Oleh:
Karolina 1840312203
Preseptor:
PUSKESMAS BELIMBING
2020
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terdapat dua jenis dermatitis kontak. Pertama, dermatitis kontak iritan (DKI)
disebabkan oleh iritasi kimia, dermatitis kontak alergi (DKA) disebabkan oleh
antigen (alergen) dimana memunculkan reaksi hipersensitivitas tipe IV (cell-
mediated atau tipe lambat). Karena DKI bersifat toksik, maka reaksi inflamasi
hanya terbatas pada daerah paparan, batasnya tegas dan tidak pernah menyebar.
Sedangkan DKA adalah reaksi imun yang cenderung melibatkan kulit di
sekitarnya (spreading phenomenon) dan bahkan dapat menyebar di luar area yang
terkena. Pada DKA dapat terjadi penyebaran yang menyeluruh.1 Dalam praktek
klinis, kedua respon ini (antara iritan dan alergi) mungkin sulit untuk
membedakan. Banyak bahan kimia dapat bertindak baik sebagai iritan maupun
alergen. DKA adalah salah satu masalah dermatologi yang cukup sering,
2
menjengkelkan, dan menghabiskan biaya. Perlu dicatat bahwa 80% dari dermatitis
kontak akibat kerja (Occupational Contact Dermatitis) adalah iritan dan 20%
alergi. Namun, data terakhir dari Inggris dan Amerika Serikat menunjukkan
bahwa persentase dermatitis kontak akibat kerja karena alergi mungkin jauh lebih
tinggi, berkisar antara 50 dan 60 persen, sehingga meningkatkan dampak ekonomi
dari kerja DKA.2
Tujuan penulisan case report session ini antara lain sebagai berikut :
1. Sebagai salah satu syarat dalam mejalani Kepaniteraan Klinik Fome III di
Puskesmas Belimbing Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.
2. Mengetahui contoh ilustrasi kasus dan pembahasan menngenaidermatitis
kontak alergi
3. Mengetahui penatalaksaaan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
terhadap dermatitis kontak alergi di layanan primer.
1.4 Metode penulisan
Penulisan case report session ini merujuk pada berbagai
kepustakaan dan literatur.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang terjadi akibat panjanan
ulang dengan bahan dari luar yang bersifat haptenik atau antigenik yang sama,
atau mempunyai struktur kimia serupa pada kulit seseorang yang sebelumnya
telah tersensitisasi. Reaksi alergik yang terjadi adalah reaksi hipersensitivitas tipe
lambat atau tipe IV menurut klasifikasi Coombs dan Gell dengan perantaraan sel
limfosit T.(1)
2.2. Epidemiologi
Sebanyak 2-5% dari populasi dipengaruhi, jauh lebih tinggi dalam beberapa
kelompok kerja. Prevalensi kontak alegi pada populasi umum adalah 26-40% pada
orang dewasa dan 21-36% anak-anak. Di Eropa dan sebagian besar didunia yang
paling sering mengakibatkan kontak alegi adalah nikel, thiomersal (Merthiolate)
dan wewangian. Sensitisasi terhadap nikel ditemukan pada orang dewasa 13-17%,
remaja 10% dan 7-9% anak-anak. Perempuan biasanya lebih sering patch test dan
memiliki lebih banyak hasil positif daripada laki-laki. Perbedaan gender ini dapat
disebabkan oleh faktor-faktor sosial dan lingkungan, perempuan lebih mungkin
untuk memiliki kepekaan nikel karena peningkatan memakai perhiasan dan laki-
laki lebih mungkin untuk memiliki kepekaan kromat dari pajanan.(4-5)
4
2.3 Etiologi dan faktor risiko
Faktor eksogen
Meliputi pH bahan kimia (bahan kimia dengan pH terlalu tinggi >12 atau
terlalu rendah < 3 dapat menimbulkan gejala iritasi segera setelah terpapar,
sedangkan pH yang sedikit lebih tinggi > 7 atau sedikit lebih rendah < 7
memerlukan paparan ulang untuk mampu timbulkan gejala), jumlah dan
konsentrasi (semakin pekat konsentrasi bahan kimia maka semakin banyak
pula bahan kimia yang terpapar dan semakin potensi untuk merusak lapisan
kulit), berat molekul (molekul dengan berat
Kelembapan
5
populasi yang mengalami dermatitis kontak dengan kelembapan >65% pada
penelitian tidak ada perbedaan antara faktor kelembapan dengan terjadinya
dermatitis kontak
Faktor Endogen
Faktor genetik
Personal hygiene
Usia
6
Kekeringan pada kulit ini memudahkan bahan kimia untuk menginfeksi kulit,
sehingga kulit menjadi lebih mudah terkena dermatitis
Status gizi
Status gizi adalah keadaaan tubuh yang sehat akibat adanya penyerapan
makanan di dalam tubuh. Dengan tercukupinya gizi didalam tubuh maka
