Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


“RESIKO PERILAKU KEKERASAN”
DI RSJD Dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA

Oleh :
DEDE AGUNG KURNIAWAN
NIM. 015.19.17.335

YAYASAN PENDIDIKAN KESEHATAN KETONGGO


AKPER PEMKAB NGAWI
2020
I. Kasus (Masalah Utama)
Asuhan keperawatan pada pasien Resiko Perilaku Kekerasan.

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Pengertian
Resiko Perilaku Kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang beresiko
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan (Fitria, 2012).
B. Etiologi
Penyebab terjadinya resiko perilaku kekerasan ialah sebagai berikut :
1) Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung ialah faktor biologi, faktor psikologis dan
faktor sosiokultural.
a) Faktor Biologi : 1) Instinctual Drive Theory (Teori Dorongan Naluri) perilaku
kekerasan dilakukan atas dorongan kebutuhan dasar yang kuat. 2)
PsychosomaticTheory (Teori Psikosomatik)pengalaman marah adalah suatu
akibat dari respon psikologis terhadap stimulus eksterna, internal, maupun
lingkungan (Dermawan & Rusdi, 2013).
b) Faktor psikologi : 1) Frustation Agression Theory (Teori Agresif
Frustasi)Perilaku kekerasan terjadi karena beberapa akumulasi frustasi, terjadi
apabila keinginan untuk mencapai suatu gagal.2) Behavior Theory (teori
perilaku)Kemarahan adalah proses belajar, hal ini akan berhasil jika ada suatu
fasilitas atau pendukung. (3) Eksistensial theory (teori eksistensi)Bertingkah
laku adalah suatu kebutuhan dasar manusia. Pada pasien dengan resiko
perilaku kekerasan jika tidak terpenuhi kebutuhannya ia akan memenuhinya
melalui perilaku merusak atau menghancurkan (Dermawan & Rusdi, 2013).
c) Faktor sosiokultural : 1) Social environment theory (teori lingkungan
sosial)Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. 2) Social learning theory (teori belajar sosial) Resiko
perilaku kekerasan dapat dipelajari melalui proses sosialisasi (Dermawan &
Rusdi, 2013).
2) Faktor Presipitasi
Ekspresi diri yang ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas,
ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar, kesulitan dalam memecahkan
masalah dan cenderung melakukan kekerasan untuk menyelesaikan masalah,
adanya riwayat anti sosial, kematian anggota keluarga yang terpenting (Damaiyanti
& Iskandar, 2012).
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari klien resiko perilaku kekerasan ialah dilihat dari segi
fisik pandangan tajam, tangan mengepal, rahang menegang, wajah tegang dan muka
merah, dan postur tubuh yang kaku, segi verbal suka mengancam, mengumpat dengan
kata kotor, berbicara dengan menggunakan nada keras, kasar dan ketus.
Secara perilaku melukai orang lain, melukai diri sendiri, merusak lingkungan,
agresif/amuk, segi emosi merasa terganggu, merasa tidak aman dan nyaman,
mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut, segi intelektual sering
mengeluarkan kata-kata bernada menyinggung sesuatu atau seseorang, kasar, berdebat,
cerewet, merasa dirinya benar, merasa dirinya berkuasa, tetapi tidak bermoral, dan
merasa ragu-ragu, dari segi sosial menarik diri, melakukan kekerasan, merasa bahwa
dirinya berada di pengasingan, melarikan diri, suka membolos, dan melakukan
penyimpangan seksual (Fitria, 2012)
D. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan – tindakan
berbahaya bagi dirinya , orang lain maupun lingkungan nya , seperti menyerang orang
lain , memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan perilaku
kekerasan beresiko mencederai orang lain maupun lingkungannya.
E. Rentang Respon Resiko Perilaku Kekerasan
Gambar 2.1 Rentang Respon Resiko Perilaku Kekerasan, sumber :
Yosep (2010) dalam Damaiyanti & Iskandar (2012).
Respon adaptif Respon maladaptif

