Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN

TRIASE

RUMAH SAKIT UMUM “MEDICAL MANDIRI” PACITAN

2020
Lampiran : Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Medical Mandiri
Pacitan

Nomor :

Tentang :

PANDUAN

TRIASE

RUMAH SAKIT UMUM “MEDICAL MANDIRI”

PACITAN

2020
SURAT KEPUTUSAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM MEDICAL MANDIRI PACITAN

Nomor :

Tentang

PANDUAN

TRIASE

RUMAH SAKIT UMUM MEDICAL MANDIRI PACITAN

Bismillahirrohmanirrohim

Direktur Rumah Sakit Umum Medical Mandiri Pacitan

Menimbang a. Bahwa untuk penilaian dan penentuan yang cepat terhadap


kondisi pasien, mana yang harus segera ditangani dan mana
yang dapat ditunda penanganannya atau mana yang tidak
memerlukan penanganan lebih lanjut.
b. Bahwa untuk memberikan pelayanan gawat darurat atau
kesehatan berdasarkan prioritas dan efisiensi sumber daya
c. Bahwa untuk pengelokasian sumber daya yang sesuai dengan
standar atau pedoman yang ditetapkan serta memberikan
pelayanan kesehatan yang tepat waktu
d. Bahwa dalam meningkatkan pelayanan dan memberikan
keputusan terhadap pasien dan keluarga di lingkungan
Rumah Sakit Umum Medical Mandiri Pacitan, maka
dipandang perlu ditetapkan Panduan Triase di Rumah Sakit
Umum Medical Mandiri Pacitan.

Mengingat 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014


tentang Tenaga Kesehatan;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan
4. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2017 Tentang Akreditasi Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Minimal Kesehatan
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004
tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan
Rumah Sakit
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/ III
/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 856
Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat
Darurat (IGD) Rumah Sakit
12.

MEMUTUSKAN

Menetapkan

Kesatu : Panduan Triase di Rumah Sakit umum Medical Mandiri Pacitan


sebagaimana terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dengan Surat Keputusan ini

Kedua : Panduan pada amar kesatu hendaknya disosialisasikan kepada


yang terkait dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya

Ketiga :

Keempat :

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirohim

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan
anugrah-Nya yang telah diberikan kepada penyusun sehingga tersusunlah Buku
Panduan Triase Rumah Sakit Umum Medical Mandiri Pacitan.

Panduan Triase pasien adalah proses pemilihan dan penilaian pasien selama
perawatan di IGD dimana pasien di triase berdasarkan kebutuhan medis.

Panduan triase bertujuan untuk memastikan pasien yang ingin mendapatkan


perawatan emergensi akan mendapatkan perawatan yang tepat,dilokasi yang tepat,
sesuai derajat kegawatdaruratannya agar pelayanan pasien yang mengancam jiwa
segera mendapatkan intervensi yang tepat waktu.

Semoga dengan adanya panduan ini dapat meningkatkan pelayanan di


Rumah Sakit Umum Medical Mandiri Pacitan dan sebagai bahan pasnduan untuk
pasien yang akan dilakukan triase.

