Anda di halaman 1dari 20

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap Praktikum Kimia Organik II dengan judul “Pembuatan


Iodoform” yang disusun oleh:
Nama : Feby Indayani
NIM : 1513040008
Kelas / Kelompok : Pendidikan Kimia B / IV (Empat)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan
dinyatakan diterima.

Makassar, November
2016
Koordinator Asisten Asisten

Putra Siar Dini Puspita Sari


NIM. 1313141013 NIM. 1213140002

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dra.Hj.Ramdani, M.Si
NIP. 19630221 198803 2 001
A. JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan Iodoform

B. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat memahami
mengenai:
1. Prinsip kerja dan teknik-teknik kristalisasi zat padat organik
2. Reaksi haloform
3. Kegunaan reaksi haloform untuk pembuatan haloform dan asam karboksilat,
dan untuk menunjukkan adanya gugus CH3CO dan CH3CHOH.

C. LANDASAN TEORI
Karbon dapat membentuk senyawa lebih banyak di bandingkan unsur lain.
Sebab atom karbon tidak hanya dapat membentuk ikatan karbon-karbon tunggul,
rangkap dua dan rangkap tiga, tetapi juga bisa di bandingkan unsur lain
membentuk struktur rantai dan cincin. Cabang ilmu kimia yang mempelajari
senyawa karbon adalah kimia organik. Penggolongan senyawa organik dapat
dibedakan menurut gugus fungsi yang dikandungnya. Gugus fungsi adalah
sekelompok atom yang menyebabkan prilaku kimia molekul induk. Molekul yang
berbeda mengandung gugus (atau gugus-gugus) fungsi yang sama mengalami
reaksi yang sama atau serupa jadi, dengan mempelajari sifa-sifat khas beberapa
gugus fungsi, kita dapat belajar dan memahami sifat-sifat dari banyak senyawa
organik (Chang, 2004:332).
Beberapa bahan alam mengandung senyawa halogen organik, tetapi pada
umumnya senyawa halogen banyak dibuat didalam laboratorium senyawa ini
dapat dibuat melalui halogenasi alkana dan senyawa aromatik atau melalui adisi
hidrogen halida pada alkena dan alkuna. Senyawa-senyawa halogen organik
merupakan senyawa-senyawa yang penting dalam reaksi organik, karena senyawa
ini merupakan bahan dasar untuk membuat senyawa-senyawa yang lebih penting
atau lebih berguna, seperti insektidasi, pencegah-api, refrigeran dan lain-lain
sebagainnya (Rasyid, 2009:109).
Halogenasi merupakan pemasukan atom hidrogen kedalam suatu molekul
organik dengan cara subsitusi atau penghalogenan. Haloform merupakan suatu
istilah kumpulan trihalogen turunan metana, umpama floroform, kloroform,
bromoform, iodoform. Iodoform atau disebut juga dengan CHI3 merupakan zat
padat hablur yang berwarna kuning dengan bau khas, yang juga merupakan anti
septik lemah (Pudjaatmaka, 2002:291-333).
