Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentukpemberian


berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.

Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan


kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Disamping itu, pembangunan kesehatan pada
dasarnya menyangkut kehidupan fisik, mental maupun sosial ekonomi yang dalam
perkembangannya telah terjadi perubahan orientasi baik tatanilai maupun pemikiran
terutama upaya pemecahan masalah kesehatan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengertian Legislasi Praktek Keperawatan?

2. Bagaimanakah Kegunaan legislasi kesehatan?

3. Bagaimanakah Undang-undang legislasi praktik keperawatan?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Legislasi Praktek Keperawatan

Legislasi praktek keperawatan merupakan ketetapan hukum yang mengatur hak


dan kewajiban seorang perawat dalam melakukan praktek keperawatan. Legislasi praktek
keperawatan di Indonesia diatur melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan tentang
registrasi dan praktek perawat.

Legislasi (Registrasi dan Praktek Keperawatan) Keputusan Menteri Kesehatan


No.1239/Menkes/XI/2001, Latar belakang “Perawat sebagai tenaga profesional
bertanggung jawab dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri
dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangannya.
Untuk itu perlu ketetapan yang mengatur tentang hak dan kewajiban seseorang untuk
terkait dengan pekerjaan/profesi.”

Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau


penyempurnaan perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat
dalam praktik keperawatan.

 Prinsip dasar legislasi praktik keperawatan


1. Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.
2. Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas system keperawatan.
3. Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai
ketetapan
4. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan perawat
 Tujuan Legislasi Keperawatan

 Tujuan Umum “Melindungi masyarakat dan perawat”

Tujuan Yang lainnya adalah:

1. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

2. Melidungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan


3. Menetapkan standar pelayanan keperawatan Menapis IPTEK keperawatan

4. Menilai boleh tidakya praktik

5. Menilai kesalahan dan kelalaian

Kredensial merupakan proses untuk menentukan dan mempertahankan


kompetensi keperawatan. Proses kredensial merupakan salah satu cara profesi
keperawatan mempertahankan standar praktik dan akuntabilitas persiapan
pendidikan anggotanya. Kredensial meliputi pemberian izin praktik (lisensi),
registrasi (pendaftaran), pemberian sertifikat (sertifikasi) dan akreditasi ( Kozier
Erb, 1990). Proses penetapan dan pemeliharaan kompetensi dalam praktek
keperawatan Meliputi :

 Pemberian lisensi Pemberian lisensi adalah pemberian izin kepada seseorang


yang memenuhi persyaratan oleh badan pemerintah yang berwenag, sebelum
ia diperkenankan melakukan pekerjaan dan prakteknya yang telah ditetapkan
Tujuan lisensi ini adalah Membatasi pemberian kewenangan melaksanakan
praktik keperawatan hanya bagi yang kompeten
Meyakinkan masyarakat bahwa yang melakukan praktek mempunyai
kompetensi yang diperlukan
 Registrasi
Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi lain pada
badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah. Perawat yang
telah terdaftar diizinkan memakai sebutan registered nurse. Untuk dapat
terdaftar, perawat harus telah menyelesaikan pendidikan keperawatan dan
lulus ujian dari badan pendaftaran dengan nilai yang diterima. Izin praktik
maupun registrasi harus diperbaharui setiap satu atau dua tahun.
 Sertifikasi
Sertifikasi merupakan proses pengabsahan bahwa seorang perawat telah
memenuhi standar minimal kompetensi praktik pada area spesialisasi tertentu
seperti kesehatan ibu dan anak, pediatric , kesehatan mental, gerontology dan
kesehatan sekolah. Sertifikasi telah diterapkan di Amerika Serikat. Di
Indonesia sertifikasi belum diatur, namun demikian tidak menutup
kemungkinan dimasa mendatang hal ini dilaksanakan.
 Akreditasi
Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan pemberian status
akreditasi kepada institusi, program atau pelayanan yang dilakukan oleh
organisasi atau badan pemerintah tertentu. Hal-hal yang diukur meliputi
struktur, proses dan kriteria hasil. Pendidikan keperawatan pada waktu
tertentu dilakukan penilaian/pengukuran untuk pendidikan D III keperawatan
dan sekolah perawat kesehatan dikoordinator oleh Pusat Diknakes sedangkan
untuk jenjang S 1 oleh Dikti. Pengukuran rumah sakit dilakukan dengan suatu
sistem akrteditasi rumah sakit yang sampai saat ini terus dikembangkan

B. KEGUNAAN LEGISLASI KESEHATAN

LEgisalasi Kesehatan Meliputi HUkum Kesehatan dan Undang-Undang


Kesehatan. Kedua bidang ini Harus didalami secara baik karena keduanya berkaitan
dengan pelayanan profesi kesehatan kepada masyarakat.

