Anda di halaman 1dari 9

EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI BUNGA KENANGA

(Cananga odorata) DENGAN METODE KONVENSIONAL


TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus

Nida Dusturia1, Siti Roudlotul Hikamah2, Diah Sudiarti3


Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Islam Jember
Email : nidadusturia37@yahoo.co.id
Email: sitihikamah@yahoo.com
Email: diah.sudiarti23@gmail.com

ABSTRACT
Ylang flower (Cananga odorata) is a plant that contains essential oils, flavonoids and
saponins that are useful as a natural antibacterial. In this research, ylang flower
antibacterial content obtained from a squeezed and boiled method. Serial
concentrations used were 12,5%, 25%, 50% and 100%. While tetracycline 12.5% as the
positive control and sterile distilled water as a negative control. There are differences
in the effectiveness of antibacterial ylang flower of a squeezed and boiled method, it
is known from the formation of inhibition zone on the test medium with Rancangan
Acak Lengkap (RAL) 3x repetition. One Way Test results on freshly obtained ylang
flowers calculated F value of 4.953 with 0.011 significance value, Ylang flowers being
in the stew is not obtained F count. So in this research note ylang flower juice is more
effective against Staphylococcus aureus growth compared with a decoction of ylang-
ylang flowers.
Keywords : Juice, Ylang flower (Cananga odorata), Staphylococcus aureus, Stews

ABSTRAK
Bunga kenanga (Cananga odorata) merupakan tumbuhan yang memiliki kandungan
minyak atsiri, flavanoid dan saponin yang bermanfaat sebagai antibakteri alami.
Pada penelitian ini, kandungan antibakteri bunga kenanga didapat dari metode
peras dan rebus. Serial konsentrasi yang digunakan adalah 12,5% , 25%, 50%, dan
100%. Sedangkan tetrasiklin 12,5% sebagai kontrol positif dan aquades steril sebagai
kontrol negatif. Terdapat perbedaan efektivitas antibakteri bunga kenanga dari
metode peras dan rebus, hal ini diketahui dari terbentuknya zona hambat pada
medium uji dengan Rancangan Acak lengkap (RAL) 3x pengulangan. Hasil uji One
Way pada perasan bunga kenanga didapatkan nilai F hitung sebesar 4,953 dengan
nilai signifikasi 0,011 , Sedang pada rebusan bunga kenanga tidak didapatkan nilai F
hitung. Maka pada penilitian ini diketahui perasan bunga kenanga lebih efektif
terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dibandingkan dengan rebusan bunga
kenanga.
Kata kunci : Bunga kenanga (Cananga odorata), Perasan, Rebusan, Staphylococcus
aureus

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi UIJ


2 Dosen Pembimbing Utama (DPU)
3 Dosen Pembimbing Anggota (DPA)

Bioshell Vol.5 No.01 2016 Hal 324 – 332 324


PENDAHULUAN Rumusan Masalah
Latar Belakang 1. Apakah efektivitas antibakteri
Indonesia merupakan negara tropis perasan bunga kenanga (Cananga
yang mempunyai beraneka ragam odorata) berpengaruh terhadap
tumbuhan. Setiap tumbuhan pertumbuhan Staphylococcus aureus?
mempunyai hasil metabolit sekunder 2. Apakah efektivitas antibakteri
berbeda yang dapat digunakan sebagai rebusan bunga kenanga (Cananga
bahan pokok dalam usaha penemuan odorata) berpengaruh terhadap
dan pengembangan obat baru (Atun, pertumbuhan Staphylococcus aureus ?
2010). Tumbuhan juga dapat 3. Adakah perbedaan efektivitas
dimanfaatkan sebagai bahan dasar antibakteri antara perasan dan
kosmetik alami yang telah menjadi rebusan bunga kenanga (Cananga
kebutuhan untuk mengatasi berbagai odorata) terhadap pertumbuhan
gangguan kulit. Bunga kenanga Staphylococcus aureus ?
merupakan tumbuhan yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan dasar Tujuan Penelitian
pembuatan obat dan kosmetika alami. 1. Menguji efektivitas antibakteri
Khasiat bunga kenanga adalah perasan bunga kenanga terhadap
sebagai obat penyakit kulit, asma, anti pertumbuhan Staphylococcus aureus
nyamuk, antibakteri dan antioksidan penyebab infeksi pada jerawat.
(Sumarmi, 2008). Berdasarkan data dari 2. Menguji efektivitas antibakteri
Poliklinik Kulit dan Kelamin, RSCM rebusan bunga kenanga terhadap
Jakarta Tahun 2012, tercatat penderita pertumbuhan Staphylococcus aureus
jerawat (acne vulgaris) di Indonesia penyebab infeksi pada jerawat.
sebanyak 629 kasus pertahun dan kasus 3. Mengetahui perbedaan efektivitas
dermatitis kontak iritan karena antibakteri antara perasan dan
pemakaian kosmetik yang kurang tepat rebusan bunga kenanga terhadap
sebanyak 146 kasus (Replubika 2015, pertumbuhan Staphylococcus aureus
<12 Januari 2016>). Bakteri penyebab infeksi pada jerawat.
Staphylococcus aureus adalah bakteri
penyebab infeksi pada jerawat yang KAJIAN PUSTAKA
dapat menyebabkan pernanahan a. Bunga Kenanga
(Jawetz, 1996). Penyakit infeksi yang Bunga kenanga merupakan bunga
disebabkan bakteri semakin yang berasal dari kawasan Asia
berkembang karena adanya resistensi Tenggara, dengan diameter batang
bakteri terhadap obat-obatan sintestis sebesar 0,1-0,7 meter dan tinggi pohon
oleh karenanya pengembangan obat dapat mencapai 10 meter. Bunga
baru dengan kandungan antibakteri kenanga temasuk bunga majemuk
alami terus dilakukan (Fitriyah et al, dalam karangan bunga yang berbentuk
2013). Penelitian ini dilakuan untuk payung, pendek, dan menggantung.
mengetahui efektivitas kandungan Terdiri dari 6 lembar daun mahkota
antibakteri bunga kenanga dengan bunga yang berbentuk lanset dan
metode konvensional peras dan rebus mempunyai aroma yang khas.zat kimia
terhadap pertumbuhan Stapylococcus yang terkandung dalam bunga kenanga
aureus. adalah saponin, flavonoid serta

Bioshell Vol.5 No.01 2016 Hal 324 – 332 325


komponen minyak atsiri yang perasan menunjukkan seluruh bahan
mengandung senyawa polifenol yang terkandung dalam tumbuhan
(Sacchetti et al,. 2016). segar dalam perbandingan yang sama
seperti dalam materi awalnya (Voight,
b. Bakteri Staphylococcus aureus 1994). Pemerasan diawali dengan
Stapylococcus aureus merupakan dengan proses penggilingan ataupun
mikrobiota normal pada tubuh proses penggerusan bahan menjadi
manusia. Termasuk bakteri gram positif bentuk yang lebih halus sehingga
berbentuk kokus yang berdiameter 0,7- mempermudah dalam mendapatkan
1,2 µm, susunannya bergerombol cairan yang merupakan sari-sari
seperti buah anggur dan tidak tumbuhan.
membentuk spora. Bakteri
Staphylococcus aureus bereproduksi e. Metode Rebus
dengan pembelahan biner sederhana. Merebus adalah satu teknik
Bakteri ini dapat menyebabkan memasak suatu bahan didalam air
berbagai infeksi seperti pnemonia, mendidih. Rebusan merupakan hasil
meningitis, empiema, endokarditis, dari proses merebus (boiling). Merebus
pioderma atau impetigo (Brooks et al., terdiri dari 3 tahap diantaranya adalah
2005). Infeksi oleh Staphylococcus aureus nucleate,transition dan film boiling sesuai
ditandai dengan rusaknya jaringan suhu perebusan yang bertingkat dari
disertai dengan terbentuknya pus suhu panas yang rendah hinga ke suhu
(nanah). panas yang tinggi.

c. Acne Vulgaris f. Antibakteri


Acne Vulgaris merupakan penyakit Antibakteri adalah -senyawa kimia
yang tandai dengan abnormalnya satu yang dalam kadar tertentu dapat
kondisi kulit diantaranya adalah menghambat pertumbuhan bakteri.
produksi sebum yang berlebihan, Antibakteri dapat berupa senyawa
keratinisasi folikuler yang abnormal, kimia sintetik atau produk alami.
proliferasi bakteri, inflamasi, faktor- Antibakteri sintetik dapat dihasilkan
faktor ekternal dan genetik (Baz et al., dengan membuat senyawa yang
2008). Acne Vulgaris dapat disebabkan sifatnya mirip dengan aslinya
oleh beberapa faktor salah satunya kemudian dibuat dalam skala besar,
adalah hormon. Peningkatan kadar sedangkan antibakteri alami
hormon androgen, anabolik, didapatkan langsung dari organisme
kortikosteroid dan gonadotropin yang menghasilkan senyawa tersebut
berpengaruh terhadap aktivitas kelenjar dengan melakukan suatu proses
sebasea. tertentu untuk mendapatkan senyawa
antibakteri (Setyaningsih, 2004).
d. Metode Peras
Metode peras adalah suatu metode g. Tetrasiklin
yang dilakukan untuk memperoleh Tetrasiklin merupakan golongan
cairan sari-sari tumbuhan segar yang antibiotik berspektrum luas yang dapat
dihaluskan menjadi materi awalnya. menghambat sintesa protein (Katzung,
Cairan perasan sangat penting untuk 2004). Tetrasiklin mempunyai senyawa
memperoleh essens homopstis. Cairan kristal berwarna kuning dan sedikit

Bioshell Vol.5 No.01 2016 Hal 324 – 332 326


larut dalam air. Pada sudu 28° C Fakultas Kedokteran,Universitas
kelarutan tetrasiklin dalam air sebesar Jember.
1,7 mg/ml sedangkan dalam metanol
lebih dari 20 mg/ml. Tetrasiklin Metode Pengumpulan Data
diproduksi secara alami dari spesies Penelitian ini menggunakan metode
tertentu dari Streptomyces atau derivat dilusi dan sumuran untuk mengetahui
semi sintetik. Antibiotika ini memiliki adanya zona hambat pada medium uji
sifat bakteriostatik dan efektif untuk dengan perasan dan rebusan bunga
menghambat perkembangbiakan kenanga (Cananga odorata),
bakteri yang cepat. Tetrasiklin lebih Pengamatan dilakukan setelah biakan
efektif dalam melawan bakteri gram bakteri diinkubasi selama 1x waktu
positif daripada gram negatif pertumbuhan optimum
(Jolkovsky & Ciancio, 2006). mikroorganisme. Efektivitas antibakteri
Metode Penelitian bunga kenanga terhadap pertumbuhan
Jenis penelitian ini adalah Staphylococcus aureus yang diukur
Eksperimental laboratoris dengan objek dengan jangka sorong kemudian
penelitian Staphylococcus aureus. dikurangi dengan diameter hambat
Percobaan dilakukan dengan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rancangan Acak Lengkap (RAL) tiga Diameter hambatan = d2-d1
kali pengulangan untuk menganalisis
efektivitas serta mengetahui Kadar d1 = diameter sumuran
Hambat Minimum (KHM) antibakteri d2 = diameter zona hambat yang
bunga kenanga (Cananga odorata) terbentuk disekitar sumuran
dengan metode konvensional peras dan (Sumiati, 2003)
rebus terhadap pertumbuhan konsentrasi yang digunakan adalah
Staphylococcus aureus. Penelitian dengan 12,5%, 25%, 50% dan 100%. Pembuatan
RAL ini menggunakan 2 faktor, faktor serial konsetrasi harus disesuaikan
yang pertama yaitu faktor serial dengan kadar dan takaran yang telah
konsentrasi yang terdiri dari kontrol diperhitungkan. Menurut Petrucci
posotif (K+) menggunakan tetrasiklin (1992) ketentuan pengenceran suatu
12,5% , kontrol negatif (K-) bahan disesuaikan dengan rumus
menggunakan aquadest steril, serial perhitungan disamping :
konsentrasi 12,5%, 25% ,50% dan 100%
pada perasan ataupun rebusan bunga
V1.N1 = V2.N2
kenanga.
Keterangan:
Objek Penelitian V1= Volume pertama ( volume yang
Populasi alan diencerkan dengan aquades
Populasi dalam penelitian ini adalah steril).
Staphylococcus aureus pada medium N1= Konsentrasi pertama (dengan
biakan Nutrient Agar (NA). konsentrasi 100%)
V2 = Volume kedua (volume
Sampel pengenceran yang akan dibuat
Sampel pada pada penelitian ini yaitu 1000 µl)
adalah biakan bakteri Staphylococcus N2 = konsentrasi kedua (100%, 50%,
aureus dari Laboratorium Mikrobiologi, 25%, dan 25%)

