Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT SINGKONG


UNTUK BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL

BIDANG PENELITIAN:
ILMU PENGETAHUAN ALAM

Disusun Oleh :
MENTARI NURUL LATHIFAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Karya Ilmiah


MAN 1 Surakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012

KEMENTRIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 SURAKARTA
Jl. Sumpah Pemuda No.25 Kadipiro Surakarta 57136
Telp/Fax. (0271)852066
HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis dengan judul “Pemanfaatan LimbahKulit Singkonguntuk Bahan Baku


Pembuatan Bioetanol” telah disahkan dan diuji oleh pembimbing dan penguji pada:

Hari :
Tanggal :

Surakarta, 29 Mei 2012


Penguji Pembimbing

Drs. Tri Rama Dewa, M.Pd. Dra.Hj. Rukamtini, M.Si.


NIP.196605101995121001 NIP. 196605111991032003

Mengetahui,
Kepala Sekolah

Drs. M. Hariyadi Purwanto, M.Ag.


NIP.195707081984031001
ABSTRAK
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT SINGKONG UNTUK BAHAN BAKU
PEMBUATAN BIOETANOL

Mentari Nurul Lathifah1Rukamtini2

Persediaanbahanbakarfosildi
masadatangakansemakinberkurangdanharganyasemakinmahal karena sifatnya yang
unrenewable. Untukitudiperlukanusahamencaridanmembuatbahanbakaralternatif non
fosil.Salah satu yang dapatdilakukanadalahmembuat bioetanol dari limbah singkong
dengan teknik fermentasi.
Penelitianinibertujuanuntuk: (1) Mengetahui metode sederhana dalam
pembuatan bioetanol dari kulit singkong. (2) Mengetahui komposisi yang tepat antara
kulit singkong, ragi, lama fermentasi yang menghasilkan etanol. (3) Mengetahui
karakteristik dari bioetanol yang diperoleh dari fermentasi kulit singkong dengan ragi.
Fermentasi bioetanol dari limbah kulit singkong dilakukan dengan membuat
lebih dahulu bubur dari kulit singkong.Kulit singkong 80 g ditambah air 150 ml
dihaluskan dengan blender lalu dimasak menjadi bubur. Selanjutnya bubur kulit
singkong itu dibagi dua untuk ditambahkan ragi tape sebanyak 0,2 g dan 0,3 g. Setelah
didiamkan dalam kondisi terbuka selama 2-3 jam dicek apakah terjadi pemisahan pada
bubur. Jika terjadi lalu masing-masing bubur ditutup rapat untuk proses fermentasi
anaerob. Selama 7 hari proses fermentasi, diamati perubahan-perubahan yang tampak
pada kedua bubur kulit singkong. Selanjutnya dilakukan pengujian untuk menunjukkan
terbentuk tidaknya bioetanol.
Hasilpenelitianmenunjukkanbahwa limbah kulit singkong berpotensi dibuat
menjadi bioetanol dengan metode fermentasi yang tergolong mudah dan sederhana.
Komposisi lebih baik bahan baku untuk fermentasi bioetanol adalah bubur kulit
singkong 80 g air 150 ml dengan ragi 0,3 g. Karakteristik bioetanol yang diperoleh
belum bisa ditentukan karena belum terpisah sempurna.

Kata kunci :Kulitsingkong, Fermentasi, Bioetanol

1
Siswa MAN I Surakarta
2
Guru MAN I Surakarta
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayahNya penyusunan laporan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Limbah Kulit
Singkong untuk Bahan Baku PembuatanBioetanol” ini dapat terselesaikan.
Laporan ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada
bulan April – Mei tahun 2012 di Laboratorium IPA SubLab Kimia MAN I Surakarta.
Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk memberikan pengalaman belajar pada
siswa dan untuk memenuhi tugas Karya Tulis Ilmiah.
Kami menyadari penulisan laporan ini tidak bisa selesai tanpa bantuan berbagai
pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak
membantuterselesaikannyapenelitianini, antara lain:
1. Bapak Muhammad Haryadi Purwanto, M.Ag selaku Kepala Sekolah MAN 1
Surakarta yang telah memberi ijin dan akses ke Laboratorium IPA untuk
melakukan percobaan.
2. Dra. Hj. Rukamtini, M.Si selaku pembimbing KIR yang selalu memberi kami
dukungan.
3. Bapak Muh. Nashir Ponco Nugroho, S.T. selaku guru pendamping dan
pembimbing penelitian yang telah membantu dan mengarahkan selama
persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan.
4. Bapak dan Ibu tercinta atas semua limpahan kasih sayang dan perhatiannya
kepada kami sehingga bisa terus bersekolah sampai sekarang.
5. Teman-teman kelas XI IA 2 serta teman senasib atas kebersamaannya.
Demikian laporan ini kami tulis, semoga dapat menjadi tambahan referensi
pembelajaran dan memberi manfaat bagi kemajuan pendidikan di tanah air khususnya di
MAN I Surakarta dan sekitarnya.
Demikianlaporanini kami tulis,
semogadapatmenjaditambahanreferensipembelajarandan
memberikanmanfaatbagikemajuanpendidikan di tanah air khususnya di MAN I
Surakartadansekitarnya.