Di satu sisi Hukum Kesehatan Harus diketahui dan didalami karena pemhetahuan
ini akan member wawasan tentang ketentuan – ketentuan hukum yang berhubungn
dengan pelayanan kesehatan. Memahami dan memdalami pengetahuan hukum kesehatan
akan member keyakinan diri kepada kepada tenaga kesehatan  dalam menjalankan profesi
kesehatan yang berkualitas dan selalu berada pada jalur yang aman, tidak melanggar etika
dn ketentuan hukum.

Dalam hal ini, seluruh tenaga kesehatan harus memahami adanya landasan hukum
dalam transaksi terapeutik antara tenaga kesehatan dengan pasien(klien), mengetahui dan
memahami hak dan kewajiban masing-masing, dan adanya wajib simpan rahasia
kedokteran(seluruh tenaga kesehatan), rahsia jabatan dan pekerjaan, memahami dalam
situasi dan keadaan apa rahasia dan jabatan boleh dikesampingkan, memilki pengetahuan
tentangstandar pelayanan medic dan standar profesi medic, pengetahuan tentang
malpraktek medic, penangan tentang penderita gawat darurat, dan lain-lain..
Undang-undang ini merupakan salah satu usaha pemerintah dalam mencapai
derajat kesehatan yang lebih baik bagi seluruh anggota masyarakat. Hal ini berkaitan
dengan sasaran pembangunan disegala bidang. Termasuk bidang kesehatan

Seperti yang dijelaskan dalam pasal 3UU Kesehatan, tujuan pembangunan


kesehatan adalah peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajad kesehatan yang optimal.

Kegunaan legislasi dapat disimpulkan sebagai berikut :

 Memberikan  rambu-rambu dalam pelayanan kesehatan yang harus dipahami oleh


pelaku pelayanan profesi kesehatan, agar terhindar dari pelayanan kesehatan yang
bermasalah.

 Mencapai terwujudnya derajat kesehatan yang optimal  yaitu  dengan peningkatan


kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan yang optimal.

 Mendorong tenaga kesehatan untuk menambah, mengasah,dan memperdalam


pengetahuannya dan keterampilan pada bidang kesehatan, serta mengikuti
perkembangan hukum dan aspek medikolegal dari pelayanan kesehatan.

 Sebagai alat unruk meningkatkan hasil guna dan daya guna penyelenggaraan
pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber daya.

 Penjangkau perkembangan makin kompleks yang akan terjadi dalam kurun waktu
mendatang.

 Pemberi kepastian dan perlindungan hukum terhadap pemberi dan penerima jasa
pelayanan kesehatan. Hal ini terkait dengan pembinaan dan pengawasan, sehingga
diatur juga bagaimana penyidikan dapat dilakukan apabila terjadi pelanggaran
terhadap ketentuan yang telah diatur, mencakup juga sanksi hukum menurut
ketentuan pidana dan perdata.
Fungsi legislasi keperawatan yang lain yaitu ;

1.Memberi perlindungan  kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang


diberikan.

2.Memelihara  kualitas layanan keperawatan yang diberikan

3.Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga keperawatan.

4.Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.

5.Memotivasi pengembangan profesi.

6.Meningkatkan proffesionalisme tenaga keperawatan.

1. Mekanisme legislasi

Persyaratan legislasi antara lain berupa kemampuan (kompetensi) yang


diakui, tertuang dalam ijazah dan sertifikat.

Registasi meliputi dua hal kegiatan berikut.

1. Registrasi administrasi; adalah kegiatan mendaftarkan diri yang dilakukan


setiap tahun, berlaku untuk perawat professional dan vokasional.

2. Registrasi kompetensi; adalah registrasi yang dilakukan setiap 5 tahun untuk


memperoleh pengakuan, mendapatkan kewenangan dalam melakukan praktik
keperawatan, berlaku bagi perawat profesional.

Perawat yang tidak teregristrasi, secara hukum tidak memiliki kewenangan dan
hak tersebut. Regristrasi berlaku untuk semua perawat profesional yang bermaksud
melakukan praktik keperawatan di wilayah Negara Republik Indonesia, termasuk perawat
berijazah luar negeri. Mekanisme regristasi terdiri dari mekanisme registrasi administratif
dan mekanisme registrasi kompetensi yang dilakukan melalui 2 jalur yaitu :

1. Ujian registrasi nasional

2. Pengumpulan kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku


 Tahap-tahap Legislasi Keperawatan

 Legislasi Keperawatan ini dapat dibagi atas 3 tahap, antara lain :

1. Surat Izin Perawat (SIP)

Surat ini diberikan oleh Departemen Kesaehatan kepada perawat setelah lulus


dari pendidikan keperawatan sebagai bukti tertulis pemberian kewenangan untuk
menjalankan praktek keperawatan.

Registrasi SIP adalah suatu proses dimana perawat harus (wajib)


mendaftarkan diri pada kantor wilayah Departemen Kesehatan Propinsi untuk
mendapat Surat Izin Perawat (SIP) sebagai persyaratan menjalankan pekerjaan
keperawatan dan memperoleh nomor registrasi. Sasarannya adalah semua perawat.
Sedangkan yang berwenang mengeluarkannya adalah Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi dimana institusi perawat itu berasal. Bagi perawat yang sudah bekerja
sebelum ditetapkan keputusan ini memperolah SIP dari pejabat kantor kesehatan
kabupaten/kota diwilayah tempat kerja perawat yang bersangkutan.

Jenis dan waktu registrasi :

dilakukan setelah yang bersangkutan lulus pendidikan keperawatan selambat-


lambatnya 2 tahun sejak peraturan ini di keluarkan.

Registrasi ulang dilakukan setelah 5 tahun sejak tanggal registrasi


sebelumnya, diajukan 6 bulan berakhir berlakunya SIP.

2. Surat Izin Kerja (SIK)

Surat ini merupakan bukti yang diberikan kepada perawat untuk melakukan


praktek keperawatan di sarana pelayanan kesehatan. SIK hanya berlaku pada satu
tempat sarana pelayanan kesehatan. Pejabat yang berwenang menerbitkan SIK adalah
kantor dinas kabupaten / kota dimana yang bersangkutan akan melaksanakan praktek
keperawatan.
3. Surat Izin Praktek Perawat (SIPP)

Surat ini merupakan bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk


menjalankan praktek keperawatan secara perorangan atau kelompok. SIPP hanya
berlaku untuk satu tempat praktek perorangan atau kelompok dimana yang
bersangkutan mendapat izin untuk melakukan praktek perawat. Pejabat yang
berwenang menerbitkan SIPP adalah kantor dinas kabupaten / kota dimana yang
bersangkutan akan melaksanakan praktek keperawatan.

C. UNDANG-UNDANG LEGISLASI PRAKTIK KEPERAWATAN

Aspek legal atau hukum, legal=sah, aspek legal dalam keperawatan =sah, perawat
mempunyai hak & tindakan keperawatan yang sesuai dengan standar yang berlaku perlu
ada ketetapan hukum yang mengatur hak & kewajiban seseorang yang berhubungan erat
dengan tindakannya perawat sebagai tenaga kesehatan diatur dalam:

1. UU No. 23 Tentang Kesehata

2. PP Nomor 32 Tentang Tenaga Kesehatan

3. Perda Kab. Kudus No. 11 Tahun 2004 Tentang Retribusi Pelayanan Tenaga
Kesehatan

4. SKB MENKES-KABKN NO.733-SKB-VI-2002 NO.10 th 2002 Tentang


Jabatan

5. UU No. 43 Th. 1999 Tentang POKOK2 KEPEGAWAIAN

6. PERPRES No. 54 Th. 2007 Tentang Tunjangan Fungsional Tenaga Kesehata

7. PERPRES No. 26 Tahun 2007 Tentang Tunjangan Jabatan Struktural

8. PP No. 12 Tahun 2002 Tentang Kenaikan Pangkat PNS

9. PP No. 13 Tahun 2002 Tentang Pengangkatan PNS Dalam Jab. Struktural

10. PP No. 13 Tahun 2007 Tentang Penetapan Pensiun Pokok

11. PP No. 43 Tahun 2007 Tentang PHD Menjadi PNS


12. PP No. 099 Tahun 2000 Tentang Kenaikan Pangkat PN

13. PP No. 12 Tahun 2002 Tentang Perubahan PP 99 Th 2000 Kenaikan Pangkat


PNS

14. PP Nomor 09 Tahun 2003 Tentang Pengangkatan, pemindahan dan


pemberhentian PNS

15. KEPMENPAN No. 138 Tahun 2002 Tentang Penghargaan Pegawai Negeri
Sipil

 Kewenangan Praktek Keperawatan diatur dalam


1. UU kesehatan RI No.23 tahun 1992, Bab V Pasal 34
ayat 2 dan 3
2. UU kesehatan RI No.23 tahun 1992, Bab V Pasal 32
ayat 2 dan 3
3. UU kesehatan RI No.25 tahun 1992, Bab V Pasal 32
ayat 2 dan 3
4. UU kesehatan RI No.26 tahun 1992, Bab V Pasal 32
ayat 2 dan 3
5. UU kesehatan RI No.23 tahun 1992, Bab V Pasal 33
ayat 2 dan 3
 PENTINGNYA UNDANG-UNDANG KEPERAWATAN

Keperawatan sebagai profesi harus memiliki kompetensi dan memenuhi


standar praktik ,serta memperhatikan kode etik dan moral profesi.

