PENYAKIT SYARAF
“STATUS EPILEPTIKUS”
Disusun Oleh:
M wildan satrio nugroho 21501101069
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
C. Patofisiologi
Kejang dipicu oleh perangsangan sebagian besar neuron secara berlebihan,
spontan, dan sinkron sehingga mengakibatkan aktivasi fungsi motorik (kejang),
sensorik, otonom atau fungsi kompleks (kognitif, emosional) secara lokal atau
umum. Mekanisme terjadinya kejang ada beberapa teori:
a. Gangguan pembentukan ATP dengan akibat kegagalan pompa Na-K,
misalnya pada hipoksemia, iskemia, dan hipoglikemia. Sedangkan pada kejang
sendiri dapat terjadi pengurangan ATP dan terjadi hipoksemia.
b. Perubahan permeabilitas membran sel syaraf, misalnya hipokalsemia dan
hipomagnesemia.
c. Perubahan relatif neurotransmiter yang bersifat eksitasi dibandingkan
dengan neurotransmiter inhibisi dapat menyebabkan depolarisasi yang berlebihan.
Misalnya ketidakseimbangan antara GABA atau glutamat akan menimbulkan
kejang. (Silbernagl S, Lang F. 2006)
Status epileptikus terjadi akibat kegagalan mekanisme untuk membatasi
penyebaran kejang baik karena aktivitas neurotransmiter eksitasi yang berlebihan
dan atau aktivitas neurotransmiter inhibisi yang tidak efektif. Neurotransmiter
eksitasi utama tersebut adalah neurotran dan asetilkolin, sedangkan
neurotransmiter inhibisi adalah gamma-aminobutyric acid (GABA).
D. Penegakan diagnosa
E. Diagnosa banding
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Status epileptikus adalah bangkitan yang terjadi lebih dari 30 menit atau
adanya dua bangkitan atau lebih dimana diantara bangkitan-bangkitan tadi tidak
terdapat pemulihan kesadaran. Status epileptikus merupakan keadaan
kegawatdaruratan dan Status yang memerlukan terapi segera guna menghentikan
bangkitan (dalam waktu 30 menit).
DAFTAR PUSTAKA
Pramesti, F. A., Husna, M., Kurniawan, S. N., Rahayu, M., Neurologi, L.,
Kedokteran, F., & Brawijaya, U. (2017). Diagnosis and Management of
Nonconvulsive Status Epilepticus (NCSE), Vol.03, No, 30–38.