Surakarta, Mei 2012


Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... . i


HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... . ii
ABSTRAK ……………………...……………………………………….......... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... . iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. . v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ . vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... . vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah.............................................................................. 2
C. Rumusan Masalah................................................................................. 2
D. Tujuan Penelitian.................................................................................. 2
E. Manfaat Penelitian................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Bioetanol............................................................................................... 3
B. Singkong............................................................................................... 6
C. Ragi/Kapang......................................................................................... 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 14
B. Bahan dan Alat...................................................................................... 14
C. Cara Kerja............................................................................................. 14
D. Teknik Analisis Data............................................................................ 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Proses Glikolisis................................................................................... 16
B. Proses Fermentasi................................................................................. 17
C. KarakteristikEtanol............................................................................... 18
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 19
B. Saran..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 20
LAMPIRAN.......................................................................................................... 21
DAFTARTABEL

Tabel 4.1 Hasilpengamatan proses glikolisis........................................................ 16


Tabel 4.2Hasilpengamatan proses fermentasi....................................................... 17

DAFTARGAMBAR

Gambar 3.1Diagram pembuatanbioetanol …………………………………. . 8


Gambar 3.1Rangkaianalatpercobaan …………………………................... . 10
Gambar4.1 Pemisahan bubur singkong setelah glikolisis …………………….. 11
Gambar4.2 Pemisahan bubur singkong setelah fermentasi …………...………. 11
BAB I
PENDAHULUAN
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT SINGKONG UNTUK BAHAN BAKU
PEMBUATAN BIOETANOL

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Bahan bakar fosil seperti bahan bakar minyak, gas, dan batu bara masih
merupakan sumber energi paling banyak digunakan saat ini.Kemudahan dan harganya
yang masih relatif terjangkau menjadi pertimbangan utama penggunaannya.Kelemahan
utama bahan bakar fosil adalah menjadi sumber polusi dengan emisi karbonnyayang
sedang gencar diupayakan pengurangannya, dan ketersediaannya yang makin
berkurang. Persediaan bahan bakar minyak di dunia diperkirakan akan habis dalam
kurun 120 tahun mendatang, dan persediaan bahan bakar minyak di Indonesia akan
habis dalam kurun 10 tahun mendatang (www.wikipedia.com). Saat itu harga BBM
dipastikan akan melonjak tinggi sesuai hukum pasar.
Oleh karena sifat BBM yang unrenewable (tidak dapat diperbaharui) dan kurang
ramah lingkungan, maka diperlukan usaha menemukan sumber daya alam baru dan
penelitian rekayasa untuk memperoleh sumber energi alternatif yang ramah lingkungan
dan renewable (dapat diperbaharui).Terdapat banyak sumber-sumber energi alternatif
selain bahan bakar fosil. Salah satunya adalah bioetanol yang sudah digunakan sebagai
campuran bensin dengan nama gasohol. Bioetanol dapat dibuat dari bahan-bahan yang
mengandung karbohidrat dengan teknik fermentasi menggunakan bakteri tertentu
(www.wikipedia.com).
Singkong (Manihot esculenta) adalah tumbuhan yang berasal dari daerah tropis
dan subtropis yangmudah tumbuh dan banyak ditemukan di seluruh Indonesia (www.
wartabantul.comdan www.singkongsejahtera.blogspot.com).Singkong mengandung zat
gizi seperti karbohidrat (www.singkongsejahtera.blogspot.com).Singkong dapat diolah
menjadi berbagai panganan seperti tepung tapioka, tapai singkong, peuyeum, gaplek,
gethuk dan sebagainya (www.singkongsejahtera.blogspot.comdan www.nitha
athatha.blogspot.com).Umumnya yang dimanfaatkan dari singkong adalah daginngya,
sedang kulit, pucuk dan pangkalnya dibuang atau untuk makanan ternak.Kulit singkong
mengandung karbohidrat (Muhiddin, 2001) dengan demikian dapat menjadi sumber
amilum yang berpotensi dibuat menjadi bioetanol. Singkong potensial sebagai bahan
baku bioetanol karena harganya relatif murah, mudah ditanam dan tahan lama jika
dikeringkan. Dengan demikian keberlangsungan persediaan bahan baku dapat diatasi
jika terjadi kekurangan produksi singkong di suatu daerah. Keuntungan limbah
singkong dibuat etanol selain diperoleh bahan bakar cair, sisa fermentasi dapat dipakai
sebagai pakan ternak yangbernutrisi atau untuk pupuk organik.Bakteri yang berperan
mengubah singkong menjadi etanol dapat diperoleh dengan mudah dari ragi tape di
pasaran. Penelitian ini akan menggunakan kulit singkong, ragi tape dan ragi tempe yang
diperoleh dari pasar dengan variasi kadar ragi dan lamanya fermentasi.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang masalah penelitian di atas dapat dirumuskan
permasalahan yang akan ditinjau dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana metode sederhana dalam pembuatan bioetanol dari kulit singkong ?
2. Bagaimana komposisi yang tepat antara kulit singkong, ragi, lama fermentasi
yang menghasilkan etanol?
3. Bagaimana karakteristik bioetanol yang diperoleh dari fermentasi kulit
singkongdengan ragi ?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini berdasarkan uraian latar belakang masalah dan
perumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui metode sederhana dalam pembuatan bioetanol dari kulit singkong.
2. Mencari dan menentukan komposisi yang tepat antara kulit singkong, ragi, lama
fermentasi yang menghasilkan etanol.
3. Mengetahui karakteristik bioetanol yang diperoleh dari fermentasi kulit
singkong dengan ragi.