akan didapatkan status gizi yang baik dan kekebalan tubuh yang baik
sehingga tidah mudah terserang penyakit
Riwayat alergi
2.4 Patogenesis
7
serta ekspresi molekul permukaan sel termasuk Major Histocompability
Complex kelas I dan II, Intercellular Adhesion Molecule 1, Lymphocyte
Function Associated Antigen 3 dan B7. Sitokin proinflamasi lain yang
dilepaskan oleh keratinosit yaitu TNF-α, yang dapat mengaktifasi sel –T,
makrofag dan granulosit, menginduksi perubahan molekul adhesi sel dan
pelepasan sitokin juga meningkatkan MHC kelas I dan II, Tumor Necrosis
Factor‒α menekan prouksi E-cadherin yang mengikat sel langerhans pada
epidermis, juga menginduksi aktifitas gelatinolisis sehingga memperlancar
sel langerhans melewati membran basalis bermigrasi ke kelenjar getah bening
setempat melalui saluran limfe. Di dalam saluran limfe, sel langerhans
menerjemahkan kode yang diberikan sehingga memproses dan
mempresentasikan kepada sel-T Helper.(8)
Fase elisitasi : fase kedua (elisitasi) hipersensitivitas tipe lambat terjadi pada
pajanan ulang alergen (hapten). Seperti pada pada fase sensitisasi, hapten
akan ditangkap oleh sel langerhans dan diproses secara kimiawi menjadi
antigen, diikat oleh Human Leucocyte Antigen -DR kemudian diekspresikan
di permukaan sel. Selanjutnya, kompleks HLA-DR antigen akan
dipresentasikan kepada sel-T yang terlah tersensitisasi (sel-T memori) baik di
kulit maupun di kelenjar limfe sehingga terjadi proses aktifasi. Sel langerhans
mensekresi IL-1 yang menstimulasi sel-T untuk memproduksi IL-2 dan
mengekspresi IL-2R, yang menyebabkan proliferasi dan ekspansi populasi
sel-T di kulit. Sel-T teraktivasi juga mengeluarkan Interferon-γ yang
mengaktifkan keratinosit mengekspresikan ICAM-1 dan HLA-DR, adanya
ICAM-1 memungkinkan keratinosit untuk berinteraksi dengan sel-T dan
8
leukosit yang mengekspresi molekul Lymphocyte function-associated antigen
1, sedangkan HLA-DR memungkinan keratinosit berinteraksi langsung
dengan sel-T CD4+, dan juga memungkinkan presentasi antigen kepada sel
tersebut. HLA-DE juga dapat merupakan target sel T sitotoksik pada
keratinosit. Keratinosit menghasilkan juga sejumlah sitokin antara lain IL-1,
IL-6, TNF-α dan Granulocyte macrophage colony-stimulating factor,
semuanya dapat mengaktivasi sel-T, IL-1 dapat menstimulasi keratinosit dan
eikosanoid yang menghasilkan sitokin dan sel mas, sel mas ini yang akan
melepaskan histamin dan berbagai jenis faktor kemotaktik yang
menyebabkan dilatasi vaskular dan meningkatkan permeabilitas sehingga
komplemen dapat berdifusi masuk kedalam dermis dan epidermis. Kejadian
tersebut akan menimbulkan respon klinik DKA. Fase ini berlansung antara
24-48 jam.(8)
9
2 = reaksi kuat: edema atau vesikel (++)
7 = excited skin
2.6 Diagnosis
Diagnosis berdasarkan dari hasil anamnesis yang mendalam serta cermat
dan pemeriksaan klinis yang teliti. Pemeriksaan fisis sangat penting dengan
melihat lokasi dan pola kelainan kulit sering kali dapat diketahui
kemungkinan penyebabnya. Pemeriksaan hendaknya dilakukan di tempat
yang cukup tenang dan bercahaya.(6, 7, 9, 10)
10
2.7 Diagnosis Banding
1. Dermatitis kontak iritan
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orna gdari berbagai
golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Penyebab munculnya dermatitis ini,
misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk
kayu.Gejala klinis dapat berupa eritema, vesikel, bula, nekrosis, kulit kering,
skuama, hiperkeratosis, likenifikasi, kulit kering, fisur. (6, 7, 9, 10)
2. Dermatitis Atopi
Keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, berhubungan
dengan peningkatan kadar Imunoglobulin-E dalam serum dan riwayat atopi
pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit penderita umumnya kering,
kehilangan air lewat epidermis meningkat, pruritus, papul, likenifikasi,
eritema erosi, eksoriasi, eksudasi, dan krusta.(6, 7, 9, 10)
3. Dermatitis Numular
Lesi berbentuk uang logam (koin) atau agak lonjong, berbatas tegas
dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga
basah (oozing). Penyebabnya stafilokokus dan mikrokokus.Kulit penderita
dermatitis numulare cenderung kering, hidrasi stratum korneum rendah.
