Anda di halaman 1dari 14

TUGAS II

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


SISTEM PENCERNAAN

Dosen Pengampu :
Ns. Ashar Prima, M.Kep

Disusun Oleh :
Nama : Siska Noor Rofika
NIM : 0432950318049

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI KEPERAWATAN S-I


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH
Jl. RA Kartini No.66, RT.003/RW.005, Margahayu, Kec. Bekasi Tim., Kota
Bks, Jawa Barat 17113
2019/2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................1
Pemeriksaan Fisik Sistem Pencernaan..............................................................................................2
A. Defenisi.....................................................................................................................................2
B. Tujuan......................................................................................................................................2
C. Persiapan Alat..........................................................................................................................2
Inspeksi.........................................................................................................................................2
Auskultasi.....................................................................................................................................3
Perkusi..........................................................................................................................................4
Palpasi..........................................................................................................................................5
Pemeriksaan Diagnostik Sistem Pencernaan.....................................................................................7
Farmakologi pada Sistem Pencernaan.............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13

1
Pemeriksaan Fisik Sistem Pencernaan
A. Defenisi
Pemeriksaan fisik sistem pencernaan adalah sebuah proses atau tindakan keperawatan
untuk mengkaji bagian tubuh secara lokal pada sistem pencernaan, guna memperoleh
informasi atau data dari keadaan pasien secara komprehensif untuk menegakan suatu
diagnosa keperawatan maupun kedokteran.
B. Tujuan
1. Menentukan kelainan fisik yang berhubungan dengan penyakit pasien
2. Mengklarifikasi dan memastikan kelainan sesuai dengan keluhan dan riwayat
kesehatan pasien
3. Mendapatkan data untuk menegakan diagnosa keperawatan
4. Mendapatkan data fisik untuk menentukan status kesehatan pasien
C. Persiapan Alat
1. Stetoskop
2. Bak instrumen
3. Sarung tangan / Handscoen
4. Kassa steril
5. Tissue
6. Balpen
7. Bengkok
8. Penlight
9. Stapel
10. Lembar dokumentasi

Inspeksi
1. Mulut dan dan faring
a) Bantu pasien duduk berhadapan dan tinggi sejajar dengan pemeriksa
b) Pastikan ciri-ciri umum sewaktu melakukan pemeriksaan antara lain kebersihan
mulut dan bau mulut
c) Amati bibir untuk mengetahui adanya kelainan congenital, bibir sumbing, warna
bibir, ulkus, lessi, dan massa
d) Lanjutkan pada pengamatan gigi, anjurkan pasien untuk membuka mulut
e) Atur pencahayaan yang memadai, bila perlu gunakan penekan lidah agar gigi
tampak jelas

2
f) Amati posisi, jarak gigi rahang atas bawah, ukuran, warna, lessi atau adanya tumor
pada setiap gigi. Amati juga akar-akar gigi dan gusi secara khusus
g) Periksa setiap gigi dengan cara mengetuk secara sistemmatis, bandingkan gigi
bagian kiri, kanan, atas, bawah serta anjurkan pasien memberi tahu bila merasa
nyeri saat giginya di ketuk
h) Lanjutkan pengamatan pada lidah dan perhatikan kesimetrisannya. Minta pasien
menjulurkan lidah dan amati kelurusan, warna ulkus dan setiap ada kelainan
i) Amati warna, adanya pembengkakan, ulkus dan perdarahan pada selaput lendir
semua bagian mulut secara sistematis
j) Lanjutkan pada infeksi faring, dengan menganjurkan pasien membuka mulut dan
menekan lidah pasien ke bawah sewaktu pasien berkata "ah" amati kesimetrisan
uvula faring
2. Kontur dan kesimetrisan
a) Observasi bentuk abdomen antara batas tulang rusuk dengan simpisis pubis
(dengan posisi setinggi mata/pemeriksa duduk atau berlutut)
b) Observasi kesimetrisan abdomen (berdiri di samping, didepan kaki tempat tidur)
bandingkan kiri dan kanan. Perhatikan ada tonjolan atau distensi kandung kemih.
3. Kulit → Perhatikan warna (konsisten dengan warna kulit ), jaringan parut, pola vena,
dilatasi vena, lesi, striae, edema, kulit yang menegang dan mengkilat (ascites), jaundice,
sianosis, luka oprasi, ostomi.
4. Umbilikus → Apakah berada di tengah abdomen, inverted atau menonjol, perhatikan
kebersihan, adanya inflamasi, cairan, atau massa
5. Pergerakan dan pulsasi
a) Adanya gerakan, pembatas gerakan (nyeri), normalnya pria bernafas dengan
abdomen dan wanita dengan kosta
b) Perhatikan adanya pergerakan peristaltik dan pulsasi aorta
c) Pulsasi aorta abdomen di bawah Px dan gelombang peristaltic dapat terlihat pada
individu dewasa yang kurus