Frustasi Agresif
Pasif Kekerasan
mengungkapkan
pasien
marah
gagal
tanpa
mencapai
menyalahkan
tujuan orang
kepuasan
perilaku
pasien
laintidak
yang
saat
dan marah
dapat
menyertai
memberikan
mengungkapkan
dan marah,
tidak
ketenangan
Perasaan
menemukan
dan terdapat
perasaan
marahalternatif
dan
dorongan
marahnya
bermusuhan
untuk menuntut
yang kuattetapi
serta masih
kehilangan
terkontrol
kontrolnyaa
1) Respon adaptif : respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang
berlaku (Damaiyanti & Iskandar, 2012).
2) Respon maladaptif : respon individu yang menyimpang dari norma-norma sosial
budaya dan lingkungan (Damaiyanti & Iskandar, 2012).

F. Mekanisme Koping
Mekanisme Koping adalah suatu cara yang digunakan individu untuk
menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi, serta suatu respon
terhadapa situasi yang menganca, baik secara kognitif maupun perilaku (Nasir &
Muhith, 2011).Mekanisme koping yang digunakan ialah mekanisme koping
pertahanan ego yaitu 1) Displacement (Pemindahan) Melampiaskan perasaan yang
tertekan kepada obyek yang tidak begitu berbahaya.2) Sublimasi : Menerima suatu
sasaran pengganti yang mulia. 3) Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai
kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik.4) Represi : Mencegah suatu pikiran
yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar. 5) Reaksi Formasi :
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan
sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan
(Damaiyanti & Iskandar, 2012).
G. Pohon Masalah
Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (effect)

Perilaku Kekerasan halusinasi


(Core Problem)

Regimen terapeutik Isolasi sosial :


inefektif Harga diri rendah menarik diri
kronis

H. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan resiko perilaku kekerasan
menurut Direja (2011), yaitu :

1) Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan


2) Perilaku kekerasan
3) Harga diri rendah kronis
4) Perubahan persepsi sensori atau halusinasi
5) Isolasi sosial

I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Berikut isi pengkajian menurut Damaiyanti dan Iskandar (2012) :

1) Identitas klien : Nama lengkap dan panggilan klien, nama perawat, Umur pasien,
dan Nomor RM.
2) Alasan masuk : klien sering marah-marah, jengkel, frustasi, dendam, ingin
memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan, dan menyalahkan orang lain.
3) Faktor predisposisi
a) Apakah klien pernah melakukan, mengalami, atau menyaksikan penganiayaan
fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan
tindakan criminal, jika “ya” isi usia saat kejadian saat itu.
b) Tanyakan kepada klien /keluarga, apakah ada anggota keluarga lain yang
mengalami gangguan jiwa, jika ada beri tanda “V” pada kotak “ya”.
c) Tanyakan pada keluarga apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan
yang pernah dialami pasien pada masa lalu.
4) Aspek fisik : pengukuran dari tekanan darah, nadi, pernapasan klien, suhu, tinggi
badan, berat badan, keluhan fisik yang dirasakan oleh klien.

