PENYULUHAN KESEHATAN
STIMULASI PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI)
DIRUANG MURAI A RSKJ SOEPRAPTO BENGKULU TAHUN 2020
PEMBIMBING AKADEMIK
A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization), masalah gangguan jiwa di dunia
ini sudah menjadi masalah yang semakin serius. Paling tidak, ada satu dari empat
orang di dunia ini mengalami gangguan jiwa. WHO memperkirakan ada sekitar 450
juta orang di dunia ini ditemukan mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data
statistik, angka pasien gangguan jiwa memang sangat mengkhawatirkan (Yosep,
2007). Menurut UU Kesehatan Jiwa No.3 Tahun 1966, Kesehatan Jiwa adalah suatu
keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara
optimal dari seseorang dan perkembangan ini selaras dengan dengan orang lain.
Sedangkan menurut American Nurses Associations (ANA) keperawatan jiwa
merupakan suatu bidang khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu
perilaku manusia sebagai ilmu dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai
caranya untuk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa. Di
Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20% halusinasi penglihatan, dan 10%
adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan. Angka terjadinya halusinasi
cukup tinggi. Berdasarkan hasil 2 pengkajian di Rumah Sakit Jiwa Medan ditemukan
85% pasien dengan kasus halusinasi. Menurut perawat di Rumah Sakit Grhasia
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya di ruang kelas III rata- rata angka
halusinasi mencapai 46,7% setiap bulannya (Mamnu’ah, 2010).
Gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan individu untuk menilai dan
berespon pada realita. Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan
eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien juga tidak mampu
untuk memberikan respon yang akurat, sehingga tampak perilaku yang sulit
dimengerti. Halusinasi adalah penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua panca indera dan terjadi disaat
individu sadar penuh (Depkes dalam Dermawan dan Rusdi, 2013). Dukungan
keluarga merupakan pendukung utama yang berperan sangat penting dalam proses
penyembuhan pasien halusinasi untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Sikap
keluarga yang tidak menerima pasien halusinasi atau bersikap bermusuhan dengan
pasien dapat membuat kekambuhan lebih cepat. Oleh karena itu keluarga harus
memahami tentang halusinasi dan bagaimana mengontrolnya. Pemahaman ini dapat
diberikan melalui edukasi. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Wulandari (2018)
menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian Pendidikan
Kesehatan Terhadap Perubahan Tingkat Kemampuan Keluarga Dalam Perawatan
Halusinasi. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertari untuk
melakukan pendidikan kesehatan tentang halusinasi dan peran serta keluarga dalam
mengontrol halusinasi guna meminimalkan tingkat kekambuhan pasien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarga tentang halusinasi
diruang Anggrek
2. Tujuan Khusus
Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien tentang halusinasi yang meliputi
poin:
a. Menjelaskan pengertian Halusinasi
b. Menjelaskan jenis Halusinasi
c. Menjelaskan Penyebab
d. Tanda dan Gejala Halusinasi
C. Jadwal Kegiatan
Hari, tanggal : 19 Februari 2020
Waktu : 08.30 WIB - Selesai
E. Pembahasan Materi
a. Pengertian halusinasi
b. Jenis Halusinasi
c. Penyebab halusinasi
d. Tanda dan Gejala halusinasi
F. Metode
Ceramah Tanya Jawab
G. Media
a. Power Point
b. Leaflet
H. Pengorganisasian
Penyaji : Ricki Ardiansyah
Fasilitator :
1. Erna Febriana
2. Netra Juansyah
3. Shandi Caesar Anugrah
4. Tantri Sulistia Af Sari
5. Trio Ronaldo
Moderator : Ade Rosita
Notulen : Xenna Putri Jhodi
Operator : Anggra Safito Salman
I. Setting Tempat
Keterangan:
Penyaji P = Peserta
Moderator
P P P P P
Fasilitator
Observer &
P P P P P
Notulen
P P P P P
Pembimbing
J. KEGIATAN PENYULUHAN
No WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN METODE
. PESERTA / MEDIA
1 5 menit Petugas menyiapkan daftar Peserta penyuluhan mengisi Daftar
sebelum hadir, ruangan, dan tempat daftar hadir dan duduk ditempat hadir
acara dimulai untuk peserta penyuluhan yang disediakan
Materi Penyuluhan
A. Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.Suatu penerapan panca indera
tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melalui panca indera tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
B. Penyebab
1. Faktor Prediposisi
Menurut Yoseph (2009), factor prediposisi yang menyebabkan halusinasi
adalah :
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mendiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap gangguan jiwa..adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif.Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa
depannya.Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam khayal.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart and Sandeen yang dikutip oleh Jallow (2008), factor
presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stress
lingkungan untuk menentukaterjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stress.
D. Jenis-jenis halusinasi
Halusinasi terdiri dari beberapa jenis, dengan karakteristis tertentu, diantaranya:
1. Halusinasi pendengaran (akustik, audiotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara suara terutama suara
suara orang, biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometric, gambar kartun atau panorama yang luas dan kompleks.
Bayangan bias bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yang ditandai dengan adanya bau busuk,
amis, dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses, kadang kadang
terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
4. Halusinasi peraba (taktil, kinaestatik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk,
amis, dan menjijikkan.
6. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai denga merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukkan urine.
(Yosep Iyus, 2007).
Lampiran 2
10
DAFTAR PUSTAKA