UU keperawatan diperlukan untuk keberfungsian Konsil Keperawatan


sebagai regulator untuk melindungi masyarakat.

Perjuangan mewujudkan undang-undang legislasi praktik keperawatan :

Tahun 1989 PPNI mulai memperjuangkan terbentuknya UU


Keperawatan.Tahun 1992 disahkan UU Kesehatan (UU Kesehatan
No.23,1992),didalamnya mengakui bahwa keperawatan merupakan
profesi.Sebelumnya hanya tertuang dalam PP No.32,1996.Tahun 2004 RUU.
D. Cara registrasi praktik keperawatan.

Registrasi Praktik Keperawatan adalah pencatatan resmi terhadap perawat yang


telah memiliki sertifikat kompetensi. Registrasi praktik keperawatan terdapat dalam
KEPMENKES NO.1239/2001. Dalam KEPMENKES NO.1239/2001 ini registrasi
praktik keperawatan mengatur :

 SIP (Surat Izin Perawat) adalahbukti tertulis dalam pemberian kewenangan untuk


menjalankan pekerjaan keperawatan di seluruh wilayah Indonesia

 SIK (Surat Izin Kerja) bukti tertulisyang diberikan kepada perawat untuk


melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan.

 SIPP(Surat Izin Praktik Perawat) adalahbukti tertulis yang diberikan oleh Dinas


Kabupaten/Kota kepada perawat yang akan menjalankan praktik keperawatan setelah
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

SIP dan SIK dapat diperoleh secara kolektif dengan mengajukan permohonan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat. Permohonan mendapatkan
SIP diperoleh dengan melampirkan :

1. foto kopi ijazah pendidikan keperawatan

2. surat keterangan sehat dari dokter

3. pas foto 4 x 6 cm sebanyak 2(dua) lembar

Permohonan mendapatkan SIK diperoleh dengan melampirkan  :

1. foto kopi ijazah pendidikan keperawatan

2. foto kopi SIP

3. surat keterangan sehat dari dokter

surat keterangan dari pimpinan sarana kesehatan yang menyatakan masih      


bekerja sebagai perawat pada institusi bersangkutan

1. pas foto 4 x 6 cm sebanyak 2(dua) lembar


Registrasi Praktik Keperawatan terdapat dalam RUU Praktik
Keperawatan Bab VII.

Perawat yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan


kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana sekolahnya
berada guna memperoleh SIP selambat-lambatnya 1(satu) bulan setelah menerima
ijazah pendidikan keperawatan.

Kelengkapan registrasi praktik keperawatan meliputi :

1. foto kopi Ijazah pendidikan perawat.

2. surat keterangan sehat dari dokter.

3. pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2(dua) lembar.

Registrasi Praktik Keperawatan: Setiap perawat yang akan melakukan praktik 


keperawatan di Indonesia harus memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat (STRP)

Registrasi perawat dilakukan dalam 2(dua) kategori:

1. LPN ( Licensed Practical Nurse ) untuk perawat vokasional

Perawat vokasional adalah seseorang yang telah lulus pendidikan Diploma


III Keperawatan dan Sekolah Perawat Kesehatan yang terakreditasi dan diakui
oleh pejabat yang berwenang.

2. RN (Registered Nurse ) untuk perawat professional

Perawat profesional adalah seseorang yang lulus dari pendidikan tinggi


keperawatan dan terakreditasi, terdiri dari ners generalis, ners spesialis dan ners
konsultan.
Ners generalis adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
Ners.

Ners Spesialis adalah seseorang yang telah menyelesaikan program


pendidikan spesialis keperawatan

1. Ners Konsultan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program


pendidikan spesialis keperawatan
2. Registered Nurse disingkat RN adalah perawat profesional yang teregistrasi.

