Pembuatan Larutan Standar Permanganat
Pembuatan Larutan Standar Permanganat
Pembuatan Larutan Standar Permanganat
JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan Larutan Standar KMnO4 dan Penetapan Campuran Fe2+ dan
Fe3+
B. TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengetahui pembuatan larutan standar KMnO4
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara menstandarisasi larutan KMnO4
3. Mahasiswa dapat mengetahui penentuan campuran Fe3+ dan Fe2+
C. LANDASAN TEORI
Analisis kualitatif yang bertujuan utama untuk mengenal komposis atau
struktur suatu bahan kimia, cukup banyak jenisnya, sesuai dengan jenis bahan
kimia yang. Terdapat dalam sampel Analisis kualitatif untuk bahan organik
biasanya menjadi bagian dari suatu kajian dari kimia organic sehingga tidak
dimasukkan dalam bagian kimia analitik Bahan kimia dalam sampel anorganik
juga cukup banyak ragamnya sesuai dengan struktur dari bahan tersebut. Bahan
kimia anorganik molekuler berbeda cara penetapannya dengan bahan kimia
anorganik ionik. Analisis kualitatif kation dan anion secara sistemat istilahnya
sudah berkembang cukup lama. Berkat kajian yang dilakukan oleh Karl Remegius
Fresenius sejak tahun1840, yang kemudian diterbitkan sebagai buku pada tahun
1897. Langkah langkah analisi. Kation dan anion dapat dilakukan secara
sistematis melalui diagramalir, yang sampai saat ini menjadi standar untuk kajian
analisis kualitatif bahan anorganik (Ibnu, dkk. 2004: 34).
Analisis kimia kuantitatif memerlukan peralatan dengan tingkat akurasi
dan presisi yang tinggi. Selain itu juga memerlukan beberapa peralatan
laboratorium pendukung untuk keterlaksanaan dan keberhasilan analisis. Tahapan
yang perlu diperhatikan dalam analisis kuantitatif adalah sampling. pengubahan
cuplikan menjadi bentuk yang sesuai untuk diukur, pengukuran, dan perhitungan
serta interpretasi data hasil perhitungan (Pursitasari, 2014: 52).
Analisis kualitatif yang bertujuan utama untuk mengenali komposisi atau
struktur bahan kimia, cukup banyak jenisnya, sesuai dengan jenis bahan kimia
yang sesuai dengan apa yang terdapat dalam sampel. Analisis kation dan anion
sering kali dapat dibantu oleh diagram alir, yang menggambarkan langkah-
langkah sistematis untuk mengidentifikasi jenis anion dan kation. Diagram alir
untuk analisis kation lebih sistematis dibandingkan diagram alir analisis anion.
Dalam diagram alir analisis kualitatif anion dan kation dimulai dari ion yang
ditanyakan pereaksi yang perlu ditambahkan kondisi eksperimen dan minus kimia
produk yang dihasilkan. Dalam kerjala boratorium yang berkaitan dengan analisis
ion sangat penting mengikuti urutan dari langkah-langkah analisis yang telah
ditetapkan dalam diagram alir (Ibnu, 2004: 35).
Keperluan analisis kuantitatif perlu dilakukan standardisasi terhadap
larutan standar sekunder sebelum larutan tersebut digunakan sebagai larutan
standar dalam analisis analit. Larutan standar dalam titrimetri memegang peranan
yang amat penting. Larutan standar merupakan istilah kimia yang menunjukkan
bahwa suatu larutan telah diketahui konsentrasinya dengan pasti. Hal ini berarti
konsentrasi larutan standar adalah tepat dan lebih akurat. Larutan standar
dibedakan me njadi dua macam yaitu larutan standar primer dan larutan standar
sekunder. Larutan standar primer adalah suatu larutan standar yang
konsentrasinya diperoleh dengan cara menimbang. Sedangkan Larutan standar
sekunder adalah suatu larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara
mentitrasinya dengan larutan standar primer (Pursitasari. 2014: 51-52).
Kalium permanganat telah atau sudah digunakan sebagai zat pengoksida
secara meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah di peroleh murah, dan
tak memerlukan indicator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer.
Setelah permangat 0,1N memberikan warna merah muda yang tampak kepada
larutan yang volumenya lazim digunakan dalam titrasi. Warna ini digunakan
untuk menyatakan berlebihnya dalam regeansi itu. Permanganate itu bereaksi
secara beraneka, karena mangan dapat memiliki atau mempunyai keadaan atau
tingkat oksidasi +2, +3, +4, +6 dan+7 (Day, Jr dan Underwood. 1986: 293).
Titrasi permanganometri merupakan titrasi redoks yang menggunakan
larutan standar larutan kalium permanganat (KMnO4). Kalium permanganat
merupakan oksidator yang mudah diperoleh murah. dan tidak memerluka
nindikator (autoredoks) untuk menunjukkan perubahan warna yang terjadi.
Setetes larutan KMnO4 0,1 N memberikan warna merah muda yang jelas. Apabila
belum tercapai titik ekuivalen, maka warna tersebut akan hilang kembali ketika
dilakukan pengadukan atau pengacakan. Pada saat warna larutan analit berubah
menjadi merah muda dan warna tersebut relatif permanen. Larutan kalium
permanganat merupakan larutan standar sekunder karena larutan tersebut mudah
terurai oleh cahaya, temperatur tinggi, dan asam atau basa. Oleh karena itu,
larutan. Kalium permanganat harus distandarisasi terlebih dahulu sebelum
digunakan untuk analisis kimia (Pursitasari, 2014: 170).
Reaksi yang paling lazim dijumpai dalam laboratorium pengantar adalah
yang pertama, reaksi dalam larutan yang sangat asam. Permanganat bereaksi
dengan cepat dengan banyak zat pereduksi, namun beberapa zat memerlukan
pemanasan atau katalis untuk mempercepat reaksi. Seandainya banyak reaksi itu
tidak lambat, akan dijumpai lebih banyak kesulitan dalam menggunakan reagensia
ini. Misalnya permanganat merupakan zat pengoksid yang cukup kuat untuk
mengoksidasi Mn(II) menjadi MnO2. Sedikit kelebihan permanganat yang ada
pada titik akhir suatu titrasi telah cukup untuk menimbulkan pengendapan MnO2.
Jika reaksi berlangsung lambat sehingga biasanya MnO2 tidak diendapkan pada
titik akhir titrasi permanganat (Day, 1986: 294).
Titrasi permanganometri merupakan titrasi redoks yang menggunakan
larutan standar larutan kalium permanganate (KMnO4). Kalium permanganate
merupakan oksidator yang mudah diperoleh murah. dan tidak memerlukan
indikator (autoredoks) untuk menunjukkan perubahan warna yang terjadi.
Mengapa demikian? Setetes larutan KMnO4 0,1 N memberikan warna merah
muda yang jelas. Apabila belum tercapai titik ekuivalen, maka warna tersebut
akan hilang kembali ketika dilakukan pengadukan atau pengacakan. Pada saat
warna larutan analit berubah menjadi merah muda dan warna tersebut relatif
permanen, maka Anda harus segera menghentikan proses titrasi. Larutan kalium
permanganat merupakan larutan standar sekunder karena larutan tersebut mudah
terurai oleh cahaya, temperatur tinggi, dan asam atau basa. Oleh karena itu,
larutan Kalium permanganate harus distandarisasi terlebih dahulu sebelum
digunakan untuk analisis kimia (Pursitasari, 2014: 170).
Kalium permanganat merupakan oksidator kuat yang dapat bereaksi
dengan cara yang berbeda-bada, tergantung dari pH larutannya. Kekuatannya
sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai dengan reaksiyang terjad ipada pH
yang berbeda itu. Reaksi yang bermacam ragam ini disebabkan oleh keragaman
valensi mangan dari 1sampai dengan 7 yang semuanya stabil kecuali valensi 1 dan
5. Kebanyakan titrasi dilakukan dalam keadaan asam menurut a; di samping itu
ada beberapa titarasi yang sangat penting dalam suasana basa untuk bahan-bahan
organik. Daya oksidasi MnO-, dalam keadaan ini lebih kecil sehingga letak
kesetimbangan kurang menguntungkan. Untuk menarik kesetimbangan ke arah
hasil titrasit, titrat Ditambah Ba2+ yang dapat mengendapkan ion MnO42-,
sebagai BaMnO4. Selain Menggeser kesetimbangan kekanan pengendapan ini
juga mencegah reduksi MnO42- itu lebih lanjut (Harjadi, 1986: 219).
Warna larutan KMnO4 sangat kelam dan dipakai untuk menunjukkan titik
akhir. Hanya 0,01-0,02 mL KMnO4 0,02 M sudah cukup untuk memberikanwarna
yang Tampak dalam lOO mL air (2-4 x 10-6 M). Selama titrasi berlangsung
KMnO4 lenyap bereaksi, tetapi setelah titrat habis, maka kelebihan setetes KMnO 4
menimbulkan warna yang dengan mudah dapat dipaka sebagai penunjuk
berakhirnya titrasi. Warna pada titik akhir ini tidak tetap bertahan, setelah
beberapa lama lenyap akibat reaksi antara kelebihan MnO4- tadi dengan ion Mn2+
hasil tirasi
2H2O + 2MnO4- + 3Mn2+ 5MnO2 + 4H+
Dengan konstanta kesetimbangan besar (1047). Namun karena reaksinya sangat
lambat, warna tidak segera hilang dan tidak perlu menimbulkan keraguan apakah
benar telah mencapai titik akhir (Harjadi, 1986: 221).
Reaksi antara larutan kalium permanganat dengan suatu reduktor
menghasilkan senyawa mangan dengan beberapa jenis bilangan oksidasi. jumlah
bilangan oksidasi mangan yang dihasilkan tergantung pada pH larutan seperti
tampak pada reaksi reduksi berikut ini:
+ 2+
MnO4 + 8H + 5e Mn + 4H 2O Eo = 1,51 V (Suasana Asam Kuat)
+ 3+
MnO4 + 8H + 4e Mn + 4H2O Eo = 1,50 V (Suasana Asam )
+
MnO4 + 4H + 3e MnO2 + 2H 2O Eo = 1,70 V (pH 2-12)
2-
MnO4 + e MnO4 Eo = 0,56 V (Suasana Basa Kuat)
Reaksi (2) dan (4) relatif kurang stabil dibandingkan dengan reaksi (1) dan [3).
Dengan demikian larutan standar KMnO4 akan berubah menjadi ion Mn 2+ pada
suasana asam kuat, sedangkan pada suasana basa berubah menjadi mangan
dioksida [MnO2]. Larutan kalium permanganat merupakan larutan standar
sekunder karena larutan tersebut mudah terurai oleh cahaya, temperatur tinggi,
dan asam atau basa. Oleh karena itu, larutan kalium permangan harus
distandarisasi terlebih dahulu sebelum digunakan dalam analisis kimia
(Pursitasari, 2014: 170).
Kristal KMnO4 untuk pembuatan larutan sering sudah terkontaminasi
dengan MnO2; di samping itu MnO2 juga mudah terbentuk di dalam larutan karena
adanya Berbagai bahan organik. Maka pada pembuatan larutannya. Sesudah
kristal larut. Sebaiknya larutan dipanaskan untuk mempercepat oksidasi zat-zat
organic; setelah dingin larutan disaring untuk memisahkan MnO2 Tentu
penyaringan ini tidak boleh menggunakan kertas saring karena mudah teroksidasi.
Selanjutnya larutan disimpan dalam botol berwarna gelap dan tanpa penam bahan
basa. Standarrisasi ulang perlusering dilakukan. (Harjadi, 1986: 221).
Kation besi dalam larutan berbentuk Fe 2+ dan Fe3+ terhidrat disamping
dalam bentuk senyawanya. Potensial reduksi standardari besi dalam keadaan
larutan adalah sebagai berikut.
Fe2+ + 2e Fe Eo = 0,440 V
Fe(OH)2 + 2e Fe + 2OH- Eo = -0,877 V
Fe3+ + 2e Fe2+ Eo = +0,771 V
Fe(OH)3 + e Fe(OH)2 + OH- Eo = 0,56 V
Oksidasi dari unsur menjadi besi(II) dan ion besi(III) menjadi besi(III) lebih
mudah berlangsung dalam suasana basa dibandingkan suasana asam. Dalam
suasana asam unsur besi mudah dioksidasi menjadi besi(II), tetapi untuk
mengoksidasi besi(II) menjadi besi(III) diperlukan oksidator kuat. Unsur besi.
besi(III) dan besi(II) dalam larutan membentuk kesetimbangan heterogen (ibnu,
dkk. 2004: 75).
Besi yang murni adalah logam berwarna putih-perak, yang kukuh dan liat.
Ia melebur pada 1535oC. Jarang terdapat besi komersial yang murni; biasanya
besi mengandung sejumlah kecil karbida, silisida, fosfida dan sulfide dari besi
sertasedikit grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting dalam
kekuatan struktur besi. Besi dapat dimagnitkan. Asam klorida encer atau pekat
dan asam sulfat encer melarutkan besi, pada mana akan dihasilkan garam-garam
besi (II) dan gas hidrogen. Besi membentuk dua deret garam yang penting.
Garam-graam dari besi (II) (atau fero) diturunkan dari besi (II) oksida, FeO.
Dalam larutan, garam- garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit
hijau. Ion besi (II) dapat mudah dioksidasi menjadi besi (III), maka merupakan zat
pereduksi yang sangat kuat. Garam-garam besi (III) (atau feri) diturunkan dari
besi (III), Fe2O3. Mereka lebih stabil dari pada garam besi (II). Dalam larutannya,
terdapat kation-kation Fe3+ yang berwarna kuning muda; jika larutan tersebut
mengandung klorida, warna menjadi semakin kuat. Zat-zat pereduksi akan
mengubah ion besi (II) menjadi besi (III) (Svehla, 1985: 257).
Senyawa besi(Il) memiliki kemiripan sifat dengan senyawa mangandl).
kobalt&) dan nikel (II), sedangkan senyawa besi(III) memiliki kemiripan sifat
dengan senyawa aluminium(III) dan kromium (III). Dalam larutan. hidrat besi (II)
berwama hijau yang hanya terlihat bila konsentrasinya besar, hidrat besi (III)
berwarna coklat, tetapi karena terbentuknya koloid besi(III) oksida akan teramati
warna kuning hingga coklat kemerahan (ibnu, dkk. 2004: 75).
Senyawa besi(II)-fenantrolin terbentuk ion besi (ferro) yang membentuk
kompleks dengan ligan 1,10-fenantrolin. Ion besi berupa Fe2+ didapat dari
mereduksi Fe3+ menggunakan pereduksi natrium tiosulfat.
2Fe3+(aq) + 2S2O32-(aq) ❑ 2+ 2-
↔ 2Fe (aq) + S4O6 (aq)
Dianawati, N. & Sugiarso, R.D. 2015. Penentuan Kadar Besi Selama Fase
Pematangan Padi Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Jurnal Sains
dan Seni ITS. Vol 4. No. 2.
Rifki, A. & Djarot R. Pengaruh Penambahan Al3+ dalam Penentuan Analisa Fe2+
pada pH 4,5 dengan Pengompleks 1,10-Fenantrolin secara
Spektrofotometri Sinar Tampak. Jurnal Sains dan Seni POMITS. Vol. 2
No. 2.
Svehla, R. 1985. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Makro. Jakarta: PT. Kalman media pusaka
Underwood, A.L & Day Jr, R.A. 1986. Analisi Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Kimia Analitik I dengan judul “Spot Test”
disusun oleh:
nama : Nurfadini
NIM : 1813042009
kelas : Pendidikan Kimia A
kelompok : III (Tiga)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan
dinyatakan telah memenuhi syarat sebagai laporan lengkap untuk diberi penilaian.
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab