DIABETES MELLITUS
Penyaji:
Pemimpin Sidang :
Nilai :
PIMPINAN SIDANG
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul
“Diabetes Mellitus”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu
Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan dalam
penyusunan laporan kasus ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga
makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Selain faktor obesitas, faktor resiko lain yang berperan terhadap terjadinya
Penyakit DM, antara lain; genetik, pertambahan usia, kurangnya aktifitas fisik dan
pola makan tidak seimbang yang memicu terjadinya obesitas. Pola makan berupa
asupan makanan tinggi energi dan tinggi lemak tanpa disertai dengan aktifitas fisik
yang teratur akan mengubah keseimbangan energi dengan disimpannya energi
sebagai lemak simpanan yang jarang digunakan. Asupan energi yang berlebihan akan
meningkatkan resistensi insulin sekalipun belum terjadi kenaikan berat badan yang
signifikan. Diet tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah karbohidrat berkaitan dengan
DM tipe 2.1
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Beberapa manfaat yang didapat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk lebih memahami dan memperdalam secara teoritis tentang Diabetes
Mellitus.
2. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi pembaca mengenai Diabetes
Mellitus.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diabetes Mellitus telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap
tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes. Terdapat 1
orang per 10 detik atau 6 orang per menit yang meninggal akibat penyakit yang
berkaitan dengan diabetes. Penderita DM di Indonesia sebanyak 4,5 juta pada tahun
1995, terbanyak ketujuh di dunia. Sekarang angka ini meningkat menjadi 8,4 juta dan
diperkirakan akan menjadi 12,4 juta pada tahun 2025 atau urutan kelima di dunia.7
Diabetes Melitus tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula darah dapat
dikendalikan melalui diet, olah raga, dan obat-obatan. Untuk dapat mencegah
terjadinya komplikasi kronis, diperlukan pengendalian DM yang baik.8
• Idiopatik
• Endokrinopati
• Infeksi
• Sebab imunologi yang jarang
2.3 Patofisiologi
Insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan sebagai anak
kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel. Dengan bantuan
GLUT 4 yang ada pada membran sel maka insulin dapat menghantarkan glukosa
masuk ke dalam sel. Kemudian di dalam sel tersebut glukosa di metabolisasikan
menjadi ATP atau tenaga. Jika insulin tidak ada atau berjumlah sedikit, maka glukosa
tidak akan masuk ke dalam sel dan akan terus berada di aliran darah yang akan
mengakibatkan keadaan hiperglikemia .11
Pada DM tipe 2 jumlah insulin berkurang atau dapat normal, namun reseptor
di permukaan sel berkurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan lubang kunci
masuk pintu ke dalam sel. Meskipun anak kuncinya (insulin) cukup banyak, namun
karena jumlah lubangnya (reseptornya) berkurang maka jumlah glukosa yang masuk
ke dalam sel akan berkurang juga (resistensi insulin). Sementara produksi glukosa
oleh hati terus meningkat, kondisi ini menyebabkan kadar glukosa meningkat .10
8
(polidipsia).
Karena banyak glukosa yang ikut hilang bersama urine, pasien mengalami
penurunan keseimbangan kalori dan berat badan. Penurunan kalori ini meny
ebabkan
pasien sering merasa lapar (polifagia). Di samping itu, pasien mengeluh mudah lelah
8
dan mengantuk.
2.5 Patogenesis
Secara garis besar patogenesis DMT2 disebabkan oleh delapan faktor (ominous
octet):
1. Kegagalan sel- β pankreas:
Pada saat diagnosis DMT2 ditegakkan, fungsi sel-β sudah sangat menurun.
Sehingga sekresi insulin juga menurun. Hal ini disebabkan oleh produksi insulin
berlebihan kronis akibat kompensasi dari resistensi insulin pada awal penyakit.9,14
2. Liver
9,14
dengan glukagon yang juga memicu peningkatan HGP basal.
3. Otot
9,14
glukosa.
4. Sel lemak
Sel lemak yang resistan terhadap efek antilipolisis dari insulin, menyebabkan
peningkatan proses lipolisis dan Free Fatty Acid dalam plasma. Penigkatan FFA akan
merangsang proses glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi insulin di liver dan
9,14
otot.
Peningkatan kadar plasma FFA juga menyebabkan defek sekresi insulin. Hal
ini dikarenakan paparan FFA menyebabkan inhibisi ekspresi mRNA insulin,
penurunan sekresi insulin glucose-stimulated, dan penurunan kadar insulin di pulau
Langerhans. Oleh sebab itu, penurunan berat badan dapat membuang efek
14
lipotoksisitas sehingga menjaga fungsi sel-β.
5. Saluran Pencernaan
Glukosa peroral memicu respons insulin jauh lebih besar dibandingkan bila
diberikan secara intravena. Respons yang dimaksud adalah respons incretin yang
diperankan oleh hormon Glucagon-like Polypeptide-1 (GLP-1) dan Glucose-
dependent Insulinotrophic Polypeptide-1 (GIP). Pada penderita DMT2 ditemukan
defisiensi GLP-1 dan resistensi terhadap GIP. Di samping itu, incretin secara cepat
diinaktivasi oleh Dipeptidyl-Peptidase-4 (DPP-4), sehingga hanya bekerja dalam
9,14
beberapa menit.
9,14
glukosa plasma.
6. Sel-α Pankreas
Sel-α berfungsi dalam sintesis glukagon yang dalam keadaan puasa kadarnya
di dalam plasma akan meningkat. Penderita DMT2 memiliki tingkat HGP dalam
keadaan basal yang meningkat secara signifikan dibanding dengan individu yang
normal. 9,14
7. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang diketahui berperan dalam pathogenesis DMT2.
Dalam sehari, ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa. Sembilan puluh persen
dari glukosa terfiltrasi akan diserap kembali melalui peran Sodium/Glucose co-
Transporter-2 (SGLT-2) pada bagian Tubulus Kontortus Proksimal. Sedang 10%
sisanya akan direabsorpsi melalui peran SGLT-1 pada Tubulus Descenden dan
Ascenden, sehingga akhirnya tidak ada glukosa dalam urine. Pada penderita DMT2
9,14
terjadi peningkatan ekspresi dari gen SGLT-2.
8. Otak
Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu obesitas
hasil mekanisme kompensasi dari resistensi insulin. Namun, nafsu makan pada
individu ini malah meningkat. Ini dikarenakan resistensi insulin yang berpengaruh
sampai otak.9,14
2.6 Diagnosis
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah
sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa
lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang- kurangnya
diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM pada
hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Konfirmasi
tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik
akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat .
2.7 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan diabates melitus secara umum ada lima sesuai dengan
Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia tahun 2006 adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien DM.
15
Tujuan Penatalaksanaan DM adalah :
1. Diet
BeratBadan(kg)
IMT=
TinggiBadan(m)2
2. Latihan fisik/olahraga
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30
menit, yang sifatnya sesuai dengan Continous, Rhythmical, Interval, Progresive,
Endurance (CRIPE). Training sesuai dengan kemampuan pasien. Sebagai contoh
adalah olah raga ringan jalan kaki biasa selama 30 menit. Hindarkan kebiasaan hidup
yang kurang gerak atau bermalasmalasan.
3. Pendidikan Kesehatan
a. Antidiabetik oral
16
sulfonilurea, biguanid, inhibitor alfa glukosidase dan insulin sensitizing.
b. Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 pada manusia. Insulin
mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai yang dihubungkan
dengan jembatan disulfide, terdapat perbedaan asam amino kedua rantai tersebut.
Untuk pasien yang tidak terkontrol dengan diet atau pemberian hipoglikemik oral,
kombinasi insulin dan obat-obat lain bisa sangat efektif. Insulin kadangkala dijadikan
pilihan sementara, misalnya selama kehamilan. Namun pada pasien DM tipe 2 yang
memburuk, penggantian insulin total menjadi kebutuhan. Insulin merupakan hormon
yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat maupun metabolisme protein dan
lemak. Fungsi insulin antara lain menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel–sel
sebagian besar jaringan, menaikkan penguraian glukosa secara oksidatif, menaikkan
pembentukan glikogen dalam hati dan otot serta mencegah penguraian glikogen,
menstimulasi pembentukan protein dan lemak dari glukosa.
2.8 Komplikasi
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi
akut dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua
18,19
kategori, yaitu :
a. Komplikasi akut
- Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai normal (< 50
mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang dapat
dialami 1-2 kali per minggu. Kadar gula darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-
sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak berfungsi bahkan dapat
mengalami kerusakan.
b. Komplikasi Kronis
- Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yang umum berkembang
pada penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah pada sebagian otak),
mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung kongetif, dan stroke.
BAB 3
LAPORAN KASUS
Nomor RM : 01.80.09
ANAMNESA PRIBADI
Umur : 46 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
ANAMNESA PENYAKIT
RPT : DM
RPO : apidra
ANAMNESA ORGAN
Saluran Urogenital Sakit buang air kecil : (-) BAK tersendat : (-)
Lain-lain : (-)
ANAMNESA FAMILI
Temperatur :37,4 C
Anemia (-), Ikterus (-), Dyspnoea (-), Sianosis (-), Edema (-), Purpura (-)
BB
Turgor Kulit : Baik BW = x 100 %
TB−100
44
Keadaan Gizi : Normoweight BW = x 100 %=80 %
155−100
44
Berat Badan : 44 kg IMT = =18,31
( 1,55 ) x (1,55)
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-/-), ikterus (-/-), pupil isokor, ukuran Ø
2mm/2mm, refleks cahaya direk (-/-)/indirek (-/-), kesan : normal
Lain-lain :(-)
LEHER
THORAKS DEPAN
Inspeksi
Lain-lain : (-)
Palpasi
Perkusi
Paru
Peranjakan : ±2 cm
Jantung
Auskultasi
Paru
Suara tambahan :-
Jantung
MI > M2, P2 > P1, T1 >T2, A2 > A1, desah sistolis (-), desah diastolis (-)
HR: 80 x/menit, reguler, intensitas : cukup
THORAKS BELAKANG
Perkusi : Sonor
Suara tambahan :-
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Palpasi
HATI
Pembesaran : (-)
Permukaan : Tidak teraba
LIMPA
GINJAL
Ballotement : (-)
TUMOR : (-)
Perkusi
Auskultasi
Lain-lain : (-)
PINGGANG
Bilirubin : - Leukosit :-
Leukosit: 7,490/mm3
Urobilinogen : - Amoeba/Kista :-
Trombosit: 235,000/μL
Hematokrit: 39.2%
Sedimen :- Telur Cacing Ascaris :-
Hitung jenis
Eritrosit :- Ankylostoma :-
Eosinofil : 1.25 %
Leukosit :- T. Trichiura :-
Basofil : 0.27 %
Silinder :- Kremi :-
Neutrofil : 64.80 %
Epitel :-
Limfosit : 21.45%
Monosit: 12.23%
17 Juli 2018
Bakteri :-
GDS : 304 mg/dL
20 Juli 2018
RESUME
Keluhan utama : lemas dan jantung berdebar
TANDA VITAL
Pernafasan: 18x/menit
Temperatur: 37,4 OC
STATUS LOKALISATA
Abdomen : soepel
1. Darah lengkap
3. EKG
4. HbA1C
5. Lipid profile
6. Elektrolit
BAB 4
FOLLOW UP
05 Juli 2018
O: sensorium CMTD: 134/80 HR: 112x/i RR:18x T:38,1 Mata anemis (-/-), ikterik (-/-), T/H
dalam batas normal, Leher : Tampak benjolan (+), nyeri (+), panas (+) Suara pernapasan :
vesikuler, Suara pernapasan tambahan (-), Abdomen : Simetris, peristaltic (+) H/L/R tidak
terabaOedem ekstremitas (-)
A: Abses o/t regio colli sinistra + DM tipe 2 + Konstipasi
P: Tirah baring
Diet DM 1700 kkal,
