Anda di halaman 1dari 18

Induksi pH Rendah pada Pembentukan Rambut Akar

Selada (Lactuca sativa L. cv. Grand Rapids): Determinasi


Letak Pembentuk Rambut Akar

Yasunori Inoue* dan Kayoko Hirota


* Department of Applied Biological Science, Faculty of Science and Technology, Science
University of Tokyo, Yamazaki 2641, Noda, 278-8510 Japan

Abstrak

Kondisi pH rendah mampu menyebabkan pembentukan rambut akar pada bibit selada.
Pembentukan rambut dimulai dengan ukuran 1,5 - 2,5 mm dari ujung akar setelah 4 jam dimana
pH medium dibuah dari pH 6 ke pH 4, kemudian menjadi jenuh setelah jam ke-7. Lebih dari
80% sel rhizodermal membentuk rambut pada kondisi jenuh. Panjang longitudinal dari sel
rhizodermal, yang terletak di bagian yang telah dijelaskan sebelumnya, secara bertahap menurun
setelah pHnya berubah, dan nilainya menjadi sekitar setengah dari nilai awal setelah jam ke-8.
Rambut akar terbentuk di sel-sel yang memiliki panjang longitudinal yang pendek. Pembelahan
sel tidak dapat diamati pada sel rhizodermal yang terletak pada 1,0 - 2,0 mm dari ujung akar.
Tekanan pertumbuhan akar utama yang disebabkan oleh pH rendah jadi jelas pada sekitar 30
menit awal, kemudian laju pertumbuhannya berkurang menjadi sekitar seperlima dari nilai awal.
Zona pertumbuhan dibatasi pada 1,5 mm bagian distal, terlepas dari tingkat pH. Data
menunjukkan bahwa sel rhizodermal, yang terletak sekitar 1 mm dari ujung akar pada saat
perubahan pH, dapat merespon pH rendah dan sel-sel, yang memiliki panjang longitudinal yang
pendek yang mencapai 1,5 - 2,5 mm pada zona yang tidak dapat tumbuh, mampu berubah
menjadi rambut.

Kata kunci: Lactuca sativa L. - pH rendah - Zona pertumbuhan akar - Rambut akar - Zona
pembentuk rambut akar
Rambut akar merupakan proyeksi tubular yang tumbuh dari sub-bagian sel rhizodermal khusus
yang disebut trichoblast. Trichoblast dianggap mampu meningkatkan luas permukaan, dan
karenanya kapasitas penyerapan akar jadi meningkat (Hofer 1996). Peristiwa yang terjadi dalam
perkembangan rambut-rambut akar sudah dilakukan peninjauan (Gilroy dan Jones 2000, Hofer
1996, Ridge 1995, 1996). Dalam ulasan kali ini, banyak laporan terkait peristiwa pertumbuhan
rambut akar, tetapi hanya sedikit yang diketahui mengenai peristiwa sitologisnya selama proses
awal pertumbuhan rambut akar ini. Dalam Arabidopsis, trichoblast terbentuk dari sel
rhizoderma1 yang menutupi persimpangan dua sel kortikal dan memiliki sitoplasma padat
(Dolan dkk, 1993). Proses pengasaman pada permukaan sel yang sesuai dengan letak permulaan
rambut akar tumbuh juga dilaporkan dalam Arabidopsis (Bibikova dkk, 1998). Meskipun
masuknya Ca2+ tampak penting untuk mengarahkan pertumbuhan ujung rambut tersebut (Jones et
al. 1995), perubahan Ca2+ lokal yang mendahului atau mengawali letak permulaan rambut akar
tumbuh tidak dapat dideteksi (Wymer dkk, 1997). Salah satu alasan mengapa sedikit yang
diketahui mengenai perubahan sitologis selama proses permulaan rambut akar tumbuh adalah
sulitnya mengidentifikasi bagian pembeda trichoblast dan pembentuk rambut pada akar. Wilayah
subapikal yang terletak tepat di belakang zona pemanjangan akar aktif dianggap sebagai zona
pembentuk rambut akar uktuk sebagian besar akar yang akan tumbuh (Cutter 1978, Esau 1965,
Hofer 1996). Namun, beberapa laporan menunjukkan adanya tumpang tindih antara zona
perpanjangan dan zona pembentukan rambut akar (Cormack 1949, Jaunin dan Hofer 1986).
Dalam laporan kali ini, rambut akar terbentuk secara spontan tanpa perlakuan induksi. Oleh
karena itu, tidak mudah untuk menentukan posisi yang tepat untuk inisiasi trichoblast.

Baru-baru ini, kami menemukan bahwa pembentukan rambut akar yang kuat disebabkan oleh pH
rendah pada selada (Inoue dkk, 2000). Secara makroskopik, pembentukan rambut akar akan
terlihat jelas dalam waktu 6 jam setelah dimulainya perlakuan pH rendah (pH 4). Perlakuan
setelah satu jam dapat menyebabkan pembentukan rambut akar yang signifikan. Namun, dalam
fenomena ini, tidak ada informasi mengenai distribusi sel-sel bentuk rambut yang merespon pH
rendah, persentase sel-sel pembentuk rambut, dan periode tepat pembentukan rambut yang mana
informasi-informasi tersebut merupakan informasi penting untuk mengklarifikasi peristiwa
sitologis yang terjadi selama proses awal pembentukan rambut akar. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini, peneliti akan membahas pola waktu proses pembentukan rambut akar, letak zona
pembentuk rambut akar, dan zona tumbuh akar.
Bahan dan Metode

Bahan Tanaman

Benih selada bebas virus (Lactuca sativa L. cv. Grand Rapids) yang dibeli dari South Pacific
Seeds (Griffith, N.S.W., Australia) pada tahun 1992 kemudian disimpan dalam kondisi kering
pada suhu kira-kira 2 C.

Prosedur pengkulturan

Benih direndam dalam air keran selama 3 jam di bawah cahaya putih secara terus menerus
(FL4OSD-SDL; Toshiba Lighting and Technology Corporation, Tokyo, Japan, 6 Wm -2) pada
suhu 25 C untuk menginduksi perkecambahan, kemudian disimpan dalam lemari es semalaman
untuk menyinkronkan pengaturan waktu perkecambahan. Benih kemudian ditabur pada jaring
nilai dengan pori-pori 710 μm2 (PA27GG-750, Nytal, Bern, Switzerland) yang dipasang pada
wadah polistiren (49 x 62 x 20 mm) dan dikultur secara hidroponik tanpa penganginan dalam
150 ml media kultur untuk Arabidopsis ( Pruitt personal communication) yang mengandung
MgSO4  7H20 (369,8 mg/l), Ca(NO3)2  4H2O (472,2 mg/l), NaH2PO4  2H2O (276 mg/l), KNO3
(303,3 mg/l), Na2EDTA (25 mg/l), FeSO4  7H2O (2,4 mg/l), MnSO4  4H2O (2,3 mg/l), CuSO4 
5H2O (0,24 mg/l), ZnSO4  7H2O (0,29 mg/l), H3BO3 (1,86 mg/l) dan (NH4)6Mo7O24  4H2O
(0,03 mg/l), disesuaikan dengan pH 6 oleh NaOH yang dituangkan dalam wadah polistiren (132
x 59 x 31 mm) di bawah cahaya putih secara terus menerus (6 Wm -2) pada suhu 25C selama satu
hari untuk menginduksi pembentukan akar utama. Tanaman tersebut kemudian dipindahkan ke
media baru dengan pH 4 atau 6 disesuaikan masing masing dengan HCI atau NaOH, dan
dikulturkan selama periode yang berbeda di bawah cahaya putih secara terus-menerus pada suhu
25 C.

Penentuan proses pertumbuhan awal rambut akar

Akarnya dipotong kemudian air yang menempel di permukaan akar dibuang menggunakan
kertas tisu. Akar kemudian diletakkan pada permukaan aluminium menggunakan tatakan cryo-
microtome (A4583, Miles Inc., Elkhart, IN, USA.) pada ujung basal dan dibekukan
menggunakan nitrogen cair. Akar yang beku kemudian dipasang pada pegangan cryo-stage dari
mikroskop elektron pemindaian bervakum rendah (JSM-5310LV, JEOL. Ltd., Tokyo, Japan)
yang disimpan pada suhu sekitar -100 C. Gambar akar diamati menggunakan elektron pantul
pada sekitar 30 Pa untuk memvisualisasikan garis sel rhizodermal. Tonjolan hemisferis yang
diamati pada permukaan sel rhizodermal diidentifikasi sebagai awal dari rambut akar (lihat
Gambar 1b).

