PITIRIASIS ROSEA
PENYUSUN :
Waode Sherly Saera, S.Ked
K1A1 09 027
PEMBIMBING :
dr. Hj. Rohana Sari Suaib, Sp.KK
Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo pada Januari
2020.
3
PITIRIASIS ROSEA
Waode Sherly Saera, Rohana Sari Suaib
A. Pendahuluan
Pitiriasis rosea (PR) adalah gangguan papulosquamous yang pertama kali
dideskripsikan oleh Robert Willan pada tahun 1798 dengan nama Roseola
Annulata. Selanjutnya, berbagai nama telah diberikan untuk gangguan ini seperti
pada tahun 1860, Gilbert memberi nama pitiriasis rosea yang berarti skuama
gambaran Herald Patch berbentuk eritema dan skuama halus muncul pada bagian
punggung, perut atau dada, diikuti oleh erupsi beberapa lesi sekunder bersisik
eritematosa kecil yang sebagian besar terletak pada leher dan mengikuti garis
tengah badan (Christmas tree / pohon natal atau penampilan pohon cemara
terbalik). 1,2
dari populasi dan mempengaruhi kedua jenis kelamin dalam kelompok usia 15-30
tahun meskipun juga terlihat umum pada orang tua dan anak-anak. Penyakit ini
sembuh sendiri dalam kbanyakan kasus, erupsi membaik dalam 2-8 minggu. 1
1
dokter.1 Diagnosis PR dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
B. Definisi
PR adalah sebuah bentuk peradangan akut, erupsi kulit terkait dengan
infeksi primer atau reaktivasi human herpesvirus (HHV) - 6 (HHV-6) dan / atau
HHV-7 yang pada awalnya muncul seperti plak bersisik bentuk oval pada badan
(Herald patch) ukuran sekitar 3 - 5 cm, berbentuk eritema dan skuama halus yang
asimtomatik, dan merupakan penyakit kulit yang dapat sembuh sendiri. Lesi
pertama yang muncul akan diikuti kemunculan lesi-lesi berikutnya dalam hitungan
C. Etiologi
Penyebab pasti dari PR belum diketahui, tetapi berdasarkan variasi
penyakit menular. Infeksi seperti virus, bakteri, spirochetes, dan penyebab tidak
2
Human herpes virus (HHV). Mereka mendemonstrasikan replikasi aktif dari HHV-
6 dan HHV-7 dalam sel mononuklear pada lesi kulit, hal ini sama dengan
6/7. Antigen virus ini telah terdeteksi pada lesi kulit melalui imunohistokimia dan
DNA-nya telah diisolasi dari kulit non-lesional, sel mononuklear darah tepi,
serum, dan sampel air liur. HHV-6 dan HHV-7 juga dapat berinteraksi satu sama
Erupsi kulit yang mirip dengan PR dapat timbul sebagai akibat dari reaksi
obat. Berikut macam -macam obat yang berhubungan dengan munculnya erupsi
D. Patofisiologi
Patofisiologi PR masih menjadi perdebatan. Beberapa faktor diduga
3
menjadi agen infeksius berdasarkan pengelompokan kasus, sifat sembuh sendiri,
dan kekambuhan yang jarang terjadi. Patogen yang diduga menjadi penyebab PR
adalah human herpes virus (HHV)-6 dan / atau HHV-7 dengan reaktivasi atau
infeksi primer. Beberapa dukungan untuk teori ini berasal dari meningkatnya
E. Epidemiologi
PR memiliki distribusi di seluruh dunia dan ditemukan pada semua ras.
Studi di Amerika Serikat menemukan insiden menjadi 0,16% (160 kasus per
100.000 orang). Studi di negara lain melaporkan insiden mulai dari 0,75% hingga
seluruh dunia dan melaporkan kejadian 0,64 per 100 pasien dermatologis. Dalam
beberapa penelitian PR ditemukan lebih sering pada musim dingin. Ada sedikit
dominan perempuan di 1,39: 1. PR paling umum pada remaja dan dewasa muda.
Insidensi puncak PR terjadi antara usia 10 dan 35 tahun, tetapi kasus telah
dilaporkan mulai dari usia 3 bulan hingga 83 tahun. kejdian relaps langka sekitar
F. Gejala Klinis
Gejala konstitusi pada umumnya tidak terdapat, sebagian penderita
mengeluh gatal ringan. Pitiriasis berarti skuama halus. Penyakit dimulai dengan
4
lesi pertama (herald patch), umumnya di badan, solitar, berbentuk oval. dan anular.
diametemya kira-kira 3 cm. Ruam terdiri atas eritema dan skuama halus di pinggir.
yang khas, sama dengan lesi pertama hanya lebih_kecil, susunannya sejajar
serentak atau dalam beberapa hari. Tempat predileksi pada badan, lengan atas
bagian proksimal dan paha atas, sehingga seperti pakaian renang wanita jaman
berjalan sejajar dengan tulang rusuk, membentuk pola seperti pohon natal
(christmas-tree pattern) . Wajah, tangan, dan kaki biasanya bebas, namun pada
urika, vesikel, dan papul, yang lebih sering terdapat pada anak- anak. 8
5
Gambar 1. Diagram skematis dari plak primer (herald patch) dan distribusi tipikal
dari plak sekunder di sepanjang badan (Christmas tree pattern).4
G. Klasifikasi
1. PR klasik
PR klasik adalah bentuk yang paling sering terjadi, didahului oleh herald
patch, lesi eritematosa atau lesi berbentuk oval, berdiameter 2-5 cm, ditutupi
oleh sisik halus. Gejala prodromal, yang terdiri dari sakit kepala, malaise
umum, atau gejala mirip flu sering dijumpai. Beberapa hari kemudian (5-15
hari), ruam sekunder muncul, terdiri dari lesi yang serupa, tetapi lebih kecil,
terutama terletak di badan. Pruritus biasanya ringan atau tidak ada, tetapi
6
intensitasnya dapat bervariasi. Lesi berlangsung selama 4-6 minggu dan
memudar, tanpa meninggalkan gejala sisa. Secara umum, ini hanya muncul
sekali seumur hidup. Pada 75% pasien lesi muncul antara usia 10-35 tahun. 10
(a) (b)
Gambar 3. PR klasik (a). Lesi eritemato-skuamosa soliter, bentuk bulat
2. PR Inversus
Lesi terletak pada daerah lentur (lipatan aksila, lipatan paha), wajah,
leher, dan daerah akral (telapak tangan dan kaki).10
7
Gambar 4. PR inversus. Lesi tersebar di wajah dan leher. 10
3. PR Akral
kaki tanpa keterlibatan dari aksila, lipat paha dan wajah, berlawanan dengan PR
inversus. 10
Gambar 5. PR akral. 10
Lesi purpura makula dan petekie dapat muncul pada lokasi yang berbeda
8
Gambar 6. PR purpura. Lesi purpura bulat dan oval pada leher seorang wanita
muda. 10
5. PR Papular
terletak di badan dan ekstremitas proksimal. Hal ni muncul terutama pada pasien
muda.10
dengan lesi bersisik yang sebagian besar folikel, tersusun dalam konfigurasi
annular. Lesi awal terdiri dari plak pruritus yang terutama terletak di perut, paha,
dan selangkangan; lima hari kemudian, erupsi folikel yang mencolok muncl
9
Gambar 8. PR Folikular.10
7. PR Vesikular
Erupsi umum dari vesikel berdiameter 2-6 mm sering muncul pada
dewasa muda dan anak-anak.10
Gambar 9. PR vesikular. Lesi vesikular yang berbentuk plak bulat hingga oval.10
8. PR Gigantea
Dimensi herald patch lebih besar dari biasanya, ukuran dan bentuk
10
PR dengan rasa gatal, nyeri, dan sensasi terbakar saat bersentuhan dengan
keringat.10
H. Diagnosis
11
Diagnosa PR ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
1. Pada saat pemeriksaan klinis, ia memiliki semua gejala klinis utama dan
2. Pada saat pemeriksaan klinis terkait dengan erupsi, ia tidak memiliki gambaran
klinis eksklusif
c. Terdapatnya koleret pada tepi lesi dengan bagian tengah yang lebih tenang
11
Gejala klinis opsional adalah:
a. Distribusi tungkai bawah dan proksimal, dengan lesi kurang dari 10% distal ke
c. Herald Patch (belum tentu yang terbesar) muncul setidaknya dua hari sebelum
erupsi lesi lain, berdasarkan dari riwayat pasien atau dari pengamatan klinis
b. Dua atau lebih lesi pada permukaan kulit palmar atau plantar, dan
12
parakeratosis, hilangnya lapisan granular, akantosis ringan, spongiosis. 4
Gambaran histopatologik dari PR tidak spesifik sehingga penderita dengan
I. Diagnosis Banding
1. Sifilis Sekunder
Lesi ukuran 0,5-1 cm, merah muda ke kecoklatan, makula bulat dan
oval pada papula, telapak tangan, dan kaki; alopecia “moth-eaten” pada daerah
kulit kepala dan janggut; keterlibatan selaput lendir dengan bercak bulat atau
2. Tinea Corporis
Herald patch atau bercak yang besar pada PR dapat menyerupai tinea
corporis. Plak-plak bersisik tajam dengan berbagai ukuran dengan atau tanpa
pustula atau vesikel di sepanjang tepi lesi; lesi hadir dengan pembesaran perifer
3. Liken Planus
13
Ukuran lesi 1 hingga 10 mm, papula berwarna violet tepi tajam dengan
4. Dermatitis seboroik
Pada dermatitis seboroik, kulit kepala dan alis mata biasanya berskuama
dan ruam kulitnya ditutupi skuama yang berminyak dengan predileksi tempat di
5. Eksim Numular
cm; lesi bundar atau berbentuk koin dengan dasar eritematosa dan batas tidak
tegas, seringkali pada punggung tangan dan gejala pruritus seringkali muncul.
11
J. Penatalaksanaan
Prinsip tata laksana umum bahwa pasien harus dijelaskan tentang sifat dan
perjalanan penyakit PR adalah jinak. Banyak pasien dengan penyakit ringan dan
1. Terapi Topikal
mendapat manfaat dari kortikosteroid topikal, yang diberikan dua kali sehari.
Pemberian ini akan mengurangi rasa gatal dan akan mempercepat regresi lesi
14
individu. Pruritus juga dapat dikontrol menggunakan antipruritika topikal
seperti lotion kalamin dan lotion dengan mentol, kapur barus, atau pramoxine.
Dalam bentuk lesi yang lebih luas, fototerapi UVB ( broadband dan
narrowband) juga dapat membantu. Selain itu fototerapi UVA1 (30 J / cm2, tiga
kali seminggu, selama 3 minggu) telah terbukti efektif dalam pengobatan PR.
2. Terapi Sistemik
Jika pasien dengan PR yang luas terlihat pada awal penyakit (dari hari
Tablet asiklovir, 800 mg, harus diberikan lima kali sehari, selama 7 hari (waktu
rata-rata untuk pembersihan kulit pada kelompok asiklovir adalah 18,5 hari dan
yakni 1 gram yang terbagi dalam empat dosis selama 2 minggu pada orang
dewasa dan 25-40 mg / kg dalam empat dosis pada anak-anak. Dalam beberapa
pengobatan PR. 9
15
Pasien dengan pruritus dapat diberikan dari antihistamin oral H1. 9
PR.1
K. Komplikasi
sehat. Gejala sistemik jika ada hanya bersifat sementara. Tidak ada komplikasi
serius yang terjadi pada pasien PR. Namun dalam keadaan khusus seperti PR
dalam kehamilan perlu perhatian yang lebih.4 Drago et al. mempelajari 38 wanita
prematur dan 5 keguguran. Mereka menemukan bahwa tingkat aborsi adalah 62%
pada wanita yang mengalami PR dengan usia kehmilan 15 minggu. 1 Semua wanita
hamil dengan PR harus menjalani skrining serologis untuk sifilis. Terapi harus
dengan topikal berupa emolien dan antihistamin sedangkan terapi sistemik harus
dihindari.1
L. Prognosis
Prognosisnya secara umum baik. Sebagian besar ruam hilang dalam dua
bulan. Ruam jarang muncul kembali. Meskipun beberapa orang, terutama yang
16
berkulit gelap, mengalami perubahan warna kulit berupa bintik-bintik ruam,
namun biasanya hilang seiring waktu. Secara umum, tidak ada efek yang menetap.
12
DAFTAR PUSTAKA
2. Chuah SY, Chia HY, Tan HH. Recurrent and Persistent Pityriasis Rosea: An
29;351:h5233.
5. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrew’s Diseases of The Skin: Clinical
6. Litchman G, Nair PA, Le JK. Pityriasis Rosea. InStat Pearls [Internet] 2019
17
7. Zlotoff B,. Keck LE, Padilla RS. Pityriasis Rosea In : Soutor S, Hordinsky
67-8
8. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-
10. Urbina F, Das A, Sudy E. Clinical Variants of Pityriasis Rosea. World journal
www.health.harvard.edu/a_to_z/pityriasis-rosea-a-to-z
18