Anda di halaman 1dari 20

Bagian Ilmu KesehatanAnak Refarat

Fakultas Kedokteran Juni 2019

Universitas Haluoleo

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

Oleh:

Thiufatin Terezky Brilyanti, S.Ked

K1A115045

Pembimbing

dr. Yeni Haryani, M.Kes, Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2019
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

Thiufatin Terezky Brilyanti, Yeni Haryani

A. PENDAHULUAN

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Sampai saat ini BBLR masih
merupakan masalah diseluruh dunia, karena merupakan penyebab kesakitan
dan kematian pada masa neonatal. Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari
seluruh kelahiran dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi
pada negara–negara yang sedang berkembang atau sosial ekonomi rendah. Di
negara-negara sedang berkembang, kesehatan masih merupakan masalah yang
harus mendapat penanganan yang lebih serius. Secara Statistik menunjukkan
90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dengan angka
kematian lebih tinggi dibandingkan pada bayi dengan berat lahir lebih dari
2500 gram. 1

Perkiraan WHO hampir semua 98% dari 5 juta kematian neonatal


terjadi di negara berkembang/bepenghasilan rendah. Lebih dari dua per tiga
kematian tersebut terjadi pada periode neonatal dini dan penyebab terbanyak
kematian ini adalah BBLR yaitu bayi berat lahir rendah kurang dari 2500
gram. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dan
daerah lain, yaitu berkisar antara 9-30%. Hasil studi di tujuh daerah
multisenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1%-17,2%. Secara
nasional berdasarkan analisa lanjut, angka target BBLR sekitar 7,5%. Angka
ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program
perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2015 yakni maksimal 7%. 1

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa semua bayi


baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut
low birth weight infant (bayi berat lahir rendah/ BBLR), karena morbiditas
dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi
juga pada tingkat maturitas bayi tersebut. Sejak tahun 1961 WHO telah
mengganti istilah premature baby dengan low birth weight infant. Hal ini
dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir merupakan bayi prematur. Makin rendah masa gestasi dan
makin kecil bayi dilahirkan, maka makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya.
1

Bayi Berat Lahir Rendah merupakan prediktor tertinggi angka


kematian bayi terutama dalam satu bulan pertama kehidupan. Berdasarkan
studi epidemiologi, bayi BBLR mempunyai risiko kematian 20 kali lipat lebih
besar di bandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal.
BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan
disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupannya di masa depan. 1,3,4

B. DEFINISI

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan saat
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir atau paling lambat bayi
berusia satu hari. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu)
atau pada bayi cukup bulan. Masa atau usia kehamilan sering disebut dengan
masa gestasi dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu masa preterm,
masa aterm, dan masa posterm. 5

Masa kehamilan preterm adalah suatu masa yang menunjukan usia


kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi yang lahir pada masa preterm disebut
dengan bayi prematur. Masa kehamilan aterm adalah masa kehamilan antara
37 sampai 42 minggu. Bayi dilahirkan pada masa aterm disebut dengan bayi
lahir cukup bulan dan bayi ini dapat mengalami BBLR dan dapat juga lahir
normal. Bila pada masa aterm bayi dilahirkan kurang dari 2500 gram disebut
dengan bayi kecil masa kehamilan (KMK). Masa kehamilan Posterm atau
sering disebut dengan masa kehamilan lebih bulan atau lebih dari 42 minggu.
Bayi yang dilahirkan pada masa posterm lebih matur dibandingkan dengan
bayi yang dilahirkan pada masa aterm. 5

C. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia


dan sering terjadi di Negara-negara berkembang dan angka kematiannya 35
kali lebih tinggi dibandingkan pada bayi dengan berat badan lahir lebih dari
2500 gram. Tingginya morbiditas dan mortalitas berat bayi lahir rendah masih
menjadi masalah. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 di
seluruh Indonesia diperoleh angka kejadian BBLR sebesar 11,1%. Hal ini
sedikit lebih rendah dari hasil Riskesdas tahun 2007 yang sebesar 11,5%,
tetapi masih jauh dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program
perbaikkan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%. Kemudian
pada tahun 2013 menurun untuk nasional menjadi 10.2%. 7,8