Pengamatan inti sel rhizodermal

Akar ditempatkan pada 3,7% cairan formaldehyde yang dilarutkan dalam 0,01 M larutan buffer
fosfat dengan pH 7 yang mengandung 0,765% NaCl selama 15 menit. Akar kemudian dicuci tiga
kali dengan 0,765% NaCl yang terkandung dalam 0,01 M larutan buffer fosfat. Rhizodermis
yang posisinya 1 sampai 2 mm dari ujung akar dikupas menggunakan forceps halus dan dipasang
pada kaca geser, kemudian diwarnai dengan larutan 10 - 20 μl 4', 6-diamidino-2-phenylindole
(DAP1 solution: 1 μg/ml DAPl dan 1 mg/ml p-phenylenediamine dihydrochloride yang
dilarutkan dalam 0,01 M larutan buffer fosfat yang mengandung 90% gliserol dan 0,765%
NaCl). Inti yang diwarnai tersebut kemudian diamati menggunakan mikroskop epi-fluorescence
(Optiphoto, Nikon, Tokyo, Japan) yang disinari dengan sinar UV (330 - 380 nm).

Pengukuran pertumbuhan akar dan penentuan zona perpanjangan

Gambar akar yang tumbuh direkam oleh kamera CCD monokromatik (XC-77, Sony
Corporation, Tokyo, Japan) pada disk magneto-optik menggunakan sistem pengarsipan gambar
(DF-30M, Fuji Photo Film Co., Ltd., Tokyo, Japan) setiap 30 menit. Panjang rata-rata 8 akar
kemudian dihitung dari gambar yang direkam. Untuk menentukan zona pemanjangan akar, akar
dicelupkan ke butir resin penukar ion anionik (Amberlite CG400 tipe 1, Organo Teknika Corp,
Tokyo, Japan) yang dilarutkan dalam 0,6 ml dari media kultur yang merupakan bagian tabung
Eppendorff sebelum perekaman pertumbuhan akar. Butir resin yang menempel pada permukaan
sel rhizodermal digunakan sebagai penanda posisi.

Persiapan bagian tipis longitudinal dari akar

Bibit selada ditempatkan dengan 3% cairan glutaraldehyde yang dilarutkan dalam 0,1 M larutan
buffer fosfat dengan pH 7 selama 30 menit pada suhu ruangan dan selama 1 hingga 2 jam pada
suhu 4 C, kemudian dicuci dengan larutan buffer sebanyak tiga kali. Selanjutnya, sampel
ditempatkan dengan 1,5% cairan OsO4 selama 5 jam pada suhu 4 C, kemudian dicuci lagi dengan
larutan buffer sebanyak tiga kali. Bagian ujung sepanjang 5 mm dari akar dieksisi, kemudian
dicelupkan ke dalam larutan 5%, 10%, 20%, 30% dan 40% aseton secara berurutan setiap 30
menit pada suhu 4 C. Setelah itu, sampel dicelupkan dalam larutan aseton 50%, 60%, 70%, 80%,
90%, 100% dan 100% secara berurutan setiap 30 menit pada suhu kamar. Dan yang terakhir,
sampel dicelupkan ke dalam 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 100% dan
100% larutan aseton setiap 30 menit pada suhu kamar menggunakan media tatakan (Spurr’s
lowviscosity embedding media, Nisshin EM Co. Ltd., Tokyo, Japan), lalu dibiarkan dalam media
tatakan 100% selama satu malam. Sampel kemudian dipindahkan ke piring tatakan yang terbuat
dari karet silikon dan disimpan pada suhu 70 C selama 8 jam untuk memadatkan media tatakan.
Sampel yang diletakkan dalam blok resin dipotong secara longitudinal dengan ketebalan 2
hingga 3 μm menggunakan ultra-mikrotom (OmU3, Reichert-Jung, Wien, Austria). Potongan
tersebut kemudian diwarnai dengan 0,5% toluidine blue yang dilarutkan dalam 0,1% Na 2CO3
pada suhu 60 C.

