TRIASE
2020
Lampiran : Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Medical Mandiri
Pacitan
Nomor :
Tentang :
PANDUAN
TRIASE
PACITAN
2020
SURAT KEPUTUSAN
Nomor :
Tentang
PANDUAN
TRIASE
Bismillahirrohmanirrohim
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Ketiga :
Keempat :
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirohim
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan
anugrah-Nya yang telah diberikan kepada penyusun sehingga tersusunlah Buku
Panduan Triase Rumah Sakit Umum Medical Mandiri Pacitan.
Panduan Triase pasien adalah proses pemilihan dan penilaian pasien selama
perawatan di IGD dimana pasien di triase berdasarkan kebutuhan medis.
wasaalamu’alaikum. Wr.Wb
Pacitan,
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II DEFINISI
A. Sistem Triase
B. Proses Triase
BAB V DOKUMENTASI
BAB IV PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah satu pintu masuk rumah sakit. Di
negara maju IGD adalah antar muka rumah sakit dan emergency medical
service (EMS). Di Indonesia EMS hampir tidak bekerja sebagai sebuah sistem.
Saat ini semakin terasa bahwa IGD seolah olah adalah pintu masuk utama ke
rumah sakit. Karena jumlah admsi dari IGD tidak dapat direncanakan dengan
tepat, kerap terjadi sumber daya yang tersedia terbenam dalam kepadatan
pasien yang masuk di IGD (Christ et al.2010).
Kepadatan ini menurut institut of medicine di America Serikat dianggap
sebagai krisis nasional. Kepadatan pasien IGD selain mengkompromi
keselamatan pasien, juga mengancam privasi pasien dan membuat frutasi
staf IGD (Ordsson et al.2011). Kondisi ini memerlukan solusi sistemik yang
disebut sebagai triage.
Triage adalah sistem seleksi pasien yang datang berobat ke Instalasi
Gawat Darurat dalam keadaan sehari-hari dan/atau dalam keadaan bencana.
Dalam hal ini dalam triage juga meliputi cara mendiagnosis serta memilah
penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia.
Kegiatan triage sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat
karena Instalasi Gawat Darurat sebagai pusat pelayanan kesehatan yang
melayani selama 24 jam penuh seharusnya berfungsi untuk melayani
kesehatan pada pasien yang bersifat gawat dan darurat serta membutuhkan
pertolongan segera untuk menghindari perkembangan penyakit yang lebih
parah dan dapat mengancam jiwa pasien.Namun dalam misi sosialnya,
Instalasi Gawat Darurat tidak diperkenankan untuk menolak pasien yang
datang dan membutuhkan pertolongan kesehatan, meskipun pada
kenyataannya bukan termasuk dalam kriteria gawat dan/atau darurat.
Untuk itu diperlukan tata laksana triase yang lebih sehingga pelayanan
kesehatan untuk kasus-kasus gawat dan darurat tidak terganggu oleh
pelayanan kasus-kasus yang tidak gawat dan/atau darurat.
B. Tujuan
1) Penilaian dan penentuan yang cepat terhadap kondisi pasien, mana yang
harus segera ditangani dan mana yang dapat ditunda penanganannya
atau mana yang tidak memerlukan penanganan lebih lanjut
2) Memberikan pelayanan gawat darurat atau kesehatan berdasarkan
prioritas
3) Efisiensi Sumber Daya
4) Pengalokasian Sumber Daya yang sesuai dengan standart atau pedoman
yang ditetapkan
5) Memberikan pelayanan kesehatan yang tepat waktu
BAB II
DEFINISI
Triage merupakan proses formal dalam penilaian dan pemilihan pasien yang
sifatnya segera dari seluruh pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Triage berasal dari bahasa Prancis “trier” yang berarti memilah, mengidentifikasi
mengklarifikasi atau memilih. Awalnya diterapkan dalam perang Napoleon, dimana
para korban ditriage berdasar pada kebutuhan medis bukan pada pangkat atau
kelas sosial ( Dong dan Bullard, 2009).
RUANG LINGKUP
1. Pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum
Medical Mandiri Pacitan
2. Pasien atau korban dari luar Rumah Sakit Umum Medical Mandiri Pacitan
yang akan ditransfer dan dirujuk akibat penyakit tertentu atau kecelakaan
atau bencana.