Auskultasi
1. Peristaltik
a) Letakan diafragma stetoskop pada keempat kuadran
b) Mulai Auskultasi pada kuadran kanan bawah

3
c) Identifikasi adanya suara bergemuruh ireguler / klik pelan yang berlangsung sekitar
1/2 detik sampai beberapa detik
d) Normalnya suara usus 5 - 35 kali per menit
e) Dibutuhkan 5 - 20 detik untuk mendengar satu suara usus dan dibutuhkan 5 menit
untuk menentukan bising usus yang tidak ada
f) Peristaltic dideskripsikan sebagai sebagai normal, terdengar tidak ada, hiperaktif,
atau hipoaktif
g) Tidak ada bising usus menunjukan obstruksi, ileus paralitik, atau peritonitis post
oprasi dengan oprasi umum. Bising usus hiperaktif/bunyi mengeram (borborygmi)
menunjukan peningkatan motilitas gastrointestinal yang disebabkan radang usus,
kegelisahan, diare, perdarahan, laksatif berlebihan, dan reaksi terhadap makanan
2. Suara Vaskular (bruit) dan friction drup
a) Gunakan bel stetoskop
b) Bruit berupa buni seperti desiran, dengung, terhembus, atau berisik
c) Dengarkan pada daerah abdominal dan arteri renalis, iliaca, dan femoralis. Letakan
bel sejajar garis midklavikula disamping aorta diatas umbilicus
d) Pada umumnya tidak ada bunyi yang terdengar, tetapi pada dewasa muda dan
kurus normal jika terdengar
e) Friction rub dengarkan suara kasar dan mengganggu pada daerah hepar dan limfa
f) Fiction rub disebabkan oleh 2 organ yang bersentuhan / bergesekan, atau organ
dengan peritoneum, friction rub biasanya menunjukan tumor, infeksi, atau
peritonitis

Perkusi
1. Perkusi pada 4 kuadrat abdomen untuk menentukan tingkat suara tympany dan dullnes
2. Perkusi Hepar
a) Untuk menentukan batas atas dan bawah atau tinggi hepar
b) Mulai perkusi pada daerah setinggi umbilicus bergerak ke atas sepanjang garis
midklavikula kanan
c) Suara pertama yang terdengar adalah tympany bila suara berubah menjadi dullness,
itu adalah batas bawah hepar (beri tanda)
d) Perkusi kearah bawahn dari intercosta 4 sepanjang garis mid klavikula kanan
(suara pertama yang terdengar seharusnya adalah resonance), lanjutkan perkusi ke
bawah sampai terdengar bunyi dullnes, ini adalah batas atas hepar (beri tanda)