Hasil

Distribusi sel rhizodermal yang berbentuk rambut akar

Akar selada yang dikultur pada pH 4 selama 8 jam membentuk rambut akar di daerah subapikal
terbatas (Gambar 1b). Di sisi lain, akar yang dikultur pada pH 6 tidak menunjukkan rambut akar
pada jam ke-8 setelah pergantian media (Gambar 1a). Persentase sel berbentuk rambut di
sepanjang sumbu akar selanjutnya ditentukan secara kuantitatif pada beberapa waktu berbeda
setelah perubahan kadar pH. Rambut pada awalnya terbentuk dalam sel rhizodermal dengan
ukuran 1,5 hingga 2,5 mm dari ujung akar pada jam ke-5 setelah perubahan pH (Gambar 2a).
Area pembentukan rambut kemudian secara bertahap meluas ke bagian basal (Gambar 2a).
Persentase sel pembentuk rambut juga meningkat dan menjadi jenuh dikadar 80% (Gambar 2a).
Bagian ujung yang lebih pendek dari 1,3 mm dari ujung akar tidak membentuk rambut dalam
periode yang diamati. Dalam kasus akar yang dikultur pada pH 6, pembentukan rambut tidak
dapat diamati hingga jam ke-12 setelah perubahan media (Gambar 2b), dan persentase sel
pembentuk rambut juga rendah.
Gambar 1. Akar yang dikultur pada pH 6 (a) dan pH 4 (b) selama 8 jam kemudian diamati
dengan mikroskop pemindai elektron. Bar = 100 μm.

Pola waktu pembentukan rambut akar

Hasil pada Gambar 2 menunjukkan bahwa persentase maksimum pembentukan rambut akar
selalu diamati pada ukuran 2 - 2,5 mm dari ujung akar. Oleh karena itu, pola waktu pembentukan
rambut akar setelah menurunkan kadar pH dari 6,0 ke 4,0 dianggap sebagai persentase sel
pembentuk rambut pada bagian 2 - 2,5 mm dari ujung akar (Gambar 3). Dalam kasus akar
dikultur pada pH 4, pembentukan rambut akan menjadi jelas pada jam ke-4 setelah perubahan
pH, dan persentase sel-sel pembentuk rambut menjadi jenuh pada jam ke-7 setelah perubahan pH
(Gambar 3, kotak terbuka). Di saat itu, persentase sel pembentuk rambut mencapai sekitar 80%.
Akar yang dikultur pada pH 6 tidak menunjukkan pembentukan rambut hingga jam ke-8 setelah
perubahan media (Gambar 3, lingkaran tertutup).
Gambar 2. Perkembangan rambut akar pada akar yang dikultur pada pH 4 (a) atau pH 6 (b).
Persentase sel pembentuk rambut pada jam ke-0 (), ke-5 (), ke-8 () dan ke-12 () setelah
kadar pH diturunkan dari 6,0 ke 4,0 yang ditentukan pada setiap zona 300 μm dari ujung sampai
ke bagian basal dari akar. Absis menunjukkan posisi ujung distal dari zona yang telah dijelaskan
sebelumnya. Setiap titik data merupakan rata-rata lebih dari delapan sampel dari standard error.
Gambar 3. Pola waktu pembentukan rambut akar pada akar yang dikultur pada pH 4 (kotak
terbuka) atau pH 6 (lingkaran tertutup). Persentase sel pembentuk rambut di wilayah tersebut
mulai dari 2,0 hingga 2,5 mm dari ujung akar yang diamati. Setiap titik data merupakan rata-rata
16 sampel dengan standard error.

