Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“EKLAMPSIA”

MK : MATERNITAS II
DOSEN : Ns.Yanny Lontoh, S.Kep., M.Kep

Disusun oleh :
Nama : Seilyn K. Kembau
Nim : 1814201080
Kelas/semester : A3/IV

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO


FAKULTAS KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia-Nya sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Maternitas II. Makalah ini disusun secara sederhana sehingga dapat memudahkan mahasiswa dan
pembaca dalam mempelajari materi yang kami sampaikan. Karena kurangnya pengetahuan dan
pengalaman kami, kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih terdapat
kekurangan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak. Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat diterima, dipelajari dan
bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa dan pembaca di kalangan masyarakat serta dapat
digunakan sebagai acuan dengan penyusunan makalah yang lainnya.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………...…….… ….i

Daftar Isi……………………………………………………………...…………ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………….. 1

B. Tujuan Penulisan………………………………………………….………..… 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian.......….......…..................................……………………….……….2

B. Etiologi …........................…………………………………………….……….5

C. Patofisiologi ……..……………………………………………..................…..5

D. Diagnosis…...................................….....……………………………. ………6

E. Komplikasi.. ............…..…………………………………………….…..…….6

F. Prognosa…........….............................................................................................7

G. Pencegahan.........................................................................................................8

H. Penanganan........................................................................................................8

I. Pengobatan...........................................................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...………………………………………………………….…..… 10

B. Saran…….…………………………………………………………………… 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Eklampsia merupakan penyebab dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas maternal dan
perinatal.kejadian eklampsia di Negara berkembang berkisar 1 dari 100 hingga 1 dari 700 kelahiran. Di
Indonesia pre eklampsia dan eklampsia berkisar 1,5 % sampai 25 %. Komplikasi signifikan yang mengancam
jiwa ibu akibat eklampsia adalah edema pulmonal, gagal hati dan ginjal, DIC, sindrom HELLP dan perdarahan
otak.
Eklampsia disebut dengan antepartum, intrapartum, atau pascapartum. Bergantung pada apakah
kejang muncul sebelum, selama atau sesudah persalinan. Eklampsia paling sering terjadi pada trimester
terakhir dan menjadi semakin sering menjelang aterm.
Masalah utama dalam mencegah dan mengobati eklampsia adalah penyebab kondisi yang tidak
diketahui. Terdapat hubungan yang kuat antara hipertensi dan penyakit serebral yang mengidentifikasi
persamaan klinis antara eklampsia dan ensefalopati hipertensif ( Vaughan & Delanty 2000 ). Namun demikian
hasil signifikan yang diperoleh menunjukkan bahwa hipertensi tidak selalu menjadi perkursor awitan
eklampsia tetapi hampir selalu terjadi setelah kejang.

