Anda di halaman 1dari 5

Nama : Taufik Setiawan

NIM : E351194031

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian

TEORI AKTIVASI OTAK TENGAH

PENDAHULUAN

Saat ini Pendidikan mempunyai peranan penting dalam pembangunan manusia Indonesia.
Oleh karenanya pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan dari berbagai ilmu pengetahuan,
karena pendidikan yang berkualitas dapat meningkatkan kecerdasan suatu bangsa (Suryani
2018). Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang
mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan
masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar (Makmun
2003). Saat ini, paradigma bahwa orang dianggap cerdas apabila pandai dalam matematika,
logika, linguistik/bahasa, dan ilmu pasti lainnya, dan dapat diukur secara cepat dengan
menggunakan tes IQ dari versi lebih canggih. Saat ini, strategi pembelajaran aktif yang
memperhatikan perbedaan kemampuan masing-masing anak didik, mulai diperhatikan. Sistem
pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal berupaya untuk menghargai kemampuan
dan potensi anak didik. Ini dapat dilihat dengan lahirnya berbagai metode pembelajaran yang
memanusiakan manusia dengan tujuan utama meningkatkan kecerdasan anak (Pangastuti 2013).
Kecerdasan anak dapat dioptimalkan apabila otak kanan dan otak kiri berfungsi secara
seimbang. Salah satu metode yang ditawarkan untuk membuat fungsi kedua belahan otak
seimbang adalah dengan mengaktifkan otak tengah. Metode aktivasi otak tengah ini dipercaya
dapat meningkatkan kecerdasan anak bahkan menjadikannya genius (Andhika 2010).
Kemampuan dasar yang dapat dilakukan setelah otak tengah diaktivasi antara lain anak dapat
melihat kartu, berjalan, naik sepeda, membaca, dan mewarnai dengan mata tertutup
(Sangkanparan 2010). Jika otak tengahnya lebih rajin dilatih, akan mampu membaca dokumen
dalam keadaan tertutup, kemampuan prediksi atau memperkirakan apa yang akan terjadi
beberapa saat kemudian. Dan ini merupakan kemampuan tertinggi yang dimiliki anak yang otak
tengahnya telah aktif (Pangastuti 2013).
Secara umum, otak (cerebrum) terdiri dari dua belahan yaitu: hemisfer kanan dan
hemisfer kiri yang dihubungkan dengan corpus callosum (Pinel, 2009; Kalat, 2010). Otak
merupakan organ maha rumit yang memiliki banyak bagian dan fungsi yang spesifik dan
berbeda‐beda. Secara garis besar, otak dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu otak besar
(cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan batang otak (brainstem). Bagian‐bagian tersebut masih
dibagi menjadi bagian yang lebih kecil. Ruang antar bagian dibatasi oleh cairan otak
(cerebrospinal fluid), sementara bagian luarnya terlindungi oleh tiga lapis selaput otak
(meninges) dan tulang tengkorak (Pinel 2009).

PEMBAHASAN

Otak tengah atau otak intuitif. Otak intuitif adalah kelanjutan dari otak rasional melalui
kreatif. Artinya, intuitif akan muncul jika telah melewati sebuah proses “kelelahan” rasionalitas
dan “kejenuhan” kreatifitas. Sehingga intuitif merupakan akhir dari perjalanan pemikiran logis
dan Kreatif (Pasiak 2002). Pangastuti (2013) menyimpulkan otak tengah dipandang penting
untuk diaktivasi karena mampu menyeimbangkan fungsi kerja belahan otak kanan dan otak kiri,
meningkatkan daya ingat, konsentrasi, menstabilkan kecerdasan emosi dan multiple intelligence
lainnya. Signifikansi metode aktivasi otak tengah dalam mengembangkan kecerdasan matematis
logis dan kecerdasan interpersonal anak usia dini adalah lebih memacu dan meningkatkan
kemampuan anak dalam hal matematika dan sains mereka lebih mencintai kedua materi tersebut,
dalam kecerdasan interpersonal mereka lebih mempunyai kepekaan sosial, stabilitas emosi, dan
mempunyai kemampuan empati yang makin tinggi.
Bagi manusia, otak tengah berfungsi sebagai lapisan penghujung, masuk ke bawah
hingga keotak depan (forebrain/tempat pengaturan sebagai fungsi yang lebih tinggi) dan
menghubungkannya dengan batang otak. Bagian ini berfungsi untuk mengendalikan gerakan,
menghubungkan bagian otak yang lebih tinggi dengan neuron motoric dan bertidak pula sebagai
penghujung bagi saraf yang tidak menjalar naik pada tulang belakang namun langsung menuju
otak; gerakan bola mata adalah salah satu contohnya. Otak tengah terdiri atas beberapa bagian
diantaranya thalamus, hypothalamus, hippocampus, basal ganglia, pineal body, corpus callosum
dan cerebellum (Hamruni 2009).

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan‐perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan, nilai, dan sikap (Winkel 1996).Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal dan
optimal, diperlukan proses belajar yang efektif. Menurut Sudjana (2005) prestasi belajar dapat
diartikan sebagai tujuan penilaian untuk mengetahui keberhasilan dari proses pendidikan dan
pengakaran di sekolah, dengan ditandai dengan adanya perubahan. Hal ini dapat dilihat dari apa
yang dihasilkan siswa dari pertanyaan atau persoalan tugas yang diberikan oleh guru. Sehingga
dapat dikatakan bahwa, siswa dapat disebut sebagai siswa yang berprestasi di sekolahnnya baik
apabila terjadi perubahan dalam dirinya dan ketika dia diberi soal oleh gurunya, maka ia dapat
dengan mudah menjawab soal-soal tersebut. (Sukmawati dan Wahyuni 2012).