5) Aspek psikososial
a) Genogram : Gambar minimal 3 generasi untuk mengetahui hubungan klien
dengan keluarga.
b) Konsep diri : 1) Gambaran diri, persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai atau tidak disukai. 2) Identitas diri, status dan posisi sebelum
dirawat, serta kepuasan klien terhadap posisi atau sebagai laki-laki/perempuan.
3) Peran diri, tentang peran yang diembannya dalam keluarga/masyarakat, serta
kemampuan klien dalam melaksanakan perannya. 4) Ideal diri, harapan klien
terhadap posisi, status, lingkungan, serta terhadap penyakitnya. 5) Harga diri,
bagaimana hubungan klien dengan orang lain dan penilaian orang lain terhadap
diri dan kehidupannya.
c) Hubungan sosial : Tanyakan pada klien orang yang berarti dalam hidupnya,
kelompok apa saja yang diikuti didalam masyarakat, dan sejauh mana ia terlibat
dalam masyarakat.
d) Spiritual : Tanyakan tentang keyakinan dan kegiatan ibadah klien. Pada
keyakinan pasien tanyakan tentang gangguan jiwa menurut pandangan klien
dan pandangan masyarakat. Pada kegiatan ibadah, tanyakan tentang ibadah yang
dilakukan secara individu dan kelompok, serta pendapat pasien tentang kegiatan
ibadah.
6) Status mental
a) Penampilan : penampilan tidak rapih, penggunaan pakaian yang tidak sesuai,
cara berpakaian tidak seperti biasanya, jelaskan hal-hal yang ditampilkan klien.
b) Pembicaraan : gaya bicara klien keras, berbicara dengan nada ketus, kotor,
menggertak, serta bernada menyinggung.
c) Aktivitas motorik : pandangan tajam, mata melotot, wajah tegang, kompulsif
(kegiatan yang dilakukan berulang-ulang), tangan mengepal, posisi tubuh yang
kaku, dan rahang mengatup.
d) Alam perasaan : amati klien apakah ia sedih, putus asa, gembira yang berlebih,
takut, khawatir.
e) Afek : afek labil, klien mudah tersinggung dan berubah-ubah.
f) Interaksi selama wawancara : klien bersikap bermusuhan, tidak kooperatif,
mudah tersinggung, selalu berusaha mempertahankan pendapatnya, curiga.
g) Persepsi : data ini berisi tentang halusinasi pada klien, meliputi jenis, isi,
frekuensi, serta gejala yang tampak pada klien.
h) Proses pikir : sirkumstansial (pembicaraan yang berbelit-belit namun sampai
pada tujuan), tangensial (pembicaraan yang berbelit-belit namun tidak sampai
pada tujuan), kehilangan asosiasi (pembicaraan yang tidak ada kaitannya antara
satu dengan yang lain, dan klien tidak menyadarinya), flight of ideas
(pembicaraan meloncat dari topik satu ke topik yang lain, terdapat hubungan
yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan), bloking (pembicaraan berhenti
tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembali), preserverasi
(pembicaraan yang diulang berkali-kali).
i) Isi pikir : obsesi (pikiran yang selalu muncul, namun klien berusaha
melupakannya), fobia (ketakutan yang tidak logis terhadap suatu objek),
hipokondria (keyakinan adanya gangguan pada tubuh, namun sebenarnya tidak
ada), depersonalisasi (perasaan asing pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan), ide yang terkait (keyakinan klien tentang kejadian yang terjadi
berkaitan dengan dirinya), pikiran magis (keyakinan tentang kemampuannya
melakukan sesuatu yang mustahil), serta waham (keyakinan yang salah yang
dipertahankan oleh klien dan bertentangan dengan kenyataan).
j) Tingkat kesadaran : data yang memuat tentang bingung dan sedasi (klien
merasa melayang-layang, antara sadar atau tidak) yang diperoleh melalui
wawancara berupa stupor (gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang
diulang-ulang, sikap canggung yang dipertahankan klien, tapi pasien
mengetahui apa yang terjadi), orientasi (waktu, tempat, orang).
k) Memori : gangguan daya ingat jangka panjang, gangguan daya ingat jangka
pendek, gangguan daya ingat saat ini, konfabulasi.
l) Tingkat konsentrasi dan berhitung : mudah dialihkan, tidak mampu
berkonsentrasi, serta tidak mampu berhitung.
m) Kemampuan penilaian : gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat
mengambil keputusan sederhana dengan bantuan orang lain) dan gangguan
kemampuan penilaian bermakna (tidak mampu mengambil keputusan walau
dibantu oleh orang lain).
n) Daya tilik diri : meliputi mengingkari penyakit yang diderita, menyalahkan hal-
hal diluar dirinya.
7) Kebutuhan persiapan pulang : Makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian, istirahat
dan tidur, serta kegiatan sesudah tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan
serta siapa saja pendukung dalam pengobatan, kegiatan didalam rumah, kegiatan
diluar rumah
8) Mekanisme koping : yang digunakan klien resiko perilaku kekerasan untuk
meindungi diri antara lain : displacement, sublimasi, proyeksi, represi, dan reaksi
formal.
9) Masalah psikososial dan lingkungan : tentang masalah yang dimiliki klien secara
spesifik, singkat, dan jelas.
10) Pengetahuan: kurangnya pengetahuan tentang penyakit jiwa, faktor presipitasi,
koping, sistem pendukung, serta penyakit fisik.
11) Aspek medik : tulis diagnosa medis yang telah dirumuskan oleh dokter, obat-
obatan saat ini, baik obat fisik maupun psikofarmaka dan terapi lain.
B. Analisa Data
Tabel 2.1 Analisa Data (Fitria, 2012)
Data yang perlu dikaji Problem
Data Subjektif : Resiko perilaku kekerasan
1) Klien mengancam
2) Klien mengumpat dengan
kata-kata kotor
3) Klien mengatakan dendam
dan jengkel
4) Klien mengatakan ingin
berkelahi
5) Klien menyalahkan dan
menuntut
6) Klien meremehkan