B.     Tujuan
a.       Mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien dengan eklampsia.
b.      Mampu melaksanakan pengkajian dan mengumpulkan data pasien dengan eklampsia.
c.       Mampu menginterpretasikan secara benar masalah atau diagnosa berdasarkan data-data pasien dengan
eklampsia tersebut.
d.      Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada pasien dengan eklampsia.
e.       Mampu mengidentifikasi perlunya tindakan segera secara mandiri, kolaborasi dan rujukan pada pasien
dengan eklampsia.
f.       Mampu merancanakan asuhan rasional sesuai dengan kebutuhan pasien dengan eklampsia.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.   Pengertian
Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti “ halilintar “ karena gejala eklampsia datang
dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan. Eklampsia juga disebut sebuah
komplikasi akut yang mengancam nyawa dari kehamilan , ditandai dengan munculnya kejang tonik - klonik ,
biasanya pada pasien yang telah menderita preeklampsia . (Preeklamsia dan eklampsia secara kolektif
disebutgangguan hipertensi kehamilan dan toksemia kehamilan.) Prawiroharjo 2005.
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa nifas yang di tandai
dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau koma dimana sebelumnya sudah menimbulkan
gejala pre eklampsia. (Ong Tjandra & John 2008 )
Eklampsia termasuk kejang dan koma yang terjadi selama kehamilan. Menjelang kejang – kejang
dapat didahului dengan gejalanya :
·         Nyeri kepala di daerah frontal
·         Nyeri epigastrium
·         Penglihatan semakin kabur
·         Adanya mual muntah
·         Pemeriksaan menunjukkan hiperrefleksia atau mudah teransang.
Kemudian  dengan teori iskemia implantasi plasenta juga dapat terjadi berbagai gejalanya eklampsia
yaitu :
1.      Kenaikan tekanan darah
2.      Pengeluaran protein dalam urine
3.      Edema kaki, tangan sampai muka
4.      Terjadinya gejala subjektif :
·         Sakit kepala
·         Penglihatan kabur
·         Nyeri pada epigastrium
·         Sesak nafas
·         Berkurangnya pengeluaran urine
5.      Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma
6.      Terjadinya kejang
Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan angiontensin, renin dan aldosteron
sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme dapat berlangsung. Pada eklampsia maka
terjadi penurunan angiotensin, renin dan aldosteron tetapi dapat dijumpai edema, hipertensi dan proteinuria.
Berdasarkan waktu terjadinya eklampsia dapat di bagi :
1.      Eklampsia gravidarum
·         Kejadian 50% sampai 60 %
·         Serangan terjadi dalam keadaan hamil
2.      Eklampsia parturientum
·         Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %
·         Saat sedang inpartu
·         Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan terutama saat mulai inpartu
3.      Eklampsia puerperium
·         Kejadian jarang 10 %
·         Terjadi serangan kejang atau koma seletah persalinan berakhir
Kejang – kejang pada eklampsia terdiri dari 4 tingkat :
1.      Tingkat awal atau aura
·         Berlangsung 30 – 35 detik
·         Tangan dan kelopak mata gemetar
·         Mata terbuka dengan pandangan kosong
·         Kepala di putar ke kanan atau ke kiri
2.      Tingkat kejang tonik
·         Berlangsung sekitar 30 detik
·         Seluruh tubuh kaku : wajah kaku, pernafasan berhenti, dapat diikuti sianosis, tangan menggenggam,
kaki di putar kedalam, lidah dapat tergigit.
3.      Tingkat kejang klonik
·         Berlangsung 1 sampai 2 menit
·         Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik
·         Konsentrasi otot berlangsung cepat
·         Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus
·         Mata melotot
·         Mulut berbuih
·         Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis
·         Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma tambahan
4.      Tingkat koma
·         Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas
·         Diikuti,yang lamanya bervariasi
Selama terjadi kejang – kejang dapat terjadi suhu naik mencapai 40 ˚c, nadi bertambah cepat, dan
tekanan darah meningkat.
Kejang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin.
1.      Komplikasi ibu :
·         Dapat menimbulkan sianosis
·         Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru
·         Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak
·         Lidah dapat tergigit
·         Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka – luka
·         Gangguan fungsi ginjal
·         Perdarahan
·         Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikhterus
2.      Komplikasi janin dalam rahim :
·         Asfiksia mendadak
·         Solusio plasenta
·         Persalinan prematuritas
Berbagai faktor yang mempengaruhi eklampsia :
·         Jumlah primigravida terutama primigravida muda
·         Distensi rahim berlebihan yaitu hidramnoin, hamil ganda dan mola hidatosa
·         Adanya penyakit yang menyertai kehamilan yaitu diabetes mellitus, kegemukan
·         Jumlah umur ibu di atas 35 tahun

B.    Etiologi eklampsia
Dengan penyebab kematian ibu adalah perdarahan otak, payah jantung atau payah ginjal, dan aspirasi
cairan lambung atau edema paru – paru. Sedangkan penyebab kematian bayi adalah asfiksia intrauterine dan
persalinan prematuritas.
Mekanisme kematian janin dalam rahim pada penderita eklampsia :
a.    Akibat kekurangan O2 menyebabkan perubahan metabolisme ke arah lemak dan protein dapat
menimbulkan badan keton
b. Meransang dan mengubah keseimbangan nervus simfatis dan nervus vagus yang menyebabkan :
·     Perubahan denyut jantung janin menjadi takikardi dan dilanjutkan menjadi bradikardi serta irama yang
tidak teratur
·     Peristaltis usus bertambah dan sfingter ani terbuka sehingga di keluarkannya mekonium yang akan masuk
ke dalam paru – paru pada saat pertama kalinya neonatus aspirasi.
c.  Sehingga bila kekurangan O2 dapat terus berlangsung keadaan akan bertambah gawat sampai
terjadinya kematian dalam rahim maupun di luar rahim .
Oleh sebab itu perlu memperhatikan  komplikasi dan tingginya angka kematian ibu dan bayi. Maka
usaha utama adalah mencegah pre eklampsia menjadi eklampsia perlu diketahui bidan dan selanjutnya
melakukan rujukan ke rumah sakit.

C.   Patofisiologi eklampsia
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang
interstitial. Bahwa pada eklampsia dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang
tinggi dari pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur
retensi air dan natrium. Serta pada eklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi
plasenta. Pada hipertensi  pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat-janin sampai menyebabkan
kematian karena kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering
terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun, sehingga menyebabkan
filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan
mungkin dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam
perbandingan antara tingkat filtrasi glomelurus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan
normal penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomelurus
akibat spasmus arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang
menyebabkan retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga
menyebabkan diuresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.
Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada  beberapa arteri jarang
terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi
untuk pengakhiran kehamilan . Setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari sampai 2 bulan.
Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan
ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.

Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia. Komplikasi disebabkan oleh
dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi
dalam kehamilan lebih tinggi  pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada
eklampsia akan menurun.

Metabaolisme dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia sebabnya terjadi
pergeseran cairan dan ruang intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini, diikuti oleh kenaikan hematokrit,
peningkatan protein serum, dan bertambahnya edema, menyebabkan volume darah berkurang, viskositet darah
meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan diberbagai bagian
tubuh berkurang  akibatnya hipoksia. Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga
turunnya hematokrit dapat dipakai sebagai ukuran perbaikan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.

Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk sementara. Asidum laktikum
dan asam organik lain naik, dan bikarbonas natrikus, sehingga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah
kejang, zat organik dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan asam karbonik
menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan alkali dapat pulih kembali. Pada kehamilan cukup
bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari
1 menit pada eklampsia.

D.   Diagnosis eklampsia
Eklampsia selalu didahului oleh pre eklampsia. Perawatan prenatal untuk kehamilan dengan
predisposisi pre eklampsia perlu ketat dilakukan agar dapat dideteksi sedini mungkin gejala – gejala eklampsia.
Sering di jumpai perempuan hamil yang tampak sehat mendadak menjadi kejang – kejang eklampsia karena
tidak terdeteksi adanya pre eklampsia sebelumnya.
  Eklampsia harus dibedakan dari epilepsy ; dalam anamnesis diketahui adanya serangan sebelum hamil
atau pada hamil muda dengan tanda pre eklampsia tidak ada, kejang akibat obat anastesi, koma karena sebab
lain.
E.   Komplikasi eklampsia
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari
ibu yang menderita pre eklampsia dan eklampsia. Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada
pre eklampsia berat dan eklampsia :
1.      Solusio plasenta
Karena adanya takanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah, sehingga terjadi
hematom retropalsenta yang dapat menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.
2.      Hipofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah , biasanya di bawah 100 mg persen.
Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.
3.      Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas membran sel darahmerah
yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.
4.      Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita eklampsia.
5.      Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu. Perdarahan kadang-
kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
6.      Edema paru – paru
7.      Nekrosis hati
  Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kerusakan sel-
sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
8.      Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis, peningkatan enzim hati, dan
trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul pada
pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.
9.      Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus
ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
10.  Komplikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang -  kejang pneumonia
aspirasi, dan DIC.
11.  Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