D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini akan memberi manfaat bagi masyarakat
yaitu mendapatkan cara sederhana untuk memanfaatkan limbah singkong dengan dibuat
menjadi bahan bakar alternatif menggunakan metode fermentasi. Limbah kulit singkong
yang belum dimanfaatkan optimal dapat digunakan untuk bahan bakar pengganti BBM
dan sisanya dapat untuk pupuk atau pakan ternak yang bernutrisi.Ini memberikan nilai
tambah singkong yang diharapkan dapat lebih memberdayakan petani singkong sendiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. BIOETANOL
Bioetanol adalah etanol (alkohol yang paling dikenal masyarakat) yang dibuat
dengan fermentasi yang membutuhkan faktor biologis untuk prosesnya.Antoine
Lavoisier menggambarkan bahwa bioetanol adalah senyawa yang terbentuk dari karbon,
hidrogen dan oksigen.BioEtanol sering ditulis dengan rumus EtOH.BioEtanol
merupakan bagian dari kelompok metil (CH3-) yang terangkai pada kelompok metilen (-
CH2-) dan terangkai dengan kelompok hidroksil (-OH).Secara umum akronim dari
BioEtanol adalah EtOH (Ethyl-(OH)).BioEtanol tidak berwarna dan tidak berasa tapi
memiliki bau yang khas.Bahan ini dapat memabukkan jika diminum.Karena sifatnya
yang tidak beracun bahan ini banyak dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan
industri makanan dan minuman (www.indobiofuel.com).
Pengenalan bioetanol merupakan upaya untuk mengurangi penggunaan bahan
bakar minyak (BBM) di Indonesia.Kebutuhan BBM di Indonesia saat ini mencapai 215
juta liter per hari.Sedangkan yang diproduksi di dalam negeri hanya 178 juta liter per
hari.Karena itu, kekurangannya 40 juta liter per hari harus diimpor.Indonesia yang
dikenal sebagai anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC)
sekarang telah menjadi net-importir minyak bumi.Impor BBM tampaknya belum dapat
diatasi karena lebih dari 50 persen kebutuhan energi dalam negeri masih bertumpu pada
minyak bumi. Padahal, sebenarnya Indonesia kaya sumber energi fosil non-BBM seperti
gas alam, batu bara, dan minyak bumi, serta energi terbarukan di antaranya panas bumi,
biomassa, tenaga hidro, dan panas matahari (www.indobiofuel.com).
Dalam kondisi harga BBM yang cenderung terus naik, saat ini berbagai jenis
energi terbarukan mulai kompetitif terhadap bahan bakar tanpa subsidi. Bioetanol,
menurut Kepala Balai Besar Teknologi Pati Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) Dr Agus Eko Cahyono, merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang biaya
produksinya sama atau bahkan cenderung lebih murah dibandingkan dengan bensin
tanpa subsidi. Bioetanol dapat dibuat dari singkong menurut situs www.indobiofuel.com,
caranya adalah seperti berikut:
1. Mengupas singkong segar,semua jenis dapat dimanfaatkan,kemudian
membersihkan dan mencacah berukuran kecil.
2. Mengeringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal 16 % sama
dengan singkong yang dibuat gaplek. Tujuan pengeringan ini untuk pengawetan
sehungga produsen dapat menyimpan sebagai cadangan bahan baku.
3. Memasukkan 25 kg gaplek kedalam tangki berkapasitas 120 liter,kemudian
menambahkan air hingga mencapai volume 100 liter dan memanaskan gaplek
hingga suhu 100° C sama diaduk selama 30 menit sampai mengental menjadi
bubur.
4. Memasukkan bubur gaplek kemudian memasukkan kedalam tangki skarifikasi.
Skarifikasi merupakan proses penguraian pati menjadi glukosa. Setelah dingin
memasukkan cendawan Aspergilus sp yang akan menguraikan pati menjadi
glukosa. Untuk menguraikan 100 liter bubur pati singkong memerlukan 10 liter
larutan cendawan Aspergillus atau 10 % dari total bubur. Konsentrasi cendawan
mencapai 100 juta sel/ml. Sebelum digunakan cendawan dibenamkan ke dalam