Data Objektif :

1) Mata melotot
2) Pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Wajah memerah dan tegang
6) Postur tubuh kaku
7) Suara keras
C. Diagnosa Keperawatan
Ditinjau dari hasil pengkajian melalui wawancara dan observasi serta analisa data
didapatkan diagnosa keperawatan yaitu resiko perilaku kekerasan (Fitria, 2012).

D. Rencana Tindakan Keperawatan (Intervensi)


Rencana tindakan pada klien dengan resiko perilaku kekerasan menurut
Wijayaningsih (2015) adalah sebagai berikut :

TUM (Tujuan Umum): klien dapat mengontrol dan mengendalikan resiko perilaku
kekerasan.
TUK (Tujuan Khusus) 1: klien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Kriteria evaluasi
Klien mau membalas salam, klien mau menjabat tangan, ekspresi wajah
tersenyum, mau menyebutkan nama, mengetahui nama perawat, menyediakan
waktu untuk kontrak.
2) Intervensi
a) Beri salam atau panggil nama klien.
b) Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan.
c) Jelaskan maksud dari tujuan berkenalan.
d) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
e) Beri rasa aman dan sikap empati.
f) Lakukan kontak singkat tapi sering.
3) Rasional
Hubungan saling percaya merupakan landasan untuk hubungan selanjutnya.
TUK 2 : klien dapat mengidentifikasi penyebab resiko perilaku kekerasan .

1) Kriteria evaluasi
Klien dapat mengungkapkan perasaannya danpasien dapat mengungkapkan
penyebab perasaan jengkel/kesalnya.
2) Intervensi
a) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
b) Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal.
3) Rasional
Memberi kesempatan untuk mengungkapkan dapat membantu klien
mengurangi rasa stres dan penyebab perasaan jengkel/kesal dapat diketahui.
TUK 3: klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko perilaku kekerasan.

1) Kriteria evaluasi
Klien dapat mengungkapkan perasaan marah dan dapat menyimpulkan tanda-
tanda jengkel/kesal yang dialami.
2) Intervensi
a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami saat marah/jengkel.
b) Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.
c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami pasien.
3) Rasional
a) Untuk mengetahui hal yang dialami dan dirasakan saat jengkel.
b) Untuk mengetahui tanda-tanda pasien jengkel/kesal.
c) Menarik kesimpulan bersama klien supaya pasien mengetahui secara garis
besar tanda-tanda marah.
TUK 4 : klien dapat mengidentifikasi resiko perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.