F.    Prognosa eklampsia
Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang meminta korban besar dari
ibu dan bayi ( Hanifa dalam Prawiroharjo, 2005 ).
Diurese dapat dipegang untuk prognosa ; jika diurese lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap
6 jam makan prognosa agak baik. Sebaliknya oliguri dan anuri merupakan gejala yang buruk.
Gejala – gejala lain memperberat prognosa dikemukakan oleh Eden ialah ; koma yang lama, nadi di
atas 120 x / menit, suhu di atas 39 ˚c, tekanan darah di atas 200 mmHg, proteinuria 10 gram sehari atau lebih,
tidak adanya edema, edema paru – paru dan apoplexy merupakan keadaan yang biasanya mendahului
kematian.
G.  Pencegahan eklampsia
Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah atau frekuensinyadi kurangi. Usaha – usaha untuk
menurunkan eklampsia terdiri atas meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar
semua wanita haiml memeriksa diri sejak hamil muda, mencari pada tiap pemeriksaan tanda – tanda pre
eklampsia dan mengobatinya segera apabila ditemukan, mengakhiri kehamilan sedapatnya pada kehamilan 37
minggu ke atas apabila dirawat tanda – tanda pre eklampsia tidak juga dapat hilang. ( Hanifa dalam
Prawiroharjo, 2005 )
H.  Penanganan eklampsia
Tujuan utama penanganan eklampsia adalah menghentikan berulangnya serangan kejang dan
mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan. Penanganan yang
dilakukan :
·         Beri obat anti konvulsan
·         Perlengkapan untuk penanganan kejang
·         Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
·         aspirasi mulut dan tenggorokan
·         baringkan pasien pada sisi kiri
·         posisikan secar trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
·         berikan oksigen 4 – 6 liter / menit.

I.      Pengobatan eklampsia
Eklampsia merupakan gawat darurat kebidanan yang memerlukan pengobatan di rumah sakit untuk
memberikan pertolongan yang adekuat.
Konsep pengobatannya :
a.       Menghindari terjadinya :
·         Kejang berulang
·         Mengurangi koma
·         Meningkatkan jumlah dieresis
b.      Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan :
·         Obat penenang dengan injeksikan 20 mgr valium
·         Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah dengan valium 10 sampai 20 mgr
c.       Sertai petugas untuk memberikan pertolongan:
·         Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel pada lidah
·         Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan berikan O2
·         Hindari terjadinya trauma tambahan

Perawatan kolaborasi yang dilaksanakan dirumah sakit sebagai berikut :


1.      Kamar isolasi
-   Hindari rangsangan dari luar sinar dan keributan
-  Kurangi penerimaan kunjungan untuk pasien
-  Perawat pasien dengan jumlahnya terbatas
2.      Pengobatan medis
Banyak pengobatan untuk menghindari kejang yang berkelanjutan dan meningkatkan vitalitas janin
dalam kandungan. Dengan pemberian :
-  Sistem stroganof
-  Sodium pentothal dapat menghilangkan kejang
-  Magnesium sulfat dengan efek menurunkan tekanan darah , mengurangi sensitivitas saraf pada
sinapsis, meningkatkan deuresis dan mematahkan sirkulasi iskemia plasenta sehingga menurunkan
gejala klinis eklampsia.
-  Diazepam atau valium
  -     Litik koktil
3.      Pemilihan metode persalinan
Pilihan pervaginam diutamakan :
-  Dapat didahului dengan induksi persalinan
-     Bahaya persalinan ringan
-    Bila memenuhi syarat dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban, mempercepat pembukaan,
dan tindakan curam untuk mempercepat kala pengeluaran.
-    Persalinan plasenta dapat dipercepat dengan manual
-    Menghindari perdarahan dengan diberikan uterotonika
Pertimbangan seksio sesarea :
-  Gagal  induksi persalinan pervaginam
-  Gagal pengobatan konservatif

BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
        EKLAMPSIA merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia, yang disertai dengan kejang
menyeluruh dan koma. Eklampsia lebih sering terjadi pada primagravidae dari pada multiparae. Eklampsia
juga sering terjadi pada : kehamilan kembar, hydramnion, mola hidatidosa. EKLAMPSIA post partum
umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan. Pemeriksaan antenatal care sangatlah
penting untuk mendeteksi secara dini dan mencegah  eklmapsia.
B.        Saran
        Setelah membaca makalah ini, diharapkan kepada para pembaca agar menyampaikan kepada masyarakat
lainnya akan pentingnya pemeriksaan antenatar care secara rutin terutama kepada para ibu hamil dengan
menjelaskan resiko apa yang bisa terajadi bila tidak mengikuti anjuran.

Anda mungkin juga menyukai