Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Bimbingan Konseling 5 (2) (2016)

Jurnal Bimbingan Konseling


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk

PENGEMBANGAN MODEL KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK


PENGELOLAAN DIRI UNTUK MENINGKATKAN EFIKASI DIRI SISWA
TERHADAP PERILAKU BERISIKO MEROKOK
DI SMK YPT 1 PURBALINGGA

Waskam Ashari , DYP Sugiharto, Supriyo

Prodi Bimbingan dan Konseling, Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia


Info Artikel Abstrak
________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Tujuan penelitian: (1) mengetahui pelaksanaan layanan konseling di sekolah, (2) mengetahui
Diterima 14 September kondisi obyektif tingkat efikasi diri siswa terhadap perilaku berisiko merokok, (3) menghasilkan
2016 model layanan konseling kelompok dengan teknik pengelolaan diri untuk meningkatkan efikasi
Disetujui 28 November diri terhadap perilaku berisiko merokok, dan (4) mengetahui efektifitas model layanan konseling
2016 kelompok yang dikembangkan. Desain penelitian research and development (R&D) diaplikasikan
Dipublikasikan 17 dengan langkah-langkah: (1) kajian potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk,
Desember 2016 (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Desain one group pretest-posttest
________________ digunakan untuk menguji efektivitas model. Instrumen penelitian mencakup pedoman obervasi,
Keywords: wawancara dan skala efikasi diri. Hasil penelitian (1) pelaksanaan layanan konseling kelompok
group counselling, belum memadai dalam mengembangkan aspek personal siswa. (2) profil efikasi diri terhadap
self-management, perilaku berisiko merokok sebagian besar berkategori sedang, (3) hasil pengembangan model
self-efficacy, layanan konseling kelompok dengan teknik pengelolaan diri, mencakup: rasional, visi dan misi,
smoking, tujuan, isi layanan, dukungan sistem, dan prosedur pelaksanaan, (4) hasil uji efektivitas
risk behaviors menunjukkan adanya peningkatan secara signifikan rata-rata skor efikasi diri (14,9%) dari pretest
(58,65%) menjadi skor posttest (72,16%) (t (7) = -5,592, p < ,01). Penelitian ini membuktikan
____________________
bahwa layanan konseling kelompok dengan teknik pengelolaan diri efektif untuk meningkatkan
efikasi diri siswa terhadap perilaku berisiko merokok.

Abstrac

The purposes of this study were to: (1) investigate the implementation of counseling services at school, (2)
investigate the objective condition of the student self-efficacy level of smoking risk behaviors, (3) produce models
of group counseling services with self-management techniques to improve self efficacy at smoking risk behavior,
and (4) determine the effectiveness of the model group counseling developed. Design of research and
development (R & D) was applied in the following steps: (1) study the potential and problems, (2) data
collection, (3) the design of the product, (4) design validation, (5) design revisions, and (6) the effectivity test of
the model. The experiment procedur with pretast one-group posttest design was implemented to test the
effectivity product. The instruments include guidelines for observation, interview and self-efficacy scale. The
results of the study are (1) the implementation of group counseling services was not adequate to develop
students’ personal aspects. (2) profiles self-efficacy of risk behavior of smoke were categorized as medium, (3) the
produced model of group counseling with the techniques of self-management was consist of: rational, vision and
mission, objectives, content services, system support, and implementation procedures, (4) the effectiveness
showed a significant increase of self-efficacy (14.9%), namely from pretest (58.65%) to posttest (72.16%)
(72,16%) (t (7) = -5,592, p < ,01). The results of present study proved that the group counseling with self-
management techniques effective to improve students' self efficacy of smoking risk behavior.
© 2016 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6889
Kampus Pascasarjana Unnes, Jalan Kelud Utara III Semarang 50237
e-ISSN 2502-4450
E-mail: asyika2004@yahoo.com

126
PENDAHULUAN lingkungan tetapi dilatarbelakangi oleh persepsi
diri yang berperan aktif mendorong sikap dan
Keberhasilan siswa dalam bidang perilaku tertarik terhadap rokok.
pendidikan di sekolah dinyatakan dalam tujuan Salah satu teknik konseling kognitif
pendidikan nasional sebagai ”…menjadi manusia behavioristik adalah teknik pengelolaan diri (self
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang management) yaitu suatu prosedur pengubahan
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, tingkah laku dimana konseli aktif sendiri dalam
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga menentukan arah perubahannya dengan strategi
Negara yang demokratis serta bertanggung yang ditentukan sendiri. Konseling kelompok
jawab” (UU No. 20/2003 ps 3). Siswa dengan teknik pengelolaan diri dapat memberi
dinyatakan berhasil jika telah mencapai nilai pengalaman kepada konseli dalam menentukan
minimal baik pada suatu kompetensi, yang arah dan seberapa besar tingkat perubahan
mencakup aspek sikap, pengetahuan dan perilaku, merencanakan dan melaksanakan
ketrampilan. Aspek sikap, seperti: disiplin, sendiri kegiatan-kegiatan yang seharusnya
bertanggung jawab, sopan, taat pada peraturan dilakukan dalam suasana dinamika kelompok
ata tata tertib, melakukan tindakan yang yang akan memberikan kekuatan mental, sumber
seharusnya dilakukan, dan mampu belajar dan dukungan afeksi lingkungan sehingga
menyesuaikan diri secara sehat dan positif. dapat meningkatkan keyakinan diri pada
Kenyataannya tidak semua siswa di kemampuannya untuk dapat menghindari,
sekolah dapat berhasil seperti yang diharapkan. mengendalikan atau melakukan perubahan
Sebagian siswa menunjukkan perilaku-perilaku berhenti merokok. Bandura (dalam Feist dan
berisiko, kurang sesuai norma atau negatif, Feist, 2011) bahwa manusia bersifat meregulasi
merugikan dan bahkan membahayakan dirinya diri, proaktif, dan dapat mengatur diri sendiri
dan orang lain, baik pada saat ini maupun di serta mempunyai kekuatan mempengaruhi
masa yang akan datang. Salah satu perilaku tindakan yang seharusnya dilakukan.
berisiko tersebut adalah merokok yang nampak Bertolak dari uraian di atas, maka peneliti
jelas dan tinggi prevalensinya pada siswa berusia tertarik untuk melakukan penelitian dan
remaja. Studi pendahuluan terhadap salah satu pengembangan model layanan konseling
kelas XI program keahlian Teknik Kendaraan kelompok dengan teknik pengelolaan diri untuk
Ringan (TKR) SMK YPT 1 Purbalingga yang meningkatkan efikasi diri siswa terhadap perilaku
berjumlah 31 orang siswa, diperoleh data bahwa berisiko merokok di SMK YPT 1 Purbalingga.
perilaku berisiko merokok memiliki tingkat Adapun tujuan penelitian ini untuk: (1)
persentase paling tinggi disbanding perilaku Mengetahui kondisi obyektif pelaksanaan
negative lainnya (77,42%). Keterlibatan siswa konseling kelompok di SMK YPT 1 Purbalingga;
dalam perilaku berisiko merokok ini karena siswa (2) Mengetahui kondisi obyektif tingkat efikasi
cenderung menyerah pada situasi, pengaruh atau diri terhadap perilaku berisiko merokok pada
tekanan untuk merokok atau memiliki efikasi siswa kelas XI TKR SMK YPT 1 Purbalingga
rendah (Fathiyah, 2008). Sedangkan di sisi lain, tahun pelajaran 2015/2016; (3) Menghasilkan
upaya layanan konseling terhadap siswa merokok model layanan konseling kelompok dengan
ini, kurang didasarkan pada kajian aspek-aspek teknik pengelolaan diri untuk meningkatkan
personal yang dapat mengontrol perilaku. efikasi diri siswa terhadap perilaku berisiko
Pendekatan konseling kognitif behavioristik, merokok; dan (4) Mengetahui tingkat keefektifan
memandang perilaku merokok sebagai perilaku model layanan konseling kelompok dengan
hasil belajar dari lingkungan melalui tahapan teknik pengelolaan diri untuk meningkatkan
pengamatan dan persepsi yang menimbulkan efikasi diri siswa terhadap perilaku berisiko
minat terhadap rokok, kemudian mencoba-coba, merokok.
membiasakan dan menjadi bagian dari hidup Bandura (1995) mengartikan efikasi diri
(Leventhal & Clearly dalam Komasari (2000). sebagai keyakinan seseorang pada
Merokok bukan saja sebagai reaksi terhadap kemampuannya untuk mengatur dan
stimulus seperti ajakan teman, ataupun pengaruh melaksanakan program tindakan yang diperlukan

127
Waskam Ashari, dkk / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (2) (2016)

dalam mengelola situasi prospektif. Menurut wawancara, pedoman observasi dan skala
Feist dan Feist (2010) efikasi diri yaitu keyakinan penilaian efikasi diri perilaku berisiko merokok.
untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap Pedoman wawancara digunakan untuk
keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian mengumpulkan data tentang: (1) pelaksanaan
dalam lingkungan. Efikasi diri terhadap perilaku layanan konseling kelompok selama ini
berisiko merokok dapat diartikan sebagai dilakukan di sekolah, dan (2) kebutuhan layanan
keyakinan seseorang pada kemampuannya untuk konseling kelompok dalam rangka peningkatan
melakukan pengaturan diri dan lingkunganya efikasi diri siswa terhadap perilaku berisiko
agar dapat menahan diri, mengendalikan diri, merokok. Pedoman observasi digunakan untuk
atau melakukan perubahan terhadap perilaku mengamati gejala perilaku dan perubahannya
berisiko merokok. sebelum, selama dan sesudah layanan konseling
Konseling kelompok pengelolaan diri kelompok sebagai bentuk treatment
merupakan suatu proses bantuan terapeutik dilaksanakan. Adapun skala efikasi diri
terhadap sekelompok konseli melalui tahapan digunakan untuk mengetahui tingkat profil efikasi
dan prosedur konseling kelompok dengan diri siswa terhadap perilaku berisiko merokok
menerapkan strategi pengelolaan diri. Dalam sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
tahapan kegiatannya, model konseling kelompok konseling kelompok dengan teknik pengelolaan
ini menekankan pada peran konseli untuk diri.
melakukan pemantauan diri, pengendalian Uji keefektivan model dilaksanakan dalam
stimulus dan pengganjaran diri atas pencapaian 6 sesi konseling kelompok dengan teknik
pengendalian atau perubahan perilaku. Dalam pengelolaan diri sebagai bentuk perlakuan untuk
peningkatan efikasi diri terhadap perilaku meningkatkan efikasi diri siswa terhadap perilaku
berisiko merokok, konseling kelompok dengan berisiko merokok. Jumlah peserta terdiri dari 8
strategi pengelolaan diri mengarahkan konseli siswa yang diidentifikasi berdasarkan hasil
pada pemahaman konsep perilaku yang benar pretest memiliki tingkat efikasi diri rendah dan
dan seharusnya dilakukan ketika dihadapkan sedang. Metode uji keefektivan model yang
pada situasi-situasi yang berisiko merokok. digunakan adalah one-group pretest-posttest
Konseli diajarkan dan dilatih mengidentifikasi design (Sugiyono, 2013). Perlakuan yang
perilaku-perilaku yang hendak diubah atau diberikan adalah layanan konseling kelompok
dikendalikan, kemudian konseli melakukan dengan teknik pengelolaan diri untuk
pemantauan sendiri, pengendalian stimulus dan meningkatkan efikasi diri siswa terhadap perilaku
melakukan ganjar diri atas perubahannya. berisiko merokok.

METODE HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan Hasil penelitian terhadap kondisi obyektif


penelitian dan pengembangan (Research and pelaksaaan konseling kelompok yang diteliti akan
Development) (Sugiyono (2013). Penelitian ini menjadi dasar pengembangan model konseling
melaksanakan 6 (enam) langkah penelitian dan kelompok, meliputi: (1) perencanaan layanan
pengembangan, yaitu: (1) studi pendahuluan, (2) konseling kelompok, (2) pelaksanaan layanan
kajian pustaka, (3) merumuskan model hipotetik, konseling kelompok, (3) materi layanan, dan (4)
(4) uji kelayakan model, (5) merumuskan model evaluasi dan tindak lanjut.
akhir, dan (6) uji keefektivan model. Pada tahap perencanaan guru BK telah
Teknik pengumpulan data dalam melakukan asesmen dengan DCM sebagai
penelitian ini meliputi wawancara, observasi, dan langkah awal dalam penyusunan program BK di
skala penilaian. Sedangkan jenis instrumen sekolah. Asesmen yang dilakukan guru BK
penelitian yang digunakan adalah pedoman belumlah memadai dan memenuhi standar,
128
Waskam Ashari, dkk / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (2) (2016)

karena asesmen pada hakekatnya merupakan akuntabilitas kinerja konselor dalam membantu
proses mengumpulkan, menganalisis dan siswa untuk dapat mengembangkan dirinya
menginterpretasikan data atau informasi tentang secara optimal (Sugiyo, 2011). Lebih lanjut
peserta diri dan lingkungannya untuk dijelaskan bahwa penilaian program bimbingan
mendapatkan gambaran kondisi individu sebagai dan konseling meliputi penilaian personil,
dasar pengembangan program layanan BK yang penilaian proses dan penilaian hasil (Sugiyo,
sesuai kebutuhan (Kemendikbud, 2013). 2011).
Kegiatan layanan kelompok yang pernah Desain model konseling kelompok dengan
dilakukan guru BK dalam penanganan masalah teknik pengelolaan diri untuk meningkatkan
kedisiplinan/ pelanggaran tata tertib lebih efikasi diri siswa terhadap perilaku berisiko
merupakan pemberian nasihat kepada merokok di SMK YPT 1 Purbalingga meliputi:
sekelompok siswa tanpa perencanaan/persiapan (1) rasional atau landasan logis perlu
dan tahapan-tahapan layanan konseling dikembangkannya model, (2) visi dan misi, (3)
kelompok. Hal ini tentu belum sesuai dengan tujuan layanan, (4) isi layanan konseling
hakekat konseling kelompok bahwa layanan kelompok, (5) pendukung sistem, (6) tahapan
konseling yang mengikutsertakan sejumlah pelaksanaan, (7) evaluasi dan tindak lanjut.
peserta dalam bentuk kelompok dengan konselor Model hipotetik ini selanjutnya dilakukan uji ahli
sebagai pemimpin kelompoknya untuk dan praktisi, untuk memperoleh masukan sebagai
membahas masalah pribadi yang dialami oleh dasar perbaikan dan perumusan model akhir.
masing-masing anggota kelompok melalui Uji keefektivan model dilakukan dalam 6
dinamika kelompok (Kemendikbud, 2013). sesi konseling kelompok untuk meningkatkan
Sedangkan tahapan konseling kelompok yang efikasi diri siswa terhadap perilaku berisiko
mencakup tahap pembentukan, peralihan, merokok, dengan jumlah peserta 8 orang siswa
kegiatan dan pengakhiran melibatkan peran yang diidentifikasi memiliki tingkat efikasi diri
pemimpin dan anggota kelompok agar tercipta rendah dan sedang berdasarkan hasil pretest skala
suatu dinamika yang mampu mengembangkan efikasi diri. Pada setiap akhir sesi dilakukan
kemampuan komunikasi dan interaksi sosial penilaian segera (Laiseg) mengacu UCA
(Prayitno, 2009, 2012). (Understanding, Camfort dan Action) untuk
Menurut peneliti, materi layanan belum mengetahui tingkat pemahaman, reaksi
menyentuh upaya memfasilitasi perkembangan emosional dan rencana kegiatan yang akan
aspek-aspek personal siswa dalam bidang kognisi dilakukan sebagai progres yang dicapai masing-
dan afeksi yang dapat menjadi agen perilaku yang masing anggota. Sedangkan hasil
dinamis, sehat dan produktif. Wibowo (2012) membandingkan skor yang diperoleh dari pretest
bahwa kegiatan konseling kelompok merupakan dan posttest skala efikasi diri siswa terhadap
hubungan antar pribadi yang menekankan pada perilaku berisiko merokok, menunjukkan adanya
proses berpikir secara sadar, perasaan-perasaan, peningkatan skor pada setiap peserta konseling
dan perilaku anggota untuk meningkatkan kelompok yang ditunjukkan dalam Tabel 1.
kesadaran akan pertumbuhan dan perkembangan
individu yang sehat.
Sedangkan evaluasi dan tindak lanjut
teradministrasi secara baik sesuai teori evaluasi
progam bimbingan bahwa penilaian program
bimbingan dan konseling merupakan bagian
integral dalam penyelenggaraan program
bimbingan dan konseling dan merupakan

129
Waskam Ashari, dkk / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (2) (2016)

Tabel 1. Perolehan Skor Pretest dan Posttest Efikasi Diri Terhadap Perilaku Berisiko Merokok
Skor Perolehan
Anggota
No Pre test Post test Peningkatan
Kelompok
Skor % Kategori Skor % Kategori Skor %
1 ABW 237 49,38 Rendah 285 59,38 Sedang 48 10,00
2 IVP 241 50,21 Sedang 400 83,33 Tinggi 159 33,13
3 IDS 243 50,63 Sedang 290 60,42 Sedang 47 9,79
4 HRS 274 57,08 Sedang 298 62,08 Sedang 24 5,00
Sangat
5 ANS 275 57,29 Sedang 407 84,79 132 27,50
Tinggi
6 HMP 284 59,17 Sedang 308 64,17 Sedang 24 5,00
7 RZP 284 59,17 Sedang 376 78,33 Tinggi 92 19,17
8 YAP 293 61,04 Sedang 339 70,63 Tinggi 46 9,58
Rata-Rata 266,38 55,49 Sedang 337,88 70,39 Tinggi 71,50 14,90

Selanjutnya, terdapat peningkatan yang pengendalian diri dan perubahan diri terhadap
sangat signifikan tingkat efikasi diri siswa perilaku berisiko merokok menunjukkan
terhadap perilaku merokok (t (7) = -3,982, p < kenaikan secara signifikan. Berikut ini disajikan
,01). Perbandingan skor peroleh pada masing- rangkuman analisis hasil uji efektivitas model
masing aspek efikasi diri yaitu ketahanan diri, seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengujian Efektivitas Model Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik Pengelolaan
Diri Untuk Meningkatkan Efikasi Diri Terhadap Perilaku Berisiko Merokok

P Value
Pre Post Keterang-
No Aspek t (7) Sig. (2-
test test an
tailed)
1. Efikasi diri terhadap 266 338 -3,982 0,005 Signifikan
perilaku berisiko me-
rokok secara umum.
2. Ketahanan diri 92 123 -3,796 0,007 Signifikan
3. Pengendalian diri 94 115 -3,384 0,012 Signifikan
4. Perubahan perilaku 80 100 -4,215 0,004 Signifikan

130
Waskam Ashari, dkk / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (2) (2016)

Berdasarkan analisis statistik dengan kegiatan yang melibatkan subyek yang diberi
menggunakan paired sample t-test terhadap skor pemahaman, kegiatan yang dilakukan untuk
efikasi diri secara umum maupun pada setiap mencapai suatu kondiri sikap dan perilaku yang
aspek ditemukan ada perbedaan yang signifikan seharus dilakukan ketika menghadapi pengaruh
antara pretest dan posttest. Dengan demikian merokok atau situasi berisiko lain.
bahwa model konseling kelompok dengan Dengan adanya peningkatan efikasi diri
teknik pengelolaan diri secara efektif dapat melalui layanan konseling tersebut, maka perlu
meningkatkan efikasi diri siswa terhadap dimaksimalkan penggunaan layanan konseling
perilaku berisiko merokok. Hasil penelitian kelompok sebagai bentuk intervensi strategis
terkait dengan peningkatan efikasi diri melalui dalam rangka meningkatkan efikasi diri
bentuk intervensi bimbingan dan konseling telah terhadap perilaku berisiko merokok. Dikatakan
banyak dilakukan. Seperti Strecher et.al (1986: strategis karena dengan konseling kelompok
83) memaparkan temuan Brod and Hall yang akan terjadi proses komunikasi dan persuasi
konsisten dengan Prochaska dan Diclemente verbal antar personal yang terlibat dalam
bahwa subyek yang memilih untuk mengikuti suasana keterbukaan, kerjasama, saling memberi
program berhenti merokok memiliki tingkat dan menerima, dan proses belajar dari
efikasi yang lebih tinggi daripada orang yang kesuksesan orang atau teman lain. Dengan
tidak mengikutinya. Demikian juga Hyde e.at proses ini, anggota akan memperoleh
(2008) yang melakukan kajian hasil-hasil pengetahuan dan keyakinan dirinya dalam
penelitian tentang efektivitas intervensi dalam bersikap dan bertingkah laku yang lebih positif
meningkatkan efikasi diri dalam rangka dan produktif. Menurut Natawidjaja (2009: 7)
mengubah perilaku kecanduan merokok, bahwa dalam konseling kelompok, konselor
alkohol dan penggunaan narkoba, berupaya membantu menumbuhkan dan
menyimpulkan bahwa efikasi diri dapat meningkatkan kemampuan konseli untuk
ditingkatkan dengan berbagai metode. Scheiding menghadapi dan mengatasi persoalan atau hal-
(2009) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa hal yang menjadi kepedulian masing-masing
(1) skor efikasi diri kelompok sukses berhenti konseli melalui pengembangan pemahaman,
merokok lebih tinggi secara signifikan sikap, keyakinan, dan perilaku konseli yang
dibandingkan dengan kelompok yang tidak tidak tepat dengan cara memanfaatkan suasana
sukses, (2) ada peningkatan skor efikasi diri kelompok.
setelah mendapat perlakukan dalam program Agar konseling kelompok lebih maksimal
berhenti merokok. Sejalan dengan temuan dalam meningkatkan efikasi diri terhadap
tersebut, Ulfa (2009) menyatakan adanya perilaku berisiko merokok, maka dikembangkan
peningkatan efikasi diri pada kelompok remaja layanan konseling kelompok dengan teknik
berisiko tinggi yaitu remaja yang merokok atau pengelolaan diri. Penelitian yang dilakukan oleh
mempunyai teman sebaya yang menggunakan Thoolen et.al (2007) menyimpulkan bahwa self
NAPZA setelah mengikuti pelatihan ketahanan management (pengelolaan diri) efektif dalam
diri yang antara lain mencakup kegiatan meningkatkan gaya hidup dan menurunkan
peningkatan pengetahuan tentang NAPZA, risiko kardiovaskular pada pasien diabetes type
mengenali sosial pressure, mengembangkan 2. Hubungan efikasi diri dengan perilaku
ketrampilan menolak bujukan melalui diskusi, pengelolaan diri dengan hasil konsisten di
pemberian informasi, kerja kelompok, seluruh ras/etinis artinya penderita yang
pemutaran film dan role play. memiliki efiksi diri tinggi memiliki kemampuan
Bentuk-bentuk intervensi tersebut di manajemen diri yang tinggi pula. Penderita
atas dapat ketagorikan dalam layanan diabetes memiliki risiko yang sama dengan
bimbingan dan konseling karena ada program perokok dimana tingkat risikonya ditentukan

131
Waskam Ashari, dkk / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (2) (2016)

oleh gaya hidup atau cara mengatur dan seperti efikasi diri terhadap perilaku berisiko
mengarahkan dirinya pada perilaku yang tidak merokok.
berisiko. Ketika seseorang mampu melakukan Tingkat efikasi diri terhadap perilaku
pengelolaan diri maka dia akan mengatur atau berisiko merokok siswa Kelas XI TKR SMK
mengarahkan sendiri pada perilaku-perilaku YPT 1 Tahun Pelajaran 2015/2016 Purbalingga,
yang diinginkan dan seharusnya dilakukan. Hal menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
ini sesuai dengan O’Leary dalam Fathiyah memiliki efikasi diri sedang, baik secara umum
(2008: 14) yang menjelaskan bahwa efikasi diri maupun khusus pada aspek ketahanan diri,
merupakan keyakinan seseorang untuk pengendalian diri dan perubahan perilaku.
melakukan manajemen diri. Dengan efikasi diri Kondisi ini dapat menyebabkan siswa terlibat
tinggi, seseorang dapat dapat menahan diri, dalam perilaku berisiko merokok sehingga perlu
mengendalikan atau melakukan tindakan ditangani dengan suatu model layanan
perubahan perilaku merokok. konseling untuk meningkatkan efikasi diri siswa.
Sukaji dalam Komalasari (2011: 180) Model konseling kelompok dengan teknik
mengartikan pengelolaan diri sebagai prosedur pengelolaan diri untuk meningkatkan efikasi diri
dimana individu mengatur perilakunya sendiri. siswa terhadap perilaku berisiko merokok
Dengan teknik pengelolaan diri, individu belajar meliputi: (1) rasional, (2) visi dan misi, (3)
mengelola pikiran, perasaan dan perilakunya tujuan layanan, (4) isi layanan konseling
sendiri sehingga perubahan yang terjadi atas kelompok, (5) pendukung sistem, (6) tahapan
usahanya sendiri akan dianggap sebagai pelaksanaan, (7) evaluasi dan tindak lanjut.
pengalaman kesuksesan diri dan bisa bertahan Model konseling kelompok dengan teknik
lebih lama. Sedangkan menurut Bandura (1997: pengelolaan diri efektif dapat meningkatkan
79) bahwa efikasi diri itu dapat dipelajari dan efikasi diri siswa terhadap perilaku berisiko
dikembangkan dari 4 sumber yaitu (1) merokok, baik secara umum maupun pada
pengalaman kesuksesan diri, (2) belajar dari setiap aspek ketahanan diri, pengendalian diri,
pengalaman orang lain, (3) persuasi verbal, dan dan perubahan perilaku diri.
(4) kondisi fisik dan emosional. Dengan
demikian model layanan konseling kelompok DAFTAR PUSTAKA
dengan teknik pengelolaan diri dapat menjadi
salah satu strategi konseling dalam membantu Bandura, A. (Ed.). 1995. Self Efficacy in Changing
konseli meningkatkan efikasi diri perilaku Societies. New York, NY: Cambridge
University Press.
berisiko merokok khususnya, dan mengatasi
Fathiyah, K. N., & Harahap, F. 2008. Konseling
masalah-masalah dengan mengembangkan
Sebaya untuk Meningkatkan Efikasi Diri
aspek personal lain yang memiliki peran
Terhadap Perilaku Berisiko. Laporan
mengendalikan perilaku. Penelitian tidak Dipublikasi. Yogyakarta: FIP
UNY.
SIMPULAN Feist, J., & Feist, G. J. 2010. Teori Kepribadian.
Terjemahan Smita Prathita S. Jakarta:
Layanan konseling kelompok yang Salemba Humanika.
dilaksanakan di SMK YPT 1 Purbalingga belum Hyde, Hankins, Deale, & Marteau. 2008. “Intervensi
sesuai dengan prosedur dan langkah-langkah to increase eelf efficacy in the context of
addiction behaviours: A systematic literature
konseling kelompok serta belum didasarkan
review”. Journal of Health Psychology. 13 (5),
pada perencanaan, kajian mendalam dan
607-623,
penerapan pendekatan dan teknik-teknik Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru
konseling yang diperlukan untuk pengembangan Implementasi Kurikulum 2013 Bimbingan
aspek-aspek personal pengendali perilaku, Konseling. Jakarta: Badan Pengembangan

132
Waskam Ashari, dkk / Jurnal Bimbingan Konseling 5 (2) (2016)

SDM Dikbud dan Penjaminan Mutu Strecher, et.al. 1986. The role of self efficacy in
Pendidikan. achieving health behavior change. Health
Komalasari, G., Wahyuni, E., & Karsih. 2011. Teori Educational Quarterly. 13 (1), 73-91.
dan Teknik Konseling. Jakarta: Indeks. Sugiyo. 2011. ManajemenBimbingan dan Konseling
Natawidjaja, R. 2009. Konseling Kelompok, Konsep di Sekolah: Pedoman Teoritis dan Praktis
Dasar dan Pendekatan. Bandung: Rizqi Press. Konselor Sekolah. Semarang: Widya Karya.
Prayitno. 2009. Layanan Bimbingan dan Konseling Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan,
Kelompok. Seri Layanan Konseling. Padang: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
UNP. D. Bandung: Alfabeta.
Scheiding, Rachel A. 2009. The Relationship between Thoolen, et.al. 2007. Effectiveness of a self
Smoking Cessation and Sef Efficacy. Tesis management intervention in patiens with
Online, diakses 24 Oktober 2014. screen-detected type 2 diabetes. ProQuest.
Diakses 19 Desember 2013. 1 – 9.

133

Anda mungkin juga menyukai