4
e) Batas atas biasanya setinggi intercosta 6, jarak kedua titik ± 6-12 cm
f) Perkusi sepanjang garis midsternum dengan teknik yang sama seperti sebelumnya
3. Perkusi limfa
a) Menentukan ukuran dan lokasi limfa
b) Perkusi pada sisi kiri abdomen ke posterior sampai garis midaksila kiri, splenic
dullness biasanya terdengar dari intercosta ke 6 sampai 10
4. Palpasi dan perkusi kandung kemih
a) Untuk mengetahui lokasi dan isinya
b) Lakukan palpasi untuk mengetahui fundus kandung kemih, lalu lakukan perkusi
c) Perkusi dilakukan diatas region suprapubik, jika kandung kemih penuh, akan
terdengar suara redup (dullness)
5. Perkusi ginjal
a) Posisi pasien duduk membelakangi pemeriksa
b) Observasi sudut kostovertebra, perhatikan warna dan kesimetrisan
c) Palpasi area sudut kostovertebral kiri dan kanan, amati reaksi pasien (normal jika
nyeri, diperkirakan tumor ginjal)
d) Lakukan perkusi dengan cara: letakan telapak tangan tidak dominan diatas sudut
kostavertebral, lakukan perkusi atau tumbukan diatas telapak tangan dengan
menggunakan kepala tangan dominan, ulangi prosedur untuk bagian kanan

Palpasi
Tujuan dari palpasi:

a) Untuk menentukan ukuran dan letak orhan, ketegangan otot, massa, nyeri dan adanya
cairan
b) Identifikasi daerah nyeri sebelum palpasi (palpasi dilakukan terakhir di daerah tersebut)
c) Tangan harus hangat, pasien serilex mungkin
d) Lakukan palpasi dangkal dan palpasi dalam
1. Palpasi mulut
a) Atur posisi duduk menghadap pemeriksa, anjurkan pasien membuka mulut
b) Pegang pipi di antara ibu jari dan telunjuk. Palpasi pipi secara sistematis dan
perhatikan adanya tumor atau pembengkakan, bila ada pembengkakan. Tentukan
menurut ukuran, konsistensi, hubungan dengan daerah sekitarnya dan kaji adanya
nyeri.

5
c) Lanjutkan palpasi pada platum dengan jari telunjuk dan rasakan adanya
pembengkakan dan fisura
d) Palpasi dasar mulut dengan minta pasien mengucapkan “el” kemudian lakukan
palpasi pada dasar mulut secara sistematis dengan jari telunjuk tangan kanan, catat
bila di temukan tangan kanan
e) Palpasi lidah dengan cara meminta pasien menjulurkan lidah, pegang lidah dengan
kasa steril menggunakan tangan kiri. Dengan jari telunjuk tangan kanan. Lakukan
palpasi lidah terutama bagian belakang dan batas- batas lidah
2. Palpasi abdomen secara dangkal
a) Letakkan telapak tangan dan jari pada abdomen
b) Tekan secara dangkal dengan menggunakan jari tangan
c) Pindahkan tangan keseluruh area abdomen dengan cara menganggkan dan meletakan
kembali (jangan menggeser tangan)
3. Palpasi abdomen dengan tekanan sedang
a) Lakukan seperti langkah nomor 1
b) Berikan penekanan abdomen ± 6 cm
c) Untuk pasien yang gemuk lakukan secara bimanual (jari tangan non dominal diatas
tangan dominal)
d) Identifikasi ukuran organ dibawahnya, apakah ada massa dan nyeri
4. Palpasi Hepar
a) Pemeriksaan berdiri disisi kanan pasien
b) Letakan tangan kiri dbawah toraks posterior kanan pada tulang rusuk ke 11 dan 12
(pinggang) angkat daerah tersebut
c) Instruksikan pasien untuk rileks
d) Letakkan tangan kanan pada abdomen kanan atas atau bawah hepar, kemudian tekan
ke dalam dan keatas sepanjang batas lengkung tulang rusuk
e) Instruksikan pasien untuk menarik nafas dalam pada saatn inhalasi perawat meraba
tepi hati
f) Normalnya hepar tidak teraba kecuali pada beberapa pasien yang kurus. Jika teraba,
maka tepi hepar harus halus, tegas dan tidak nyeri
5. Palpasi Limfa
a) Pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien
b) Letakan tangan kiri di bawah lengkungan rusuk sebelah kiri untuk memindahkan
posisi limfa ke anterior