Petugas triage Rumah Sakit Umum Medical Mandiri Pacitan adalah perawat
triage yaitu perawat yang bekerja di IGD Rumah Sakit Umum Medical Mandiri
Pacitan dan mempunyai sertifikat Basic Trauma Life Support (BTLS) atau Basic
Cardiac Life Support (BTCLS) dan sertifikat pelatuhan triage, yang sudah
diverifikasi oleh Rumah Sakit Umum Medical Mandiri Pacitan.
BAB IV
TATA LAKSANA
1. Sistem Triage
Instalasi Gawat Darurat RSU Medical Mandiri Pacitan memakai tiga
tingkat katagori prioritas pasien berdasarkan Singapore Patient Acuity
Catagory Scale (PACS), yaitu:
1) Prioritas 1 (P1) sesuai denga PACS-1 adalah katagori suatu keadaan
yang memerlukan pertolongan segera dan apabila hal tersebut tidak
dilakukan akan berakibat kecacatan organ bahkan kematian, pasien ini
akan dirawat di ruang prioritas 1 ( ruang resusitasi)
2) Prioritas 2 (P2) sesuai dengan PACS-2 adalah suatu keadaan yang
memerlukan pertolongan segera, dan bila hal tersebut tidak dilakukan
akan terjadi kegawatan, pasien ini akan dirawat di ruan prioritas 2
(ruang kritis)
3) Prioritas 3 (P3) sesuai dengan PACS-3 dan PACS-4 adalah suatu
keadaan yang tidak memerlukan pertolongan segera, pasien akan
dirawat di ruang prioritas 3 ( ruang rawat jalan)
4) Prioritas 0 (P0) penderita yang mengalami cedera mematikan dan tidak
bisa dipertahankan lagi meskipun dilakukan resusitasi, atau penderita
yang sudah meninggal (death on Arrival /DOA). Tidak ada respon pada
semua rangsangan, tidak ada respirasi spontan, tidak ada bukti
aktivitas jantung, tidak ada respon pupil terhadap cahaya.
2. Proses Triage
1) Pasien yang datang ke IGD Rumah Sakit Umum Medical Mandiri
Pacitan, baik yang datang sendiri maupun rujukan, akan langsung
diterima oleh perawat triage
2) Keluarga atau perujuk diarahkan untuk mendaftar di loket pendaftaran.
3) Perawat triage melakukan survey primer untuk menentukan apakah
terdapat ancaman jiwa atau tidak pada pasien tersebut,
a) Apabila terdapat tanda-tanda gangguan Airway Breathing
Circulation (ABC) berat yang sesuai dengan panduan PACS
dan0atau penurunan kesadaran, maka perawat triage langsung
mengantar pasien ke ruang resusitasi tau P-1 dan melakukan
triage diruangan tersebut.
b) Apabila tidak terdapat tanda ancaman jiwa, maka perawat mnerima
dan melakukan pemeriksaan terhadap pasien di ruang triage untuk
menentukan prioritas terhadap pasien tersebut. Setelah perawat
triage menentukan tingkat kegawatan pasien, maka perawat triage
mengirim pasien beserta lembaran statusnya ke bilik prioritas
sesuai kegawatan pasien. Pasien akan dimasukkan ke bilik P-2 bila
terdapat gangguan ABC ringan dan nilai Glasgow Coma Scale (GCS)
15, pasien terasa nyeri hebat atau mengalami fraktur terbuka.
Apabila ABC pasien tidak terganggu, dan mempunyai keluhan
simptomatitis atau luka ringan, GCS 15, maka akan dimasukkan
ke bilik P-3.
4) Pelayanan di ruang kritis (critical care) mencakup pelayanan prioritas 1
(P1) dan prioritas 2 (P2). Semua kasus diruang ini harus sepengetahuan
dokter spesialis on site maupun on call.
BAB V
DOKUMENTASI
Hasil triage psien di dokumentasikan tertulis dalam dari rekam medis pasien.
Hasil re-triage pasien di dokumentasikan tertulis dalam lembar status rekam medis
pasien IGD yang merupakan bagian dari rekam medis pasien.
BAB VI
PENUTUP
Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan triase pasien sesuai
prosedur di Rumah Sakit Umum Medical Mandiri Pacitan. Tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di
kesempatan berikutnya. Semoga panduan ini berguna bagi tim Akses ke Pelayanan
dan Kontinuitas Pelayanan Rumah Sakit Umum Medical Mandiri Pacitan pada
khususnya juga untuk para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Gilboy, N.et al.2 on Emergency Severity Index (ESI); A Triase Tool for Emergency
Departemen Care version 4 Implementation Handbook 2012 Edition AHRQ
Publi.,Rockville,MD:Agency for health care Research and Quality.