wasaalamu’alaikum. Wr.Wb

Pacitan,

Penyusun

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan

BAB II DEFINISI

BAB III RUANG LINGKUP

BAB IV TATA LAKSANA

A. Sistem Triase
B. Proses Triase

BAB V DOKUMENTASI

BAB IV PENUTUP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah satu pintu masuk rumah sakit. Di
negara maju IGD adalah antar muka rumah sakit dan emergency medical
service (EMS). Di Indonesia EMS hampir tidak bekerja sebagai sebuah sistem.
Saat ini semakin terasa bahwa IGD seolah olah adalah pintu masuk utama ke
rumah sakit. Karena jumlah admsi dari IGD tidak dapat direncanakan dengan
tepat, kerap terjadi sumber daya yang tersedia terbenam dalam kepadatan
pasien yang masuk di IGD (Christ et al.2010).
Kepadatan ini menurut institut of medicine di America Serikat dianggap
sebagai krisis nasional. Kepadatan pasien IGD selain mengkompromi
keselamatan pasien, juga mengancam privasi pasien dan membuat frutasi
staf IGD (Ordsson et al.2011). Kondisi ini memerlukan solusi sistemik yang
disebut sebagai triage.
Triage adalah sistem seleksi pasien yang datang berobat ke Instalasi
Gawat Darurat dalam keadaan sehari-hari dan/atau dalam keadaan bencana.
Dalam hal ini dalam triage juga meliputi cara mendiagnosis serta memilah
penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia.
Kegiatan triage sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat
karena Instalasi Gawat Darurat sebagai pusat pelayanan kesehatan yang
melayani selama 24 jam penuh seharusnya berfungsi untuk melayani
kesehatan pada pasien yang bersifat gawat dan darurat serta membutuhkan
pertolongan segera untuk menghindari perkembangan penyakit yang lebih
parah dan dapat mengancam jiwa pasien.Namun dalam misi sosialnya,
Instalasi Gawat Darurat tidak diperkenankan untuk menolak pasien yang
datang dan membutuhkan pertolongan kesehatan, meskipun pada
kenyataannya bukan termasuk dalam kriteria gawat dan/atau darurat.
Untuk itu diperlukan tata laksana triase yang lebih sehingga pelayanan
kesehatan untuk kasus-kasus gawat dan darurat tidak terganggu oleh
pelayanan kasus-kasus yang tidak gawat dan/atau darurat.
B. Tujuan
1) Penilaian dan penentuan yang cepat terhadap kondisi pasien, mana yang
harus segera ditangani dan mana yang dapat ditunda penanganannya
atau mana yang tidak memerlukan penanganan lebih lanjut
2) Memberikan pelayanan gawat darurat atau kesehatan berdasarkan
prioritas
3) Efisiensi Sumber Daya
4) Pengalokasian Sumber Daya yang sesuai dengan standart atau pedoman
yang ditetapkan
5) Memberikan pelayanan kesehatan yang tepat waktu
BAB II

DEFINISI

Triage merupakan proses formal dalam penilaian dan pemilihan pasien yang
sifatnya segera dari seluruh pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Triage berasal dari bahasa Prancis “trier” yang berarti memilah, mengidentifikasi
mengklarifikasi atau memilih. Awalnya diterapkan dalam perang Napoleon, dimana
para korban ditriage berdasar pada kebutuhan medis bukan pada pangkat atau
kelas sosial ( Dong dan Bullard, 2009).

Sistem triage bertujuan untuk memastikan pasienyang ingin mendapatkan


perawatan emergensi akan menerima perhatian yang tepat, dilikasi yang tepat,
yang sesuai dengan derajat kegawatannya. Suatu sistem triage yang efektif
mengklasifikasikan pasien ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan keluhan
atau cedera akutnya dan bertujuan untuk memastikan bahwa pasien dengan
keluhan atau cedera yang mengancam jiwa segera mendapatkan intervensi dan
alokasi sumberdaya yang terbesar serta tepat waktu. Suatu sistem triage IGD yang
ideal secara akurat memprioritaskan pasien berdasarkan intervensi kegawatannya
untuk menghindari under-triage atau over-triage (mengkatagorikan pasien lebih
rendah atau lebih tinggi dari temuan klinis sebenarnya) (Wulp,1982).

Konsep kegawatan merupakan hal pokok dalam triage di kedokteran


emergensi. Kegawatan berhubungan dengan konsep waktu dan dibedakan dengan
keparahan. Kondisi urgent bisa saja tidak parah (misalnya,: dislokasi sendi),
sementara penyakit yang parah bisa saja bukan kegawatan (Fitzgerald,2010).

Beberapa sistem triage telah dikembangan, dalam literatur seringkali


disebutkan The Australian Triage Scale, The Manchester Triage System, The
Canadian Triage And Acuity Scale, dan Emergency Severity Index. Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Umum Medical Mandiri Pacitan menerapkan Singapore
Patient Acuity Scale (PACS), dimana kriteria untuk menilai kegawatan pasien
berdasarkan pada kombinasi antara keluhan utama dan diagnosis awal sementara
sedangkan parameter tanda vital tidak disebutkan dengan jelas. Singapore PACS
mengklasifikasikan pasien berdasarkan tingkat kegawatannya secara menurun,
yaitu :