6
c) Tekan ujung jari-jari tangan ke dalam batas tulang rusuk kiri ke arah pasien
d) Instruksikan pasien untuk menarik nafas dalam melalui mulut, sehingga diafragma
turun dan limafa bergerak ke arah ujung-ujung jari tangan kanan pemeriksa
e) Normalnya limfa tidak teraba
6. Palpasi Ginjal
a) Posisi pasien supinasi, palpasi di lakukan dari sebelah kanan
b) Letakkan tangan kiri di bawah abdomen di antara tulang iga dan lengkung iliaka,
tangan kanan di bagian atas
c) Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan ke bawah sementara tangan
kiri mendorong ke atas
d) Lakukan hal yang sama untuk ginjal kanan

Pemeriksaan Diagnostik Sistem Pencernaan


 Gastroscopy
Tes ini digunakan untuk mendiagnosis luka pencernaan, luka gaster, atau luka usu s dua
belas jari dan untuk memperoleh spesimen dan biosi untuk bakteri H. pylori. Surat
persetujuan harus didapatkan dari pasien sebelum anastesi. Endoskopi dimasukkan ke
mulut visualisasi kerongkongan, esophagus. saluran esofageal bawah, perut, pyloric
phincter, dan usus dua belas jari. Biopsi dapat diperoleh pada waktu ini. Pendarahan,
borok, luka, dan polip dapat dinilai secara visual. Bagian belakang kerongkongan akan
dibius agar endoskopi dapat dimasukkan. Sebelum tes-Pasien akan NPO. Setelah tes-
Monitor tanda-tanda vital. Nilai kambuhnya refleks muntah, Pasien tetap NPO sampai
refleks muntah sembuh.

 Colonoscopy
Tes ini digunakan untuk mendiagnosis obstruksi, pendarahan, perubahan di dalam
kebiasaan usus, dan kanker kolon, di antara kondisi-kondisi lain. Suatu persetujuan
diberitahukan sebelum pasien diberi anestesi. Colonoscope melintas dubur untuk
memvisualisasi anus, sigmoid, kolon turun, flexure splenic, kolon melintang, flexure
hepatic, kolon naik, dan klep ileo-cecal. Kolon ditiup untuk membantu visualisasi
struktur. Biopsi diperoleh ketika diindikasikan. Scope ditarik dan anestesi dipulihkan.
Pasien dapat mengalami pembesaran abdomen. Risiko meliputi pelubangan usus besar.
Tes biasanya dilakukan ketika pasien rawat jalan. Sebelum tes-Persiapan usus besar

7
diperlukan untuk memastikan pengosongan usus sebelum prosedur. Pasien NPO untuk
beberapa jam sebelum tes karena penggunaan suatu agen anestetis. Setelah tes-Menilai
abdomen untuk bunyi usus dan kelembekan. Monitor tanda-tanda vital. Nilailah pasien
terhadap efek samping anestesi.

 Abdominal Ultrasound
Ini adalah suatu tes noninvasif dan umumnya tanpa rasa sakit. Sebuah transduser
dipandu di atas abdomen, yang menghasilkan gelombang suara yang memantul ke
struktur internal dan hasil suatu gambar organ tubuh dan struktur internal. Sebelum tes-
Pasien perlu NPO. Setelah tes-Tidak dibutuhkan perawatan khusus. Setelah tes-Tidak
dibutuhkan perawatan khusus.

 Sinar X Abdominal
lni adalah sinar x biasa, pada umumnya abdomen yang datar dan tegak lurus, nntuk
mencari sumbatan, benda asing, pola gas, tumor, dan kelainan lain. Sebelum dan setelah
tes Tidak dibutuhkan perawatan khusus.

 Lever Biopsy
Di sini, satu sampel kecil jaringan dipindahkan dari hati dan diuji di bawah suatu
mikroskop, untuk mendapatkan suatu diagnosis tertentu. Sebuah jarum pemotong tipis,
melalui kulit abdomen, digunakan untuk memperoleh sampel. Jarum biopsi merupakan
prosedur yang relatif sederhana, yang hanya membutuhkan anestesi lokal. Risiko
termasuk memar, pendarahan, dam infeksi. Sebelum tes-Diperlukan surat persetujuan
dari pasien. Setelah tes-Monitor tanda-tanda vital untuk turunnya tekanan darah dan juga
meningkatnya denyut nadi serta pernapasan. Periksa bagian yang memar atau
pendarahan. Periksa kulit apakah ada kepucatan atau berkeringat.

 Computerized Tomography (CT) Scan


Tes ini menggunakan sinar x untuk menghasilkan gambar cross-sectional dari tubuh
dalam tampilan dua dimensi. Tampilan kilasan komputer menciptakan gambar-gambar
ini sebagai serangkaian sinar x tipis yang menembus tubuh. Suatu cairan (medium
kontras) mungkin disuntikkan ke dalam pembuluh nadi. Sebelum tes-Gambaran yang
lebih jelas dihasilkan dengan suatu cairan membuatnya lebih mudah untuk membedakan

8
tumor dari jaringan normal. CT scan menggunakan radiasi yang lebih dibanding sinar x
konvensional, tetapi manfaat tesnya lebih besar dari risikonya. Sebelum tes-Tanyakan
pada pasien apakah punya sejarah alergi pada cairan kontras atau kerang. Pasien
mungkin di-NPO, tergantung bagian yang perlu disinar. Setelah tes-Tidak diperlukan
perawatan khusus.

 Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Tidak seperti sinar x, MRI menciptakan gambar menggunakan medan magnet dan
gelombang radio. Cairan kontras mungkin dipetlukan. Tes ini membutuhkan waktu dari
l5 menit sampai satu jam. Pasien ditempatkan di dalam tabung silinder untuk tes. Suata
yang kencang itu wajar. Sebelum tes-Tanyakan pada pasien alat keras apa pun yang
diimplan seperti pacemaker, atau sejarah klaustrofobia. Pasien mungkin perlu NPO
tergantung pada area yang perlu dilihat. Setelah tes-Tidak diperlukan perawatan khusus.

 Endoscopic Retrogade Cholangiopancreatiography (ERCP)


Di sini, sebuah tabung tipis yang fleksibel (endoskopi) dimasukkan ke dalam faring,
perut, dan usus halus bagian atas. Udara diperlukan untuk memompa saluran usus supaya
mampu membuka pankreas dan kantung empedu ag dapat dilihat. Suatu cairan
disuntikkan ke dalam pembuluh empedu melal suatu kateter via endoskopi. Sinar x
dilakukan pada pembuluh empedu. Pasien mungkin mengeluhkan pembesaran abdomen
karena peniupan dan kerongkongan sakit. Sebelum tes-Pasien NPO (puasa). Setelah tes-
Monitor tanda-tanda vital. Nilailah kembalinya refleks muntah. Pasien tetap NPO sampai
refieks muntah pulih.

 Lever Function Tests


Meliputi beberapa tes, diperoleh lewat suatu venipuncture, yang menunjukkan fungsi
hepatik, biasanya meliputi Alanine Aminotransferase (ALT), Alkaline Phosphatase (Alk
Phos), Aspartate Aminotransferase (AST), bilirubin, Gamma-Glutamyl T ranspeptidase
(GGPT), Laktat Dehydrogenase (LDH), Prothrombin Time (PT), dan Partial
Thromboplastin Time (PTT).

 Alanine Transaminase (ALT)

9
Suatu enzim ditemukan sebagian besar di dalam sel hati, ALT membantu tubuh
memetabolisme protein. Ketika hati rusak, ALT dilepaskan di dalam aliran darah.

 Aspartate transaminase (AST)


Enzim AST berperan dalam metabolisme alanine, suatu asam amino. Suatu peningkatan
di dalam AST menandai adanya penyakit atau kerusakan hati.

 Alkaline phosphatase (ALP)


ALP adalah enzim yang ditemukan dalam konsentrasi tinggi di dalam hati dan pembuluh
empedu, juga di jaringan lain. Kadar ALP yang lebih tinggi dari kadar normal dapat
mengindikasikan kerusakan hati atau mengindikasikan penyakit.

 Albumin and total protein


Kadar albumin suatu protein yang di hasilkan oleh hati dan total protein menunjukan
seberapa baik hati sedang membuat protein yang di perlukan tubuh untuk memerangi
infeksi dan melaksanakan fungsi lain. Kadar yang lebih rendah dari kadar normal
menandai adanya penyakit atau kerusakan hati .

 Bilirubin
Bilirubin adalah suatu pigmen merah-kuning yang di akibatkan oleh pecahnya sel darah
merah. Secara normal, bilirubin melewati hati dan di keluarkan di dalam feses. Kadar
bilirubin naik (penyakit kuning) menandai adanya penyakit atau kerusakan hati.

 Gamma –Glutamyl Transferase (GGT)


Tes ini mengukur jumlah enzim GGT di dalam darah. Tingkat yang lebih tinggi dari
normal mengindikasikan adanya cedera pada hati atau pembuluh empedu.

 Lactate dehydrogenase (LDH)


LDH adalah enzim yang di temukan pada banyak jaringan tubuh, termasuk hati. Kadar
LDH tinggi mengindikasikan kerusakan hati.

 Prothrombin time (PT)

10
Tes ini mengukur waktu pembekuan plasma. PT naik dapat mengindikasikan kerusakan
hati.

Farmakologi pada Sistem Pencernaan

OBAT UNTUK SALURAN CERNA


Antasida Dan Ulkus, Antibusa

ACIBLOK MOLEX AYUS

Ranitidin 150 mg; 300 mg. Km: Dus, strip 10X10 tab; Strip 10X10 kaptab.

ACTAL COMBIPHAR

Natrium polihidroksi aluminium monokarbonat heksitol kompleks 30 mg setara aluminium


hidroksida 216 mg/tab kunyah. In: mengurangi gejala yang berhubungan dengan kelebihan
asam lambung, gasteritis, tukak lambung, tukak usus 12 jari, dengan gejala mual, nyeri
lambung dan nyeri ulu hati. KI: penderita gangguan fungsi ginjal parah, karena dapat
menimbulkan hipermagnesia. ES: sembelit, mual, muntah dan gejala akan hilang bila
pemakaian obat dihentikan. Ds: dewasa: sehari 3-4x 1-2 tab; anak 6-12 th, sehari 3-4x 1/2 -1
tab. Diminum 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan dan menjelang tidur sebaiknya tab
dikunyah dahulu. Km: Dus 3X10 tab.

ACTAL PLUS COMBHIPAR

Natrium polihidroksi aluminium monokarbonat heksitol kompleks 300 mg setara aluminium


hidroksida 200 mg, Mg-hidroksida 150 mg, simetikon 25 mg. In: mengurangi gejala
berhubungan dengan kelebihan asam lambung, gasteritis, tukak lambung, tukak usus 12 jari,
dengan gejala mual, nyeri lambung, dan nyeri ulu hati dan perasaan penuh pada lambung.
KI: penderita gangguan fungsi ginjal parah, karena dapat menimbulkan hipermagnesia. ES:
sembelit, mual, muntah dan gejala akan hilang bila pemakaian obat dihentikan. Ds: dewasa:
sehari 3-4x 1-2 tab; anak 6-12 th, sehari 3-4x 1/2 -1 tab. Diminum 1 jam sebelum atau 2 jam
setelah makan dan menjelang tidur sebaiknya tab dikunyah dahulu. Km: Dus 3X10 tab Rp.