Perubahan morfologis sel rhizodermal di daerah determinasi rambut akar

Seperti terlihat pada Gambar 1b, diameter akar utama meningkat karena perlakuan pH rendah.
Berdasarkan perubahan morfologis makroskopis ini, ukuran sel rhizodermal juga berubah.
Setelah penurunan pH, panjang longitudinal sel rhizodermal yang tidak terbentuk menurun
secara bertahap dan menjadi sekitar setengah dari panjang awal pada jam ke-8 setelah perubahan
pH (Gambar 4a, kotak terbuka). Panjang longitudinal dari sel rhizodermal pembentuk rambut
nampak konstan dan nilainya juga sekitar setengah dari panjang awal (Gambar 4a, segitiga
terbalik). Dalam kasus akar yang dikultur pada pH 6, panjang longitudinal sel rhizodermal
sedikit berubah (Gambar 4a, lingkaran tertutup). Panjang transversal sel rhizodermal meningkat
karena perlakuan pH rendah, dan nilainya mencapai stabil pada jam ke-7 setelah perubahan pH
(Gambar 4b, kotak terbuka). Akar yang dikultur pada pH 6 juga menunjukkan sedikit perbedaan
pada panjang transversal sel rhizodermal (Gambar 4b, lingkaran tertutup). Volume sel
rhizoderma1 yang dihitung dengan asumsi bentuk silinder menunjukkan tidak adanya perbedaan
antara sel yang tumbuh pada pH 4 dan 6 (Tabel 1). Volume rambut akar, yang diamati pada jam
ke-8 setelah penurunan pH, hanya sekitar 5% dari sel rhizodermal (Tabel 1).

Gambar 4. Pengaruh pH rendah pada ukuran sel rhizodermal yang dikultur pada pH 4 (simbol
lingkaran terbuka) atau pH 6 (lingkaran tertutup). Panjang longitudinal yang diamati (a) dari sel-
sel yang dibentuk rambut (segitiga terbalik terbuka) dan sel-sel yang tidak dibentuk (kotak
terbuka) atau panjang transversal (b) dari sel-sel yang termasuk dari zona 2,0 hingga 2,5 mm dari
ujung akar. Setiap titik data merupakan rata-rata 16 sampel akar dengan standard error.

Tabel 1. Perkiraan ukuran sel rhizodermal dan rambut akar berdasar kadar pH yang berbeda

panjang sel (μm)


periode kultur volume
tipe sel kadar pH
(jam) (nilai relatif)
longitudinal transversal

epidermis 6 0 101 ± 1,7 14,0 ± 0,7 100

6 8 95 ± 3,3 14,5 ± 0,7 101

4 8 54 ± 1,2 19,0 ± 0,8 98


rambut akar 4 8 43 ± 8,0 5,1 ± 0,2 5,6

Pengaruh pH rendah pada pertumbuhan akar utama

Pembelahan sel dan penghambatan pertumbuhan sel longitudinal dianggap sebagai penyebab
penurunan panjang longitudinal sel rhizodermal seperti yang telah dijelaskan. Inti dari lebih 150
sel rhizodermal yang terletak 1,0 - 2,0 mm dari ujung akar yang diwarnai oleh DAPI diamati
pada jam ke-1,2 dan 4 setelah perubahan pH. Tidak ada gambar pemisah terlepas dari waktu
pengamatannya (data tidak ditampilkan). Hasil ini menunjukkan bahwa pembelahan sel mungkin
bukan penyebab pengurangan panjang longitudinal sel rhizodermal. Selanjutnya, efek pH rendah
pada pertumbuhan akar utama akan ditentukan. Akar utama tumbuh pada tingkat pertumbuhan
yang konstan (0,5 mm/jam) pada pH 6 (Gambar 5). Laju pertumbuhan konstan ini dipertahankan
selama 30 menit setelah penurunan pH (Gambar 5a). Setelah itu, tingkat pertumbuhannya dengan
cepat berkurang menjadi sekitar 1/5 dari tingkat pertumbuhan awal (Gambar 5b). Hasil ini
menunjukkan bahwa pengurangan pertumbuhan karena pH rendah merupakan penyebab
pengurangan panjang sel longitudinal.
Gambar 5. Pengaruh pH rendah pada pertumbuhan akar utama. Panjang akar utama pada waktu
yang ditunjukkan pada absis relatif terhadap panjang pada saat perubahan pH (0 jam), (a) dan
perbedaan panjang akar antara tx dan tx+30min, dibuatkan plot pada posisi tx (b). Setiap titik data
merupakan rata-rata 8 sampel dengan standard error.
Gambar 6. Pemanjangan akar yang ditandai dengan resin penukar anion. Tiga panah yang
berbeda menunjukkan tiga butir resin yang berbeda. Akar yang dikultur pada pH 4 untuk jam ke-
0 (a), ke-1 (b), ke-2 (c), ke-4 (d) dan ke-6 (e).
Gambar 7. Zona perpanjangan akar yang dikultur pada pH 4 (a, b) atau pH 6 (c). Jarak antara dua
tanda resin yang berdampingan pada jam ke-1 (), ke-2 (), ke-4 (), ke-6 () dan ke-8 ()
setelah perubahan media dilakukan, dan masing-masing nilai dibagi dengan jarak awal dari
penanda (pada jam ke-0) untuk menormalkan perbedaan dalam jarak awal. Nilai yang telah
dinormalisasi kemudian diplotkan pada posisi rata-rata dari dua penanda pada jam ke-0.
Gambar 8. Bagian longitudinal dari akar selada yang dikultur pada pH 6 (a) atau pH 4 (b) pada
jam ke-4. Bar = 0,3 mm.

Penentuan zona tumbuh dan posisi awal sel rhizodermal yang membentuk rambut akar di
masa yang akan datang

Hasil pada Gambar 5 tidak cukup untuk menyimpulkan bahwa pengurangan pertumbuhan
dengan pH rendah adalah penyebab pengurangan panjang sel longitudinal, karena distribusi zona
tumbuh tidak diketahui. Jika zona pertumbuhan ada di posisi yang lebih basal daripada zona
pembentuk rambut akar, maka pengurangan pertumbuhan yang disebabkan oleh pH rendah
bukanlah penyebab pengurangan pertumbuhan sel longitudinal. Informasi mengenai posisi zona
pertumbuhan juga dapat menentukan posisi awal sel rhizodermal yang membentuk rambut akar
pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, zona pertumbuhan ditentukan oleh pengukuran
perubahan jarak antara penanda resin yang berdekatan (Gambar 6). Dalam kasus akar yang
dikultur pada pH rendah, sel rhizodermal, yang diposisikan ca. 0,5 - 1,5 mm dari ujung akar pada
saat perubahan pH, dapat tumbuh (Gambar 7a dan 7b). Akar yang dikultur pada pH 6
menunjukkan distribusi yang sama dari zona tumbuh dengan laju pertumbuhan yang lebih tinggi
(Gambar 7c) daripada di pH 4. Hasil ini menunjukkan bahwa zona tumbuh didistribusikan di
posisi distal yang dekat dari zona pembentuk rambut. Seperti terlihat pada Gambar 2a,
pembentukan rambut yang paling kuat diamati pada ca. 2,0 mm dari ujung akar pada jam ke-5
setelah perubahan pH. Selama 5 jam, akar tumbuh sekitar 1,2 mm (lihat Gambar 5a). Oleh
karena itu, zona pembentuk rambut yang paling kuat terletak sekitar 0,8 - 1,0 mm dari ujung akar
pada saat perubahan pH. Yang terakhir, struktur akar di wilayah zona tumbuh dan zona
pembentukan rambut akar diamati menggunakan bagian tipis longitudinal (Gambar 8). Zona
ujung yang terletak 0,94±0,03 mm dari akar yang dikultur pada pH 6 ditutup dengan topi akar.
Perlakuan pH rendah tidak berpengaruh pada nilai ini. Meskipun demikian, pH rendah
menginduksi pengurangan panjang sel longitudinal dan peningkatan panjang sel transversal,
tidak hanya pada sel rhizodermal tetapi juga pada sel korteks (Gambar 8b). Hasil ini
menunjukkan bahwa sel rhizodermal yang baru saja meninggalkan perlindungan topi akar dapat
merespon kondisi pH rendah.

Pembahasan

Pada akar selada, formasi rambut akar yang disebabkan oleh kadar pH rendah pertama kali
diamati pada bagian 1,5 sampai 2,5 mm dari ujung akar, dan tidak pernah lebih jauh ke bagian
ujung yang lebih muda (Gambar 2). Bagian pertumbuhan sel rhizodermal terbatas pada ca. 0,5 -
1,5 mm dari ujung akar (Gambar 7). Oleh karena itu, zona pembentuk rambut yang telah
dijelaskan sebelumnya merupakan basal yang berdekatan dengan zona pertumbuhan. Hubungan
serupa antara zona tumbuh dan zona pembentuk rambut juga sudah dijelaskan (Farr 1928).
Perkiraan posisi awal rhizodermis pada saat penurunan pH yaitu sekitar 0,8 - 1 mm dari ujung
akar. Bagian ini merupakan basal yang berdekatan dengan ujung topi akar (Gambar 8). Hasil ini
menunjukkan bahwa sel-sel rhizodermal termuda yang kehilangan perlindungan topi akar
menjadi bereaksi terhadap kadar pH rendah. Sel-sel tersebut menampilkan rambut akar yang
menonjol setelah penghentian pertumbuhan longitudinal. Sel-sel rhizodermal yang terpapar oleh
kadar pH rendah setelah selesainya pertumbuhan longitudinal tidak mampu bereaksi. Kurangnya
kemampuan pembentukan rambut pada sel rhizodermal dewasa juga diakui oleh Cormack
(1962). Dalam akar selada, perbedaan trichoblast dapat dilihat pada posisi yang ditutupi oleh
topi akar, dan rambut akar yang menonjol pada posisi yang berada di ujung jaringan topi akar
(Volkmann dan Peters 1995). Dalam hal ini, rambut akar berbeda secara spontan. Oleh karena
itu, tutup akar tidak memiliki efek penghambatan pada perbedaan trichoblast dan memiliki efek
menekan pada pembentukan rambut akar.

Pada akar selada, cahaya juga penting dalam penyebab rambut akar (Inoue dkk, 2000, De
Simone dkk, 2000a). Ketika mikrobeam merah selebar 1 mm diberikan pada bagian yang
berbeda dari zona fotosensitif 5 mm distal dari akar selama 1 jam pada jam ke-3 setelah
penurunan kadar pH, sel rhizodermal yang terletak sekitar 1,7 mm dari ujung akar pada saat
iradiasi lampu merah dapat membentuk rambut akar terlepas dari posisi iradiasi microbeamnya
(De Simone dkk, 2000b). Posisi ini sedikit lebih tinggi dari posisi yang diperkirakan dalam
penelitian ini. Dalam penelitian ini, cahaya putih disinari dari awal proses kultur.

Menurut Phleum, sel protodermal prekursor membelah menjadi sel yang lebih panjang dan lebih
pendek, dan yang lebih pendek berdiferensiasi menjadi trichoblast (Avers 1963). Panjang sel
longitudinal dari rhizodermis selada juga menjadi pendek selama pembentukan rambut akar
(Gambar 4). Pola diferensiasi trichoblast seperti ini menurut Phleum tidak berlaku pada selada.
Sel-sel penginderaan kadar pH rendah yang diletakkan pada 0,9 - 1,0 mm dari ujung akar pada
saat penurunan kadar pH tidak pernah dibagi sebelum pembentukan rambut akar, dan lebih dari
80% sel rhizodermal membentuk rambut akar (Gambar 3). Sel-sel rhizodermal pendek terbentuk
karena penghambatan pemanjangan sel longitudinal yang disebabkan oleh kadar pH rendah. Sel-
sel rizodermal yang tumbuh pada pH 4 memiliki panjang setengah longitudinal tetapi sekitar dua
kali panjang transversal dibandingkan dengan sel-sel yang tumbuh pada pH 6 (Gambar 4 dan
Tabel 1). Volume sel rhizodermal yang dihitung menunjukkan tidak ada perbedaan antara sel
yang tumbuh pada pH 4 dan 6 (Tabel 1). Data ini menunjukkan bahwa pH rendah hanya
mengubah arah pertumbuhan sel rhizodermal dari longitudinal ke transversal.

Pola waktu pembentukan rambut akar yang disebabkan oleh pH rendah dalam selada dan diamati
menggunakan mikroskop optik menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kepadatan
rambut akar pada jam ke-6 setelah penurunan kadar pH dan menunjukkan kejenuhan pada sekitar
jam ke-24 (Inoue dkk, 2000). Pola waktu ini melambat dibandingkan dengan data saat ini
(Gambar 3). Dalam penelitian sebelumnya, penonjolan kecil primordium rambut akar yang
berbeda dengan rambut akar awal dalam penelitian ini diabaikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. M. Wada dari Tokyo Metropolitan University
atas bimbingan dan masukannya yang luar biasa mengenai metode menyiapkan potongan tipis.
Daftar Pustaka
Avers, C.J. 1963. Fine structure studies of Phleum root meristem cells. II. Mitotic asymmetry
and cellular differentiation. Am. J. Bot. 50: 140-148.
Bibikova, T.N., Jacob, T., Dahse, 1. and Gilroy, S. 1998. Localized changes in apoplastic and
cytoplasmic pH are associated with root hair development in Arabidopsis thaliana.
Development 125: 2925-2934.
Cormack, R.G.H. 1949. Development of root hairs in angiosperms. Bot. Rev. 15: 583-612.
Cormack, R.G.H. 1962. Development of root hairs in angiosperms: 2. Bot. Rev. 28: 446-464.
Cutter, E.G. 1978. Plant Anatomy. Partl, Cells and Tissues, 2nd ed. Edward Arnold, London.
De Simone, S., Oka, Y., Nishioka, N., Tadano, S. and Inoue, Y. 2000a. Evidence of
phytochrome mediation in the low-pH-induced root hair formation process in lettuce
(Lactuca safiva L. cv. Grand Rapids) seedlings. J. Plant Res. 113: 45-53.
De Simone, S., Oka, Y. and Inoue, Y. 2000b. Photoperceptive site of the photoinduction of root
hairs in lettuce (Lactuca sativa L. cv. Grand Rapids) seedlings under low pH conditions. J.
Plant Res. 113: 55-62.
Dolan, L., Janmaat, K., Willemsen, V., Linstead, P., Poethig, S., Roberts, K. and Scheres,
B. 1993. Cellular organization of the Arabidopsis thaliana root. Development 119: 71-84.
Esau, K. 1965. Plant Anatomy, 2nd ed. John Wiley & Sons, New York.
Farr, C.H. 1928. Root hairs and growth. Quart. Rev. Biol.
Gilroy, S. and Jones, D.L. 2000. Through form to function: root hair development and nutrient
uptake. Trends
Plant Sci. 5: 56-60.
Hofer, R.-M. 1996. Root hairs. In Y. Waisel, A. Eshel and U. Kafkafi, eds., Plant Roots. The
Hidden Half, 2nd ed., Marcel Dekker, New York, pp. 111-126.
Inoue, Y., Yamaoka, K., Kimura, K., Sawai, K.. and Arai, T. 2000. Effects of low pH on the
induction of root hair formation in young lettuce (Lactuca sativa L. cv. Grand Rapids)
seedlings. J. Plant Res. 113: 39-44.
Jaunin, F. and Hofer, R.-M. 1986. Root hair formation and elongation of primary maize roots
Physiol. Plant. 68 3: 343-376. 653-656.
Jones, D.L., Shaff, J.J. and Kochian, L.V. 1995. Role of calcium and other ions in directing
root hair tip growth in Limnobium stoloniferum. I. Inhibition of tip growth by aluminum.
Planta 197: 672-680.
Ridge, R.W. 1995. Recent developments in the cell and molecular biology of root hairs. J. Plant
Res. 108 399-
405.
Ridge, R.W. 1996. Root Hairs: Cell Biology and development. In Y. Waisel, A. Eshel and U.
Kafkafi, eds., Plant Roots. The Hidden Half, 2nd ed., Marcel Dekker, New York, pp. 127-
147.
Volkmann, D. and Peters, P. 1995. Structural basis of root hair formation: Early development
of trichoblasts and atrichoblasts. In Balugka, F. et a/., eds., Structure and Function of Roots,
Kluwer Academic Publishers, Dordrecht, pp. 61-67.
Wymer, C.L., Bibikova, T.N. and Gilroy, S. 1997. Cytoplasmic free calcium distributions
during the development of root hairs of Arabidopsis thaliana. Plant J. 12: 427-439.

Anda mungkin juga menyukai