Sistem IUPAC, suatu alkil halida diberi nama dengan suatu awalan
halo.banyak alkil halida yang lazim, mempunyai gugus-fungsional trival.Dalam
nama-nama ini, nama gugus alkil disebut lebih dahulu, diikuti nama halidanya.
Tabel 1. Nama dan sifat fisika beberapa alkana terhalogenasikan
Nama IUPAC Nama Trival Rumus Td, 0C Rapatan 200C
g/mL
Klorometana Metil klorida CH3Cl -24 Gas
diklorometana Metilena klorida CH2Cl2 40 1,34
Triklorometana Kloroform CHCl3 61 1,49
Tetraklorometan Karbon CCl4 77 1,60
a
Bromometana Tetraklorida CH3Br 5 Gas
Iodometana Metil bromida CH3I 43 2,28
Metil iodida
(Rasyid,2009:109).
Senyawa karbonil seperti CH3-CHO,CH3-CO dan lainnya, direaksikan
dengan halogen dalam suasana basa(alkali) akan membentuk (CHX3).Reaksi ini
bisa dikenal sebagai reaksi haloform.Reaksi ini berlaku untuk semua senyawa
yang mengandung gugus asetil yang berikatan dengan atom karbon atau atom
hidrogen, atau senyawa yang bila dioksidasi menghasilkan turunan gugus asetil
seperti etil alkohol, asam asetat dan sebagainya.
Langkah-langkah reaksi haloform
a. Oksidasi etil alkohol oleh klorin menjadi asetaldehida:
CH3 – CH2 – OH + Cl2 CH3 – CHO – 2HCl
b. Klorinasi aldehida membentuk trikloroasetadehid:
CH3 – CHO + 3 HCl2 CCl3 – CHO – 3 HCl
c. Hidrolisis trikloroasetaldehida suasana basa (kalium hidroksia):
CCl3 – CHO + Ca(OH)2 2CHCl3 + (HCOO)2Ca
Klorinasi aseton menjadi trikloroaseton
i. CH3 –CO – CH3 – 3Cl2 CCl3 – CO – CH3 – 3HCl
ii. CCl3 – CO – CH3 – Ca(OH)3 2CHCl3 + (CH3-COO)2Ca
(Riswiyanto,2009:93).
Pembuatan iodoform terjadi suatu reaksi yaitu reaksi pengendapan yaitu
terbentuknya produk yang tak larut atau endapan yang terpisah dari larutan. Kita
dapat meramalkan apakahendapan dapat terbentuk atau tidak ketika dua larutan
direaksikan atau suatu senyawa ditambahkan dalam suatu larutan. Hal itu
tergantung pada kelarutan (solubility) dari zat terlarut, yaitu jumlah maksimum
zat terlarut yang akan larut pada suhu tertentu atau tidak ada reaksi antara hasil
produk reaksi. Para ahli kimia membagi zat-zat secara kualitatif sebagai dapat
larut, sedikit larut, atau tak larut. Zat dapat larut jika zat tersebut melarutkan
ketika ditambah pelarutnya dan jika tidak larut, zat tersebut dapat dikatakan
sebagai zat yang sedikit larut atau tidak dapat larut (Chang, 2004:93).
Uji iodoform biasa digunakan untuk mengetahui apakah sutu senyawa
memiliki struktur metil keton. Uji iodoform merupakan pereaksi yang terdiri dari
iodin dan natrium hidroksida (natrium hipoiodit)
R
C CH3
O
Hasil uji ini akan menghasilkan endapan berwarna kuning dari iodoform. Reaksi
reaksi yang berlangsung pada pembentukan iodoform adalah:
R R
C CH3 + 3NaOH + NaOH
C Cl 3
O O

R
+ NaOH - +
C Cl 3 RCOO Na + CHI 3
endapan kuning
O

H CH 3
R C R=H, alkil, atau aril

OH
Senyawa alkohol yang dapat dioksidasi menjadi metil keton akan memberikan
hasil positif terhadap uji iodoform (Riswiyanto, 2009:254).
Keunggulan kristalisasi pelarut adalah penggunaan suhu rendah dan
mudah diaplikasikan dengan peralatan sederhana. Pelarut digunakan pada tahap
kristalisasi. Pada tahap ini, terjadi proses kristalisasi komponen-komponen yang
tidak larut dalam pelarut dan mempunyai titik beku yang lebih tinggi dari suhu
yang digunakan akan membeku dan membentuk kristal. Pelarut berperan penting
untuk menurunkan viskositas. Viskositas yang rendah menyebabkan perpindahan
massa menjadi mudah sehingga proses kristalisasi bersifat efisien. Hal ini akan
mempermudah proses separasi komponen yang diinginkan. Jenis pelarut berperan
penting pada proses kristalisasi karena pelarutan merupakan faktor penting pada
proses kristalisasi. Kelarutan suatu komponen dalam pelarut ditentukan oleh
polaritas masing-masing (Ahmadi, 2010:2).
Kristalisasi adalah suatu pembentukan partikel padatan di dalam sebuah
fasa homogen pembentukan dapat terjadi dari fasa uap, seperti pada proses
pembentukan kristal salju atau sebagai pemadatan suatu cairan pada titik lelehnya
atau sebagai karistalisasi dalam suatu larutan (cair). Kristalisasi merupakan salah
satu proses pemurnian dan pengambilan hasil dalam bentuk padat. Dewasa ini
kristalisasi menjadi suatu proses industri yang sangat penting, karena semakin
banyak hasil industri kimia yang dipasarkan dalam bentuk kristal. Bentuk kristal
semakin banyak diminati karena kemurniannya yang tinggi, dengan bentuk yang
menarik serta mudah dalam pengepakan dan tansportasi. Dari segi kebutuhan
energi, kristalisasi memerlukan energi lebih sedikit dibandingkan destilasi atau
metode pemisahan yang lain kristalisasi dari suatu larutan merupakan proses yang
sangat penting karena ada berbagai macam bahan yang dipasarkan dalam bentuk
kristalin, secara umum tujuan kristalisasi adalah untuk memperoleh produk
dengan kemurnian tinggi dan dengan tingkat pemungutan (yield) ang tinggi pula
(Fachry,2008:9).
Kristalisasi dikategorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisen.
Pada umumnya tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk pemisahan dan
pemurnian. Adapun sasaran dari proses kristalisasi adalah menghasilkan produk
kristal yang mempunyai kualitas seperti yang diinginkan. Kualitas kristal antara
lain dapat ditentukan dari tiga parameter yaitu distribusi ukuran kristal (crystal
size distribution. CSD). Kemurnian kristal (crystal purity) dan bentuk kristal
(crystalhabit/shape). Pada proses kristalisasi dapat diperoleh dari lelehan atau
larutan. Dari kedua proses ini yang paling dijumpai di industri adalah kristalisasi
dari larutan (Setyopratomo, 2003:18).
Endapan merupakan zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat
keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa kristal (kristalin) atau koloid dan
dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan atau pemusingan (centrifuge).
Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang
bersangkutan. Kelarutan (S) suatu endapan menurut defenisi adalah sama dengan
konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai
kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan bahan lain dalam larutan dan
pada komposisi pelarut (Svehla, 1979:72).
Tujuan pencucian endapan adalah menghilangkan kontaminasi pada
permukaan. Komposisi larutan pencuci tergantung pada kecenderungan terjadinya
peresipitasi. Untuk pencucian digunakan larutan elektrolit kuat, dan dia harus
mengandung ion sejenis dengan endapan untuk mengurangi kelarutan endapan.
Larutan tersebut harus juga mudah menguap agar mudah untuk menimbang
endapannya. Garam amonium dapat digunakan sebagai cairan pencuci. Larutan
panas lebih disukai. Mencuci berulang-ulang lebih efektif dibandingkan sekali
pencucian dengan volume total yang sama ( Khopkar, 2010:31).
Karakteristik larutan yang dapat digunakan untuk pencucian endapan
sebagai berikut :
a. Larutan yang dapat mencegah endapan berubah menjadi partikel koloid.
Kecenderungan endapan berubah menjadi partikel koloid sering terjadi pada
endapan mirip geletin, tetapi jarang pada endapan yang berbentuk kristal.
b. Larutan yang dapat mengurangi kelarutan endapan. Larutan pencuci yang
dapat digunakan adalah larutan yang mengandung satu ion sekutu dengan
endapan.
c. Larutan yang dapat mencegah hidrolisis garam. Jika endapan yang dihasilakn
berupa garam dari hasil asam lemah dan endapan tersebut sedikit larut, maka
endapan cenderung terhidrolisis menghasilkan larutan basa. Oleh karena itu,
cairan pencuci yang digunakan harus bersifat basa (Pursitasari, 2014:78).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Neraca analitik 1 buah
b. Kaca arloji 1 buah
c. Gelas kimia 250 mL 1 buah
d. Labu erlenmeyer 500 mL 1 buah
e. Labu erlenmeyer 250 mL 1 buah
f. Batang Pengaduk 1 buah
g. Corong biasa 1 buah
h. Gelas kimia 1000 mL 1 buah
i. Hot plate 1 buah
j. Pipet tetes 4 buah
k. Gelas ukur 10 mL 2 buah
l. Kaki tiga dan kasa asbes @1 buah
m. Pembakar bunsen 1 buah
n. Botol semprot 1 buah
o. Lap kasar dan lap halus @1 buah
p. Spatula 1 buah
q. Alat thile 1 buah
r. Termometer 300oC 1 buah
s. Melthing point 1 buah
t. Stopwatch 1 buah
2. Bahan
a. Kristal kalium Iodida (KI)
b. Natrium Hipoklorida (NaOCl) 5%
c. Aseton (CH3COCH3)
d. Aquades ( H2O )
e. Kertas saring biasa
f. Pipa kapiler
g. Aluminium foil
h. Tissue

