Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MATERNITAS

INFEKSI PERADANGAN PADA ALAT GENETALIA

Disusun Oleh :

1. Anastasia Song
2. Nursehati
3. Reska Silvia Febriyanti
4. Rita Agnes Sairlela
5. Soni natty

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk
para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta,27 februari 2020

2
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................1

KATA PENGANTAR...............................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................4

B. Rumusan Masalah..........................................................................................4

C. Tujuan............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Bartonilitis....................................................................................4

B. Pengertian Uretri Non Gonore.......................................................................6

C. Pengertian Trimokoniais................................................................................8

D. Pengertian Kandidiasis...................................................................................9

E. Pengertian Vaginitis.......................................................................................11

F. Pengertian Vulva Vaginitis............................................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................19

B. Saran ..............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Radang pada genetalia eksterna meliputi bartolinitis, vaginitis dan vulva vaginitis.
Bartolinitis merupakan Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Infeksi alat kelamin wanita
bagian bawah biasanya disebabkan oleh : Virus (kondiloma akuminata dan herpes
simpleks), Jamur (kandida albikan), Protozoa ( amobiasis dan trikomoniasis) dan Bakteri
(neiseria gonore)
Vaginitis merupakan suatu peradangan pada lapisan vagina. Vulvitis adalah suatu
peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita). Vulvovaginitis adalah peradangan
pada vulva dan vagina. Penyebabnya adalah  Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus),
Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita hamil dan pemakai
Vulvovaginitis adalah iritasi/inflamasi pada kulit daerah vulva dan vagina. Iritasi ini
dapat menyebabkan terjadinya: gatal-gatal (45-58%) di sekitar daerah labia mayora (bibir
vagina besar), labia minor (bibir vagina kecil), dan daerah perineal (daerah perbatasan
antara vagina dan anus) kemerahan dan rasa seperti terbakar pada kulit (82%) rasa tidak
nyaman pada kulit terutama pada saat atau setelah buang air kecil banyaknya lendir yang
keluar dari vagina (62-92%).
B. Rumusan Masalah
a. Bartonilitis
1. Jelaskan Pengertian Bartonilitis

4
2. Jelaskan Pengertian Uretris Non Gonore
3. Jelaskan Pengertia Trikomoniasis
4. Jelaskan Pengertiam Kandidiasis
b. Vaginitis
1. Jelaskan Pengertian Vaginitis
c. Vulva Vaginitis
1. Jelaskan Pengertiam Vulva Vaginitis
C. Tujuan
1. Agar Mengetahui Pengertian Bartonilitis
2. Agar Mengetahui Pengertian Uretris Non Gonore
3. Agar Mengetahui Pengertian Trikomoniasis
4. Agar mengetahui Pengertian Kandidiasis
5. Agar Mengetahui Pengertian Vaginitis
6. Agar Mengetahui Pengertian Vulva Vaginitis

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Bartonilitis
A. Pengertian Bartonilitis
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat menimbulkan
pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan disertai dengan rasa
nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring
pembengkakan pada kelamin yang memerah.

B. Etiologi
Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang terletak di bagian
dalam vagina agak keluar. Mulai dari chlamydia, gonorrhea, dan sebagainya. Infeksi ini
kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat diproduksinya cairan pelumas vagina.

C. Etiologi Infeksi
1. Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh :
Virus: Kondiloma akuminata dan herpes simpleks.
Jamur: Kandida albikan.
Protozoa: Amobiasis dan trikomoniasis.
Bakteri: Neiseria gonore.
2. Infeksi alat kelamin wanita bagian atas :
Virus: klamidia trakomatis dan parotitis epidemika.

6
Jamur: asinomises.
Bakteri: neiseria gonore, stafilokokus dan E.coli

D. Patofisiologi
Lama kelamaan cairan memenuhi kantong kelenjar sehingga disebut sebagai kista
(kantong berisi cairan). “Kuman dalam vagina bisa menginfeksi salah satu kelenjar bartolin
hingga tersumbat dan membengkak. Jika tak ada infeksi, tak akan menimbulkan keluhan.

E. Tanda dan Gejala


1. Pada vulva: perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam kelenjar,
nyeri tekan.
2. Kelenjar bartolin membengkak,terasa nyeri sekali bila penderia berjalan atau
duduk,juga dapat disertai demam.
3. Kebanyakkan wanita dengan penderita ini datang ke PUSKESMAS dengan keluhan
keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan suami, rasa sakit saat buang
air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin.
4. Terdapat abses pada daerah kelamin.
5. Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur dengan darah.

F. Pengobatan
Pengobatan yang cukup efektif saat ini adalah dengan: antibiotika golongan cefadroxyl
500 mg, diminum 3×1 sesudah makan, selama sedikitnya 5-7 hari, dan asam mefenamat 500
mg (misalnya: ponstelax, molasic, dll), diminum 3×1 untuk meredakan rasa nyeri dan
pembengkakan, hingga kelenjar tersebut mengempis.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
2. Vullva
3. In speculo

7
H. Penatalaksanaan
Tatalaksana Infeksi Alat Kelamin Wanita.
Berikut ini adalah beberapa infeksi alat kelamin wanita yang sering dijumpai di Puskesmas
dan tatalaksana yang disesuaikan dengan sarana diagnosis dan obat-obatan yang tersedia.
1. Gonore (GO)
Anamnese :
a. Sebanyak 99 kasus GO pada wanita menyerang servik uteri dan 50-75 % kasus
pada wanita tidak ada gejala atau keluhan.
b. Kalau ada keluhan biasanya disuria dan lekore, yang sering diabaikan oleh
penderita.
c. Sering anamnese hanya didapatkan riwayat kontak dengan penderita.

 Pemeriksaan :
Pemeriksaan dengan spekulum: ostium uteri eksternum bisa tampak normal,
kemerahan atau erosif. Tampak vaginal discharge dengan sifat mukoid keruh,
mukopurulen atau purulen. Mungkin didapatkan komplikasi seperti : bartolinitis,
salpingitis, abses tubo ovarii bahkan pelvik peritonitis. Ketiga komplikasi tersebut
terahir disebut Pelvis Inflamatory Disease (PID).
 Laboratorium :
Asupan servik atau vaginal discharge : Diplokokus gram negatif intraseluler
lekosit.
2. Uretritis Non Gonore
Anamnese :
Biasanya tidak ada keluhan. Kalau ada, keluhan biasanya adalah disuria dengan atau
tanpa discharge. Sering juga dikeluhkan keluar darah pada akhir dari buang air kecil
(terminal dysuria). Sering bersifat kumat-kumatan (yang membedakan dengan GO)

8
Riwayat kontak sering (+)
 Pemeriksaan :
Mungkin ada discharge uretra. Bila disertai sistitis, mungkin ada nyeri tekan
suprapubis.
 Laboratorium :
Uretral discharge : diplokokus (-), lekosit >10/lapangan pandang.
Urin : berawan atau didapat benang-benang pendek (threads)
3. Trikomoniasis
Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah adanya keputihan dengan jumlah banyak, berwarna
kuning atau putih kehijauan. Sakit pada saat berhubungan sex (dyspareunia) juga sering
dikeluhkan. Riwayat suami kencing nanah perlu ditanyakan, karena > 50% penderita GO
wanita disertai dengan trikomoniasis.
 Pemeriksaan :
Pemeriksaan in speculo : terasa sakit, fluor albus cair dengan jumlah banyak dan
berwarna kuning atau putih kehijauan, khas : didapat bintik-bintik merah
(punctatae red spots atau strawbery cervix) di dinding vagina.
 Laboratorium :
Fluor albus : dengan mikroskup cahaya Trichomonas vaginalis (+).
4. Kandidiasis
Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah keputihan dan gatal di vagina.
Mungkin juga dikeluhkan adanya rasa sakit waktu melakukan aktivitas sexual. Faktor
predisposisi: diabetes militus, pemakaian Pil KB, dan pemakaian antibiotika yang
tidak terkontrol serta kegemukan
 Pemeriksaan :
Vulva: tampak merah, udem, adanya plak putih, mungkin didapat juga fisura atau
erosi (Vulvovaginitis).
In speculo: Terasa sakit, Discharge kental, sedikit, putih seperti keju dan biasanya

9
menutup portio.
 Laboratorium :
Sel ragi (yeast cells) atau tunas (budding body) dan pseudohypha atau spora.

I. Pencegahan
Untuk menghadang radang, berbagai cara bisa dilakukan. Salah satunya adalah gaya
hidup bersih dan sehat :
1. Konsumsi makanan sehat dan bergizi. Usahakan agar Anda terhindar dari kegemukan
yang menyebabkan paha bergesek. Kondisi ini dapat menimbulkan luka, sehingga
keadaan kulit di sekitar selangkangan menjadi panas dan lembap. Kuman dapat hidup
subur di daerah tersebut.
2. Hindari mengenakan celana ketat, karena dapat memicu kelembapan. Pilih pakaian
dalam dari bahan yang menyerap keringat agar daerah vital selalu kering.
3. Periksakan diri ke dokter jika mengalami keputihan cukup lama. Tak perlu malu
berkonsultasi dengan dokter kandungan sekalipun belum menikah. Karena keputihan
dapat dialami semua perempuan.
4. Berhati-hatilah saat menggunakan toilet umum. Siapa tahu, ada penderita radang yang
menggunakannya sebelum Anda.
5. Biasakan membersihkan diri, setelah buang air besar, dengan gerakan membasuh dari
depan ke belakang.
6. Biasakan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual.
7. Jika tidak dibutuhkan, jangan menggunakan pantyliner. Perempuan seringkali salah
kaprah. Mereka merasa nyaman jika pakaian dalamnya bersih. Padahal penggunaan
pantyliner dapat meningkatkan Kelembapan kulit di sekitar vagina.
8. Alat reproduksi memiliki sistem pembersihan diri untuk melawan kuman yang
merugikan kesehatan. Produk pembersih dan pengharum vagina yang banyak
diperdagangkan sebetulnya tidak diperlukan. Sebaliknya jika digunakan berlebihan
bisa berbahaya.

10
9. Hindari melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan. Ingat, kuman juga
bisa berasal dari pasangan Anda. Jika Anda berganti-ganti pasangan, tak gampang
mendeteksi sumber penularan bakteri. Peradangan berhubungan erat dengan penyakit
menular seksual dan pola seksual bebas.
2. Vaginitis
A. Definisi Vaginitis
Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina. vulvitis adalah suatu peradangan
pada vulva (organ kelamin luar wanita). vulvovaginitis adalah peradangan pada vulva dan
vagina.

B. Etiologi
Penyebabnya bisa berupa:
1. Infeksi
 Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus)

 Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita hamil dan
pemakai antibiotic.
 Protozoa (misalnya trichomonas vaginalis)

 Virus (misalnya virus papiloma manusia dan virus herpes)


2. Zat atau benda yang bersifat iritatif
 Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks dan spons

 Sabun cuci dan pelembut pakaian

 Deodoran    

 Zat di dalam air mandi

 Pembilas vagina

 Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak menyerap keringat
Tinja
3. Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya
4. Terapi penyinaran obat-obatan

11
5. Perubahan hormonal

C. Gejala
Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal dari vagina.
Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat atau disertai gatal-
gatal dan nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental dibandingkan cairan yang
normal dan warnanya bermacam-macam. misalnya bisa seperti keju, atau kuning kehijauan
atau kemerahan.
infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna putih, abu-abu
atau keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah melakukan hubungan seksual atau mencuci
vagina dengan sabun, bau cairannya semakin menyengat karena terjadi penurunan keasaman
vagina sehingga bakteri semakin banyak yang tumbuh. Vulva terasa agak gatal dan
mengalami iritasi.
Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa terbakar pada vulva
dan vagina. Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina keluar cairan kental seperti
keju. Infeksi ini cenderung berulang pada wanita penderita diabetes dan wanita yang
mengkonsumsi antibiotik.
Infeksi karena trichomonas vaginalis menghasilkan cairan berbusa yang berwarna putih,
hijau keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak sedap. Gatal-gatalnya sangat hebat.
Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa disebakan oleh kanker
vagina, serviks (leher rahim) atau endometrium. Polip pada serviks bisa menyebabkan
perdarahan vagina setelah melakukan hubungan seksual. Rasa gatal atau rasa tidak enak pada
vulva bisa disebabkan oleh infeksi virus papiloma manusia maupun karsinoma in situ (kanker
stadium awal yang belum menyebar ke daerah lain).
Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di vulva bisa disebabkan oleh infeksi herpes atau
abses. Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan ole kanker atau sifilis. Kutu kemaluan
(pedikulosis pubis) bisa menyebabkan gatal-gatal di daerah vulva.

D. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan karakteristik cairan
yang keluar dari vagina. Contoh cairan juga diperiksa dengan mikroskop dan dibiakkan

12
untuk mengetahui organisme penyebabnya. Untuk mengetahui adanya keganasan, dilakukan
pemeriksaan pap smear.
Pada vulvitis menahun yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan biasanya
dilakukan pemeriksaan biopsi jaringan.

E. Pengobatan
Jika cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan dengan air bisa membantu
mengurangi jumlah cairan. Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai
dengan penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan antibiotik, anti-jamur atau
anti-virus, tergantung kepada organisme penyebabnya. Untuk mengendalikan gejalanya bisa
dilakukan pembilasan vagina dengan campuran cuka dan air. Tetapi pembilasan ini tidak
boleh dilakukan terlalu lama dan terlalu sering karena bisa meningkatkan resiko terjadinya
peradangan panggul. Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra)
menjadi menempel satu sama lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari.
Selain antibiotik, untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propionat agar cairan
vagina lebih asam sehingga mengurangi pertumbuhan bakteri. Pada infeksi meular seksual,
untuk mencegah berulangnya infeksi, kedua pasangan seksual diobati pada saat yang sama.
Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi sulih estrogen. Estrogen
bisa diberikan dalam bentuk tablet, plester kulit maupun krim yang dioleskan langsung ke
vulva dan vagina.
Selain obat-obatan, penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang tidak terlalu
ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga (misalnya terbuat dari
katun) serta menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan sabun gliserin). Untuk
mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan kompres dingin pada vulva atau
berendam dalam air dingin. Untuk mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh
infeksi bisa dioleskan krim atau salep corticosteroid dan antihistamin per-oral (tablet). Krim
atau tablet acyclovir diberikan untuk mengurangi gejala dan memperpendek lamanya infeksi
herpes. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.

13
3. Vulva Vaginitis
A. Pengertian Vulva vaginitis
Vulvovaginitis adalah peradangan atau infeksi pada vulva dan vagina. Vulvovaginal
kandidiasis adalah nama yang sering diberikan untuk Candida albicans vagina infeksi
berhubungan dengan dermatitis dari vulva (gatal ruam). 'Vaginal thrush', dan 'monilia' juga
nama-nama untuk Candida albicans infeksi.
Candida albicans adalah jamur ragi biasanya bertanggung jawab atas vulva gatal dan
pengosongan. Hal ini umumnya pelaku bahwa perempuan selalu merujuk pada setiap
Vulvovaginal gatal sebagai "infeksi jamur," tapi perlu diketahui bahwa semua tidak selalu
gatal disebabkan oleh ragi.

B. Etiologi
Vulvovaginitis dapat mempengaruhi perempuan dari segala usia dan sangat umum. Hal
ini dapat disebabkan oleh bakteri, ragi, virus, dan parasit lain. Beberapa penyakit menular
seksual juga dapat menyebabkan vulvovaginitis, seperti yang bisa ditemukan berbagai bahan
kimia gelembung mandi, sabun, dan parfum. Faktor-faktor lingkungan seperti kebersihan
yang buruk dan alergen juga dapat menyebabkan kondisi ini.
Candida albicans, yang menyebabkan infeksi jamur, adalah salah satu penyebab paling
umum vulvovaginitis perempuan dari segala usia. Penggunaan antibiotik dapat menyebabkan
infeksi jamur dengan membunuh antijamur normal bakteri yang hidup di vagina. Infeksi
jamur kelamin biasanya menyebabkan gatal-gatal dan tebal, putih discharg vagina, dan gejala
lain. Untuk informasi lebih lanjut, lihat: ragi infeksi vagina. Penyebab lain adalah
vulvovaginitis bakteri vaginosis, suatu pertumbuhan berlebih dari jenis bakteri tertentu dalam
vagina. Bakteri vaginosis dapat menyebabkan tipis, warna abu-abu vagina dan bau amis.
Sebuah penyakit menular seksual yang disebut Trichomonas vaginitis infeksi adalah
penyebab umum lain. Infeksi ini mengarah ke kelamin gatal, bau vagina, dan vagina yang
berat, yang mungkin kuning-abu atau warna hijau.
Gelembung mandi, sabun, vagina kontrasepsi, feminin semprotan, dan parfum dapat