ACRAN SANBE FARMA

11
Ranitidin 150 mg/ filcotab; 300 mg/ filcocab; 25 mg/mls inj. In: lihat dosis. KI: hipersensitif.
Ds: Oral: tukak lambung dan duodenum, sehari 2x 150 mg pada pagi dan malam hari atau
300 mg sebelum tidur; pencegahan kambuhan , 150 mg sbelum tidur; hipersekresi lambung,
sehari 2x150 mg; kasus parah, dosis dapat diberikan sampai 6gr/hari. Gangguan fungsi ginjal
bersihan kreatinin <50 ml/menit: 150 mg setiap 24 jam, frekuensi dapat ditingkatkan menjadi
setiap 12 jam atau lebih sering. Inj: IM: 50 mg/2 ml, setiap 6-8 jam tanpa pengenceran; IV,
intermiten bolus, 50 mg/2 ml, setiap 6-8 jam, larutan dalam 0,9% larutan NaCL atau larutan
IV yang cocok hingga konsentrasi tidak lebih besar dari 2,5 mg/ml (20 ml); suntikan dengan
kecepatan tidak lebih dari 4 ml/menit (5 menit). Intermitten infusion: 50 mg /2 ml setiap 6-8
jam, larutkan dengan dekstrosa 5% atau dengan larutan IV yang cocok hingga konstentrasi
tidak lebih dari 0,5 mg/ml (100 ml); berikan dengan kecepatan tidak lebih dari 5-7 ml/menit
(15-20 menit). Inj IV kontinyu: tambahkan inj ke dalam larutan dekstrosa 5% atau larutan
untuk inj IV yang cocok, dengan kecepatan infuse 6,25 mg/jam. Km: dus 3x10 filcotab 150
mg Rp. 126.450,-; dus 5 amp @2ml Rp.87.400,-.

CLAST MEIJI

Kleboprida maleat 0,5 mg. In: peptik, gastroduodenitis. Km: dus 100 tab.

EPISAN SANBE FARMA

Sukralfat 500 mg/5 ml. In: duodenal ulcer KI: hipersensitif. Ds: sehari 4x2 sendok takar.
Km: botol 100 ml Rp. 42.050-,200 ml 67.500,-,susp.

GASTRINAL MEPROFARM

Al-hidroksida gel 250 mg, Mg-trisilikat 250 mg, dimetilpolisiloksan 50 mg tiap tab atau 5 ml
suspensi. In: perut kembung, hiperasiditas lambung, gangguan pencernaan fungsional atau
organik, nyeri ulu hati, histus hernia, esofagistis, gastristis, tukak lambung. Ds: suspensi: 5
ml 1 jam setelah makan dan sebelum tidur. Tab: 2-3 x 1-2 tab, 1 jam setelah makan dan
sebelum tidur. Km: dus 10x10 tab; botol 120ml susp.

INVITEC KALBE FARMA

Misoprostol 200 mcg. In: ulkus lambung yang diinduksi oleh penggunaan obat NSAIDs. Ds:
sehari 3-4x1 tab. Km: dus 30 tab. Rp.275.000,-.

12
DAFTAR PUSTAKA

 Ashar Prima. et al.2018. Keperawatan Medikal Bedah. Bekasi. TIM Dosen KMB
 Mary Digiulio.2014. Keperawatan Medikal bedah. Yogyakarta. Rapha Publising
 Fauzi Kasim. 2015. ISO Indonesia. Jakarta. PT. ISFI

13

Anda mungkin juga menyukai