Berdasarkan data dan pusat informasi menunjukkan perkembangan


jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam
rentang 5 tahun terakhir persentase BBLR secara umum cenderung meningkat,
sempat menurun pada tahun 2015. Namun di tahun 2016 kembali mengalami
peningkatan yang signifikan. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
secara keseluruhan persentase BBLR di semua kabupaten meningkat lebih dari
2 kali lipat. Dengan rata-rata BBLR provinsi sebesar 3,26 %, angka ini
tergolong tinggi. 6

D. KLASIFIKASI

Bayi dengan berat lahir rendah dapat diklasifikasikan berdasarkan: 2

1. Berat badan lahir


a. Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) dengan berat lahir
kurang dari 1000 gram
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-
1500 gram
c. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram
2. Usia kehamilan
a. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan belum
mencapai 37 minggu
b. Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan 37-42
minggu
c. Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan lebih
dari 42 minggu
3. Usia kehamilan dan berat badan lahir
a. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai
dengan berat badan untuk usia kehamilan (sesuai masa
kehamilan/SMK)
b. Bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa
kehamilannya (kecil masa kehamilan/KMK).

Berdasarkan klasifikasi diatas, bayi berat lahir rendah dapat dibagi


menjadi 2 golongan yaitu: 10

1. Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan pada usia gestasi atau biasa disebut dengan Neonatus Kurang
Bulan Sesuai dengan Masa Kehamilan (NKB-SMK)
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya pada
masa gestasi. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK)

E. ETIOLOGI
Etiologi terjadinya BBLR bergantung terhadap faktor-faktor yang
berkaitan dengan prematuritas dan Intrauterine Growth Restriction (IUGR).
Sangat susah untuk memisahkan secara tegas antara fakto-faktor yang
berkaitan dengan prematur dan faktor-faktor yang berkaiatan dengan IUGR
dan menyebabkan terjadinya BBLR. Penyebab terbanyak BBLR adalah
kelahiran prematur. 1

Etiologi dari bayi berat lahir rendah dapat disebabkan oleh beberapa
faktor anatra lain:

1. Faktor ibu
a. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih
dan kelainan bentuk uterus
2) Menderita penyakit seperti malaria, tifus abdominalis, infeksi
menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, TBC,
glomerulonefritis kronik dan penyakit jantung.
3) Trauma pada masa kehamila, fisik (jatuh/terbentur), psikologis
(stres)
4) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun
5) Penyalahgunaan obat, merokok dan konsumsi alkohol.
b. Ibu
1) Usia Ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek kurang dari 1 tahun
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c. Keadaan sosial ekonomi
1) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
2) Aktivitas fisik yang berlebihan
3) Perkawinan yang tidak sah
2. Faktor janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik, gawat
janin, kehamilan kembar.
3. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah
dini.
4. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

F. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis dari BBLR tergantung dari usia kehamilan. Makin


muda usia kehamilan makin jelas tanda-tanda imaturitas. Karakteristik untuk
BBLR adalah berat lahir kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau
sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang
dari 33 cm. kepala relatif besar dari badannya, kulit tipis, transparan,
lanugonya banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus.
Tangisnya lemah dan jarang, pernafasannya tidak teratur dan sering terjadi
apnea. Bila hal ini sering terjadi dan tiap serangan lebih dari 20 detik maka
kemungkinan timbulnya keruskan otak yang permanen lebih besar. Otot-otot
masih hiponik sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha selalu
adduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki dalam fleksi atau lurus dan kepala
mengarah ke satu sisi. 1

Refeks tonik leher, reflex moro positif dan gerakan otot jarang .Daya
isap lemah terutama dalam hari-hari pertama. Bayi yang lapar akan menangis,
gelisah dan menggerak-gerakan tanganya. Edema biasanya sudah terlihat
segera sesudah lahir dan makin bertambah jelas dalam 24-48 jam berikutnya.
Kulit mengkilat, licin, pitting edema dan edema ini dapat berpindah dengan
perubahan posisi. Edema yang hebat merupakan tanda bahaya bagi bayi
tersebut. Frekuensi nadi berkisar antara 100-140 kali permenit. Pada hari
pertama frekuensi pernapasan 40-50 kali permenit. Pada hari-hari berikutnya
35-45 permenit. 1

G. DIAGNOSIS
Diagnosis BBLR dapat ditegakkan dengan melakukan penimbangan
segera setelah badannya dikeringkan dari air ketuban atau paling lambat satu
hari setelah lahir.
1. Anamnesis 1,9
Riwayat yang perlu ditanyakan pada Ibu dalam anamnesis untuk
menegakkan diagnosis antara lain:
a. Umur ibu
b. Hari pertama haid terakhir
c. Riwayat persalinan sebelumnya
d. Paritas dan jarak kelahiran sebelumnya
e. Kenaikan berat badan selama hamil
f. Aktivitas dan penyakit yang diderita
g. Obat-obatan yang diminum selama hamil
2. Pemeriksaan fisik 1,9
Bagian yang dapat dijumpai pada pemeriksaan fisik antara lain :
a. Berat badan kurang dari 2500 gram
b. Tanda prematuritas
c. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan)
Bayi dapat didiagnosis BBLR jika beratnya kurang dari 2500 gram.
Jika penimbangan tidak memungkinkan dapat dilakukan pengukuran
Lingkar Lengan Atas (LLA) atau lingkar dada. Pengukuran LLA
dilakukan pada pertengahan lengan atas menggunakan pita ukur. Jika LLA
kurang dari 9,5 cm maka bayi dapat didiagnosis BBLR. Pengukuran
lingkar dada dapat dilakukan dengan menggunkan pita pengukur lingkar
dada yang ditandai dengan angka dalam satuan sentimeter dengan
ketelitian 0,1 cm dan warna merah, kuning dan hijau. Disepanjang pita
ditengahnya terdapat garis mendatar disertai ukuran dikiri dan kananya.
Batas ambang pita untuk warna merah kurang dari 27 cm, untuk warna
kuning 27-29 cm dan untuk warna hijau > 29,5 cm. Arti warna pada pita
adalah untuk warna merah artinya bayi setara dengan kurang dari 2000
gram, warna kuning artinya setara dengan 2000-2499 gram dan warna
hijau artinya berat bayi setara dengan 2500 gram. Hasil pengukuran
lingkar dada dengan warna merah dan kuning mengindikasikan bahwa
bayi menderita BBLR. 1
Pada pemeriksaan fisik bayi tampak lebih kecil dari bayi yang lahir
normal, pergerakan kurang dan masih lemah, kepala lebih besar dari pada
badan. Pada kulit dan kelamin dijumpai kulit tipis dan transparan sehingga
pembuluh darah mudah dilihat, lanugo banyak, rambut halus dan tipis
genitalia belum sempurna. Pada sistem saraf dijumpai refleks moro,
refleks menghisap, menelan dan batuk belum sempurna. Pada sistem
muskuloskeletal, axifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar,
tulang rawan elastis kurang, otot-otot hipotonik, tungkai adduksi, sendi
lutut dan kaki fleksi, kepala menghadap ke satu sisi. Pernapasan pada
BBLR frekuensinya bervariasi karena belum teratur dan sering apnea. 1
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain: 9
a. Pemeriksaan skor ballard
Skor Ballard merupakan suatu versi sitem Dubowitz. Penilaian
menurut Ballard adalah dengan menggabungkan hasil penilaian
maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik. Kriteria pemeriksaan
maturitas neuromuskuler diberi skor, demikian pula kriteria
pemeriksaan maturitas fisik. Jumlah skor pemeriksaan maturitas
neuromuskuler dan maturitas fisik digabungkan kemudian dengan
menggunakan tabel nilai kematangan dicari masa gestasinya. 1
Gambar 1. Maturitas Neuromuskular (Skor Ballard) 1

Gambar 2. Maturitas Fisik ( Skor Ballard) 1


Setelah didapatkan jumlah skor dari pemeriksaan neuromukular dan
maturitas fisik, maka kedua skor itu dijumlahkan. Hasil penjumlahan tersebut
dikocokkan dengan tabel nilai kematangan sehingga didapatkan usia
kehamilan dalam minggu. Kemudian dengan menggunkana grafik dari
Battaglia dan Lubchenco dicari titik perpotongan antara umur kehamilan yang
kita dapatkan dengan berat badan lahir bayi sehingga didapat interpretasi
apakah bayi tersebut Besar Masa Kehamilan (BMK), Sesuai Masa Kehamilan
(SMK), atau Kecil Masa Kehamilan (KMK). 1

Gambar 3. Grafik Battaglia dan Lubchenco 1

1. Posture: dinilai bila bayi dalam posisi terlentang dan tenang.


2. Square window: tangan fleksi pada pergelangan, beri cukup tekanan
untuk mendapatkan posisi seflesi mungkin. Sudut antara eminensia
hipothenar dan bagian anterior lengan bawah diukur dan dinilai
menurt tabel. Jangan memutar pergelangan tangan.
3. Arm recoil: posisi bayi terlentang, fleksikan lengan bawah secara
penuh selama 5 detik. Kemudian ekstensikan secara penuh dengan
cara menarik tangan dan melepaskannya. Nilai reaksinya sesuai
dengan tabel.
4. Popliteal angle: posisi bayi terlentang dan pelvis terletak mendatar
pada permukaan tempat pemeriksaan. Kaki fleksi pada paha dan
paha difleksikan penuh menggunkan tangan (paha menyentuh
perut). Dengan tangan yang lain, kaki diekstensikan. Ukur sudut
yang terbentuk antara paha dan betis daerah poplitea.
5. Scarf sign: posisi bayi terlentang, pegang tangan bayi dan tarik
melintasi leher sejauh mungkin melewati bahu yang berlawanan.
Diperbolehkan menahan bahu dengan jalan mengangkatnya
melintasi tubuh. Nilai sesuai dengan lokasi siku pada tabel.
6. Heel to hear: posisi bayi terlentang, pegang kaki bayi dengan satu
tangan dan gerakkan kearah kepala sedekat mungkin tanpa
melakukan paksaan. Pertahankan pelvis mendatar pada permukaan
tempat pemeriksaan. Nilai seperti pada tabel.
b. Tes kocok (shake test) dianjurkan untuk bayi kurang bulan
c. Darah rutin, glukosa darah
d. Bila perlu (tergantung klinis) dan fasilitas tersedia, diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah
e. Foto rontgen dada diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dan mengalami sindrom gangguan napas
f. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan < 35 minggu,
dimulai pada umur 3 hari dan dianjurkan sesuai hasil yang didapat.

H. PENATALAKSANAAN
Bayi dengan BBLR memiliki imunitas yang belum sempurna sehingga
sangat mudah terserang penyakit. Karena sifatnya yang sangat rentan maka
penatalaksaanan BBLR harus dilakukan dengan hati-hati. 9

1. Suportif
a. Jaga dan pantau kehangatan
b. Jaga dan pantau potensi jalan napas
c. Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
d. Bila terjadi penyulit segera kelola sesuai dengan penyulit yang timbul
(misalnya hipotermi, kejang, gangguan napas, hiperbilirubunemia dan
lain-lain)
e. Berikan dukungan emosional pada Ibu dan anggota keluarga lainnya
f. Anjurkan Ibu untk tetap bersama bayi. Bila ini tidak memungkinkan,
biarkan ia berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui
g. Izinkan dan anjurkan kunjungan oleh keluarga atau teman dekat
apabila dimungkinkan. 9
2. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1
a. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
b. Peroral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,
umur 3-10 hari dan umur 4-6 minggu). 9
3. Mempertahankan suhu tubuh normal
a. Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu
tubuh bayi seperti kontak kulit ke kulit, perawatan metode kanguru,
pemancar panas, inkubator, atau ruangan hangat yang tersedia di
fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk. 9

Tabel 1. Cara menghangatkan bayi


Cara Penggunaan
Kontak kulit Untuk semua bayi
Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau
menghangatkan bayi hipotermi(32-36,4 0C ) apabila cara lain
tidak mungkin dilakukan
KMC Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan < 2500 gram,
terutama direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan
bayi dengan berat badan < 1800 gram dan usia gestasi < 34
minggu.
Pemancar Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1500 gram atau lebih
panas Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan
atau menghangatkan kembali bayi hipotermi
Inkubator Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat < 1500 gram
yang tidak dapat dilakukan KMC
Untuk bayi sakit berat (sepsis, ganguan napas berat)
Ruangan Untuk merawat bayi dengan berat < 2500 gram yang tidak
hangat memerlukan tindakan diagnosis atau prosedur pengobatan
Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat.

b. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin


c. Ukur suhu tubuh sesuai jadwal
Tabel 2. Pengukuran suhu tubuh

Keadaan bayi Bayi Bayi kecil Bayi sangat Bayi keadaan


sakit kecil membaik
Frekuensi
Tiap jam Tiap 12 jam Tiap 6 jam Sekali/hari
pengukuran

4. Dietetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusu karena refleks
mengisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI
dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan
pipa lambung atau pipet. 1,9
a. Pemberian minum: 9
1) ASI merupakan pilihan utama
2) Apabila bayi mendapatkan ASI, pastikan bayi menerima jumlah
yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI
dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali
3) Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik
20 gram/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali
seminggu.
4) Pemberian minum minimal 8 kali/hari. Apabila bayi masih
menginginkan dapat diberikan lagi
5) Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskuler dan respirasi
yang tidak stabil, fungsi usus belum berfungsi atau terdapat
anomaly mayor saluran cerna, NEC, IUGR berat dan berat lahir
kurang dari 1000 gram
6) Pada bayi sakit, pemberian minum tidak perlu dengan segera
ditingkatkan selama tidak ditemukan tanda dehidrasi dan kadar
natrium serta glukosa
b. Panduam pemberian minum berdasarkan berat badan: 9,11
1) Berat lahir kurang dari 1000 gram
a) Minum melalui pipa lambung
b) Pemberian minum awal kurang dari atau sama dengan 10
ml/kg/hari
c) ASI perah/term formula/half-strength preterm formula
d) Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberiakn toleransi
yang baik: tambahkan 0,5 ml, interval 1 jam, setiap lebih dari
24 jam
e) Setelah 2 minggu, ASI perah + HMF (Human milk
fortifier)/full-strength preterm formula sampai berat badan
mencapai 2000 gram
2) Berat lahir 1000-1500 gram
a) Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)
b) Pemberian minum awal : ≤ 10 ml/kg/hari
c) ASI perah/term formula/half-strength preterm formula
d) Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi
yang baik: tambahan 1-2 ml interval 2 jam, Setiap ≥ 24 jam
e) Setelah 2 minggu: Asi perah + HMF (human milk fortifier)/full-
strength preterm formula sampai berat badan mencapai 2000
gram
3) Berat lahir 1500-2000 gram
a) Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)
b) Pemberian minum awal : ≤ 10 ml/kg/hari
c) ASI perah/term formula/half-strength preterm formula
d) Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi
yang baik: tambahan 2-4 ml, interval 3 jam, setiap ≥ 12-24 jam
e) Setelah 2 minggu: ASI perah + HMF/full-strength preterm
formula sampai berat badan mencapai 2000 gram
4) Berat lahir 2000-2500 gram
a) Apabila mampu sebaiknya diberikan minum per oral
b) ASI perah/term formula
5) Bayi sakit:
a) Pemberian minum awal: ≤ 10 ml/kg/hari
b) Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi
yang baik: tambahan 3-5 mL, interval 3 jam, setiap ≥ 8 jam.
5. Tumbuh Kembang
a. Pantau berat bayi secara periodik
b. Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama (sampai 10%
untuk bayi dengan berat lahir ≥ 1500 gram dan 15% untuk bayi berat
lahir < 1500 gram). Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14
hari kecuali apabila terjadi komplikasi.
c. Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori
berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari:
1) Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai
jumlah 180 ml/kg/ hari
2) Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan bayi
agar jumlah pemberian ASI tetap180 ml/kg/hari
3) Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah
pemberian ASI sampai 200 ml/kg/hari
4) Timbang berat badan setiap hari, ukur panjang badan dan lingkar
kepala setiap minggu. 9

I. KOMPLIKASI
Berikut beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada BBLR antara lain: 9
1. Hipotermi
2. Hipoglikemi
3. Hiperbilirubinemia
4. Respiratory distress syndrome (RDS)
5. Intracerebral and intraventriculer haemorrhage (IVH)
6. Periventricular leucomalasia (PVL)
7. Infeksi bakteri
8. Kesulitan minum
9. Penyakit paru kronis
10. Necrotizing enterocolitis (NEC)
11. Apnea of prematurity terutama terjadi pada bayi < 1000 gram
12. Patent ductus arteriosus (PDA) pada bayi dengan berat < 1000 gram
13. Disabilitas mental dan fisik seperti keterlambatan perkembangan, cerebral
palsy, gangguan pendengaran dan gangguan penglihatan seperti retinopaty
of prematurity (ROP).

Masalah yang sering timbul pada BBLR yaitu: 9


1. Masalah pernapasan karena paru-paru yang belum matur.
2. Masalah pada jantung
3. Perdarahan otak
4. Fungsi hati yang belum sempurna
5. Anemia atau polisitemia
6. Lemak yang sedikit sehingga kesulitan mempertahankan suhu tubuh
normal
7. Masalah pencernaan/toleransi minum
8. Risiko infeksi.

J. PENCEGAHAN

Upaya-upaya pencegahan merupakan hal yang sangat penting dalam


menurunkan insiden atau kejadian BBLR di masyarakat. Upaya-upaya ini
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1,9

1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal empat kali


selama periode kehamilan yakni 1 kali pada trimester I, 1 kali pada
trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ke III.
2. Pada Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi diet seimbang serat dan rendah
lemak, kalori cukup, vitamin dan mineral termasuk 400 mikrogram
vitamin B asam folat setiap hari. Pengontrolan berat badan selama
kehamilan dari pertambahan berat badan awal dikisaran 12,5-15 kg
3. Hindari rokok atau asap rokok dan jenis polusi lain, minuman berlkohol,
aktivitas fisik yang berlebihan.
4. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim, faktor resiko tinggi dalam kehamilan, dan perawatan diri
selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatanya dan janin yang
dikandung dengan baik
5. Pengontrolon oleh bidan secara berkesinambungan sehingga ibu dapat
merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat
6. Perlu dukungan sektor lain terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan Ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka
dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan
status gizi Ibu hamil
7. Mengikuti keluarga berecana
8. Hindari alkohol, narkotika, obat-obatan yang tidak perlu dan jamu
9. Memperhatikan jarak kehamilan, sebaiknya lebih 2 tahun.

K. PROGNOSIS
Prognosis BBLR tergantung dari berat ringannya masa perinatal,
misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat badan,
makin tinggi angka kematian), asfiksia atau iskemia otak, sindroma gangguan
pernapasan, perdarahan intraventrikuler, infeksi, gangguan metabolik.
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang
tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan
suhu lingkungan, resusitasi, makanan, pencegahan infeksi, mengatasi
gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan lain-
lain). 12

DAFTAR PUSTAKA

1. Sunaryanto, Andik. 2009. Bayi Berat Lahir Rendah. Fakultas Kedokteran


Udayana. Bali.
2. Kosim M.S., Yunanto, A., Dewi, R., Sarosa, G.I., Usman, A. Buku Ajar
Neonatologi. Edisi ke-1. Jakarta: IDAI; 2014
3. Mahayana, S.A.S., Chundrayetti, E., Yulistini. 2015. Faktor Risiko yang
Berpengaruh terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah. Jurnal
Kesehatan Andalas 4(3): 664-673
4. Ayu, A., Rahmanoe, M. 2014. Terapi Medikamentosa Bayi Dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR). Medula Universitas Lampung 2(3): 1-7
5. Cynthia, P.H., Fatimah, P., Rahfiludin, M. Z. 2017. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Jurnal Kesehatan Masyarakat 5(1): 322-331
6. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2017. Profil Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tenggara. Kendari.
7. Amalina Tri Susilani, A.T., 2015. Hubungan Ukuran Lingkar Lengan Atas
Ibu Dengan Berat Badan Lahir Di Rumah Bersalin Widuri. Jurnal
Permata Indonesia 6(1): 1-8
8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riskesdas Indonesia
Tahun 2013. Lembaga Penerbitan Balitbangkes. Jakarta.
9. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. Pedoman Pelayana Medis. Jilid 1.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
10. Ningsih, Nursasmita. 2016. Hubungan Berat Badan Lahir Rendah
Ketuban Pecah Dini Dan Persalinan Prematur Dengan Kejadian Sepsis
Neonatus. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Kendari.
11. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Konsensus Asuhan Nutrisi Pada Bayi
Prematur. 2016. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
12. Merzalia, Nita. 2012. Determinan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai