Anda di halaman 1dari 21

BAGIAN / SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAS UNIVERSITAS HALU OLEO FEBRUARI 2020


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAHTERAMAS

PITIRIASIS ROSEA

PENYUSUN :
Waode Sherly Saera, S.Ked
K1A1 09 027

PEMBIMBING :
dr. Hj. Rohana Sari Suaib, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAHTERAMAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
2
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Waode Sherly Saera, S.Ked


NIM : K1A1 09 027
Judul : Pitriasis Rosea
Bagian : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Fakultas : Kedokteran
Telah menyelesaikan Referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo pada Januari

2020.

Kendari, 2 Maret 2020


Pembimbing

dr. Hj. Rohana Sari Suaib, Sp.KK

3
PITIRIASIS ROSEA
Waode Sherly Saera, Rohana Sari Suaib
A. Pendahuluan
Pitiriasis rosea (PR) adalah gangguan papulosquamous yang pertama kali

dideskripsikan oleh Robert Willan pada tahun 1798 dengan nama Roseola

Annulata. Selanjutnya, berbagai nama telah diberikan untuk gangguan ini seperti

pitiriasis circinata, roseola annulata, dan herpes tonsuran maculosus.1 Kemudian

pada tahun 1860, Gilbert memberi nama pitiriasis rosea yang berarti skuama

berwarna merah muda (rosea). 2

PR ialah penyakit papuloskuarmus jinak yang belum diketahui

penyebabnya yang dimulai dengan sebuah lesi primer dengan karakteristik

gambaran Herald Patch berbentuk eritema dan skuama halus muncul pada bagian

punggung, perut atau dada, diikuti oleh erupsi beberapa lesi sekunder bersisik

eritematosa kecil yang sebagian besar terletak pada leher dan mengikuti garis

tengah badan (Christmas tree / pohon natal atau penampilan pohon cemara

terbalik). 1,2

Erupsi biasanya didahului oleh gejala prodromal berupa sakit tenggorokan,

gangguan pencernaan, demam, dan artralgia. Perkiraan kejadian PR adalah 0,5-2%

dari populasi dan mempengaruhi kedua jenis kelamin dalam kelompok usia 15-30

tahun meskipun juga terlihat umum pada orang tua dan anak-anak. Penyakit ini

sembuh sendiri dalam kbanyakan kasus, erupsi membaik dalam 2-8 minggu. 1

PR adalah kondisi umum yang mudah didiagnosis dan ditangani oleh

1
dokter.1 Diagnosis PR dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis apabila

sulit menegakkan diagnosis PR. 3

B. Definisi
PR adalah sebuah bentuk peradangan akut, erupsi kulit terkait dengan

infeksi primer atau reaktivasi human herpesvirus (HHV) - 6 (HHV-6) dan / atau

HHV-7 yang pada awalnya muncul seperti plak bersisik bentuk oval pada badan

(Herald patch) ukuran sekitar 3 - 5 cm, berbentuk eritema dan skuama halus yang

kemudian diikuti dengan lesi sekunder yang mempunyai gambaran khas,

asimtomatik, dan merupakan penyakit kulit yang dapat sembuh sendiri. Lesi

pertama yang muncul akan diikuti kemunculan lesi-lesi berikutnya dalam hitungan

hari hingga beberapa minggu kemudian yang berlokasi di sepanjang badan

(christmas tree pattern.4

PR adalah peradangan kulit berupa eksantema yang ditandai dengan lesi

makula-papula berwarna kemerahan ( salmon colored ) berbentuk oval, circinate

tertutup skuama collarette, soliter dan lama kelamaan menjadi konfluen.5

C. Etiologi
Penyebab pasti dari PR belum diketahui, tetapi berdasarkan variasi

kejadian dan pengelompokan di masyarakat menunjukkan bahwa PR adalah

penyakit menular. Infeksi seperti virus, bakteri, spirochetes, dan penyebab tidak

menular seperti atopi dan autoimunitas diketahui sebagai penyebabnya.6 Watanabe

dkk melakukan penelitian dan mempercayai bahwa PR disebabkan oleh virus

2
Human herpes virus (HHV). Mereka mendemonstrasikan replikasi aktif dari HHV-

6 dan HHV-7 dalam sel mononuklear pada lesi kulit, hal ini sama dengan

mengidentifikasi virus-virus pada sampel serum pasien. 5

Temuan pada mikroskop cahaya dan elektron menunjukkan infeksi HHV-

6/7. Antigen virus ini telah terdeteksi pada lesi kulit melalui imunohistokimia dan

DNA-nya telah diisolasi dari kulit non-lesional, sel mononuklear darah tepi,

serum, dan sampel air liur. HHV-6 dan HHV-7 juga dapat berinteraksi satu sama

lain, menjelaskan rekurensi dan presentasi atipikal.3

Erupsi kulit yang mirip dengan PR dapat timbul sebagai akibat dari reaksi

obat. Berikut macam -macam obat yang berhubungan dengan munculnya erupsi

kulit mirip PR antara lain:1

D. Patofisiologi
Patofisiologi PR masih menjadi perdebatan. Beberapa faktor diduga

3
menjadi agen infeksius berdasarkan pengelompokan kasus, sifat sembuh sendiri,

dan kekambuhan yang jarang terjadi. Patogen yang diduga menjadi penyebab PR

adalah human herpes virus (HHV)-6 dan / atau HHV-7 dengan reaktivasi atau

infeksi primer. Beberapa dukungan untuk teori ini berasal dari meningkatnya

insiden pada kehamilan, keadaan imunosupresif, serta penelitian yang

mengidentifikasi HHV-6 dan HHV-7 menggunakan polymerase chain reaction

(PCR) pada kulit individu yang terkena PR.7

E. Epidemiologi
PR memiliki distribusi di seluruh dunia dan ditemukan pada semua ras.

Studi di Amerika Serikat menemukan insiden menjadi 0,16% (160 kasus per

100.000 orang). Studi di negara lain melaporkan insiden mulai dari 0,75% hingga

1,17% . Publikasi terbarumenggabungkan banyak studi epidemiologi PR dari

seluruh dunia dan melaporkan kejadian 0,64 per 100 pasien dermatologis. Dalam

beberapa penelitian PR ditemukan lebih sering pada musim dingin. Ada sedikit

dominan perempuan di 1,39: 1. PR paling umum pada remaja dan dewasa muda.

Insidensi puncak PR terjadi antara usia 10 dan 35 tahun, tetapi kasus telah

dilaporkan mulai dari usia 3 bulan hingga 83 tahun. kejdian relaps langka sekitar

1,8% hingga 3,7%.4

F. Gejala Klinis
Gejala konstitusi pada umumnya tidak terdapat, sebagian penderita

mengeluh gatal ringan. Pitiriasis berarti skuama halus. Penyakit dimulai dengan

4
lesi pertama (herald patch), umumnya di badan, solitar, berbentuk oval. dan anular.

diametemya kira-kira 3 cm. Ruam terdiri atas eritema dan skuama halus di pinggir.

Lamanya beberapa hari hingga beberapa minggu.8

Lesi berikutnya timbul 4 - 10 hari_setelah lesi pertama, memberi gambaran

yang khas, sama dengan lesi pertama hanya lebih_kecil, susunannya sejajar

dengan_kosta hingga menyerupai pohon cemarater balik. Lesi tersebut timbul

serentak atau dalam beberapa hari. Tempat predileksi pada badan, lengan atas

bagian proksimal dan paha atas, sehingga seperti pakaian renang wanita jaman

dahulu.9,8 Sumbu panjang lesi berorientasi sepanjang garis ketegangan kulit,

berjalan sejajar dengan tulang rusuk, membentuk pola seperti pohon natal

(christmas-tree pattern) . Wajah, tangan, dan kaki biasanya bebas, namun pada

anak-anak, area ini mungkin terkena.9

Selain bentuk yang lazim berupa eritroskuama, PR dapat juga berbentuk

urika, vesikel, dan papul, yang lebih sering terdapat pada anak- anak. 8

5
Gambar 1. Diagram skematis dari plak primer (herald patch) dan distribusi tipikal
dari plak sekunder di sepanjang badan (Christmas tree pattern).4

Gambar 2. Herald patch pada PR. 5

G. Klasifikasi

1. PR klasik

PR klasik adalah bentuk yang paling sering terjadi, didahului oleh herald

patch, lesi eritematosa atau lesi berbentuk oval, berdiameter 2-5 cm, ditutupi

oleh sisik halus. Gejala prodromal, yang terdiri dari sakit kepala, malaise

umum, atau gejala mirip flu sering dijumpai. Beberapa hari kemudian (5-15

hari), ruam sekunder muncul, terdiri dari lesi yang serupa, tetapi lebih kecil,

terutama terletak di badan. Pruritus biasanya ringan atau tidak ada, tetapi

6
intensitasnya dapat bervariasi. Lesi berlangsung selama 4-6 minggu dan

memudar, tanpa meninggalkan gejala sisa. Secara umum, ini hanya muncul

sekali seumur hidup. Pada 75% pasien lesi muncul antara usia 10-35 tahun. 10

(a) (b)
Gambar 3. PR klasik (a). Lesi eritemato-skuamosa soliter, bentuk bulat

atau oval, terletak di badan. (b) Erupsi eksantematosa dengan lesi

eritematoskuamosa mengikuti garis tengah pada badan. 10

2. PR Inversus

Lesi terletak pada daerah lentur (lipatan aksila, lipatan paha), wajah,
leher, dan daerah akral (telapak tangan dan kaki).10

7
Gambar 4. PR inversus. Lesi tersebar di wajah dan leher. 10

3. PR Akral

Lesi secara eksklusif terletak pada telapak tangan, pergelangan tangan,

kaki tanpa keterlibatan dari aksila, lipat paha dan wajah, berlawanan dengan PR

inversus. 10

Gambar 5. PR akral. 10

4. PR Purpura atau hemoragik

Lesi purpura makula dan petekie dapat muncul pada lokasi yang berbeda

termasuk langit-langit mulut. Lesi purpura dapat muncul secara bilateral.10

8
Gambar 6. PR purpura. Lesi purpura bulat dan oval pada leher seorang wanita
muda. 10

5. PR Papular

Beberapa lesi papula kecil, berdiameter 1-3 mm dengan kolaret perifer,

terletak di badan dan ekstremitas proksimal. Hal ni muncul terutama pada pasien

muda.10

Gambar 7. PR Papular. Lesi papular dengan kolaret perifer. 10


6. PR Folikular

Telah dilaporkan kasus pada seorang anak laki-laki berusia 9 tahun

dengan lesi bersisik yang sebagian besar folikel, tersusun dalam konfigurasi

annular. Lesi awal terdiri dari plak pruritus yang terutama terletak di perut, paha,

dan selangkangan; lima hari kemudian, erupsi folikel yang mencolok muncl

berkembang pada punggung. Gejala prodromal dapat muncul berupa sakit

tenggorokan, malaise dan demam ringan. 10

9
Gambar 8. PR Folikular.10
7. PR Vesikular
Erupsi umum dari vesikel berdiameter 2-6 mm sering muncul pada
dewasa muda dan anak-anak.10

Gambar 9. PR vesikular. Lesi vesikular yang berbentuk plak bulat hingga oval.10
8. PR Gigantea

Dimensi herald patch lebih besar dari biasanya, ukuran dan bentuk

menyerupai buah pir.10

Gambar 10. PR Giant. Bentuk herald patch yang besar.10


9. PR Iritasi

10
PR dengan rasa gatal, nyeri, dan sensasi terbakar saat bersentuhan dengan

keringat.10

Gambar 11. PR Iritasi. 10

H. Diagnosis
11
Diagnosa PR ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.

Seorang pasien didiagnosis menderita PR jika: 3,4

1. Pada saat pemeriksaan klinis, ia memiliki semua gejala klinis utama dan

setidaknya satu dari gejala klinis opsional, dan

2. Pada saat pemeriksaan klinis terkait dengan erupsi, ia tidak memiliki gambaran

klinis eksklusif

Gambaran klinis yang utama adalah:

a. Lesi berbentuk lingkaran atau oval

b. Skuama menutupi hampir semua lesi.dan

c. Terdapatnya koleret pada tepi lesi dengan bagian tengah yang lebih tenang

setidaknya dua lesi

11
Gejala klinis opsional adalah:

a. Distribusi tungkai bawah dan proksimal, dengan lesi kurang dari 10% distal ke

lengan tengah atas dan pertengahan paha

b. Orientasi sebagian besar lesi di sepanjang garis pembelahan kulit, dan

c. Herald Patch (belum tentu yang terbesar) muncul setidaknya dua hari sebelum

erupsi lesi lain, berdasarkan dari riwayat pasien atau dari pengamatan klinis

Gambaran klinis eksklusif adalah:

a. Banyak vesikel kecil di tengah dua lesi atau lebih

b. Dua atau lebih lesi pada permukaan kulit palmar atau plantar, dan

c. Adanya bukti klinis atau serologis sifilis sekunder

Gambar 12. Gambaran histologik spesifik tipikal dari PR menunjukkan

12
parakeratosis, hilangnya lapisan granular, akantosis ringan, spongiosis. 4
Gambaran histopatologik dari PR tidak spesifik sehingga penderita dengan

PR tidak perlu dilakukan biopsi lesi untuk menengakkan diagnosis. Pemeriksaan

histopatologi dapat membantu dalam menegakkan diagnosis PR dengan gejala

atipikal. Pada lapisan epidermis ditemukan adanya parakeratosis fokal, hiperplasia,

spongiosis fokal, eksositosis limfosit, akantosis ringan dan menghilang atau

menipisnya lapisan granuler. Sedangkan pada dermis ditemukan adanya

ekstravasasi eritrosit serta beberapa monosit.4

I. Diagnosis Banding

1. Sifilis Sekunder

Lesi ukuran 0,5-1 cm, merah muda ke kecoklatan, makula bulat dan

oval pada papula, telapak tangan, dan kaki; alopecia “moth-eaten” pada daerah

kulit kepala dan janggut; keterlibatan selaput lendir dengan bercak bulat atau

oval ditutupi oleh membran hyperkeratotic white to grey.11

2. Tinea Corporis

Herald patch atau bercak yang besar pada PR dapat menyerupai tinea

corporis. Plak-plak bersisik tajam dengan berbagai ukuran dengan atau tanpa

pustula atau vesikel di sepanjang tepi lesi; lesi hadir dengan pembesaran perifer

dan central clearing, menghasilkan konfigurasi anular dengan cincin konsentris

atau lesi arkuata.11

3. Liken Planus

13
Ukuran lesi 1 hingga 10 mm, papula berwarna violet tepi tajam dengan

predileksi di atas pergelangan tangan, daerah pinggang, tulang kering, betis,

glans penis, dan mulut; lesi dapat asimptomatik.11

4. Dermatitis seboroik

Pada dermatitis seboroik, kulit kepala dan alis mata biasanya berskuama

dan ruam kulitnya ditutupi skuama yang berminyak dengan predileksi tempat di

sternum, regio intercapsular, dan permukaan fleksor dari persendian, di mana

lesi ditutupi dengan sisik berminyak 5

5. Eksim Numular

Vesikel dan papula kecil yang dikelompokkan berdiameter 4 hingga 5

cm; lesi bundar atau berbentuk koin dengan dasar eritematosa dan batas tidak

tegas, seringkali pada punggung tangan dan gejala pruritus seringkali muncul.
11

J. Penatalaksanaan

Prinsip tata laksana umum bahwa pasien harus dijelaskan tentang sifat dan

perjalanan penyakit PR adalah jinak. Banyak pasien dengan penyakit ringan dan

tanpa gejala, tidak memerlukan perawatan apa pun. 9

1. Terapi Topikal

Jika ada perawatan yang diperlukan, sebagian besar pasien akan

mendapat manfaat dari kortikosteroid topikal, yang diberikan dua kali sehari.

Pemberian ini akan mengurangi rasa gatal dan akan mempercepat regresi lesi

14
individu. Pruritus juga dapat dikontrol menggunakan antipruritika topikal

seperti lotion kalamin dan lotion dengan mentol, kapur barus, atau pramoxine.

Dalam bentuk lesi yang lebih luas, fototerapi UVB ( broadband dan

narrowband) juga dapat membantu. Selain itu fototerapi UVA1 (30 J / cm2, tiga

kali seminggu, selama 3 minggu) telah terbukti efektif dalam pengobatan PR.

Di musim panas, paparan sinar matahari yang juga dapat direkomendasikan.

Fototerapi PR dapat meningkatkan risiko hiperpigmentasi pasca inflamasi. 9

2. Terapi Sistemik

Jika pasien dengan PR yang luas terlihat pada awal penyakit (dari hari

7-10 ), asiklovir oral dapat secara signifikan mempersingkat durasi penyakit.

Tablet asiklovir, 800 mg, harus diberikan lima kali sehari, selama 7 hari (waktu

rata-rata untuk pembersihan kulit pada kelompok asiklovir adalah 18,5 hari dan

pada kelompok plasebo, 37,9 hari). 9

Dalam beberapa penelitian, eritromisin oral (diberikan untuk efek

antiinflamasi dan imunomodulasi) berhasil digunakan dalam pengobatan PR

yakni 1 gram yang terbagi dalam empat dosis selama 2 minggu pada orang

dewasa dan 25-40 mg / kg dalam empat dosis pada anak-anak. Dalam beberapa

penelitian lainnya, eritromisin dan azitromisin ternyata tidak efektif dalam

pengobatan PR. 9

Kortikosteroid oral telah diberikan untuk bentuk PR yang luas, tetapi

dalam beberapa kasus pengobatan ini bahkan memicu perburukan erupsi.

15
Pasien dengan pruritus dapat diberikan dari antihistamin oral H1. 9

Berikut tingkat bukti (level of evidence) untuk pilihan pengobatan pada

PR.1

K. Komplikasi

PR tidak terkait dengan komplikasi jangka panjang pada orang yang

sehat. Gejala sistemik jika ada hanya bersifat sementara. Tidak ada komplikasi

serius yang terjadi pada pasien PR. Namun dalam keadaan khusus seperti PR

dalam kehamilan perlu perhatian yang lebih.4 Drago et al. mempelajari 38 wanita

yang mengalami PR selama kehamilan dimana 9 di antaranya memiliki persalinan

prematur dan 5 keguguran. Mereka menemukan bahwa tingkat aborsi adalah 62%

pada wanita yang mengalami PR dengan usia kehmilan 15 minggu. 1 Semua wanita

hamil dengan PR harus menjalani skrining serologis untuk sifilis. Terapi harus

dengan topikal berupa emolien dan antihistamin sedangkan terapi sistemik harus

dihindari.1

L. Prognosis

Prognosisnya secara umum baik. Sebagian besar ruam hilang dalam dua

bulan. Ruam jarang muncul kembali. Meskipun beberapa orang, terutama yang

16
berkulit gelap, mengalami perubahan warna kulit berupa bintik-bintik ruam,

namun biasanya hilang seiring waktu. Secara umum, tidak ada efek yang menetap.
12

DAFTAR PUSTAKA

1. Mahajan K, Relhan V, Relhan AK, Garg VK. Pityriasis rosea: An Update on

Etiopathogenesis and Management of Difficult Aspects. Indian journal of

dermatology. 2016 Jul;61(4):375.

2. Chuah SY, Chia HY, Tan HH. Recurrent and Persistent Pityriasis Rosea: An

Atypical Case Presentation. Singapore medical journal. 2014 Jan;55(1):e4.

3. Eisman S, Sinclair R. Pityriasis Rosea. British Medical Journal. 2015 Oct

29;351:h5233.

4. Clark M, Gudjonsson JE. Pityriasis Rosea. In : Kang S, Amagai M, Bruckner

AL, et all. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 9 th Edition. New

York : McGraw Hills Company; 2019. p. 518 - 24

5. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrew’s Diseases of The Skin: Clinical

Dermatology 10th Edition. USA : Elsevier Saunders; 2016. p. 199 - 201

6. Litchman G, Nair PA, Le JK. Pityriasis Rosea. InStat Pearls [Internet] 2019

Jun 10. StatPearls Publishing.

17
7. Zlotoff B,. Keck LE, Padilla RS. Pityriasis Rosea In : Soutor S, Hordinsky

MK. Clinical Dermatology. New York : McGraw Hills Company; 2013. p.

67-8

8. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-

6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2010. Hal 197

9. Nikolic M. Pityriasis Rosea. In European Handbook of Dermatological

Treatments Springer, Berlin, Heidelberg. 2015. P749-752.

10. Urbina F, Das A, Sudy E. Clinical Variants of Pityriasis Rosea. World journal

of clinical cases. 2017 Jun 16;5(6):203

11. Villalon-Gomez JM. Pityriasis Rosea: Diagnosis and Treatment. American

family physician. 2018 Jan 1;97(1):38-44.

12. Harvard Health Publishing. Pityriasis Rosea. [Internet]. Health.harvard.edu.

Diakses pada 15 Februari 2019. https://

www.health.harvard.edu/a_to_z/pityriasis-rosea-a-to-z

18

Anda mungkin juga menyukai