1) Kriteria evaluasi
Klien dapat mengungkapkan resiko perilaku kekerasan yang biasa dilakukan,
perasaan saat melakukan kekerasan, serta mengetahui cara yang biasa dilakukan
dalam menyelesaikan masalah.
2) Intervensi
a) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
b) Bantu klien dalam mengungkapkan perasaannya saat setelah resiko perilaku
kekerasan terjadi.
c) Diskusikan dengan klien tentang tindakan yang tepat untuk menyelesaikan
masalah.
3) Rasional
a) Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
b) Untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan dengan bantuan
perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dan destruktif.
c) Dapat membantu klien menemukan cara yang dapat menyelesaikan masalah.
TUK 5 : klien dapat mengidentifikasi akibat dari resiko perilaku kekerasan.
1) Kriteria evaluasi.
Klien dapat menjelaskan akibat dari resiko perilaku kekerasan pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan.
2) Intervensi
a) Diskusikan tentang akibat/kerugian dari cara yang dilakukan klien terhadap diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan.
b) Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan klien
c) Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat?
3) Rasional
a) Membantu klien dalam menilai perilaku kekerasan yang dilakukan.
b) Dengan mengetahui akibat dari perilaku kekerasan diharapkan klien dapat
merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif.
c) Agar klien dapat mempelajari cara lain yang konstruktif.
TUK 6 : klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam merespon
kemarahan.
1) Kriteria evaluasi
Klien dapat melakukan cara merespon terhadap kemarahan secara konstruktif.
2) Intervensi
a) Apakah klien ingin mempelajari cara baru yang sehat?
b) Beri pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.
c) Jelaskan cara yang sehat untuk mengatasi perasaan marah :
(1) Secara fisik : tarik nafas dalam, memukul bantal/kasur, olahraga.
(2) Secara verbal : dengan mengungkapkan perasaan kesal pada orang lain.
(3) Secara sosial :latihan asertif dengan orang lain.
(4) Secara spiritual anjurkan klien Sholat, berdo’a, serta sabar.
3) Rasional
a) Dengan mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam merespon perilaku
kekerasan, diharapkan dapat membantu klien menemukan cara yang baik untuk
mengurangi rasa jengkel sehingga klien tidak merasa frustasi.
b) Reinforcement positif dapat memberi motivasi klien dan meningkatkan harga
dirinya.
c) Berdiskusi dengan klien untuk memilih cara yang sesuai dengan kemampuan
klien.
TUK 7 : klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol resiko perilaku
kekerasan.

1) Kriteria evaluasi
Klien dapat memperagakan cara mengontrol resiko perilaku kekerasan, yaitu :
a) Cara fisik : tarik nafas dalam, olahraga, menyiram tanaman.
b) Cara verbal : mengatakannya secara langsung dengan tidak menyakiti.
c) Spiritual : sembahyang, berdo’a, berdzikir atau ibadah lain.
2) Intervensi
a) Bantu klien dalam memilih cara yang paling tepat untuk mengungkapkan
marah.
b) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih.
c) Bantu klien untuk memperagakan cara tersebut.
d) Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.
e) Anjurkan klien memilih cara yang sudah dilatih saat marah/kesal.
3) Rasional
a) Memberikan stimulasi kepada klien untuk menilai respon resiko perilaku
kekerasan dengan cara yang tepat.
b) Membantu meningkatkan kepercayaan diri klien.
c) Agar klien mengetahui cara yang konstruktif.
d) Pujian dapat member motivasi dan meningkatkan harga diri klien.
e) Agar klien dapat melaksanakan cara cara yang telah dipilihnya, jika ia sedang
kesal/jengkel.
TUK 8 : pasien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol resiko perilaku
kekerasan.

1) Kriteria evaluasi
Keluarga dapat menyebutkan cara merawat pasien, dan mengungkapkan rasa
puas dalam merawat pasien.
2) Intervensi
a) Identifikasi kemampuan keluarga tentang merawat klien dari apa yang telah
dilakukan keluarga kepada klien
b) Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien
c) Jelaskan cara merawat klien : tentang cara mengontrol perilaku marah secara
konstruktif, sikap tenang saat bicara dan jelas, dan membantu pasien mengenal
penyebab marahnya.
d) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.
e) Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih.
3) Rasional
a) Kemapuan keluarga dalam mengidentifikasi akan memungkinkan keluarga
untuk melakukan penilaian terhadap perilaku kekerasan.
b) Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien sehingga
keluarga terlibat dalam merawat pasien.
c) Agar keluarga dapat merawat pasien dengan perilaku kekerasan.
d) Agar keluarga mengetahui cara merawat klien melalui demonstrasi yang dilihat
keluarga secara langsung.
e) Mengeksplorasi perasaan keluarga setelah melakukan demonstrasi.
TUK 9 : klien dapat menggunakan obat-obatan yang diminum dan kegunaannya
(jenis, waktu, dosis).
1) Kriteria evaluasi
Klien dapat menyebutkan obat-obatan yang diminum dan kegunaannya, serta
dapat minum obat sesuai program pengobatan.
2) Intervensi
a) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien
b) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin
dokter
c) Jelaskan prinsip benar minum obat (nama botol obat, dosis obat, waktu dan cara
minum obat)
d) Ajarkan klien minum obat dan tepat waktu
e) Anjurkan klien melaporkan perawat apabila merasakan efek yang tidak
menyenangkan
f) Beri pujian jika klien minum obat dengan benar
3) Rasional
a) Klien dapat mengetahui nama-nama obat yang diminum.
b) Klien dapat mengetahui kegunaan obat yang diminum.
c) Klien dapat mengetahu prinsip benar agar tidak terjadi kesalahan dalam
mengkonsumsi obat.
d) Klien dapat memiliki kesadaran pentingnya minum obat dan bersedia minum
obat dengan kesadaran sendiri.
e) Mengetahui efek samping sedini mungkin sehingga tindakan dapat segera
dilakukan untuk menghindari komplikasi.
f) Pujian dapat member motivasi dan meningkatkan harga diri klien.
E. Tindakan Keperawatan (Implementasi)
Pada klien dengan resiko perilaku kekerasan dapat dilakukan dengan tindakan
keperawatan dengan melakukan Srategi Pelaksanaan (SP) 1-4, yaitu (Keliat &
Pawirowiyono, 2016) :

Tabel 2.2 strategi pelaksanaan resiko perilaku kekerasan

Strategi Pelaksanaan pasien Strategi Pelaksanaan Keluarga

SP 1 SP 1

1) Mengidentifikasi penyebab 1) Mendiskusikan masalah yang


resiko perilaku kekerasan. dirasakan oleh keluarga dalam
2) Mengidentifikasi tanda dan merawat klien.
gejala resiko perilaku kekerasan. 2) Menjelaskan pengertian, tanda
3) Mengidentifikasi resiko perilaku dan gejala resiko perilaku
kekerasan yang dilakukan. kekerasan yang dialami oleh
4) Menyebutkan akibat resiko klien beserta proses terjadinya.
perilaku kekerasan. 3) Menjelaskan cara-cara
5) Menyebutkan cara mengontrol merawat klien dengan resiko
resiko perilaku kekerasan. perilaku kekerasan.
6) Membantu klien mempraktikkan
latihan cara mengontrol fisik I.
7) Melatih klien cara mengontrol
resiko perilaku kekerasan
dengan cara fisik II.
8) Menganjurkan klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
SP 2 SP 2

1) Mengevaluasi jadwal kegiatan 1) Melatih keluarga


harian klien. mempraktikkan cara merawat
2) Melatih klien mengontrol resiko klien dengan resiko perilaku
perilaku kekerasan dengan cara kekerasan.
minum obat. 2) Melatih keluarga melakukan
3) Menganjurkan klien cara merawat klien dengan
memasukkan dalam jadwal resiko perilaku kekerasan.
kegiatan harian klien.

SP 3 SP 3

1) Mengevaluasi jadwal kegiatan 1) Membantu keluarga dalam


harian klien. membuat jadwal kegiatan
2) Melatih klien mengontrol aktivitas dirumah termasuk
perilaku kekerasan dengan cara minum obat.
verball. 2) Menjelaskan follow up klien
3) Menganjurkan klien setelah pulang.
memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian klien.
SP 4

1) Mengevaluasi jadwal kegiatan


harian klien.
2) Melatih cara mengontrol resiko
perilaku kekerasan dengan cara
spiritual.
3) Menganjurkan klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian klien.

DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, D., & Rusdi., (2013). Keperawatan jiwa : konsep dan kerangka kerja asuhan
keperawatan jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Direja, A.H.S., (2011). Buku ajar asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Fitria, N., (2012). Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika

Keliat, B.A., & Pawirowiyono, A. (2016). Keperawatan jiwa terapi aktivitas kelompok.
Jakarta: EGC

Kusumawati, F., &Hartono, Y., (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai