Anda di halaman 1dari 9

KONSELING PRA TEST DAN POST TEST HIV

KONSELING PRA TEST HIV

A. OVERVIEW
Konseling pra test HIV adalah dialog antara klien dan konselor yang
bertujuan menyiapkan klien menjalani tes HIV dan membantu klien memutuskan
akan tes atau tidak (Kemenkes RI, 2013). Konseling ini bertujuan untuk
memberikan informasi kepada individu terkait dengan teknis tes tersebut dan
implikasi dari hasil tes baik hasil positif maupun negatif.
Konseling Pra-tes dilaksanakan pada klien/pasien yang belum mantap atau
pasien yang menolak untuk menjalani tes HIV setelah diberikan informasi pra-
tes yang cukup. Dalam konseling pra-tes harus seimbang antara pemberian
informasi, penilaian risiko dan merespon kebutuhan emosi klien. Masalah emosi
yang menonjol adalah rasa takut melakukan tes HIV karena berbagai alasan
termasuk ketidaksiapan menerima hasil tes, perlakuan diskriminasi, stigmatisasi
masyarakat dan keluarga.
Saat memberikan konseling, informasi mengenai penyebaran dan
pencegahan HIV harus diberikan secara akurat, up to date dan mudah dipahami
(Chippindale & French 2001). Sebaiknya jargon/bahasa medis tidak digunakan
saat memberikan konseling. Pemberian konseling yang berkualitas akan
mempengaruhi penerimaan individu terhadap hasil tes dan treatment yang
dilakukan (Sawitri, Sumantera, Wirawan, Ford & Lehman, 2006). Pemberian
informasi dasar terkait HIV bertujuan agar klien:
Memahami cara pencegahan, penularan HIV, perilaku berisiko.
Memahami pentingnya tes HIV
Mengurangi rasa khawatir dalam tes HIV
B. MACAM-MACAM KONSELING PRA TEST HIV Konseling pra test HIV terdiri
dari:
a. Konseling dan tes HIV atas insiatif klien atau konseling dan tes HIV sukarela
(KTS) adalah layanan tes HIV secara pasif. Pada layanan tersebut klien datang
sendiri untuk meminta dilakukan tes HIV atas berbagai alasan baik ke fasilitas
kesehatan atau layanan tes HIV berbasis komunitas. Layanan ini menekankan
penilaian dan pengelolaan risiko infeksi HIV dari klien yang dilakukan oleh
seorang konselor, membahas perihal keinginan klien untuk menjalani tes HIV
dan strategi untuk mengurangi risiko tertular HIV. KTS dilaksanakan di berbagai
macam tatanan seperti fasilitas layanan kesehatan, layanan KTS mandiri di luar
institusi kesehatan, layanan di komunitas, atau lainnya Ruang lingkup konseling
pra-tes pada KTS adalah:
a. Alasan kunjungan, informasi dasar tentang HIV dan klarifikasi tentang fakta
dan mitos tentang HIV.

b. Penilaian risiko untuk membantu klien memahami faktor risiko.

c. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan HIV.

d. Memberikan pengetahuan tentang implikasi terinfeksi HIV dan memfasilitasi


diskusi cara menyesuaikan diri dengan status HIV.

e. Melakukan penilaian sistem dukungan termasuk penilaian kondisi kejiwaan


jika diperlukan.

f. Meminta informed consent sebelum dilakukan tes HIV.

g. Menjelaskan pentingnya menyingkap status untuk kepentingan pencegahan,


pengobatan dan perawatan.

b. Tes HIV atas inisiatif pemberi layanan kesehatan dan konseling (TIPK)
yaitu tes HIV yang dianjurkan atau ditawarkan oleh petugas kesehatan kepada
pasien pengguna layanan kesehatan sebagai komponen standar layanan
kesehatan di fasilitas tersebut. Tujuan umum dari TIPK tersebut adalah untuk
melakukan diagnosis HIV secara lebih dini dan memfasilitasi pasien untuk
mendapatkan pengobatan lebih dini pula, juga untuk memfasilitasi pengambilan
keputusan klinis atau medis terkait pengobatan yang dibutuhkan dan yang tidak
mungkin diambil tanpa mengetahui status HIV nya.