bubur gaplek yang telah dimasak agar adaptif dengan sifat kimia bubur gaplek.
Cendawan berkembang biak dan bekerja mengurai pati.
5. Setelah dua jam bubur gaplek akan berubah menjadi 2 lapisan yaitu air dan
endapan gula. Mengaduk kembali pati yang sudah berubah menjadi gula kemudian
memasukkanya kedalam tangki fermentasi. Sebelum difermentasi kadar gula
maksimum larutan pati adalah 17 – 18 % karena itu merupakan kadar gula yang
cocok untuk hidup bakteri Saccaromyces dan bekerja untuk mengurai gula menjadi
alcohol. Penambahan air dilakukan bila kadar gula terlalu tinggi dan sebaliknya
jika kadar gula terlalu rendah perlu penambahan gula.
6. Menutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan menjaga
Saccharomyces agar bekerja lebih optimal. Fermentasi berlangsung anaerob atau
tidak membutuhkan oksigen pada suhu 28° - 32° C.
7. Setelah 2 – 3 hari larutan pati berubah menjadi 3 lapisan yaitu lapisan terbawah
berupa endapan protein,lapisan tengah air dan lapisan teratas etanol. Hasil
fermentasi disebut bir yang mengandung 6 – 12 % etanol.
8. Menyedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring berukuran 1
mikron untuk menyaring endapan protein.
9. Melakukan destilasi atau penyulingan untuk memisahkan etanol dari air dengan
cara memanaskan pada suhu 78° C atau setara titik didih etanol sehingga etanol
akan menguap dan mengalirkannya melalui pipa yang terendam air sehingga
terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair.
Saat ini bioetanol dipakai secara luas di Brazil dan Amerika Serikat. Semua
kendaraan bermotor di Brazil, saat ini menggunakan bahan bakar yang mengandung
paling sedikit kadar ethanol sebesar 20 %. Pertengahan 1980, lebih dari 90 % dari mobil
baru, dirancang untuk memakai bioetanol murni. Di Amerika Serikat, lebih dari 1
trilyun mil telah ditempuh oleh kendaraan bermotor yang menggunakan BBM dengan
kandungan BioEtanol sebesar 10 % dan kendaraan FFV (Flexible Fuel Vehicle) yang
menggunakan BBM dengan kandungan 85 % BioEtanol. Penggunaan bioetanol sebagai
bahan bakar, sebenarnya telah lama dikenal. Seperti telah disebutkan diatas bahwa pada
tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan sejak tahun 1908 mobil
Ford model T telah dapat menggunakan bioetanol sebagai bahan bakarnya.Namun
penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar nabati kurang ditanggapi pada waktu
tersebut, karena keberadaan bahan bakar minyak yang murah dan melimpah.Saat ini
pasokan bahan bakar minyak semakin menyusut ditambah lagi dengan harga minyak
dunia yang melambung membuat BioEtanol semakin diperhitungkan.
Bioetanol dapat digunakan pada kendaraan bermotor, tanpa mengubah
mekanisme kerja mesin jika dicampur dengan bensin dengan kadar BioEtanol lebih dari
99,5%. Perbandingan Bioetanol pada umumnya di Indonesia baru penambahan 10%
dari total bahan bakar. Pencampuran BioEtanol absolut sebanyak 10 % dengan bensin
(90%), sering disebut Gasohol E-10.Gasohol singkatan dari gasoline (bensin)
danBioEtanol.BioEtanol absolut memiliki angka oktan (ON) 117, sedangkan Premium
hanya 87-88.Gasohol E-10 secara proporsional memiliki ON 92 atau setara
Pertamax.Pada komposisi ini bioetanol dikenal sebagai octan enhancer (aditif) yang
paling ramah lingkungan dan di negara-negara maju telah menggeser penggunaan Tetra
Ethyl Lead (TEL) maupun Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE).Pada kapasitas
produksi bioetanol berkapasitas 60 kiloliter per hari, biaya pokok produksinya Rp
2.400.Sementara itu, dengan harga minyak mentah mendekati 60 dollar AS per barrel,
biaya pokok produksi BBM meningkat mendekati Rp 4.000 per liter
(www.wikipedia.com).

B. SINGKONG
Singkong adalah umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata
bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang
ditanam.Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan.Umbi singkong tidak
tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin.Gejala kerusakan ditandai
dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat
racun bagi manusia (www.singkongsejahtera.blogspot.com).
Singkong sering disebut-sebut sebagai bahan makanan ndesa atau berasal dari
kampung.Meski saat ini beraneka ragam usaha makanan yang berbahan dasar singkong
mulai menjamur, namun rata-rata usaha tersebut masih bermotivasi untuk “mengangkat
derajat” singkong supaya lebih bergengsi.Artinya, singkong masih dianggap sebagai
bahan makanan rendahan.Di mata pemerintah dan masyarakat, singkong pun dianggap
sebagai bahan makanan lokal yang perlu digalakkan sebagai bahan makanan pokok
alternatif.Istilah bahan makanan lokal juga perlu dicermati, sebab tanaman singkong
ternyata bukan berasal dari Indonesia.
Singkong atau cassava (Manihot esculenta) pertama kali dikenal di Amerika
Selatan yang dikembangkan di Brasil dan Paraguay pada masa prasejarah.Potensi
singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok penduduk asli Amerika Selatan
bagian utara, selatan Mesoamerika, dan Karibia sebelum Columbus datang ke Benua
Amerika.Ketika bangsa Spanyol menaklukan daerah-daerah itu, budidaya tanaman
singkong pun dilanjutkan oleh kolonial Portugis dan Spanyol.Di Indonesia, singkong
dari Brasil diperkenalkan oleh orang Portugis pada abad ke-16. Selanjutnya singkong
ditanam secara komersial di wilayah Indonesia sekitar tahun 1810.Kini, saat sejarah
tersebut terabaikan, singkong menjadi bahan makanan yang merakyat dan tersebar di
seluruh pelosok Indonesia (www.singkongsejahtera.blogspot.com).
Umbi akar singkong banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah.
Rasanya sedikit manis, ada pula yang pahit tergantung pada kandungan racun glukosida
yang dapat membentuk asam sianida. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling
sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi akar yang masih segar, dan 50 kali lebih banyak
pada umbi yang rasanya pahit. Pada jenis singkong yang manis, proses pemasakan
sangat diperlukan untuk menurunkan kadar racunnya. Dari umbi ini dapat pula dibuat
tepungtapioka. Zat gizi yang terkandung dalam 100 gram singkong adalah 154 kalori,
36,8 gram kalori karbohidrat, 1 gram protein, dan 0,3 gram lemak (www.nitha
athatha.blogspot.com)
Dari segi taksonominya, tanaman ketela pohon dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom     : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisi    : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Sub divisi   : Angiospermae atau berbiji tertutup
Kelas   : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo     : Euphorbiales
Famili     : Euphorbiaceae
Genus   : Manihot
Spesies   : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz sin.
Varietas-varietas ketela pohon unggul yang biasa ditanam, antara lain: Valenca,
Mangi, Betawi, Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega, Andira 1, Gading, Andira 2,
Malang 1, Malang 2, dan Andira 4. Beberapa varietas unggul singkong yang telah
dilepas oleh Kementrian Pertanian antara lain Adira 1, Adira 2, Adira 4, Malang 1,
Malang 2, Darul Hidayah, Malang 4 maupun Malang 6. Karakteristik beberapa varietas
di atas adalah:
Adira 1
Adira 1 mempunyai pucuk daun berwarna coklat dengan tangkai merah pada
bagian atas dan merah muda pada bagian bawahnya.  Bentuk daunya menjari agak
lonjong.  Warna batang muda hijau muda  sedangkan batang tua coklat kuning. Umur
tanaman antara 7 -10 bulan dengan tinggi tanaman mencapai 1-2 meter.Umbinya
berwarna kuning dengan kulit luar coklat dan kulit dalam kuning.  Umbinya mempunyai
rasa yang enak direbus, degan kadar tepung 45% dan kadar protein 0,5% pada saat
basah serta kadar sianida (HCN) mencapai 27,5 mg per kilogram.  Umbinya cocok
untuk diolah menjadi tape, kripik singkong atau dikonsumsi langsung. Adira 1 agak
tahan terhadap serangan hama tungau merah (Tetranichus bimaculatus), tahan terhadap
bakteri hawar daun Pseudomonas sonacaearum, dan Xantohomonas manihots. Adira 1
mempunyai potensi hasil yang cukup tinggi mencapai rata-rata 22 ton per hektar
Adira 2
Adira 2 mempunyai ciri-ciri daunya berbentuk menjaai agak lonjong dan gemuk
dengan warna pucuknya ungu.  Warna tangkai daun bagian atas merah muda dan bagian
bawahnya hijau muda.  Warna tulang daunya merah muda pada bagian atas dan bagian
bawahnya hijau muda. Warna batang muda hijau  muda dan menjadi putih coklat saat
sudah tua.  Tinggi tanaman sekitar 1 – 2 meter dengan umur tanaman mencapai 8 -12
bulan.Warna umbi putih dengan kulit bagian luar putih coklat dan bagian dalamnya
ungu muda.  Kualitas rebusnya bagus namun rasanya agak pahit.  Umbinya mempunyai
kandingan tepung 41% dan protein 0,7% saat basah dengan kadar sianida (HCN) sekitar
124 mg per kilogram.  Umbinya cocok untuk bahan baku tepung tapioka. Adira 2 ini
tahan terhadap serangan penyakit layu (Pseudomonas solanacearum) dan agak tahan
terhadap tugau merah (Tetrabnichus bimaculatus).Adira 2 mempunyai potensi hasil
cukup tinggi mencapai 22 ton per hektar umbi basah.
Adira 4
Ciri-ciri dari Adira 4 ini antara lain pucuk daun berwarna hijau dengan bentuk
daunya biasa agak lonjong dan tulang daunya berwarna merah muda pada bgaian atas
serta hijau muda pada bagian bawahnya.  Warna tangkai daun bagian ataas merah
kehijauan dan bagian bawahnya hijau muda.  Warna batang muda hijau dan batang tua
abu-abu. Tinggi tanaman antara 1,5 – 2 meter dengan umur tanaman mencapai 10 bulan.
Umbinya berwarna putih dengan kulit luar coklat dan ros bagian dalamnya.  Umbinya
mempunyai kualitas rebus yang bagus namun agak pahit.  Umbinya mempunyai
kandungan tepung mencapai 18-22 % dan proteinya 0,8 – 22% dengan kadar HCN
sekitar 68 mg per kilogram. Umbinya  cocok untuk  bahan baku tepung tapioka. Adira 4
tahan terhadap serangan Pseudomonas solanacearum, dan Xanthomonas manihots, dan
agak  tahan terhadap hama tungau merah (Tetranichus bimaculatus).Adira 4 ini
mempunyai potensi hasil yang tinggi mencapai 35 ton per hektar umbi basah.
Malang 1
Malang 1 mempunyai daun berwarna hijau keunguan dengan bentuk daun
menjari agak gemuk.  Dengan tangkai daun bagian atas hijau kekuningan dengan becak
ungu merah pada bagian pangkal bawah.  Warna batang muda hijau muda dan hijau
keabu-abuan pada bagian bawahnya.  Tinggi tanaman mencapai 1,5 – 3,0 meter dengan
umur tanaman mencapai 9-10 bulan. Umbinya berwarna putih kekuningan dengan
kualitas rebus yang enak dan rasa manis. Kandungan tepungnya mencapai 32-36% dan
proteinya mencapai 0,5 % umbi segar. Kadar sianida (HCN) kurang dari 40 mg per
kilogram dengan metode asam pikrat. Umbinya cocok sebagai bahan baku tepung
tapioka. Malang 1 ini toleran terhadap serangan tungau merah Tetranichus sp dan becak
daun Cercospora sp serta daya adaptasinya cukup luas.Potensi hasilnya cukup tinggi
antara 24,3 sampai 48,7 ton per hektar dengan rata-rata hasil mencapai 36,5 ton per
hektar.
Malang 2 
Malang 2 mempunyai bentuk daun menjari dengan cuping yang sempit.  Warna
pucuk daunya hijau muda kekuningan dengan tangkai daun atas hijau muda kekuningan
dan bagian bawahnya hijau.  Warna batang muda hijau muda dan batang tua coklat
kemerahan.  Tinggi tanamn mencapai 1,5 – 3,0 meter dengan unmur mencapai 8 – 10
bulan. Warna umbinya kuning muda dengan warna kulit luar coklat kemerahan dan
putih kecoklatan bagian dalamnya.  rasa umbinya enak dengan kandungan tepungnya
mencapai 32 – 36%, protein 0,5% umbui segar dan sianida (HCN) kurang dari 40 mg
per kilogram dengan metode asam pikrat.Malang 2 toleran terhadap penyakit becak
daun Cercospora sp dan hawar daun (Cassava bacterial blight) namun agak peka
terhadap tungau merah Tetranichus sp.Potensi hasilnya tinggi mencapai 20 – 42 ton per
hektar dengan rata-rata hasil mencapai 31, 5 ton per hektar umbi basah.
Malang 4
Bentuk daunya menjari dengan lamina gemuk.  Warna daun muda ungu dan
berubah menjadi hijau saat tua dengan tangkai daun berawarna hijau.  Warna batang
keunguan.Malang 4 termasuk varietas singkong yang tidak bercabang.Tinggi tanaman
kurang dari 2 meter dan umur tanaman mencapai 9 bulan.Umbinya berwarna putih
dengan kulit luar coklat dan kulit bagian dalam kuning.  Ukuran umbinya besar dan
kualitas rebusnya baik namun rasanya agak pahit.  Kandungan tepung 25 – 32 % dan
sianida (HCN) kurang dari 100 ppm dengan metode asam pikrat.Malang 4 agak tahan
terhadap tungau merah Tetranichus sp.  Selain itu Malang 4 juga adaptif pada lahan-
lahan dengan kandungan hara sub optimal.  Potensi hasilnya tinggi mencapai 39.7 ton
per hektar umbi basah (www.PenyuluhPertanian.com).
Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat, demikian juga
dengan daun singkong yang telah dimanfaatkan sebagai bahan makanan kita karena
mengandung protein dan zat besi.Kulit singkong termasuk dalam kategori sampah
organik, karena sampah ini dapat terdegradasi (membusuk atau hancur) sejarah
alami.Untuk pengelolaan limbah singkong selama ini biasanya dimanfaatkan sebagai
kompos, makan ternak, dan sebagai bioenergi.Pemanfaatan tersebut dikarenakan kulit
singkong yang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, dan karena kandungan
inilah maka dapat juga dikonsumsi oleh manusia.Di tangan seorang yang kreatif limbah
kulit singkong ini, dapat diubah menjadi olahan kuliner yang lezat, bergizi dan memiliki
nilai jual yang tinggi yaitu salah satunya dengan dibuat kripik

C. RAGI / KAPANG
Ragi atau fermen merupakan zat yang menyebabkan fermentasi.Ragi
biasanyamengandung mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biakan
bagimikroorganisme tersebut.Media biakan ini dapat berbentuk butiran-butiran
kecilatau cairan nutrien. Ragi umumnya digunakan dalam industri makanan
untukmembuat makanan dan minuman hasil fermentasi seperti acar, tempe, tape,
roti.Mikroorganisme yang digunakan di dalam ragi umumnya terdiri atas berbagai
bakteridan fungi (khamir dan kapang), yaitu Rhizopus, Aspergillus, Mucor,
Amylomyces,Endomycopsis, Saccharomyces, Hansenula anomala, Lactobacillus,
Acetobacter, dansebagainya.Berbagai jenis ragi yang digunakan di berbagai negara dan
kebudayaan di duniadibuat menggunakan media biakan tertentu dan campuran tertentu
galur fungi danbakteri( http://banabakery.wordpress.com).
Penggunaan / manfaat ragi di industri makanan dan minuman banyak sekali, di
antaranya adalah:
Pembuatan acar.Adalah dengan cara mengawetkan makanan
denganmenggunakan cuka dan/atau brine. Biasanya yang dibuat acar adalah timun,
tapi juga cabai, bawang, tomat, dan sebagainya.
Pembuatan tempe. Di Indonesia secara umum terdiri dari tahapan perebusan,
pengupasan, perendaman dan pengasaman, pencucian, inokulasidengan ragi,
pembungkusan, dan fermentasi.Pada tahap awal pembuatan tempe, biji kedelai direbus.
Tahap perebusan ini berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu agar biji kedelai menyerap
air sebanyak mungkin. Perebusan juga dimaksudkan untuk melunakkan biji kedelai
supaya nantinya dapat menyerap asam pada tahap perendaman. Kulit biji kedelai
dikupas pada tahap pengupasan agar miselium fungi dapatmenembus biji kedelai selama
proses fermentasi. Pengupasan dapat dilakukan dengan tangan, diinjak-injak dengan
kaki, atau dengan alat pengupas kulit biji.Setelah dikupas, biji kedelai direndam.
Tujuan tahap perendaman ialah untuk hidrasi biji kedelai dan membiarkan
terjadinya fermentasi asam laktat secara alami agar diperoleh keasaman yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan fungi.Fermentasi asam laktat terjadi dicirikan oleh
munculnya bau asam dan buih pada air rendaman akibat pertumbuhan bakteri
Lactobacillus.Bila pertumbuhan bakteri asam laktat tidak optimum (misalnya di negara-
negara subtropis, asam perlu ditambahkan pada air rendaman.Fermentasi asam laktat
dan pengasaman ini ternyata juga bermanfaat meningkatkan nilai gizi dan
menghilangkan bakteri-bakteri beracun. Proses pencucian akhir dilakukan untuk
menghilangkan kotoran yang mungkin dibentuk oleh bakteri asam laktat dan agar biji
kedelai tidak terlalu asam. Bakteri dan kotorannya dapat menghambat pertumbuhan
fungi. Inokulasi dilakukan dengan penambahan inokulum, yaitu ragi tempe atau laru.
Inokulum dapat berupa kapang yang tumbuh dan dikeringkan pada daun waru atau daun
jati (disebut usar; digunakan secara tradisional) atau spora kapang tempe.
Inokulasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
(1) Penebaran inokulum pada permukaan kacang kedelai yang sudah dingin dan
dikeringkan, lalu dicampur merata sebelum pembungkusan
(2) Inokulum dapat dicampurkan langsung pada saat perendaman, dibiarkan beberapa
lama, lalu dikeringkan. Setelah diinokulasi, biji-biji kedelai dibungkus atau
ditempatkan dalam wadah untuk fermentasi. Berbagai bahan pembungkus atau
wadah dapat digunakan (misalnya daun pisang, daun waru, daun jati, plastik,
gelas, kayu, dan baja), asalkan memungkinkan masuknya udara karena kapang
tempe membutuhkan oksigen untuk tumbuh. Bahan pembungkus dari daun atau
plastik biasanya diberi lubang-lubang dengan cara ditusuk-tusuk. Biji-biji kedelai
yang sudah dibungkus dibiarkan untuk mengalami proses fermentasi. Pada proses
ini kapang tumbuh pada permukaan dan menembus biji-biji kedelai,
menyatukannya menjadi tempe. Fermentasi dapat dilakukan pada suhu 20 ° C - 37
°C selama 18 - 36 jam.
Pembuatan tapai ketan.Beras ketan perlu dimasak dan dikukus terlebih dahulu
sebelum dibubuhi ragi.Campuran tersebut ditutup dengan daun dan diinkubasi pada
suhu 25-30 °C selama 2-4 hari sehingga menghasilkan alkohol dan teksturnya lebih
lembut.Untuk membuat tapai singkong, kulit singkong harus dibuang terlebih
dahulu.Singkong dicuci lalu dikukus dan ditempatkan pada keranjang bambu yang
dilapisi daun pisang.Ragi disebar pada singkong dan lapisan daun pisang yang
digunakan sebagai alas dan penutup.Keranjang tersebut kemudian diperam pada suhu
28-30 °C selama 2-3 hari. Selain rasanya yang manis dan aroma yang memikat, tapai
juga dibuat dengan beberapa warna berbeda menggunakan pewarna alami.
Pembuatan tapai memerlukan kecermatan dan kebersihan yang tinggi agar
singkongatau ketan dapat menjadi lunak karena proses fermentasi yang berlangsung
dengan baik. Ragi adalah bibit jamur yang digunakan untuk membuat tapai.Agar
pembuatantape berhasil dengan baik alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan harus
bersih,terutama dari lemak atau minyak.Alat-alat yang berminyak jika dipakai
untukmengolah bahan tapai bisa menyebabkan kegagalan fermentasi.Air yang
digunakan juga harus bersih menggunakan air hujan bisa mengakibatkan tapai tidak
berhasildibuat.
Pembuatan roti.Bahan dasar utamanya adalah tepung dan air yang
difermentasikan oleh ragi, tetapi ada juga yang tidak menggunakan ragi. Namun
kemajuan teknologi manusia membuat roti diolah dengan berbagai bahan seperti garam,
minyak, mentega, ataupun telur untuk menambahkan kadar protein didalamnya
sehingga didapat tekstur dan rasa tertentu(http://banabakery.wordpress.com).
Ragi adalah jenis bakteri yang digunakan untuk fermentasi.Dalam fermentasi
roti ragi berperan sangat krusial. Nama latin ragi adalah Saccharomices
sacharomycae (di tempat kursus namanya begini) atau Saccharomices cereviseae.
Beberapa jenis ragi antara lain :
1. Ragi segar/basah (fresh yeast)
Penggunaan dengan cara diremas-remas lalu dicampur ke dalam adonan roti. Ragi
segar disimpan di tempat yang dingin pada suhu 1-4 derajat celcius (tahan 3-4
mimggu)
2. Ragi instan (instant yeast)
Penggunaan dengan cara dicampur ke dalam terigu dan bahan lain lalu aduk. ragi
instan disimpan ditempat sejuk dan kering, kemasannya harus kedap udara (bisa
tahan sampai 12 bulan)
3. Ragi koral ( active dry yeast)
Penggunaan dengan cara dilarutkan dalam air hangat kuku. Disimpan di tempat yang
sejuk dan kering, kemasan di dalam kaleng (tahan sampai 12 bulan)
Fermentasi alkohol dapat menggunakan bakteri lajur peruraian glukosa melalui
jalur HDEP, namun demikian dapat dengan bakteri yang melalui jalur HDP seperti
Sarcins Ventricoli.Reaksi fermentasi dapat dituliskan seperti berikut.
ATP
Glukosa
ADP Heksokinase
Glukosa 6 Phospat
NAD,NADH
6 Phosphat glukonat
H2O Phospoglukonat dehidrase
2 Keto 3 deoksiglukonat 6 Phospat
(KDOP)