IVFD RL 10 gtt/i
Apidra 3 x 12 IV
ISDN 3 X 5 mg
CPG 1 X 75 mg
Aspilet 1 X 80 mg
KSR 2 X 600 mg
R: Menunggu hasil KGD N, KGD 2 Jam PP, HbA1c, RFT
06 Juli 2018
O: sensorium CMTD: 120/70 HR: 80x/i RR:18x T:37,6 Mata anemis (-/-), ikterik (-/-), T/H
dalam batas normal, Leher : Tampak benjolan (+), nyeri (+), panas (+) Suara pernapasan :
vesikuler, Suara pernapasan tambahan (-), Abdomen : Simetris, peristaltic (+) H/L/R tidak
terabaOedem ekstremitas (-)
P: Tirah baring
Diet DM 1700 kkal,
IVFD RL 10 gtt/i
Apidra 3 x 12 IV
ISDN 3 X 5 mg
CPG 1 X 75 mg
Aspilet 1 X 80 mg
KSR 2 X 600 mg
07 Juli 2018
O: sensorium CMTD: 115/75 HR: 88x/i RR:16x T:36,6 Mata anemis (-/-), ikterik (-/-), T/H
dalam batas normal, Leher : Tampak benjolan (+), nyeri (+), panas (+) Suara pernapasan :
vesikuler, Suara pernapasan tambahan (-), Abdomen : Simetris, peristaltic (+) H/L/R tidak
terabaOedem ekstremitas (-)
P: Tirah baring
Diet DM 1700 kkal,
IVFD RL 10 gtt/i
Apidra 3 x 12 IV
CPG 1 X 75 mg
Aspilet 1 X 80 mg
KSR 2 X 600 mg
R/ Kaji skala nyeri
Pantau TTV
Kolaborasi pemberian terapi
09 Juli 2018
O: sensorium CMTD: 124/70 HR: 92x/i RR: 18x T: 36,3 Mata anemis (-/-), ikterik (-/-), T/H
dalam batas normal, Leher : Tampak benjolan (+), nyeri (+), panas (+) Suara pernapasan :
vesikuler, Suara pernapasan tambahan (-), Abdomen : Simetris, peristaltic (+) H/L/R tidak
terabaOedem ekstremitas (-)
A: DM tipe 2 + Abses o/t Regio Colli Sinistra
P: Tirah baring
Diet DM 1700 kkal,
IVFD RL 10 gtt/i
Apidra 3 x 12 IV
ISDN 3 X 5 mg
CPG 1 X 75 mg
Aspilet 1 X 80 mg
KSR 2 X 600 mg
DISKUSI KASUS
Teori Pasien
Manifestasi :
1. poliuri Pasien mengeluhkan sesak nafas yang
2. polidipsi berkelanjutan selain itu pasien
3. polifagi mengeluhkan adanya keinginan BAK
4. penurunan berat badan terus menerus dan rasa haus. Penurunan
5. rasa mengantuk berat badan ditemukan padahal nafsu
6. keputihan (pada wanita) makan meningkat . Pasien ada
7. kebas di anggota gerak merasakan kebas yang hilang timbul di
8. gangguan penglihatan anggota gerak bawah. Pasien
9. gangguan lambung mengeluhkan nyeri dada.
Klasifikasi: Perempuan, usia 46 tahun, di diagnosa
1. tipe 1 dengan diabetes mellitus tipe 2 dengan
2. tipe 2 susp. CHF.
3. tipe lain
4. gestasional
BAB 6
KESIMPULAN
Seorang pasien perempuan berusia 46 tahun bernama Ny. S , didiagnosa dengan
DM tipe II + CHF berdasarkan anemnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Pasien dirawat di RS Putri hijau dan telah di tatalaksana dengan Tirah
baring, Diet DM 1700 kkal, IVFD RL 10 gtt/I, Apidra 3 x 12 IV, Inj Ferosemide
1 Amp / 12 jam, ISDN 3 X 5 mg, CPG 1 X 75 mg, Aspilet 1 X 80 mg, KSR 2 X
600 mg.
DAFTAR PUSTAKA
16. Hastuti, Rini Tri. Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada Penderita
Diabetes Melitus Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
[dissertation]. Universitas Diponegoro (Semarang). 2008.
20. Harding, Anne Helen et al. Dietary Fat adn Risk of Clinic Type Diabetes.
American Journal of Epidemiology.2003;15(1);150-9.