Bioshell Vol.5 No.01 2016 Hal 324 – 332 327


a. Alat dan Bahan Penentuan KHM
Alat yang digunakan adalah Penentuan Kadar Hambat Minimum
Inkubator, lemari es, autoklaf, kompor (KHM) antibakteri bunga kenanga
gas, penangas, neraca analitik, bunsen (Cananga odorata) dengan metode
dan spirtus, vortex, colony counter, konvensional peras dan rebus terhadap
jangka sorong, pipet volum, gelas ukur, pertumbuhan Staphylococcus aureus
erlenmeyer, beaker glass, tabung reaksi. secara in vitro dilihat dari ukuran
Bahan yang digunakan adalah : Bunga diameter zona hambat pada konsentrasi
kenanga dari daerah Gebang, Jember, terkecil larutan.
Jawa timur. Biakan Staphylococcus aureus
dari Laboratorium Mikrobiologi, PEMBAHASAN
Fakultas Kedokteran, Universitas Berdasarkan penelitian didapatkan
Jember. 3 gram pepton, 2 gram ekstrak hasil yang berbeda antara efektivitas
daging, 10 gram agar-agar, aquades perasan dan rebusan bunga kenanga
steril, alkohol 70%, tetrasiklin sebagai terhadap pertumbuhan Staphylococcus
kontrol positif dan aquades steril aureus secara in vitro. Hasil inkubasi
sebagai kontrol negatif. selama 24 jam menunjukkan adanya
zona hambat pada medium biakan
Prosedur Penelitian yang diuji dengan perasan bunga
Prosedur kerja dalam penelitian ini kenanga, hal ini membuktikan perasan
dapat dibagi menjadi beberapa bagian bunga kenanga efektif terhadap
antara lain : pertumbuhan Staphylococcus aureus,
1. Sterilisasi alat sedang medium biakan yang diuji
2. Sortasi bahan dengan hasil rebusan tidak terbentuk
3. Pencucian zona hambat. Hal ini menunjukkan
4. Pemerasan rebusan bunga kenanga tidak efektif
5. Perebusan terhadap pertumbuhan Staphylococcus
6. Pengenceran perasan dan aures. Zona hambat pada masing-
rebusan bunga kenanga masing medium biakan dapat dilihat
7. Pembuatan inokulum pada gambar berikut:
8. Pengujian

Metode Analisis Data


Uji Analis of Varian (ANOVA)
dengan derajad kepercayaan 95%
(p<0,005) dilakukan untuk mengetahui
adanya efektivitas perasan dan rebusan
bunga kenanga terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus pada medium
Sumber : Dokumen Pribadi
biakan, dilanjutkan Uji Duncan untuk
Gambar Zona hambat pada medium
mengetahui perbedaan efektivitas tiap-
biakan yang diuji dengan hasil
tiap konsentrasi. Perbedaan efektivitas
perasan bunga kenanga (Cananga
antibakteri antara perasan dan rebusan
Odorata )
bunga kenanga diketahui dengan
melakukan uji T dengan derajad
kepercayaan kepercayaan 95%.

Bioshell Vol.5 No.01 2016 Hal 324 – 332 328


6 12,5% (K+)
Aquades Steril 0 0 0 0
(K-)
Sumber : Data Pribadi
Uji Analisis of Varian (ANOVA)
dilakukan untuk mengetahui adanya
efektivitas perasan bunga kenanga
terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus berdasarkan data hasil
Sumber : Dokumen Pribadi pengukuran diameter zona hambat
Gambar Medium biakan dengan bahan pada medium biakan, dan diperoleh
uji hasil rebusan bunga kenanga hasil sebagai berikut:
(Cananga Odorata )
Tabel Hasil Uji One Way Anova
Perasan Bunga kenanga (Cananga
Odorata) Dengan 4 Serial
Konsentrasi Berbeda.
ANOVA
Hasil Sum of Mean
df F Sig.
Squares Square
Between
30.069 5 6.014 4.953 .011
Groups
Within
14.571 12 1.214
Sumber : Dokumen Pribadi Groups
Gambar Medium biakan dengan Total 44.639 17
tetrasiklin 12,5% (kontrol Sumber : Analisis data program spss
positif) dan aquades steril 16.0
(kontrol negatif)
Tabel Hasil Uji One Way Anova
Data hasil pengukuran diameter Rebusan Bunga kenanga (Cananga
zona hambat pada medium biakan Odorata) Dengan 4 Serial
dengan bahan uji hasil perasan bunga Konsentrasi Berbeda
kenanga dapat dilihat pada tabel
berikut : ANOVA
Tabel Hasil Pengukuran Zona Hambat
Pada Medium Dengan Bahan Uji
Hasil
Perasan Bunga Kenanga (Cananga
Odorata). Sum of Mean
N konsentrasi Squares df Square F Sig.
o. perasan bunga zona hambat (cm2) Between
kenanga Ulangan ke Groups .000 5 .000 . .
(Cananga odorata) 1 2 3 Rerat
dengan a Within
Groups .000 12 .000
penambahan (cm2)
aquades steril
Total
1 12,5 % 2,41 0 0 0,80 .000 17
2 25 % 2,52 0 0 0,84
3 50 % 2,84 0 0 0,94
4 100 % 3,23 1,83 2,13 2,39
Sumber : Analisis data program spss 16
5 Tetrasiklin 3,92 3,90 3,87 3,89

