Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATA KULIAH BIOKIMIA 2

Nama : Anggia Siti Febrianti (1177040012)

Fahma Azizah (1177040026)

Isal Abdussalam (1177040038)

1. Cartisone, obat yang mirip dengan kortisol kadang-kadang diberikan kepada


orang-orang yang memiliki alergi parah atau peradangan yang luas atau yang
menderita penyakit autoimun. Mengambil substansi ini secara kronis dapat
merusak korteks adrenal. jelaskan bagaimana kerusakan ini dapat terjadi !

Jawab :
Alergi adalah suatu gangguan pada sistem imunitas atau kekebalan tubuh atas
adanya benda yang diangap asing oleh tubuh. Pada orang yang sehat, sistem imunitas
berada dalam keadaan harmonis dengan perlindungan optimal dalam mengatasi
gangguan benda-benda asing dari luar tubuh dengan memberikan reaksi tubuh terhadap
adanya gangguan tersebut. Namun pada orang yang alergi, sistem imunitas menjadi tidak
seimbang, sehingga reaksi yang dimunculkan oleh tubuh menjadi berlebihan, atau
dengan kata lain disebut hipersensitif. Karena itu, alergi disebut juga penyakit
hipersensitivitas.
Kortikosteroid adalah obat yang mengandung hormon steroid yang berguna untuk
menambah hormon steroid dalam tubuh bila diperlukan, dan meredakan peradangan atau
inflamasi, serta menekan kerja sistem kekebalan tubuh yang berlebihan. Kortikosteroid,
seperti cortisone atau hydrocortisone, diproduksi secara alami di kelenjar adrenal bagian
terluar atau korteks. Kortisol mengatur banyak sistem, oleh karenanya kelebihan kortisol
akan menimbulkan banyak gejala dan masalah pada kesehatan
Berikut efek kelebihan hormon steroid kortisol:
 Penurunan imunitas atau daya tahan tubuh
 Depresi
 Kelelahan
 Kenaikan berat badan
 Penumpukan lemak terutama di wajah, punggung atas (buffalo hump), dan dada
 Obesitas terutama pada perut / obesitas sentral
Sedangkan kelebihan aldosteron paling sering menimbulkan gejala tekanan darah
tinggi, dan peningkatan retensi (penumpukan) air dan garam dalam tubuh. Aldosteron
tinggi juga bisa menyebabkan kadar kalium darah yang rendah (hipokalemia) yang dapat
menimbulkan gejala berupa kelemahan, kesemutan, spasme oto, dan paralisis periodik
yang bersifat sementara.

Fungsi Kelenjar Adrenal

Kelenjar adrenal terdiri dari dua bagian utama, yaitu korteks adrenal (bagian luar)
dan medula adrenal (bagian dalam). Korteks adrenal bertanggung jawab dalam
memproduksi tiga jenis hormon, yaitu aldosteron yang mengatur elektrolit dalam tubuh
dan tekanan darah, kortisol yang mengontrol kadar gula darah dan metabolisme, dan
gonadokortikoid yang mengatur hormon seks. Jika korteks adrenal berhenti berfungsi,
maka proses metabolisme di dalam tubuh pun akan terhenti dan mengakibatkan
munculnya penyakit.

Sedangkan, medula adrenal berperan dalam mengeluarkan hormon epinefrin


(adrenalin) dan norepinefrin (noradenalin) pada saat stres. Kedua hormon ini memiliki
fungsi yang serupa, yaitu bertugas meningkatkan aliran darah ke otot, merangsang
jantung berdetak lebih cepat, mempersiapkan tubuh menghadapi keadaan darurat,
memicu pelepasan gula darah, meningkatkan kewaspadaan pikiran dan mengirimkan
sinyal antara sel-sel saraf di otak. Sementara itu, hormon norepinefrin secara klinis
biasanya dipakai untuk meningkatkan aliran dan tekanan darah ketika tekanan darah
dalam tubuh berada jauh di bawah normal (syok).

Bila hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal terlalu banyak ataupun terlalu
sedikit, tubuh bisa menjadi sakit. Gangguan fungsi kelenjar adrenal dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, seperti kelainan genetik, gangguan sistem kekebalan tubuh, infeksi,
tumor, dan perdarahan. Kelebihan pada kortisol juga dapat menyebabkan kehilangan
kalium pada darah dimana kalium bekerja dalam hormon juga.

Efek samping kortisol terutama tampak pada penggunaan lama dengan dosis
tinggi, yakni melampaui 50 mg sehari atau dosis setaraf dengan derivate sintesisnya.
Adanya penumpukkan cairan, dan hanya menyembuhkan gejalanya saja tidak
penyakitnya. Kortisol terikat pada 2 jenis protein plasma, yaitu globulin pengikat
kortikosteroid dan albumin. Afinitas globulin tinggi, tetapi kapasitas ikatnya rendah,
sebaliknya afinitas albumin rendah tetapi kapasitas ikatnya relatif tinggi. Karena itu,
pada kadar rendah atau normal, sebagian besar kortikosteroid terikat globulin. Bila kadar
kortikosteroid meningkat jumlah hormone yang terikat albumin dan bebas juga
meningkat, sedangkan yang terikat globulin sedikit mengalami perubahan.

2. Apa yang terjadi pada sistem endokrin ketika kita sudah tua?

Jawab:
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan
dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan
menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak
memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-
kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar
sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-
hormon secara langsung ke dalam aliran darah.
Perubahan System Endokrin pada Lansia
1) Produksi hampir semua hormon menurun
2) Penurunan kemampuan mendeteksi stress
3) Konsentrasi glukosa darah meningkat dan tetap naik lebih lama dibandingkan
dengan orang yang lebih muda
4) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah
5) Penurunan kadar esterogen dan peningkatan kadar follicle stimulating
hormone selama menopause,yang menyebabkan thrombosis dan osteoporosis
6) Penurunan kadar progesterone
7) Penurunan kadar aldosteron serum sebanyak 50%
8) Penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%

Gangguan System Endokrin pada Lansia


a. Diabetes Melitus
Suatu penyakit kekurangan atau resistensi insulin yang kronis.Diabetes
mellitus ditandai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,protein,dan
lemak.Peranan insulin di tubuh adalah untuk mengangkut glukosa ke dalam sel
untuk bahan bakar atau simpanan glikogen.Karena insiden DM meningkat seiring
pertambahan usia,professional perawatan kesehatan yang merawat lansia harus
memiliki pemahaman yang lengkap mengenai penyakit ini.
Diabetes terbagi dalam 2 bentuk :
a) Diabetes tipe 1 : yang tergantung pada insulin
b) Diabetes tipe 2 : yang tidak tergantung pada insulin.pada lansia diabetes tipe
2 terhitung sebanyak 90% kasus.
b. Diabetes Melitus tipe 2
Seiring pertambahan usia,sel-sel tubuh menjadi lebih resisten terhadap insulin,yang
mengurangi kemapuan lansia untuk memetabolisme glukosa.Selain itu pelepasan
insulin dari sel beta pancreas berkurang dan melambat.Hasil dari kombinasi proses
ini adalah hiperglikemia.Pada lansia konsentrasi glukosa yang mendadak dapat
meningkatkan dan lebih memperpanjang hiperglikemia.
 Tanda dan gejala
o Penurunan berat badan dan kelelahan (tanda dan gejala klasik pada lansia)
o Kehilangan selera makan
o Penurunan penglihatan
o Retinopati atau pembentukan katarak
Catatan : lansia mungkin tidak mengalami polidipsi karena mekanisme haus lansia
kurang efektip
 Pemeriksaan dianostik
Kadar glukosa serum puasa dan pemeriksaan toleransi glukosa memberikan
diagnosis definif diabetes
Diagnosis dibuat setelah satu dari tiga criteria :
o Konsentrasi glukosa plasma acak 200mg/dl atau lebih tinggi
o Konsentrasi glukosa darah puasa 126mg/dl atau lebih tinggi
o Kadar glukosa darah puasa setelah asupan glukosa peroral 200mg/dl atau lebih
 Komplikasi
o Hipoglikemi
o Ketoasidosis diabetic,yang ditandai dengan hiperglikemia berat merupakan
kondisi tang mengancam jiwa.
o Neuropati perifer biasa terjadi pada tangan dan kaki
 Penatalaksanaan
o Pasien yang menderita diabetes tipe 1 membutuhkan penggantian insulin dan
pemantauan kadar glukosa serum dan diet erta regimen latihan yang ketat
o Pasien penderita diabetes tipe 2 dapat memerlukan obat antidiabetik oral untuk
merangsang produksi insulin endogen,meningkatkan sensitifitas insulin tingkat
seluler,menekan glukoneogenesis hepatik dan memperlambat absorpsi
karbohodrat di GI.
o Ahli gizi dapat menyusun diet khusus untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien.
o Olahraga merupakan sarana penting dalam menangani diabetes tipe 2.Aktivitas
fisik meningkatkan sensitivitas insulin,memperbaiki toleransi glukosa dan
meningkatkan pengendalian berat badan.
 Diagnose keperawatan
Resiko cedera berhubugan dengan komplikasi diabetes Intervensi
o Berikan insulin atau obat diabetic sesuai resep
o Jika regimen terapi telah ditetapkan,pantau kadar glukosa serum atau
Hamoglobin terglikosilasi setiap 6 sampai 8 minggu
o Pantau apakah ada komplikasi akut terapi diabetic
o Perhatikan apakah ada tanda-tanda neuropati diabetic
o Perhatikan apakah ada tanda-tanda infeksi

Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan Diabetes mellitus dan regimen


pengobatan yang kompleks Intevensi :

o Bantu pasien mengembangkan strategi koping yang baru


o Rujuk pasien dan anggota keluarga untuk konseling
o Dorong pasien mengungkapkan perasaannya mengani diabetes dan eeknya pada
gaya hidup dan harapan hidup pasien
o Berikan perawatan kulit yang seksama
 Penyuluhan
o Ajarkan pasien mengenai proses penyakit dan tekankan pentingnya mengikuti
rencana terapi yang diprogramkan
o Dorong pasien untuk mengikuti semua pertemuan dengan dokter dan
pemeriksaan laboratorium serta mempertahankan catatan hasil glukosa darah
normal
o Mendorong kepatuhan perubahan gaya hidup yang diperlukan
o Instruksikan perawatan kaki pada pasien
c. Menopause
Menopause adalah suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita
yang biasanya terjadi diatas usia 40 tahun. Ini merupakan suatu akhir proses biologis
dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon Estrogen
yang dihasilkan Ovarium (indung telur ). Seorang wanita dikatakan mengalami
menopause bila siklus menstruasinya telah berhenti selama 12 bulan.
Hal ini disebabkan karena pertambahan usia sehingga ovarium menjadi kurang
tanggap terhadap rangsangan LH dan FSH yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa.
Akibatnya ovarium melepaskan lebih sedikit estrogen dan progesteron, dan pada
akhirnya proses ovulasi terhenti

Menopause dibagi menjadi 2, yaitu :

1) Menopause dini
Menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun
2) Menopause buatan
Merupakan akibat dari campur tangan medis yang menyebabkan berkurangnya
atau berhentinya pelepasan hormon oleh ovarium.

Etiologi menopause

Alami : semakin tua, folikel wanita makin resisten terhadap stimulasi hormon
gonadotropin dan reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Akibatnya FSH
dan LH di darah akan naik dan berakibat stimulasi stromal terhadap ovarium. Kadar
estrogen dan progesteron pun menurun. Akhirnya terjadi feedback negatif dengan
peningkatan FSH dari kalenjar hipofise. Tubuh pun bereaksi dengan menopause

Buatan: Akibat tindakan bedah (surgical menopause) atau pengobatan kanker


(medical menopause) Sehingga perlu dilakukan operasi pengangkatan indung telur/
ovarium

Gejala-gejala menopause

 Hot flashes
Merupakan perasaan panas yang muncul sebentar dan membuat wajah
serta leher memerah. Selain itu, bisa juga menyebakan munculnya bintik merah di
dada, punggung dan lengan. Kondisi ini kemungkinan diikuti oleh keringat dan
perasaan dingin
 Vagina menjadi kering
 Gejala psikis dan emosional
 Pusing, kesemutan, dan jantung berdebar
 Hilangnya kendali terhadap kandung kemih
 Peradangan kandung kemih atau vagina
 Penyakit jantung dan pembuluh darah
d. Patofisiologi
Pramenopause : Kekacauan siklus haid, perubahan psikologis/ kejiwaan,
perubahan fisik, pendarahan memanjang dan relatif banyak, terkadang disertai nyeri
haid (dismenorea), usia antara 48-55 tahun, berlangsung selama 4-5 tahun.
Perimenopause : Merupakan masa peralihan dengan siklus haid yang tidak
teratur, mulai mengalami keluhan klimaterik, kadar FSH, LH, dan estrogen
bervariasi, kadar progesteron rendah.
Menopause : Haid berhenti, kadar estrogen berkurang, perubahan serta
keluhan psikologik dan fisik makin menonjol, usia antara 56-60 tahun, berlangsung
3-4 tahun.
Pascamenopause : Adaptasi perubahan psikologik dan fisik, ovarium sudah
tidak berfungsi, hormon gonadotropin meningkat, keluhan makin berkurang, usia
60-65 tahun.
Andropause : Istilah andropause yang menimpa pria memang belum
memasyarakat. Bahkan cenderung dianggap mitos. Padahal seluruh jenis hormone
yang menurun itu merupakan kenyataan. Andropause berbeda dengan menopause.
Andropause kadang- kadang disebut pula dengan istilah “padam” (partial androgen
deficiency in aging male). Maksudnya, hormone reproduksi pria yang mulai
menurun, namun tidak bersifat total. Tanda-tandanya: mudah berkeringat, merasa
panas, gelisah, susah tidur, takut, cepat depresi, cepat lelah.
e. Penatalaksanaan
Terapi hormon pengganti. Terapi ini bisa meredakan gejala -gejala
menopause.Badan pengawas obat dan makanan Amerika (FDA) menganjurkan
penggunaan produk dosis rendah dan dalam waktu sesingkat mungkin. Hal ini
karena studi telah menemukan bahwa penggunaan terapi pengganti hormon jangka
panjang bisa meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, pengentalan darah dan
kanker payudara
Pertimbangkan perlu tidaknya terapi hormon dan obat yang diresepkan
lainnya, seperti pil KB dosis rendah pada masa perimenopause, antidepressant, obat
tekanan darah, krim vagina serta terapi lainnya. Penyesuaian gaya hidup, seperti diet,
olahraga, tidur dan mengontrol stres. Mereka yang mengalami Andropause merasa
tidak percaya diri, turunnya motivasi, menghargai diri sendira, dan ketajaman
mental. Mereka pun merasa tenaga dan kekuatannya berkurang termasuk massa pada
ototnya, selain kehilangan bulu-bulu sexsual ditubuhnya. Hal tersebut di barengi
dengan penumpukan lemak di daerah perut. Minat terhadap seksual ikut menurun,
disertai dengan perubahan tingkah laku maupun aktivitas seksualnya. Dengan
sendirinya, kualitas orgasme dan kemampuan ereksi berkurang pula bersama dengan
ejakulasi hingga volumenya menurun.

Anda mungkin juga menyukai