a. Katagori triase 1 :Resusitasi dan pasien kritis


b. Katagori triase 2 :Emergensi mayor
c. Katagori triase 3 : Emergensi minor
d. Katagori triase 4 : Bukan emergensi.
Di IGD Rumah Sakit Umum Medical Mandiri Pacitan katagori-katagori
tersebut diganyi menjadi skala prioritas yang disingkat dengan huruf P. Prioritas
satu atau P1 menggantikan katagori triage 1, prioritas dua atau P2 menggantikan
katagori triage 2, dan prioritas tiga atau P3 menggantikan katagori triage 3 dan
katagori triage 4. Pasien-pasien yang datang ke IGD akan menjalani penilaian awal
oleh perawat triage untuk memastikan kebutuhan klinis kegawatannya. Pada
penilaian awal ini, pasien akan memberikan riwayat singkat tentang penyakitnya
dan kemudian suatu katagori triage diterapkan terhadap pasien tersebut.
Banyak sistem skoring dikembangkan untuk memprediksi katagori triage apa
yang harus diberikan kepada pasien yang datang ke IGD, namun dari banyak
sistem tersebut menggunakan beberapa parameter fisiologis klinis dan laboratoris
yang tidak tersedia pada proses triage awal di IGD. Penggunaan skor fisiologis yang
simpel dalam identifikasi dini pasien-pasien yang beresiko mengalami detoriorisasi,
dapat memberikan katagori triage yang tepat kepada pasien-pasien yang datang ke
IGD.Skor fisiologis tersebut juga dapat menjadi dasar bilamana terjadi tumpang
tindih dalam memutuskan prioritas penanganan pasien-pasien yang menjalani
triage.
Mengartikan keluhan utama saja tidak akan berhubungan dengan situasi
yang dilihat dari diagnosis klinis saja, tetapi dapat pula dilihat dari perubahan
fisiologis. Pasien dengan keluhan sederhana namun dengan resiko memburuk
akan ditunjukkan oleh perubahan-perubahan fisiologis yang bisa diukur melalui
tanda-tanda vital (Labaf,dkk,2010). The Worthing Psycological Scoring System
(WPSS) adalah suatu sistem skoring prognostik sederhana yang mengidentifikasi
penanda fisiologik pada tahap awal untuk melakukan tindakan secepatnya, yang
dituangkan dalam bentuk intervention-calling score. Pengkuran tanda vital pada
WPS mencakup tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan, temperatur,
saturasi oksigen, dan tingkat kesadaran berdasar AVPU (alert, verbal, pain,
unresponsive) (Duckitt, dkk,2007).
Triage adalah suatu proses yang dinamik, status atau keadaan pasien dapat
berubah menjadi lebih baik maupun menjadi lebih buruk karena cederannya
maupun sebagai dampak dan tindakan yang dilakukan. Triage harus diulang-
ulang selama masih dalam penanggulangan cederanya. Dapat dilakukan ditempat
kejadian, di daerah triage sebelum dilakukan evakuasi, tiba di IGD, selama
resusitasi maupun sesudahnya, sebelum maupun sesudah operasi, dan setelah
tiba di ruangan.
BAB III

RUANG LINGKUP

Triage ini dilakukan terhadap :

1. Pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum
Medical Mandiri Pacitan
2. Pasien atau korban dari luar Rumah Sakit Umum Medical Mandiri Pacitan
yang akan ditransfer dan dirujuk akibat penyakit tertentu atau kecelakaan
atau bencana.
Petugas triage Rumah Sakit Umum Medical Mandiri Pacitan adalah perawat
triage yaitu perawat yang bekerja di IGD Rumah Sakit Umum Medical Mandiri
Pacitan dan mempunyai sertifikat Basic Trauma Life Support (BTLS) atau Basic
Cardiac Life Support (BTCLS) dan sertifikat pelatuhan triage, yang sudah
diverifikasi oleh Rumah Sakit Umum Medical Mandiri Pacitan.
BAB IV

TATA LAKSANA

1. Sistem Triage
Instalasi Gawat Darurat RSU Medical Mandiri Pacitan memakai tiga
tingkat katagori prioritas pasien berdasarkan Singapore Patient Acuity
Catagory Scale (PACS), yaitu:
1) Prioritas 1 (P1) sesuai denga PACS-1 adalah katagori suatu keadaan
yang memerlukan pertolongan segera dan apabila hal tersebut tidak
dilakukan akan berakibat kecacatan organ bahkan kematian, pasien ini
akan dirawat di ruang prioritas 1 ( ruang resusitasi)
2) Prioritas 2 (P2) sesuai dengan PACS-2 adalah suatu keadaan yang
memerlukan pertolongan segera, dan bila hal tersebut tidak dilakukan
akan terjadi kegawatan, pasien ini akan dirawat di ruan prioritas 2
(ruang kritis)
3) Prioritas 3 (P3) sesuai dengan PACS-3 dan PACS-4 adalah suatu
keadaan yang tidak memerlukan pertolongan segera, pasien akan
dirawat di ruang prioritas 3 ( ruang rawat jalan)
4) Prioritas 0 (P0) penderita yang mengalami cedera mematikan dan tidak
bisa dipertahankan lagi meskipun dilakukan resusitasi, atau penderita
yang sudah meninggal (death on Arrival /DOA). Tidak ada respon pada
semua rangsangan, tidak ada respirasi spontan, tidak ada bukti
aktivitas jantung, tidak ada respon pupil terhadap cahaya.
2. Proses Triage
1) Pasien yang datang ke IGD Rumah Sakit Umum Medical Mandiri
Pacitan, baik yang datang sendiri maupun rujukan, akan langsung
diterima oleh perawat triage
2) Keluarga atau perujuk diarahkan untuk mendaftar di loket pendaftaran.
3) Perawat triage melakukan survey primer untuk menentukan apakah
terdapat ancaman jiwa atau tidak pada pasien tersebut,
a) Apabila terdapat tanda-tanda gangguan Airway Breathing
Circulation (ABC) berat yang sesuai dengan panduan PACS
dan0atau penurunan kesadaran, maka perawat triage langsung
mengantar pasien ke ruang resusitasi tau P-1 dan melakukan
triage diruangan tersebut.
b) Apabila tidak terdapat tanda ancaman jiwa, maka perawat mnerima
dan melakukan pemeriksaan terhadap pasien di ruang triage untuk
menentukan prioritas terhadap pasien tersebut. Setelah perawat
triage menentukan tingkat kegawatan pasien, maka perawat triage
mengirim pasien beserta lembaran statusnya ke bilik prioritas
sesuai kegawatan pasien. Pasien akan dimasukkan ke bilik P-2 bila
terdapat gangguan ABC ringan dan nilai Glasgow Coma Scale (GCS)
15, pasien terasa nyeri hebat atau mengalami fraktur terbuka.
Apabila ABC pasien tidak terganggu, dan mempunyai keluhan
simptomatitis atau luka ringan, GCS 15, maka akan dimasukkan
ke bilik P-3.
4) Pelayanan di ruang kritis (critical care) mencakup pelayanan prioritas 1
(P1) dan prioritas 2 (P2). Semua kasus diruang ini harus sepengetahuan
dokter spesialis on site maupun on call.
BAB V

DOKUMENTASI

Hasil triage psien di dokumentasikan tertulis dalam dari rekam medis pasien.
Hasil re-triage pasien di dokumentasikan tertulis dalam lembar status rekam medis
pasien IGD yang merupakan bagian dari rekam medis pasien.
BAB VI

PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan triase pasien sesuai
prosedur di Rumah Sakit Umum Medical Mandiri Pacitan. Tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi.

Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di
kesempatan berikutnya. Semoga panduan ini berguna bagi tim Akses ke Pelayanan
dan Kontinuitas Pelayanan Rumah Sakit Umum Medical Mandiri Pacitan pada
khususnya juga untuk para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Chirst, M.et al.,2010, Modern triase in the emergency departement.deutsches


Arzteblatt internasional, 107 (50) pp.892-8

Gilboy, N.et al.2 on Emergency Severity Index (ESI); A Triase Tool for Emergency
Departemen Care version 4 Implementation Handbook 2012 Edition AHRQ
Publi.,Rockville,MD:Agency for health care Research and Quality.

Mace,S.E & Mayer,T.A.2008, Chapter 155 triase. In jill M Baren et al.eds.pediatric


emergency medicine. Philadephia: elsevier health sciences.pp.1087-1096

Oredsson S.et al.2011.Asystemic review of triase-related interventions to improve


patien flow in emergency departement.

IHT Pelatihan Triase dan Transfer

IHT pelatihan PPGD

IHT Pelatihan BLS

Anda mungkin juga menyukai