14
menyebabkan iritasi ruam gatal di daerah genital, sedangkan nonabsorbent ketat atau pakaian
kadang-kadang menyebabkan ruam panas.
Jengkel jaringan lebih rentan terhadap infeksi daripada jaringan normal, dan banyak
organisme penyebab infeksi berkembang dalam lingkungan yang hangat, lembab, dan gelap.
Tidak hanya faktor-faktor ini dapat berkontribusi pada penyebab vulvovaginitis, mereka
sering memperpanjang periode pemulihan.
Kurangnya estrogen pada wanita postmenopause dapat menyebabkan kekeringan vagina
dan penipisan kulit vagina dan vulva, yang juga dapat menyebabkan atau memperburuk
kelamin gatal dan terbakar.
Nonspesifik vulvovaginitis (di mana penyebab dapat diidentifikasi) dapat dilihat dalam
semua kelompok usia, tetapi paling sering terjadi pada anak gadis sebelum pubertas. Setelah
pubertas dimulai, vagina menjadi lebih asam, yang cenderung untuk membantu mencegah
infeksi.
Vulvovaginitis nonspesifik dapat terjadi pada anak perempuan dengan genital miskin
kebersihan dan ditandai oleh berbau busuk, coklat-hijau pelepasan dan iritasi labia dan
vagina. Kondisi ini sering dikaitkan dengan pertumbuhan berlebih dari suatu jenis bakteri
yang biasanya ditemukan di dalam tinja. Bakteri ini kadang-kadang menyebar dari anus ke
area vagina dengan mengusap dari belakang ke depan setelah menggunakan kamar mandi.
Pelecehan seksual harus dipertimbangkan pada anak-anak dengan infeksi yang tidak
biasa dan berulang episode dijelaskan vulvovaginitis. Neisseria gonorrhoeae, organisme yang
menyebabkan gonore, menghasilkan gonokokal vulvovaginitis di gadis-gadis muda.
Gonocorrhea vaginitis terkait dianggap sebagai penyakit menular seksual. Jika tes
laboratorium mengkonfirmasi diagnosis ini, gadis-gadis muda harus dievaluasi untuk
pelecehan seksual.
Sekitar 20% dari non-hamil wanita usia 15-55 pelabuhan Candida albicans dalam vagina.
Sebagian besar tidak mempunyai gejala dan itu berbahaya bagi mereka. Pertumbuhan yang
berlebihan dari Candida albicans menyebabkan berat dadih putih seperti vagina, rasa panas di
vagina dan vulva dan / atau ruam gatal di vulva dan kulit di sekitarnya.

15
Estrogen menyebabkan lapisan vagina untuk dewasa dan mengandung glikogen, sebuah
substrat yang Candida albicans berkembang. Kurangnya estrogen pada wanita yang lebih
muda dan lebih tua membuat kandidiasis Vulvovaginal jarang terjadi.
            Pertumbuhan yang berlebihan dari Candida albicans terjadi paling sering dengan:
 Kehamilan

 Dosis tinggi pil KB kombinasi dan estrogen berbasis terapi penggantian hormon

 Sebuah rangkaian antibiotik spektrum luas seperti tetracycline atau amoxiclav

 Diabetes mellitus

 Anemia kekurangan zat besi

 Defisiensi imunologis misalnya, infeksi HIV

 Di atas kondisi kulit yang lain, sering psorias , Planus lumut atau lumut sclerosus.

 Penyakit lain

C. Patofisiologi

Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida sp. pada sel epitel vagina. Kemampuan
melekat ini lebih baik pada C.albicans daripada spesies Candida lainnya. Kemudian, Candida
sp. mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan ikatan-ikatan protein sel
pejamu sehingga memudahkan proses invasi. Selain itu, Candida sp. juga mengeluarkan
mikotoksin diantaranya gliotoksin yang mampu menghambat aktivitas fagositosis dan
menekan sistem imun lokal. Terbentuknya kolonisasi Candida sp. memudahkan proses invasi
tersebut berlangsung sehingga menimbulkan gejala pada pejamu.

D. Manifestasi Klinis
Vulvovaginal gejala kandidiasis, yaitu, suatu pertumbuhan berlebih dari Candida albicans,
meliputi:
 Gatal, nyeri dan / atau pembakaran ketidaknyamanan pada vagina dan vulva

 Berat dadih putih seperti vagina

 Ruam merah terang yang mempengaruhi bagian dalam dan luar dari vulva, kadang-
kadang menyebar luas di pangkal paha untuk memasukkan daerah kemaluan, daerah
16
inguinal dan paha. Ini bisa berlangsung hanya beberapa jam atau bertahan selama
berhari-hari, berminggu-minggu, atau jarang, bulan.
 Gejala mungkin kadang-kadang diperparah oleh hubungan seksual.

E. Komplikasi
 Ketidaknyamanan yang tidak hilang

 Infeksi kulit (dari garukan)

 Komplikasi karena penyebab kondisi (seperti gonore dan infeksi kandida)


F. Pencegahan
Untuk mencegah infeksi jamur, mengenakan pakaian katun agar udara dapat bersirkulasi.
Walaupun sejumlah obat untuk mengobati infeksi jamur baru-baru ini akan tersedia over-the-
counter, berhati-hati dalam membuat diagnosis diri terburu-buru.
Penggunaan kondom selama hubungan seksual bisa mencegah sebagian besar infeksi
menular seksual vagina. Tepat pas dan memadai penyerap pakaian, dikombinasikan dengan
baik kebersihan daerah genital juga mencegah banyak kasus infeksi non-vulvovaginitis.
Anak-anak harus diajarkan bagaimana cara benar membersihkan daerah genital saat
memandikan atau mandi. Tepat menyeka setelah menggunakan toilet juga akan membantu
(anak harus selalu menyeka dari depan ke belakang untuk menghindari memperkenalkan
bakteri dari anus ke vagina). Tangan harus dicuci bersih sebelum dan setelah menggunakan
kamar mandi.

G. Penatalaksanaan
Kadang-kadang Candida albicans infeksi tetap ada meski terapi konvensional yang
memadai. Pada beberapa wanita hal ini mungkin merupakan tanda kekurangan zat besi ,
diabetes melitus atau masalah imun, dan tes yang sesuai harus dilakukan.
Perempuan yang mengalami berulang Vulvovaginal Candida albicans melakukannya
karena infeksi persisten, daripada infeksi ulang. Tujuan dari perawatan dalam situasi ini
adalah untuk menghindari pertumbuhan berlebih dari kandida yang mengarah ke gejala,

17
daripada harus mampu mencapai pemberantasan menyelesaikan atau menyembuhkan.
Ada beberapa bukti bahwa langkah-langkah berikut dapat membantu:
 Kapas atau uap air-wicking pakaian dalam dan pakaian longgar, menghindari stoking
nilon.
 Perendaman dalam garam mandi. Hindari sabun –

 Menggunakan pembersih non-sabun atau krim untuk mencuci berair.

 Terapkan hidrokortison krim untuk mengurangi gatal dan mengobati sekunder


dermatitis mempengaruhi vulva.
 Perlakukan dengan krim anti jamur sebelum setiap periode menstruasi dan sebelum
terapi antibiotik untuk mencegah kambuh.  Sebuah perjalanan panjang sebuah
antijamur  topikal agen kadang-kadang diperlukan (tapi hal ini mungkin sendiri
menyebabkan dermatitis atau hasil dalam non-proliferasi candida albicans).
 Antijamur oral obat-obatan (itrakonazol atau flukonazol) dapat diambil secara teratur
dan sebentar-sebentar (misalnya sekali sebulan). Dosis dan frekuensi yang cukup
bervariasi, tergantung pada keparahan gejala. Oral agen antijamur mungkin tidak
sesuai pada kehamilan. Mereka membutuhkan resep.
 Asam borat (boraks) 600mg sebagai supositoria pada malam hari dapat membantu
untuk mengasamkan vagina dan mengurangi kehadiran khamir (albicans dan non-
candida albicans).
Langkah-langkah berikut belum ditunjukkan untuk membantu.
 Perawatan pasangan seksual - laki-laki mungkin mendapatkan singkat reaksi kulit
pada penis, yang membersihkan cepat dengan krim antijamur. Memperlakukan laki-
laki tidak mengurangi jumlah episode kandidiasis pada pasangan wanita mereka.
 Khusus gula rendah, rendah ragi atau yoghurt tinggi diet

 Menempatkan yoghurt dalam vagina

 Obat alami (dengan pengecualian asam borat)

18
BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Bartolinitis merupakan Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Infeksi alat kelamin wanita bagian
bawah biasanya disebabkan oleh.
Virus (kondiloma akuminata dan herpes simpleks), Jamur (kandida albikan), Protozoa
( amobiasis dan trikomoniasis) dan Bakteri (neiseria gonore)
Vaginitis merupakan suatu peradangan pada lapisan vagina. Vulvitis adalah suatu peradangan
pada vulva (organ kelamin luar wanita).
Vovaginitis adalah peradangan pada vulva dan vagina. Penyebabnya adalah  Bakteri
(misalnya klamidia, gonokokus), Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes,
wanita hamil dan pemakai Vulvovaginitis adalah iritasi/inflamasi pada kulit daerah vulva dan
vagina.

B.     Saran
Kelompok kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna, oleh karena itu saran
dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan penyusunan
makalah yang akan mendatang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M. 2011. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

20

Anda mungkin juga menyukai