Gejala klinis: pruritus lesi berupa vesikel dan papulovesikel, kemudian
membesar dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping, membentuk
satu lesi karakteristik seperti uang logam (koin), eritematosa, sedikit
edematous, dan berbatas tegas.(6, 7, 9, 10)
4. Dermatitis Seboroik
Kelainan kulit dermatitis seboroik terdiri atas eritema dan skuama yang
berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak kurang tegas. Dermatitis
yang ringan hanyak mengenai kulit kepala berupa skuama-skuama yang
halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh kulit
kepala dan skuama-skuama yang halus dan kasar atau disebut ketombe
(pitiriasis sika). Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak
berskuamadan berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal.(6, 7, 9, 10)
5. Psoriasis
11
Effloresensi kulit pada pasien psoriasis terdiri atas bercak-bercak
eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema
sirkumskrip dan merata, besar kelainan bervariasi : lentikular, numular atau
plakat, dapat berkonfluensi.(6, 7, 9, 10)
2.8 Penatalaksanaan
1. Medika mentosa
Dermatitis akut dalam bentuk apapun baik diobati dengan kompres
lembab aluminium asetat 5% kompres diterapkan 15 - 30 menit 2-4 kali
sehari dan kortikosteroid topikal potensi pertengahan atau tinggi. Dalam
kasus yang parah, diberikan kortikosteroid oral (sistemik), pemakaian
dengan dosis 35-50 mg/hari, tapering selama 7-10 hari diperlukan. Kasus
lebih kronis dapat diobati dengan kortikosteroid topikal potensi rendah, dan
antihistamin sebagai anti pruritus.(11, 14)
2. Non Medika mentosa
Langkah yang paling penting adalah menghindari pencetus. Dengan
demikian, pencetus atau alergen harus diketahui secara tepat dan pasien
diberitahukan untuk berhati-hati apabila menemui atau kontak dengan
alergen. Beberapa alergen seperti nikel atau kromat sangat sulit untuk
dihindari. Dalam beberapa kasus, pasien harus merelakan pekerjaan mereka.
(14, 15)
2.9 Prognosis
Prognosis DKA umumnya baik, sejauh bahan kontaknya dapat
disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis bila terjadi
bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopik,
dermatitis numularis, atau psoriasis) atau terpajan oleh alergen yang tidak
mungkin terhindari, misalnya berhubungan dengan pekerjaan tertentu atau
yang terdapat di lingkungan penderita.(6)
BAB III
LAPORAN KASUS
12
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Manggis, Belimbing
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Minangkabau
Negeri Asal : Indonesia
13
tanggal 2 Maret 2020, dengan :
A. Keluhan Utama
Bercak kemerahan pada punggung kaki sejak 3 bulan yang lalu
B. Riwayat Penyakit Sekarang
- Timbul bercak-bercak kemerahan di punggung kedua kaki sejak 3 bulan yang
lalu setelah menggunakan sandal berbahan karet. Pasien menggaruk bercak
tersebut hingga berdarah dan mengeluarkan cairan putih, lalu meluas dan
menimbulkan bercak kehitaman. Bercak-bercak kemerahan tersebut
dirasakan sangat gatal terutama bila berkeringat dan udara panas.
- Pasien sebelumnya menggunakan sandal selama di dalam maupun di luar
rumah. Ketika pasien menggunakan kaos kaki saat memakai sandal
keluhannya berkurang.
- Riwayat terkena detergen atau pun bahan kimia di punggung kaki disangkal.
- Riwayat mengoleskan sesuatu di punggung kaki tidak ada
- Riwayat berkontak dengan penderita dengan keluhan yang sama tidak ada
C. Riwayat Pengobatan
Pasien sudah pernah mengobati keluhan tersebut dengan membeli obat salep
ketokonazol di apotik.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
E. Riwayat Penyakit Keluarga/Riwayat Atopi/Alergi
- Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama
- Bersin pagi hari (-), asma (-), mata merah, gatal dan berair (-), alergi makanan
(-), alergi obat (-)
- Riwayat atopi pada keluarga disangkal
F. Riwayat Pekerjaan, Sosial, Kebiasaan
- Pasien seorang ibu rumah tangga,
- Mandi 1-2x sehari, menggunakan sabun
- Mengganti baju 2x sehari
- Penderita tidak memelihara anjing, kucing atau ternak lainnya
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
14
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Nadi : 68 kali/menit
Nafas : 20 kali/menit
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Suhu : 36,7° C
BB : 58 kg
TB : 155 cm
Status gizi : Sedang
Edema : (-)
Anemis : (-)
Sianosis : (-)
Kulit : status lokalis
Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembesaran KGB
Kepala : Normochepal
Rambut : Tidak ditemukan kelainan
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Tenggorokan : Tidak ditemukan kelainan
Leher : JVP 5 – 2 cmH2O
Toraks
Paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan normal
Perkusi : Sonor
Auskultasi: Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing-/-
Jantung
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi: Bunyi jantung murni,reguler, bising tidak ada
15
Abdomen :
Inspeksi : Status Lokalis Perut
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi: Bising usus (+) normal
Punggung : Nyeri ketok dan nyeri tekan CVA (-)
Alat kelamin : Tidak ada kelainan
Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anggota gerak : Tidak ada kelainan
Status Dermatologikus
Lokasi : punggung kaki kanan dan kiri
Distribusi : Terlokalisir
Bentuk : khas menyerupai sendal
Susunan : tidak khas
Batas : tegas
Ukuran : plakat
Efloresensi : plak eritem, disertai erosi, eskoriasi dan krusta kehitaman.
V. DIAGNOSIS KERJA
- Diagnosis Kerja : Dermatitis Kontak alergi
16
- Diagnosis Banding : Dermatitis Kontak Iritan
VII. DIAGNOSIS
- Dermatitis Kontak alergi et causa sendal jepit berbahan karet
A. Genogram
Keterangan:
= Perempuan = Pasien
=Laki-laki =Meninggal
B. Kesehatan Individu
17
1. Nama / Jenis Kelamin / Umur : Ny. S/Perempuan / 55 tahun
Pekerjaan / Pendidikan: : IRT/ SMP
Hubungan dengan Pasien : Pasien
Riwayat kebiasaan :
- Pasien Seorang ibu rumah tangga, aktifitas fisik ringan sedang.
Jarang berolahraga dan makan teratur. Pasien mandi 2x sehari.
Tidak menggunakan handuk/pakaian yang sama dengan anggota
keluarga lain. Mengganti handuk seminggu sekali
Riwayat penyakit :
Riwayat DM, hipertensi, penyakit jantung, dan keganasan tidak
ada.
B. Eco Map
18
D. APGAR
Kadang- Tidak
Selalu
No. Item Penilaian kadang Pernah
(2)
(1) (0)
1. A : Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat kembali
pada keluarga saya untuk membantu √
pada waktu sesuatu menyusahkan
saya
2. P : Partnership
Saya puas dengan cara keluarga saya √
membicarakan sesuatu dengan saya
dan mengungkapkan masalah saya.
3. G : Growth
Saya puas bahwa keluarga saya
menerima & mendukung keinginan √
saya untuk melakukan aktifitas atau
arah baru.
4. A : Afek √
19
terhadap emosi-emosi saya, seperti
marah, sedih atau mencintai.
5. R : Resolve
Saya puas dengan cara keluarga saya
dan saya menyediakan waktu √
bersamasama mengekspresikan afek
dan berespon
E. SCREEM
Social
Keluarga mengikuti kegiatan sosial yang diadakan masyarakat setempat
namun pasien terbatas untuk melakukan kegiatan sosial di masyarakat.
Interaksi dengan tetangga cukup baik.
Culture
Didalam keluarga menggunakan adat kebudayaan Minangkabau.
Menjalankan keseharian sesuai adat dan norma Minangkabau
Religious
Anggota keluarga beragama Islam dan rutin menjalani ibadah wajib,
terkadang pasien solat berjamaah ke mesjid.
Economic
Keluarga berasal dari golongan ekonomi rendah, penghasilan keluarga
berasal dari uang penghasilan kepala keluarga sebagai buruh bangunan.
Educational
Tingkat pendidikan keluarga secara umum cukup baik dengan tamatan
SMA.
Medical
Anggota keluarga mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.
20
F. Fungsi Dalam Keluarga
Kesimpulan fungsi
Fungsi Keluarga Penilaian keluarga yang
bersangkutan
Biologis:
a. menilai fungsi
Adalah sikap dan Keluarga pasien dan pasien
biologis keluarga
perilaku keluarga selama sebelumnya tidak pernah
berjalan dengan baik /
ini dalam menghadapi mengalami penyakit seperti
tidak
risiko masalah biologis, ini sehingga mereka masih
b. mengidentifikasi
pencegahan, cara belum mengetahui masalah
kelemahan / disfungsi
mengatasinya dan biologisnya dengan baik,
biologis dalam
beradaptasi dengan belum memahami
keluarga
masalah biologis penyebabnya dan
c. menjelaskan dampak
(masalah fisik jasmaniah) bagaimana mengatasi atau
disfungsi biologis
mencegah masalah tersebut
terhadap keluarga.
sehingga keluarga juga
tidak tahu bagaimana
dampak yang ditimbulkan
kedepannya dari masalah
yang mereka hadapi saat
ini.
Psikologis:
Adalah sikap dan a. mengidentifikasi
Keluarga sudah mampu
perilaku keluarga selama sikap dan perilaku
membangun hubungan
ini dalam membangun keluarga dalam
antar anggota keluarga,
hubungan psikologis membangun
memelihara kepuasan
internal antar anggota hubungan psikologis
anggota keluarga, dapat
keluarga. Termasuk internal antar anggota
menyelesaikan masalah
dalam hal memelihara keluarga
dengan baik apabila terjadi
kepuasan psikologis b. mengidentifikasi cara
21
seluruh anggota keluarga keluarga dalam hal perbedaan pendapat
dan manajemen keluarga memelihara kepuasan diantaranya.
dalam mengahadapi psikologis seluruh
masalah psikologis anggota keluarga
c. identifikasi dan
menilai manajemen
keluarga dalam
menghadapi masalah
psikologis.
Sosial:
Adalah sikap dan a. menilai sikap dan
Keluarga dapat
perilaku keluarga selama perilaku keluarga
mempersiapkan anggota
ini dalam selama ini dalam
keluarga untuk dapat
mempersiapkan anggota mempersiapkan
berbaur dengan baik di
keluarga untuk terjun ke anggota keluarga
masyarakat.
tengah masyarakat. untuk terjun ketangah
Termasuk di dalamnya masyarakat.
pendidikan formal dan
informal untuk dapat
mandiri
Ekonomi dan
pemenuhan kebutuhan:
Keluarga ini termasuk
Adalah sikap dan perilaku a. menilai sikap dan
dalam ekonomi rendah.
keluarga selama ini dalam perilaku keluarga
usaha pemenuhan selama ini dalam usaha
kebutuhan primer, pemenuhan kebutuhan
sekunder dan tertier. primer, sekunder dan
tertier. menilai gaya
hidup dan prioritas
penggunaan uang
22
G. Data Risiko Internal Keluarga
Perilaku kesehatan keluarga
Sikap dan perilaku
Kesimpulan Pembina
keluarga yang
Perilaku untuk perilaku
menggambarkan
keluarga
perilaku tersebut
Kebersihan pribadi Pencucian pakaian
dan lingkungan anggota keluarga saat ini
dilakukan di rumah oleh Kebersihan pribadi cukup,
Apakah tampilan
pasien. karena pasien seorang ibu
individu dan
rumah tangga yang tinggal
lingkungan
hanya dengan suami dan
bersih/terawat,
seorang anak.
bagaimana
kebiasaan perawatan
kebersihannya.
Gizi Keluarga
Pengaturan makanan
Setiap hari pasien Pasien dan keluarga
keluarga, mulai cara
makan dengan menu sudah mengonsumsi
pengadaan, kuantitas dan
berbeda, dimulai dari makanan yang bergizi
kualitas makanan serta
makanan pokok dan seimbang.
perilaku terhadap diet
hingga sayuran
yang dianjurkan bagi
namun terbatas karena
penyakit tertentu pada
ekonomi.
anggota keluarga
Latihan jasmani/
aktifitas fisik
Kegiatan keseharian
Tidak ada kegiatan Perhatian keluarga
untuk menggambarkan
olahraga rutin yang terhadap latihan jasmani/
apakah sedentary life
dilakukan oleh anggota aktifitas fisik dinilai
cukup atau teratur dalam
keluarga. kurang.
latihan jasmani.
Physical exercise tidak
23
selalu harus berupa
olahraga seperti sepak
bola, badminton, dsb
Penggunaan pelayanan
Kesehatan
i. Masalah internal
Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakitnya
ii. Masalah eksternal
24
Anggota keluarga pasien juga kurang mengetahui mengenai penyakit
pasien
I. Faktor-faktor yang Berperan dalam Penyelesaian Masalah
a. Faktor pendukung
1. Keluarga pasien kooperatif dalam penyelesaian masalah kesehatan
pasien
2. Keluarga pasien mau berobat ke puskesmas untuk mengobati
penyakit pasien
3. Keluarga pasien mau terbuka mengenai keluhan penyakit pasien
b. Faktor Penghambat
1. Pengetahuan pasien terhadap penyakitnya masih kurang
J. Pemecahan Masalah
Preventif :
Promotif :
Kuratif :
Sistemik
Methyl prednisolone 2x8mg selama 3 hari
CTM 3x 4 mg jika gatal
Topikal
Mometason furoat krim 0,1% : 2 kali sehari setelah mandi
RESEP
25
Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Belimbing
Pro : Ny. S
Umur : 55 tahun
Alamat : Jl Manggis, Belimbing
Rehabilitatif :
Kontrol kembali ke Puskesmas jika merasa tidak ada perbaikan atau pun
terjadi efek samping obat seperti mual, muntah, dan sebagainya.
K. Prognosis
Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Kosmetikum : bonam
Quo ad Functionam : Bonam
BAB IV
DISKUSI
26
Berdasarkan anamnesis diketahui bahwa timbul bercak-bercak kemerahan yang
mengikuti pola sendal, terasa gatal di punggung kaki kiri dan kanan sejak 3 bulan
yang lalu. Pasien mengatakan ada riwayat kontak berulang dengan sendal baru
nya sejak 4 bulan lalu. Namun, pasien tidak menyadari penyebab keluhan yang
dialaminya akibat sendal yang digunakannya. Gejala yang sering dirasakan pasien
adalah gatal. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa pada dermatitis kontak
alergi yang terjadi akibat panjanan ulang dengan bahan dari luar yang bersifat
haptenik atau antigenik yang sama, atau mempunyai struktur kimia serupa pada
kulit seseorang yang sebelumnya telah tersensitisasi. Reaksi alergik yang terjadi
adalah reaksi hipersensitivitas tipe lambat atau tipe IV menurut klasifikasi
Coombs dan Gell dengan perantaraan sel limfosit T. Keluhan tersering pada
dermatitis kontak alergi adalah gatal.
Pemeriksaaan dermatologikus ditemukan lesi di punggung kaki kiri dan
kanan, distribusi terlokalisir, bentuk dan susunan khas, batas tegas, ukuran plakat,
efloresensi plak eritem, disertai erosi, eskoriasi dan krusta kehitaman.. Hal ini
sesuai dengan gambaran dermatitis kontak alergi satdium kronik.
Pasien diberikan tatalaksana umum dan khusus. Tatalaksana umum pada
pasien ini berupa menjelaskan tentang penyakit bahwa penyakitnya tidak menular
dan terjadi akibat kontak dengan bahan alergen. Edukasi sangat penting diberikan
kepada pasien berupa berhenti menggunakan sandal berbahan karet, serta menjaga
kebersihan kulit.
Tatalaksana khusus yang diberikan berupa Methyl prednisolone 2x8mg
selama 3 hari, CTM 3x 4 mg jika gatal, dan untuk topikal diberikan mometason
furoat krim 0,1% : 2 kali sehari setelah mandi. Pasien diberikan obat mengatasi
gatal yaitu Chlorpheniramine yang diminum 3x sehari. Obat ini diminum apabila
gatal dan dihentikan apabila tidak ada keluhan lagi.Prognosis pada pasien ini
adalah quo ada sanationam dubia ad bonam, quo ad vitam bonam, quo ad
kosmetikum bonam, quo ad functionam bonam.
27
DAFTAR ISI
28
2013]; 69(5): 763-81. Tersedia pada :
http://link.springer.com/article/10.1007/s00018-011-0846-8
29