Untuk melakukan registrasi awal,perawat harus memenuhi persyaratan:

 memiliki ijazah perawat Diploma III untuk LPN

o memiliki ijazah Ners,atau Ners Spesialis I, atau Ners Spesialis II untuk


RN

o mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji perawat

o memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental

o lulus uji kompetensi

o membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan kode etik


profesi keperawatan

o rekomendasi dari organisasi profesi

Dalam menjalankan praktik keperawatan di Indonesia, izin tempat praktik


diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang disebit dengat Surat Izin
Praktik Perawat (SIPP).

Syarat untuk memperoleh SIPP:

 memiliki STRP

 mempunyai tempat praktek

 memiliki rekomendasi dari organisasi profesi keperawatan


 SIPP masih tetap berlaku sepanjang STRP masih berlaku

 tempat praktek masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIPP

SIPP tidak berlaku karena:

 dicabut atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan;

 habis masa berlakunya dan yang bersangkutan tidak mendaftar ulang;

 atas permintaan yang bersangkutan;

 yang bersangkutan meninggal dunia; atau dicabut oleh Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota

Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) berlaku selama 5 (lima) tahun dan
diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun sekali.

Registrasi ulang adalah pencatatan ulang terhadap perawat yang


telah diregistrasi setelah memenuhi persyaratan yang berlaku:

 memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental

 rekomendasi dari organisasi profesi

 rekomendasi dari Komite Etik dan Disiplin

 angka kredit pendidikan berlanjut

 SIPP hanya diberikan paling banyak di 2 (dua) tempat pelayanan kesehatan.

Perawat vokasional yang telah memenuhi persyaratan PN berhak


memperoleh SIPP I dan dapat melakukan praktik keperawatan di sarana
pelayanan kesehatan

SIPP I adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Keperawatan


kepada perawat vokasional yang telah memenuhi persyaratan
Perawat professional yang telah memenuhi persyaratan RN berhak
memperoleh SIPP II dan dapat melakukan praktik keperawatan di sarana
pelayanan kesehatan dan praktik mandiri

SIPP II adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Keperawatan


kepada perawat profesional yang telah memenuhi persyaratan

PN dengan latar belakang Diploma III Keperawatan dan pengalaman kerja


sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun disarana pelayanan kesehatan dapat mengikuti
uji kompetensi RN dan berhak memperoleh SIPP II

Perawat yang teregistrasi berhak menggunakan sebutan RN (Register


Nurse) di belakang nama, khusus untuk perawat profesional, atau PN (Practical
Nurse) untuk perawat vokasional. Sebutan RN dan PN ini ditetapkan oleh Konsil
Keperawatan Indonesia.

Perawat lulusan luar negeri wajib melakukan adaptasi dan evaluasi untuk
melengkapi persyaratan mendapatkan SIP. Adaptasi dilakukan pada sarana
pendidikan milik pemerintah dalam negeri sesuai dengan jenjang pendidikan.
Untuk melakukan adaptasi ini perawat mengajukan permohonan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Propinsi. 

Permohonan dilakukan dengan melampirkan :

1. foto kopi Ijazah yang telah dilegalisir oleh Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi.

2. transkrip nilai ujian yang bersangkutan.

Evaluasi dilakukan dengan persyaratan meliputi:

 keabsahan ijazah

 kemampuan untuk melakukan praktik keperawatan yang dinyatakan dengan


surat   keterangan telah mengikuti program adaptasi dan STRP

 mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janjiperawat

 memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental


 membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan kode etik
keperawatan Indonesia.
Setelah mengajukan permohonan tersebut selanjutnya Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi menerbitkan rekomendasi untuk melaksanakan adaptasi
dan evaluasi.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

memberikan konstribusi besar dalam peningkatan akan digunakan untuk


mendorong berbagai pihak mengesahkan Rancangan Undang-Undang Praktik
keperawatan.

Undang – undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para
perawat. PPNI pada kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun 1980 mulai
merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk perlindungan
hukum bagi tenaga keperawatan.

1. Saran

Untuk Perawat Sebaiknya dapat menjalankan standar praktik keperawatan yang


bertanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan, serta dapat mempertahankan
standar praktik keperawatan dengan melaksanakan proses kredensial yang mencakup
Lisensi, Registrasi, Sertifikasi agar pofesi perawat Indonesia dapat diakui organisasi
perawat dunia.
DAFTAR PUSTAKA

 Kusnanto,2004.Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan Profesional.jakarta:EGC


 Robert Prihardjo, Praktik Keperawatan Profesional : Konsep Dasar Dan Hukum, EGC ,
Jakarta.
MAKALAH
LEGALISASI PRAKTEK KEPERAWATAN

TREN DAN ISU KEPERAWATAN

A3 Semester IV

Di Susun oleh:

Ema Oktavia Sae Merry A Wowor


Triningsi Sungi Vanda V Wulur
Fernanda Thobias Sri A Kosasi
Juanandreas Wuntu Yolanda Hantja
Villia E, G, J, Kani Olivia Makapile
Valentina M Q Sumolang Maristela Londar
Chqutita A Tuwengkosong Novita Lariwu

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO


TAHUN AJARAN 2020

A. Tugas Tambahan

 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kepuasan Kerja Menurut Herzberg


dalam Mathis & Jackson (2006) dan Gomes (2003)

faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja, yaitu :

a. Kepemimpinan

Pengertian kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain.


Dengan kata lain kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain untuk menggerakkan orang-orang tersebut agar dengan penuh
pengertian dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pemimpin tersebut.
Kepemimpinan manajerial ditandai dengan sifat manajerial dan keterampilan manajerial
yang mengarah ke pemberdayaan. Pembuatan keputusan pemimpian dalam sebuah
organisasi tergantung pada gaya kepemimpinan (Siagian, 2005)

Ada 4 gaya kepemimpin menurut Hasibuan (2005) yaitu :

1) Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang mutlak pada


pimpinan. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh
pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan pertimbangan
dalam proses pengambilan keputusan.

2) Kepemimpinan Partisipatif

Kepemimipinan Partisipatif adalah apabila kepemimpinan dilakukan dengan


cara persuasif, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan
partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki
perusahaan. Pengambilan keputusan tetap dilakukan pada pemimpin dengan
mempertimbangkan saran atau ide yang diberikan bawahannya.

3) Kepemimpinan Delegatif

Kepemimpinan Delegatif apabila seseorang pemimpin mendelegasikan wewenang


kepada bawahannya scara lengkap, dengan demikian bawahan dapat mengambil
keutusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanankan
pekerjaannya , sepenuhnya diserahkan kepada bawahannya.

4) Kepemimpinan Situasional

Teori kepemimpinan situasional adalah suatu pendekatan terhadap


kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya sifat-sifat
bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu.
Pemikiran dasarnya adalah seorang pemimpin yang efekif harus cukup fleksibel untuk
menyesuaikan terhadap perbedaan- perbedaan diantara bawahan dan situasi.

Agar tujuan keperawatan dapat tercapai diperlukan kegiatan dalam menerapkan


keterampilam kepemimpinan. Menurut Kron (2000), kegiatan tersebut meliputi :

1) perencanaan dan pengorganisasian, manajer keperawatan dituntut untuk


mampu membuat rencana kegiatan keperawatan baik yang bersifat teknik atau non teknik
keperawatan,

2) penugasan dan pengarahan, manajer keperawatan bertanggung jawab dalam hal


ketepatan dan kebenaran pelaksaan proses pelayanan keperawatan pasien,

3) pemberian bimbingan, manajer keperwatan mampu menjadi media konsultasi


dan fasilitator pelaksanaan proses pelayanan keperawatan,

4) mendorong kerjasama dan partisipasi, manajer keperawatan dituntut agar dapat


membangun kinerja dalam tim,
5) koordinasi, diperlukan sebagai sarana konsolidasi proses pelayanan
keperawatan yang dilaksanakan,

6) evaluasi penampilan kerja, manajer keperawatan perlu melakukan penilaian


terhadap efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi bawahannya

b. Kompensasi (insentif)

Kompensasi merupakan istilah luas yang berkaitan dengan imbalan - imbalan


yang diterima oleh orang - orang melalui hubungan kepegawaian mereka dalam
organisasi. Pada umumnya bentuk kompensasi adalah finansial karena pengeluaran
moneter yang dilakukan sebuah organisasi. Pengeluaran moneter dapat bersifat
segera atau tertangguh. Gaji mingguan atau bulanan karyawan adalah contoh moneter
yang bersifat segera (immediate payment) sedangkan pensiunan, pembagian laba atau
bonus merupakan moneter bersifat tertangguh (deferred payment) Kompensasi bisa
diberikan dalam bentuk non moneter (Flippo, 2000).

Terminologi –terminologi dalam kompensasi adalah sebagai berikut :

1) Upah dan Gaji

Upah (wages) biasanya berhubungan dengan tarif per jam (semakin lama jam
kerja , semakin besar pula bayarannya) yang kerap digunakan bagi pekerja – pekerja
produksi dan pemeliharaan ( pekerjaan-pekerjaan kerah putih ) biasanya di gaji.

2) Insentif

Insentif adalah tambahan – tambahan diluar gaji atau upah yang diberikan
oleh organisasi. Program-program insentif disesuaian dengan memberikan bayaran
tambahan berdasarkan produktivitas penjualan keuntungan-keuntungan atau upaya-upaya
pemangkasan biaya.Tujuan utama program insentif adalah mendorong dan mengimbangi
produktifitas karyawan dan efektifitas biaya. Program insentif terdiri dari dua jenis :
a. Program insentif individu yang memberikan kompensasi berdasarkan
penjualan - penjualan, produktivitas, atau penghematan-penghematan biaya yang dapat
dihubungkan dengan karyawan tertentu.

b. Program insentif kelompok yang mengalokasikan kompensasi kepada sebuah


kelompok karyawan (berdasarkan departemen, divisi atau kelompok kerja) karena
melampaui standar-standar probabilitas produktivitas, atau penghematan biaya yang
sudah ditentukan sebelumnya.

3) Tunjangan

Contoh-contoh tunjangan (benefit) asuransi kesehatan dan jiwa, liburan-liburan


yang ditanggung perusahaan, program pensiunan, tunjangan-tunjangan lain yang
berhubungan dengan hubungan kepegawaian.

4) Faslitas

Contoh - contoh fasilitas (perquisitas) adalah fasilitas seperti mobil perusahaan


yang diperoleh karyawan, keanggotaan klub, tempat parkir khusus, atau akses ke pesawat
perusahanan yang diperoleh karyawa. Fasilitas dapat mewakili jumlah subtansial dari
kompensasi, terutama bagi eksekutif - eksekutif yang dibayar mahal.

Rumah sakit harus mengembangkan sistem insentif yang memadai dan dapat
ditanggung oleh penerimaan fungsionalnya. Rumah sakit juga perlu mencapai
kesepakatan dengan para perawat tentang pengaturan pembayaran jasanya (jasa
pelayanan) yang memuaskan semua pihak yang meliputi dokter,perawat dan staf lainnya
dan pihak manajemen rumah sakit. Adanya kesepakatan antara semua pihak akan
memberikan kepastian bagi manajemen dalam merencanakan anggaran dan kepastian
bagi pasien dalam memperkirakan biaya yang harus dikeluarkan (Bustami, 2011)

Kepuasan kerja diperoleh dari tingkat imbalan atau hasilyang diperoleh dari
pekerjaan, dibandingkan dengan apa yang diharapkan atau dinilai karyawan. Semakin
dekat perbandingan tersebut, lebih banyak yang akan diperoleh dari pekerjaan
dibandingkan dengan yang diinginkan, semakin tinggi kepuasan kerja tersebut. Teori ini
menjelaskan bahwa dapat diketahui nilai-nilai individu mengenai kerja dan hasil, maka
hal ini dapat digunakan sebagai informasi untuk memperkirakan pengaruh - pengaruh
faktor - faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja (Siagian, 2005)

Robins (2003) menyatakan bila upah diberikan secara adil sesuai tuntutan
pekerjaan, tingkat keterampilan individu dan standard pengupahan komunitas,
kemungkianan besar menghasilkan kepuasan pada pekerja. Insentif yang proporsional
akan memotivasi dan memuaskan karyawan serta sebaiknya insentif yang tidak
proporsional akan menimbulkan keluhan, penurunan prestasi, kepuasan kerja dan
menurunya moral kerja.

c. Kondisi Lingkungan Kerja

Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu faktor lain yang mampu
mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Lingkungan kerja yang baik dalam arti sempit
tempat / lokasi kerja aman, nyaman, bersih dan tenang, peralatan yang baik, teman
sejawat akrab, pimpinan yang pengertian akan memberikan kepuasan karyawan (Gomes,
2003). Demikian pula yang dinyatakan Flippo (2000), kondisi kerja yang nyaman aman
dan menarik merupakan keinginan karyawan untuk dipenuhi perusahaan. Teori
hubungan manusiawi menggunakan faktor kondisi lingkungan kerja sebagai salah satu
variabel motivator. Asumsi manajemen yang dipakai adalah orang ingin bekerja dalam
suatu lingkungan kerja yang aman dan menyenangkan dengan seorang atasan yang adil
dan penuh pengertian. Karyawan yang bahagia akan bekerja lebih giat karena kepuasan
kerja meningkat. Sebagian besar sumber daya manusia rumah sakit mempunyai
tingkat status intelek dan sosial ekonomi yang tinggi, akan tetapi keadaan rumah sakit
yang bersangkutan berada pada keadaan yang sebaliknya, misalnya kumuh secara fisik,
mutu rendah, dan pelayanan yang tidak menyenangkan, keadaan ini sering didapatkan
pada rumah sakit pemerintah. Hal tersebut pada akhirnya sampai pada suasana kerja
yang tidak menyenangkan karena ada ketidakcocokan antara sumber daya manusia
berlatar belakang tinggi dengan keadaan rumah sakit yang memprihatinkan (Gomes,
2003).

d. Kesempatan Promosi
Robbins (2003) menyebutkan bahwa rewardsystem / kesempatan untuk
memperoleh promosi melalui jenjang kepangkatan mempengaruhi kepuasan kerja
karyawan. Kepuasan kerja mempengaruhi produktivitas kerja karyawan, dengan
demikian untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan perlu memperhatikan
kepuasan kerja karyawan.