Bioshell Vol.5 No.01 2016 Hal 324 – 332 329


Berdasarkan uji one way Anova Sig.
.348 .126 .121
diketahui pada semua serial konsentrasi
perasan bunga kenanga diperoleh nilaf Means for groups in homogeneous
F hitung sebesar 4.953 dengan nilai subsets are displayed.
signifikansi 0,011. Mengingat 0,011<0,05 Sumber : Analisis data program spss
(0,050) maka dikatakan perasan bunga 16.0
kenanga efektif terhadap pertumbuhan Berdasarkan uji duncan diketahui
Staphylococcus aureus. Sedangkan hasil kontrol negatif tidak berbeda signifikan
uji one way anova pada rebusan bunga dengan serial konsentrasi 12,5% , 25%
kenanga tidak didapatkan nilai F dan 50 %. Sedangkan semua serial
hitung, sehingga dikatakan rebusan konsentrasi yaitu 12,5%, 25%, 50% dan
bunga kenanga tidak efektif terhadap 100% tidak berbeda signifikan. Kontrol
pertumbuhan Staphylococcus aureus. positif tidak berbeda signifikan dengan
Selanjutnya dilakukan uji duncan untuk serial konsentrasi 100%. Analisis
mengetahui adanya perbedaan statistik dilanjutkan dengan Uji T untuk
efektivitas pada setiap konsentrasi atau mengetahui adanya perbedaan
perlakuan. Berikut hasil uji duncan efektivitas antara perasan dan rebusan
pada perasan bunga kenanga : bunga kenanga (Cananga odorata)
terhadap pertumbuhan Staphylococcus
Tabel Hasil Uji Duncan Perasan Bunga aureus.
Kenanga (Cananga Odorata)
Dengan 4 Serial
Konsentrasi Berbeda
hasil

Duncan

Subset for alpha = 0.05

perlakuan N 1 2 3
aquades steril
(K-) 3 .00

konsentrasi
12,5% 3 .80 .80

konsentrasi
25% 3 .84 .84

konsentrasi
50% 3 .95 .95

konsentrasi
100% 3 2.40 2.40

tetrasiklin
12,5% (K+) 3 3.90

Bioshell Vol.5 No.01 2016 Hal 324 – 332 330


Hasil uji T dapat dilihat dari tabel berikut:
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Equal
variances 130.092 .000 3.878 34 .000 1.481 .382 .705 2.257
assumed
Equal
variances
3.878 17.000 .001 1.481 .382 .675 2.287
not
assumed

Sumber : Analisis data program spss 16.0


Hasil uji T menyatakan bahwa ada
perbedaan efektivitas antara perasan KESIMPULAN DAN SARAN
dan rebusan bunga kenanga terhadap a. Kesimpulan
pertumbuhan Staphylococcus aureus. Berdasarkan penelitian yang telah
Rebusan bunga kenanga tidak efektif dilakukan didapat beberapa
terhadap pertumbuhan Staphylococcus kesimpulan sebagai berikut :
aureus disebabkan melewati proses 1. Antibakteri perasan bunga kenanga
pemanasan, minyak atsiri bersifat (Cananga odorata) efektif terhadap
mudah menguap pada suhu kamar (20- pertumbuhan Staphylococcus aureus
25°C). Selain minyak atsiri, flavonoid 2. Antibakteri rebusan bunga kenanga
dan saponin yang terkandung dalam (Cananga odorata) tidak efektif
bunga kenanga bersifat mudah larut terhadap pertumbuhan
dalam air dan mudah menguap pada Staphylococcus aureus
temperatur tinggi (Anonim, 2008). 3. Ada perbedaan efektivitas antara
Perasan bunga kenanga efektif terhadap perasan dengan rebusan bunga
pertumbuhan Staphylococcus aureus kenanga (Cananga odorata)
karena tidak melewati proses terhadap pertumbuhan
pemanasan. Kandungan minyak atsiri, Staphylococcus aureus
flavanoid dan saponinnya bersifat b. Saran
antibakteri dan antiinflamasi. Flavonoid 1. Perlu menggunakan metode lain
merupakan golongan terbesar dari untuk menguji efektivitas bunga
senyawa fenol yang mempunyai sifat kenanga (Cananga odorata)
efektif menghambat pertumbuhan terhadap Staphylococcus aureus
virus, bakteri dan jamur (Khunaifi, 2. Perlu dilakukan penelitian in
2010). Mekanisme kerja flavonoid vivo terhadap pertumbuhan
dengan kecenderungan mengikat Staphylococcus aureus penyebab
protein sehingga mengganggu infeksi pada jerawat
metabolisme bakteri (Ganiswara, 1995). 3. Perasan dan rebusan bunga
kenanga (Cananga odorata) perlu
diujikan pada mikroba lainya

Bioshell Vol.5 No.01 2016 Hal 324 – 332 331


seperti bakteri gram negatif atau Khunaifi ,M. (2010). Uji Aktivitas
fungi. Antibakteri Ekstrak Daun
Daftar Pustaka Binahong (Anredera cordifolia
Anonim, 2008 .Flavonoid. (Ten) Stennis) Terhadap Bakteri
http://elearning.unej.ac.id/cour Staphylococcus aureus dan
ses /FAR316 /document Pseudomonas aeruginosa. Skripsi
/FLAVONOID.pdf?cidReq=FAR Sarjana Pada Jurusan Biologi
316. <5 Maret 2015) Universitas Islam Negri Maulana
Atun, S., 2010, Pemanfaatan Bahan Malik Ibrahim Malang : Tidak
Bumi Indonesia Menuju Riset diterbitkan.
yang Petrucci, R.H. 1992. Kimia Dasar. Jilid 2.
Berkualitas Internasional, Jakarta: Erlangga.
Seminar Nasional Kimia 2010, Sacchetti, G.,et al. 2006.Comparative
Fakultas Matematika dan Evaluation of 11 Essential Oils of
Ilmu Pengetahuan Alam UNY, Different Origin as Functional
Yogyakarta. Antioxidants, Antiradical and
Brooks GF,Butel JS,Morse SA, 2005. Antimicrobials in Foods.
Mikrobiologi kedokteran. Alih Dipartimento delle Risorse
Bahasa. Mudihardi E, Naturali e Culturali, Lab.
Kuntaman,WasitoEB et al. Biologia farmaeutica, Itali.
Jakarta: Salemba Medika Setyaningsih, I. 2004. Resistensi Bakteri
Fitriyah, D., Jose., dan Saryono, 2013, dan Antibiotik Alami dari Laut.
Skrinning Aktivitas Antimikroba Makalah Falsafah Sains. Bogor
dan Uji Fitokimia dari Kapang :IPB.
Endofitik Tanaman Dahlia
(Dahlia variavilis), J.Ind.Che.Acta, 3
(2), 50-55
Ganiswara, 1995, Farmakologi Dan Terapi
edisi IV, UI, Jakarta.

Jawetz, E., et al. 2005 Mikrobiologi


kedokteran. Buku 1. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.
Jolkozsky, D.L., Ciancio,S. 2006.
Chemoteraphy Agent. In:
Newman.G.N., Takei. H.H,
Caranza.F.A., (editors). Clinical
Periodontology. 10th . Ed.
Missouri. Saunders Elsevier.
Katzung, B.G. (1997) Farmakologi Dasar
dan Klinik, Edisi VI. Alih Bahasa,
Staf Dosen Farmakologi Fakultas
Kedokteran UNSRI. EGC,
Jakarta.

Bioshell Vol.5 No.01 2016 Hal 324 – 332 332

Anda mungkin juga menyukai