Aktivasi otak tengah untuk meningkatkan kecerdasan otak anak sejak dini menstimulasi
penulis untuk mengkaji lebih dalam melalui observasi bebas, analisis riset terdahulu dan kajian
pustaka yang relevan (Pangastuti 2013). Munculnya istilah otak tengah ini di Indonesia tergolong
relatif baru setelah otak kanan dan otak kiri. Namun di Jepang teori tentang otak tengah telah
berkembangan lebih dari 40 tahun yang lalu. Dalam dunia kedokteran otak tengah atau
mecencephalon adalah bagian otak yang terletak diantara bagian otak depan dan bagian otak
belakang, terdiri dari tektum dan cerebral peduncle. Otak tengah berperan penting dalam
memanfaatkan keseluruhan otak manusia. Akan tetapi kondisi otak tengah tiap individu tidak
sama. Ada orang yang karena latihan dan memiliki pengetahuan yang cukup dapat
mempertahankan otak tengahnya untuk tetap “berfungsi” secara maksimal. Akan tetapi, banyak
orang yang karena pengaruh tekanan, kesedihan, kemarahan, dan masalah emosi lainnya
menyebabkan otak tengah mereka “tertidur sehingga tidak berfungsi maksimal. Hal inilah yang
mendasari dilakukannya aktivasi otak tengah dengan tujuan untuk “membangunkannya” dari
“tidurnya” (Andhika 2010).

Aktivasi otak tengah adalah suatu fenomenal dalam dunia pendidikan anak. Fenomenal
ini mengundang rasa keingintahuan, kegelisahan, dan penasaran. Aktivasi otak tengah bukanlah
kegiatan yang dilakukan tanpa sebuah resiko. Metode pengaktifan otak tengah saat ini menjadi
sangat diminati dan menjadi buruan para orang tua demi menciptakan anak yang unggul dan
pintar secara instan. Tetapi perilaku para orang tua harus cermat dan terus memperoleh informasi
dan wawasan yang lebih tentang hal itu. Berbagai klaim yang mengatakan kehebatan pengaktifan
otak tengah tersebut ternyata saat ini masih banyak diragukan secara ilmiah. Karena, belum
terbukti secara penelitian dan penalaran manfaatnya tidak sesuai dengan metode pengetahuan
biologis dan ilmiah. Saat ini aktivasi otak tengah belum dapat menjamin keamanannya karena
prosenya yang rahasia. Selain itu, metode aktivasi otak tengah hingga saat ini belum banyak
dibahas dalam jurnal ilmiah yang diakui secara internasional. Sehingga saat ini aktivasi otak
tengah masih banyak belum diakui secara internasional dalam membuat anak-anak mengalami
peningkatan kecerdasan. Keadaan ini mengundang kontroversi dikalangan masyarakat, oleh
sebagian masyarakat awam hal ini dianggap magis, namun para praktisi aktivasi otak tengah
menjelaskan bahwa hal ini bukan magis atau berbau supranatural namun dapat dilakukan secara
ilmiah karena banyak menggunakan gelombang alpha otak, jadi bukan menggunakan sihir atau
sejenisnya (Husein 2010).

PENUTUP
Aktivasi otak tengah merupakan suatu fenomenal menarik dalam dunia kesehatan maupun
pendidikan yang melibatkan anak-anak sebagai subyeknya. Metode aktivasi otak kanan menjadi
sangat diminati oleh para orang tua yang memiliki harapan menciptakan anak yang unggul dan
pinter. Banyak berbagai klaim yang mengatakan tentang kehebatan aktivasi otak tengah tetapi
masih banyak diragukan secara ilmiah. Kondisi ini menjadi kontroversi dari berbagai kalangan
masyarakata. Untuk itu, menyikapi kondisi seperti ini perlu adanya penelitian ilmiah terkait
aktivasi otak tengah, agar menjadi jelas dan tidak jadi simpang suir dikalangan masyarakat.

SUMBER PUSTAKA

Andhika R. 2010. Superbrain: Aktivasi Otak Tengah. Jakarta: Puspa Populer.

Husein S. 2010. Tips dan Trik Mengaktifkan Otak Tengah. Yogyakarta: Second Hope.

Pangastuti R dan Al-Ikhwana 2013. Signifikansi aktivasi midbrain terhadap kecerdasan logic
mathematic dan interpersonal pada anak usia dini. Jurnal Manajemen Pendidikan. 8(2):
172–182.
Sangkanparan H. 2010. Dahsyatnya Otak Tengah:Jadikan Anak Anda Cerdas Saat Ini Juga
Jakarta: Visimedia.

Pinel, J. P. J. (2009). Biopsikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kalat, J. W. (2010). Biopsikologi. Jakarta: Salemba Humanika.

Supradewi R. 2010. Otak , musik, dan proses belajar. Buletin Psikologi. 18(2): 58–68.

Sukmawati D, Wahyuni H. 2012. Pengaruh pelatihan aktivasi otak tengah terhadap peningkatan
prestasi belajar siswa. Jurnal Penelitian Psikologi. 3(1): 329-340.

Sujiono YN. 2009. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang.

Hamnmi. 2009. Global Learning (mengembangkan potensi otak dan indra dalan
pembelajaran). Mukaddimah. 15(26).

Pasiak T. 2002. Revolusi IQ/EQ/SQ Menyingkap Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Al-Quran


dan Neurosains Mutakhir. Jakarta: Mizan.

Makmun, Syamsuddin A. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Rosda Karya Remaja.

Suryani AN, Haryono M. 2018. Improvement of the Logical Intelligence Through Media Kolak
(Collage Numbers) Based on Local Wisdom in Early Childhood. Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini. 2(2): 255 – 261.

Anda mungkin juga menyukai