E. PROSEDUR KERJA
a. Sebanyak 9 gram KI ditimbang dandilarutkan dengan menggunakan 100 mL
aquades
b. Sebanyak 3 mL aseton ditambahkan kedalam larutan KI.
c. Sebanyak 150 mLNatrium hipoklorida5% ditambahkan perlahan-lahanlarutan
sampai zat padat iodoform tidak terbentuk lagi
d. Larutandidiamkannya selama 10 menit.
e. Kertas saring ditimbang
f. Larutan disaring dengan mengunakan corong biasa yang dilengkapi kertas
saring.
g. Larutan dicuci dengan menggunakan air sebanyak dua kali dan
h. Kristal yang diperoleh dikeringkan dengan menggunakan hot plate
i. Kristal yang diperoleh ditimbang
j. Kristal iodoform yang dihasilkan dimasukkankedalam pipa kapiler kemudian
dimasukkan kedalam alat thiele.
k. Titik lelehnya ditentukan

F. HASIL PENGAMATAN

No Perlakuan Hasil Pengamatan


1. 9 gram KI + 100 mL aquades Larutan bening dan homogen
2. Larutan KI + 3 mL aseton Larutan bening dan homogen
Larutan + 150 mL larutan Berwarna kuning dan hilang. Setelah
3. natrium hipoklorit 5% sambil dikocok larutan berwarna kuning
dikocok jernih
Larutan didiamkan selama 10 Larutan bening dan terdapat endapan
4.
menit kuning (iodoform) dan berbau khas
Disaring dengan kertas saring Terdapat endapan iodoform
5.
biasa berwarna kuning
6. Dicuci dengan air panas Endapan iodoform berwarna kuning
7. Berat kertas saring kosong 0,5600 gram
8. Berat kristal + kertas saring 1,1240 gram
Berat kristal iodoform (Berat kristal + kertas saring) – berat
kertas saring kosong
9.
= 1,1240 gram – 0,5600 gram
= 0,564 gram
10. Pengujian titik leleh 117°C - 120°C

G. ANALISIS DATA

Dik: Massa KI = 9 gram

BM KI =166 gram/mol

Volume aseton = 3 mL

ρaseton = 0,792 g/mL

BM aseton =58 g/mol

Massa CHI3 = 0,564 gram

BM CHI3 = 393,73 g/mol

 NaOCl = 150 mL

ρ NaOCl = 2,5g/mL

BM NaOCl = 74,5g/mol

Dit: % Rendemen =...?

Peny:

Massa aseton = ρaseton X  aseton

= 0,792 g/mLX 3 mL

= 2,376 gram
Mol aseton= ❑

=❑

= 0,041 mol

Mol KI =❑

=❑

= 0,05 mol

Massa NaOCl = ρ NaOCl X  NaOCl

= 2,5g/mLX 150 mL

= 375 gram

Mol NaOCl =❑

Mol NaOCl =❑

Mol NaOCl = 5,03 mol

Adapun reaksinya yaitu :

CH3COCH3 + 3KI + NaOCl CH3CONa + 3KCl + CHI3 + 2NaOH


M
ula-mula :0,04 0,055,03 - - - -

Rx : 0,020,05 0,02 0,020,05 0,02 0,03

Sisa : 0,02 5,01 0,02 0,050,02 0,03

Massa CHI3 secara teori

Massa CHI3 = mol CHI3 BM CHI3

=0,02mol 394 g/mol


= 7,88 gram

=❑
❑  100%
% Rendemen

=❑
❑  100%
= 7,56 %

H. PEMBAHASAN
Iodoform merupakan senyawa yang dibuat dari reaksi iodin dengan
etanol/aseton dan asetaldehid dalam suasana basa. Pecobaan pembuatan iodoform
dengan tujuan untuk mengetahui prinsip kerja dan teknik-teknik kristalisasi zat
padat organik, mengetahui reaksi haloform dan mengetahui kegunaan reaksi
haloform untuk pembuatan haloform dan asam karboksilat, dan untuk
menunjukkan adanya gugus CH3CO dan CH3CHOH. Prinsip dari percobaan ini
adalah gugus keton atau alkanon dengan larutan hipohalida akan menghasilkan
senyawa iodoform atau trihalometana, titik lebur dari iodoform sebesar 1200˚C
dan prinsip kerjanya adalah penimbangan, pelarutan, pengocokan,
pengendapan,penyaringan, pencucian, pengeringan dan pengujian titik leleh.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan kristal KI yang dilarutkan
dengan air. KI berfungsi untuk membebaskan iod dimana KI yang merupakan
penyedia I- dapat bereaksi, menghasilkan larutan bening. Penambahan air
berfungsi untuk membuat larutan menjadi homogen atau melarutkan KI secara
sempurna. Penambahan air juga dilakukan karena aseton merupakan suatu zat
yang mudah menguap sehingga dengan penambahan air diharapkan penguapan
berkurangatau bila terjadi penguapan volume aseton yang diperlukan pada reaksi
tidak berkurang. Kemudian larutan ditambahkan dengan aseton yang berfungsi
sebagai bahan pada pembuatan iodoform (gugus metil keton). Dimana aseton
bersifat mudah menguap, jadi pada saat penambahan aseton di lakukan dengan
hati-hati dan tidak dibiarkan di udara bebas dalam waktu lama. Larutan campuran
ditambahkan dengan NaClO secara perlahan-lahan sambil dikocok. Penambahan
sedikit demi sedikit dan sambil dikocok untuk memperoleh hasil yang bagus dari
reaksi akibat dari terjadi tumbukan antar molekul-molekul yang terdapatdalam
campuran. NaClO berfungsi untukmembentuk NaOI. Dimana KI bereaksi dengan
NaClO membentuk KCl dan NaOI.Selanjutnya NaOI ini akan terurai dalam
larutan membentuk NaO+ dan I- .Setelah penambahan aseton I- akan bereaksi
dengan aseton menghasilkan CH3COCI3 kemudian bereaksi kembali dengan NaO-
dan H dari gugus aseton membentuk CH3CONa yang merupakan gugus garam
karbosilat dan juga membentuk CHI3 yang merupakan iodoform. Hasil dari
perlakuan tersebut yaitu larutan kuning keruh dan terdapat endapan kuningdan
setelah didiamkan selama sepuluh menit endapan kuning dengan larutan bening
atau tak berwarna. Tujuan dari pendiaman selama 10 menit yaitu agar pemisahan
antara kristal dengan larutannya berlangsung baik dan efektif dan agar endapan
yang terbentuk terendapkan semua.
Endapan kuning yang diperoleh merupakan iodoform tapi belum diketahui
derajat kemurniannya. Selanjutnya larutan disaring dengan corong biasa yang
dilengkapi dengan kertas saring biasa. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan
kristal yang diperoleh dengan zat pengotornya dan agar memperoleh kristal
iodoform dalam keadaan murni. Larutan kemudian dicuci dengan menggunakan
air panas untuk mengikat sisa-sisa garam yang merupakan hasil reaksi lain yang
masih terdapat pada iodoform sehingga yang diperoleh benar-benar murni. Kristal
yang diperoleh dikeringkan dengan menggunakan hot plate untuk membantu
proses pengeringan yang lebih cepat. Setelah itu kristal ditimbang dan di peroleh
kristal sebesar 0,564 gram dengan rendemen 11,93%.Hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengan teori bahwa berat iodoform yang seharusnya yaitu 4,725 gram. Hal
ini disebabkan karena aseton dan iodine tidak bereaksi secara sempurna yang
mengakibatkan tidak semua membentuk iodoform dan pengocokan juga sangat
mempengaruhi pembentukan iodoform. Titik leleh yang diperoleh 117-120oC.
Sedangkan menurut teori titik leleh dari Kristal iodoform murni yaitu 119-123◦C.
Titik leleh yang diperoleh hampir sama dengan titik leleh menurut teori. hal ini
disebabkan karena masih terdapat zat pengotor didalan kristal dimana titik leleh
zat pengotor lebih tinggi daripada titik leleh kristal sehingga kristal telah habis
meleleh sedangkan zat pengotornya belum meleleh secara keseluruhan.Kristal
iodoform yang diperoleh yakni berwarna kuning, berbentuk serbuk dan
mempunyai bau yang khas yakni bau iodoform itu sendiri. Dimana menurut teori
bentuk dari kristal iodoformyaitu berbentuk serbuk dan berwarna kuning.Adapun
mekanisme reaksi pada pembentukan iodoform yaitu:
NaOCl + KI NaOI+ KCl

O O
CH3 C CH3 + NaOI CH3 C CH2I + NaOH

O O
CH3 C CH2 I+ NaOI CH3 C CHI2 + NaOH

O O
CH3 C CHI2 + NaOI CH3 C CI3 + NaOH

O O
CH3 C CI3 + NaOH CH3 C Na + CHI 3

(N a triu m E ta n o a t) ( Io d o fo r m )

1. Pengujian Iodoform
Pengujian iodoform yang terdiri dari isopropil alkohol, uji asetofenon, dan
uji etil asetot asetat. Untuk pengujian isopropil alkohol. Larutan uji direaksikan
dengan dioksi dan NaOH. Dioksi berfungsi sebagai reagen dan NaOH berfungsi
mengendapkan iodoform, sebagai zat yang dapat mempercepat reaksi dan
memberi suasana basa. Kemudian direaksikan dengan KI-I2, fungsi KI-I2 yaitu
sebagai penyedia iodida. Pemanasan pada suhu 600oC. yang bertujuan untuk
mempercepat terbentuknya endapan. Setelah itu larutan ditambahkan dengan
NaOH encer. NaOH encer berfungsi untuk penghilang kelebihan iodium. Uji
positif akan menghasilkan endapan kuning.Reaksinya adalah:

CH3 O O
OH NaOI ONa +
OH CH3 C CH3 CH3 C CHI3
CH3 CH I2

Pengujian keduadengan menggunakan asetofenon yang kemudian


ditambahkan dengan dioksi yang bertindak sebagai pelarut dan NaOH 10%
menghasilkan larutan bening dan terdapat gelembung gas. Fungsi NaOH yaitu
untuk mempercepat reaksi. Setelah itu larutan ditambahkan dengan KI-I2 yang
berfungsi untuk menyederhanakan gugus iodida. Larutan kemudian dipanaskan
pada suhu 600oC, selama beberapa menit untuk mempercepat reaksi.Pengujian
Asetofenon secara teori juga menunjukkan hasil yang positif yaitu terbentuk
Iodoform karena adanya tiga atom H alfa pada asetofenon yang disubstitusi oleh
iodida. Reaksinyayaitu :

O O
C Na + CH3 + KOH
C CH3 + KI + NaOH

Pengujian selanjutnya adalahdengan larutan etilasetat ditambahkan dengan


larutan dioksin yang berfungsi sebagai pelarut dan NaOH yang dapat
mempercepat reaksi dan memberi suasa asam. KI berfungsi sebagai iodida.
Setelah di larutkan dipanaskan dan terdapat larutan berwarna kuning pekat.
Pemanasan bertujuan agar mempercepat reaksi. Penambahan NaOH encer
menyebabkan larutan kuning pekat dan terdapat endapan. Berdasarkan teori
asetoasetat tidak terbentuk karena asetoasetat tidak memiliki atom C alfa.
Reaksinya yaitu :

O O
CH3 C CH2 C OC2H5 + NaOH

I. KESIMPULAN DAN SARAN


2. Kesimpulan
a. Teknik-teknik dan prinsip kerja kristalisasi zat padat organik yaitu
penimbangan, pelarutan, pengocokan, pengendapan, penyaringan, pencucian,
pengeringan dan pengujian titik leleh. Kristal iodoform yang diperoleh adalah
0,564 gram dengan rendemen 11,93% dan titik lelehnya yaitu 117oC-120oC .
b. Reaksi haloform merupakan reaksi yang menghasilkan senyawa CHX3 dari
metil keton yang mengalami halogenasi.
c. Iodoform bisa dibuat dengan reaksi haloform dan menunjukkan adanya gugus
CH3CO.
3. Saran
Diharapkan kepada praktikan agar berhati-hati dan teliti dalam praktikum
agar diperoleh hasil yang sesuai dengan teori dan lebih menguasai prosedur kerja
percobaan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. 2010. Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah pada Pembuatan Konsentrat


Vitamin E dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit: Kajian Jenis Pelarut.
Jurnal Teknologi Pertanian. Vol 11 No 1.

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Erlangga

Fachry,Rasyidi, Juliyadi Tumanggor Dan Ni Putu Endah Yuni, 2008. Pengaruh


Waktu Kristalisasi Dengan Proses Pendinginan Terhadap Pertumbuhan
Kristal Amonium Sulfat Dari Larutannya.JurnalTeknikKimia.No .2. Vol.
1.
Riswiyanto, 2009.KimiaOrganik.Jakarta:Erlangga.
JAWABAN PERTANYAAN

1. Ujilah larutan iodoform dalam air. Apakah air dapat digunakan sebagai pelarut
dalam rekristalisasi iodoform? Jelaskan.
2. Tulislah persamaan reaksi untuk percobaan-percobaan di atas!
3. Bila ada hendak membuat 10 gram iodoform menggunakan etanol, berapa
banyak etanol dan larutan natrium hipoklorit 5% yang diperlukan?
4. Bagaimana caranya memisahkan asam karboksilat yang dihasilkan dalam
reaksi haloform di atas?
5. Tulislah struktur molekul etilasetat, methanol, n-butil alkohol, sek-butil
alkohol dan 4-metil-2-pentanol. Apakah senyawa-senyawa tersebut positif
terhadap pengujian iodoform?

Jawab :

1. Air tidak dapat digunakan sebagai pelarut dalam rekristalisasi iodoform karena
air bersifat polar sedangkan iodoform bersifat nonpolar. Rekristalisasi
merupakan teknik pemurnian dengan cara melarutkan zat yang akan
dimurnikan pada pelarut yang sesuai (polar dengan polar dan nonpolar dengan
nonpolar).
2. Persamaan reaksi :
a. Pembuatan Iodoform.
NaOCl + KI NaOI+ KCl

O O
CH3 C CH3 + NaOI CH3 C CH2I + NaOH

O O
CH3 C CH2 I+ NaOI CH3 C CHI2 + NaOH

O O
CH3 C CHI2 + NaOI CH3 C CI3 + NaOH

O O
CH3 C CI3 + NaOH CH3 C Na + CHI 3

(N a triu m E ta n o a t) ( Io d o fo r m )

b. Pengujian Iodoform
1) Dengan Isopropil alkohol
H3C-CH-OH + KI + NaOH H3C-C-ONa + CHI3
CH3 O
2) Dengan Asetofenon
O O
C-CH3 + KI + NaOH C-ONa + CHI3 + 3KOH

3) Dengan Etilasetoasetat
O O
H3C-C-CH2-C-O-C2H5 + NaOH Tidak dapat membentuk endapan
iodoform
3. Dik : Massa Iodoform = 10 gram
Mr CHI3 = 394 gram/mol
Dit : massa etanol dan NaOCl ............?
Penyelesaian :
n CHI3 = massa CHI3 = 10 gram = 0,025 mol
Mr CHI3 394 g/mol
Karena,
Mol CHI3 = Mol C2H5OH
Maka, mol etanol = 0,025 mol
Mr etanol = 46 gram/mol
Jadi,
Massa etanol = ( Mr x mol) etanol
= 46 g/mol x 0,025 mol
= 1,15 gram
Mol CHI3 = mol NaOCl
Maka,
mol NaOCl = 0,025 mol
Mr NaOCl = 74,5 gram/mol
Jadi,
Massa NaOCl = (Mr x mol ) NaOCl
= 74,5 gram/mol x 0,025 mol
= 1,86 gram
4. Cara memisahkan asam karboksilat yang dihailkan dalam reaksi haloform di
atas yaitu dengan cara menghidrolisis larutan, kemudian dilakukan
penyaringan untuk mendapatkan endapan atau kristal iodoform murni.
5. Struktur molekul dari :
a. Etil asetat :
O

H3 C C C2H5

Positif
b. Metanol :
CH3OH
Negatif
c. n-butil alcohol :
H2 H2 H2
H3C C C C OH
Negatif
d. Sek-butil alcohol :
H2
H3C C CH CH3

OH
Positif
e. 4-metil-2-pentanol :
H H2 H
H3C C C C CH3

CH3 OH
Positif

Anda mungkin juga menyukai