Promosi merupakan kesempatan untuk menumbuhkan pribadi, tanggung jawab


yang lebih banyak dan status sosial yang ditingkatkan oleh karena itu individu-individu
yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dengan cara adil (fair and just)
kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka. Menurut Handoko
(2001) promosi dapat ditempuh melalui pendidikan formal dan pendidikan non formal,
kenaikan pangkat, menduduki jabatan yanglebih tinggi. Karyawan berusaha
mendapatkan kebijaksanaan dan praktek promosi yang adil. Promosi memberi
kesempatan untuk pertumbuhan pribadi, tanggung jawab yang lebih banyak dan status
sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu yang mempersepsikan bahwa
keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil, kemungkinan besar akan mengalami
kepuasan dari pekerjaan mereka. Kesempatan promosi perawat di rumah sakit antra
lain kesempatan untuk menduduki jabatan kepala ruang, kabid keperawatan dan
pendidikan lanjut program nurse dengan tersedianya dana untuk meraih hal tersebut,
yang dapat meningkatkan kinerja rumah sakit (Gilies, 1996). Hal ini dapat mendorong
motivasi perawat untuk senantiasa meningkatkan komitmen bekerja di rumah sakit
tersebut.

e. Supervisi

Untuk mencapai tujuan pelayanan rumah sakit, khususnya pelayanan


keperawatan diperlukan supervisi keperawatan. Supervisi keperawatan adalah proses
pemberian sumber – sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam
rangka pencapaian tujuan. Adapun tujuan dari supervisi keperawatan adalah pemenuhan
dan peningkatan kepuasan pelayanan pada klien dan keluarganya. Jadi supervisi
difokuskan pada kebutuhan, ketrampilan, dan kemampuan perawat untuk melakukan
tugasnya (Nursalam, 2008). Kegiatan supervisi merupakan salah satu fungsi pokok
yang harus dilaksanakan oleh pengelola (manajer) dari yang terendah, menengah dan
atas. Di rumah sakit manajer keperawatan yang melakukan tugas supervisi adalah kepala
ruang, pengawas keperawatan, kepala seksi, kepala bidang dan wakil direktur
keperawatan. Maka semua manajer keperawatan perlu mengetahui, memahami dan
melaksanakan peran dan fungsinya sebagai supervisor. Tanggung jawab supervisor dalam
manajemen pelayanan keperawatan adalah menetapkan dan mempertahankan standar
praktek pelayanan dan asuhan keperawatan, menilai kualitas pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan, mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur
pelayanan keperawatan, bekersama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait,
memantapkan kemampuan perawat dan memastikan praktek keperawatan professional
dijalankan (Bachtiar, 2002). Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak
dapat terjadi begitu saja, tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan agar peran
dan fungsi supervisi dapat dijalankan dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat
menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan keperawatan, akibatnya perawat pelaksana
mengambil keputusan tentang tindakan keperawatan tanpa penilaian dan pengalaman
yang matang sehingga kualitas asuhan keperawatan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Akhirnya dapat terjadi kecelakaan, kegagalan terapi, salah pengertian atau malpraktek
(Nursalam, 2008).

Proses supervisi praktek keperawatan meliputi tiga elemen, yaitu : standar praktek
keperawatan, fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan pencapaian atau kesenjangan dan tindak lanjut, baik berupa upaya
mempertahankan kualitas maupun upaya perbaikan. Cara supervisi yang dilakukan dapat
secara langsung atau tidak langsung. Supervisi langsung dapat dilaksanakan pada saat
kegiatan sedang berlangsung. Dimana supervisor terlibat langsung dalam kegiatan agar
pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah. Supervisi tidak
langsung dapat dilaksanakan dengan melalui laporan baik tertulis ataupun lisan. Disini
ada kesenjangan fakta dimana supervisor tidak terlibat langsung dilapangan (Kuntoro,
2010)

Anda mungkin juga menyukai