadaran membaik. Tatalaksana bedah dilakukan pada kasus-
Tabel 3. Antibiotik yang diberikan pada demam tifoid berat atau dengan
komplikasi.
I. Komplikasi
perdarahan usus pada demam tifoid anak terjadi 1-10%, dan ensefalopati
tifoid (10-40%). Komplikasi biasanya terjadi pada minggu ke-3 sakit, walau
22
pernah dilaporkan terjadi pada minggu pertama. Pada perforasi usus ditandai
oleh nyeri abdomen lokal pada kuadran kanan yang kemudian diikuti muntah,
J. Prognosis
K. Pencegahan
makanan dan minuman yang tidak terkontaminasi, higienitas dari setiap orang
ini.Vaksin ini di peruntukkan bagi para pendatang dari negara maju ke negara
a. Vaksin Vi Polysaccharide
Vaksin ini diberikan pada anak dengan usia diatas 2 tahun dengan
23
Vaksin ini memberikan efikasi perlindungan sebesar 70-80%. Contoh di
b. Vaksin Ty21a
Vaksin oral ini tersedia dalam sediaan salut enterik dan cair yang
diberikan pada anak usia 6 tahun ke atas. Vaksin diberikan dalam 3 dosis
dan sesudah vaksinasi. Vaksin ini efektif selama 3 tahun dan memberi
Biotech, Ltd)
c. Vaksin Vi-conjugate
Vaksin ini diberikan pada anak usia 2-5 tahun di Vietnam dan
24
25