Konselor perlu mengetahui latar belakang kedatangan klien untuk mengikuti


konseling HIV dan memfasilitasi kebutuhan agar proses tes HIV dapat memberikan
penguatan untuk menjalani hidup lebih sehat dan produktif
C. KOMPONEN KONSELING PRA TES HIV
Ada dua komponen utama pada konseling pra tes HIV, yaitu:
1. Pengkajian faktor resiko terhadap HIV:
• Frekuensi dan perilaku seksual (vaginal dan anal)
• Berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom, atau berhubungan seks
tidak aman dengan PSK
• Beresiko tinggi terinfeksi HIV (pengguna obat intravena, PSK pria dan
wanita serta pelanggannya, narapidana, pengungsi, pekerja migran, pria
homoseksual dan biseksual, pekerja kesehatan dimana universal
precaution tidak dikerjakan).
• Pernah menerima transfusi darah, dan transplantasi organ.
• Pernah terpapar prosedur invasive tidak steril seperti pembuatan tato dan
sirkumsisi

2. Pengkajian pemahaman
Beberapa pertanyaan berikut sebaiknya ditanyakan saat mengkaji kenapa
tes HIV perlu dilakukan:

• Mengapa perlu dilakukan tes?


• Apakah ada perilaku tertentu sehingga perlu dilakukan tes?
• Apakah ada gejala tertentu yang muncul?
• Apakah individu tersebut mengetahui tes HIV dan
kegunaannya?
• Bagaimana keyakinan dan pengetahuan individu tentang
penyebaran HIV dan hubungannya dengan perilaku
beresiko?
• Adakah support emosional dan social, misalnya dari
keluarga atau sahabat?
• Bagaimana reaksi individu jika hasil tes positif atau

D. KEUNTUNGAN DILAKUKANNYA KONSELING PRA TES HIV


Konseling pra tes HIV membantu individu untuk dapat membuat pilihan. Namun,
perlu diperhatikan bahwa individu yang tidak mau mendapatkan konseling pra tes HIV
tidak boleh dipaksa. Keputusan untuk melalukan tes haruslah merupakan keputusan yang
dibuat berdasarkan informasi yang tepat, karena itu seorang perawat harus dapat mampu
menjelaskan keterbatasan dan konsekuensi dari tes yang dilakukan. Konseling ini akan
memberikan manfaat sebagai berikut jika ternya hasil tes adalah positif HIV:

- meningkatkan penerimaan terhadap status HIV dan meningkatkan


kemampuan koping klien
- mengurangi resiko penularan ibu-anak
- menejemen lebih awal akan adanya infeksi oportunistik
- sebagai wadah untuk pemberian informasi dan penyuluhan untuk
kontrasepsi
- support social dan peer
- meningkatkan harapan dan kualitas hidup
- merencanakan masa depan

E. PERSIAPAN KONSELING PRA TES HIV


Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pelaksanaan konseling pra tes HIV,
adalah sebagai berikut:
• Diskusikan tentang kerahasiaan dan informed consent untuk tes HIV
• Berikan pemahaman terhadap kebijakan pemerintah
• Jelaskan implikasi saat mengetahui seseorang terbukti positif HIV
• Eksplorasi implikasi pernikahan, kehamilan, keuangan, bekerja dan stigma
masyarakat
• Fasilitasi untuk berdiskusi mengenai koping saat mengetahui hasil tes HIV
• Diskusikan tentang seksualitas
• Diskusikan dengan tepat tentang perilaku seksual dan penggunaan obat-obatan
yang beresiko
• Eksplorasi mekanisme koping emosional dan ketersediaan suport sosial
• Jelaskan bagaimana mencegah penyebaran HIV
• Koreksi mitos, misinformasi dan kesalahpahaman tentang HIV/AIDS
Sumber Belajar :
Chippindale,S & French, L, 2001, ABC of AIDS: HIV counselling and the psychosocial
management of patients with HIV or AIDS, British Medical Journal, vol. 322,no. 23, pp.
1533-1535.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman Nasional Tes dan Konseling HIV
dan AIDS
Sawitri, AA, Sumantera, GM, Wirawan, DN, Ford, K, & Lehman, E, 2006, “HIV testing
experience of drug users in Bali, Indonesia”, AIDS Care, vol. 18, no. 6: pp. 577-588
World Health Organisation, accessed 12th January 2009. <http://www.who.org/Fact
Sheets on HIV/AIDSfor nurses and midwives.pdf
Cek list konseling pra tes HIV

No Aspek yang dinilai Raw Critically Difficulty Max skor


Skor
1 Pra interaksi: 3 2 1 3
a. Verifikasi catatan keperawatan
b. Jaga lingkungan
c. Cuci tangan 5 langkah
2 Tahap orientasi: 6 2 2 24
a. Berikan salam
b. Menanyakan latar belakang dan alasan kunjungan
c. Klarifikasi kontrak waktu tindakan
d. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
e. Beri kesempatan klien untuk bertanya
f. Diskusikan tentang kerahasiaan

3 Tahap interaksi: 18 3 3 162


a. Kaji faktor resiko klien terhadap HIV dengan menanyakan:
perilaku seksual, penggunaan obat, transfusi darah
b. Kaji tingkat pemahaman klien: alasan tes
HIV, pengetahuan tentang penyebaran HIV
c. Kaji mekanisme koping klien
d. Eksplorasi implikasi HIV terhadap pernikahan,
pekerjaan, keuangan, kehamilan dan stigma masyarakat
e. Jelaskan pencegahan penyebaran HIV/AIDS
f. Koreksi mitos, kesalahapahaman dan mis informasi
tentang HIV/AIDS
g. Eksplorasi ketersediaan support atau dukungan
h. Membantu klien membuat keputusan untuk dilakukan tes
HIV, antara lain dengan menjelaskan keuntungan dan
akibat melakukan tes HIV
i. Mendiskusikan prosedur tes HIV, waktu
untuk mendapatkan hasil dan arti dari tes
HIV.
j. Mendiskusikan kemungkinan tindak lanjut setelah ada
hasil test.
k. Menjelaskan implikasi terinfeksi atau tidak terinfeksi
HIV dan memfasilitasi diskusi tentang cara
menyesuaikan diri dengan status HIV.
l. Menjajaki kemampuan klien dalam mengatasi masalah.
m. Memberi waktu untuk berfikir.
n. Bila klien menyetujui untuk test, konselor memberikan
form informed consent kepada klien dan meminta tanda
tangannya setelah klien membaca isi form HIV/.AIDS.
o. Mengisi dokumen klien dengan lengkap dan mengisi form
rujukan ke laboratorium.
p. Membuat perjanjian dengan klien untuk menunggu hasil
test.
q. Mengantar klien ke tempat pengambilan darah dan
menyerahkan form laboratorium kepada petugas
pengambilan darah.
r. Bila klien tidak menyetujui untuk di test, konselor
menawarkan kepada klien untuk datang kembali
sewaktu-waktu bila masih memerlukan dukungan dan /
atau untuk dilakukan test.

4 Tahap terminasi: 5 2 2 20
a. Evaluasi perasaan pasien dan keputusan pasien
b. Beri reinforcement
c. Simpulkan hasil kegiatan dan rencana tindak lanjut
d. Salam
e. Cuci tangan
5 Dokumentasikan: 6 3 1 18
a. Nama pasien, nomor rekam medis
b. Masalah keperawatan
c. Tindakan yang dilakukan
d. Respon klien : Subjektif, Objektif, Analisa, Planning
e. Tanggal, jam
f. Nama dan tandatangan perawat

6 Sikap : 6 3 1 18
a. Teliti
b. Empati
c. Peduli
d. Sabar
e. Sopan
f. Senyum
245
Total skor

Nilai Akhir= (Total skor/245) X 100

Anda mungkin juga menyukai