NAD
NADH 2 piruvat
2 ADP, 2 ATP

Acetaldehid Gliseraldehid 3 Phospat + CO2


NADH, NAD
Ethanol
Reaksi Kimia :

glukosa⃗
jalurHDP 2 piruvat

e tan ol⃗
2 NAD , 2 NaOH 2 Asetaldehid

CH 3−CO−KOA+ NADH
⃗ dihidrogenasi , Asetaldehid+NADH CH 3 CHO+KOA
CH 3 COCOH⃗
Piruvat ,dekarboksilase CH 3 CHO+CO 2
CH 3 NADH ⃗
2 Piruvat , dekarbokslase CH 3 CH 2 OH +NAD

(www.wikipedia.com)

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN


Lokasi penelitian adalah di laboratorium IPA sub lab Kimia Madrasah Aliyah
Negeri I Surakarta. Penelitian dilaksanakan pada rentang bulan April 2012 – bulan Mei
2012 meliputi tahap persiapan, tahap pengambilan data percobaan, tahap pengolahan
data percobaan dan penyusunan laporan.

B. BAHAN DAN ALAT


a. Bahan-bahan yang dibutuhkan :
1. Limbah singkong (kulit, pucuk, pangkal singkong) 500 g
2. Ragi tape secukupnya
3. Ragi tempe secukupnya
b. Alat-alat yang diperlukan:
1. Panci/ Gelas beaker 1 L 3 buah
2. Heater / kompor 1 buah
3. Termometer 1 buah
4. Kertas saring secukupnya
5. Neraca 1 buah
6. Pengaduk 1 buah

C. CARA KERJA
a. Tahap sakarifikasi
1. Limbah singkong dibersihkan, dipotong kecil-kecil atau digiling
2. Masukkan potongan singkong ke dalam gelas beaker/panci, lalu tambahkan air
sampai volume 1 L.
3. Panaskan campuran di atas heater / kompor hingga suhu 100 0C selama 0,5 jam
sambil diaduk sehingga menjadi bubur yang kental.
4. Dinginkan bubur singkong dan masukkan ke dalam dua sakarifator/gelas beaker
kemudian tambahkan ragi tempedan ragi tape sebanyak 0,5% berat singkong.
5. Diamkan selama 2-3 jam atau sampai terbentuk 2 lapisan: lapisan air dan
endapan gula. Aduk kembali larutan tersebut.
6. Sebelum difermentasikan pastikan kadar gula larutan 17-18%. Jika kurang
tambahkan gula pasir, jika kelebihan tambahkan air.
7. Membagi larutan bubur di atas menjadi 2 bagian ke dalam 2 gelas beaker.
b. Tahap fermentasi
1. Larutan/bubur hasil sakarifikasi dimasukkan ke dalam fermentor/gelas beaker
kemudian tambahkan ragi tape sebanyak 0,2% dan 0,3% berat singkong
2. Tutup rapat fermentor untuk mencegah kontaminasi dan proses berjalan secara
anaerob.
3. Diamkan selama 3 hari atau sampai terbentuk 3 lapisan: lapisan etanol, air dan
endapan protein.
4. Mengambil lapisan etanol kemudian menyaringnya menggunakan kertas saring
dan mencatat volumenya.
5. Mengukur kadar etanol yang terbentuk dengan instrumen gas cromatography
6. Mengulangi prosedur di atas untuk lama fermentasi 3 hari, 5 hari, dan 7 hari.

Kulit singkong di kupas

Kulit singkong
diblender/dihaluskan

Dimasak menjadi
bubur

Diberi ragi sambil didinginkan


selama 2 jam

Setelah terlihat endapan,


ditutup rapat
Gambar 3.1. Diagram pembuatan etanol dari kulit singkong

Gambar 3.2. Rangkaian alat percobaan (sumber: www.indobiofuel.com)

D. TEKNIK ANALISIS DATA


Kulit singkong yang telah dibuat bubur diberi ragi dan didiamkan secara aerob
untuk proses glukolisis. Perubahan yang terjadi selama glukolisis diamati.Kemudian
bubur diaduk lagi dan dilanjutkan fermentasi anaerob selama 7 hari.Perubahan yang
tampak selama fermentasi diamati dan diukur dan etanol yang dihasilkan dibandingkan
kualitasnya dengan etanol pasaran.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PROSES GLIKOLISIS
Pembuatan etanol dengan teknik fermentasi melibatkan serangkaian reaksi kimia
yang cukup komplek.Menurut situs www.indobiofuel.com singkong merupakan salah
satu sumber pati.Pati adalah senyawa karbohidrat kompleks.Sebelum difermentasi
menjadi etanol, pati diubah menjadi glukosa, bentuk karbohidrat yang lebih sederhana.
Proses ini disebut proses glikolisis.Untuk mengurai pati, perlu bantuan cendawan
Aspergillus sp. Cendawan itu menghasilkan enzim alfamilase dan glikoamilase yang
berperanmengurai pati menjadi glukosa. Cendawan Aspergillus sp. dapat diperoleh dari
jamur tempe dan ragi roti. Ragi yang digunakan di sini adalah ragi tape yang juga
mengandung Aspergillus sp. Perubahan yang terjadi pada bubur kulit singkong pada
tahap glikolisis dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil pengamatan proses glikolisis

Perlakuan Glukolisis

Bubur + lapisan atas lapisan bawah

Ragi tape 0,2 gr Memisah sedikit Memisah banyak

Ragi tape 0,3 gr Memisah sedikit Memisah banyak

Tabel di atas menunjukkan setelah 2-3 jam ragi ditaburkan ke bubur kulit singkong
terjadi sedikit pemisahan, yang berarti ada indikasi proses berhasil meski sedikit. Jika
proses glikolisis baik/sempurna akan terjadi pemisahan air dan endapan yang banyak
dan jelas seperti gambar 4.1.
Gambar 4.1. Pemisahan larutan bubur singkong selama glikolisis
(sumber: www.indobiofuel.com)
Dalam proses glikolisis terjadi pengubahan pati menjadi glukosa seperti reaksi berikut :
H2O
(C6H10O5)n nC6H12O6
pati enzim glukosa
Proses tersebut terjadi secara aerobik. Pada percobaan ini ternyata tidaklah terjadi
pemisahan yang baik/sempurna. Tes rasa pada lapisan bawah juga tidak berasa manis
sebagai indikasi glukosa banyak. Ini berarti kandungan glukosa masih sedikit. Hal ini
dapat terjadi karena beberapa faktor seperti pemasakan kulit singkong menjadi bubur
yang belum sempurna sehingga belum cukup lunak untuk dikonversi menjadi glukosa,
kontaminasi pengotor/mikroba lain selama preparasi bahan, jumlah ragi terlalu sedikit
sehingga aktivitas-nya kurang,kondisi operasi belum optimum terutama suhu dan pH
karena enzim akan bekerja optimum jika kondisinya cocok. Penjagaan pH dan suhu ini
yang sulit dilakukan karena terbatasnya peralatan.

B. PROSES FERMENTASI
Setelah pati diubah menjadi glukosa termasuk gula sederhana lainnya, proses
selanjutnya adalah fermentasi menjadi alkohol.Proses ini terjadi secara anaerobik
sehingga bubur perlu ditutup rapat. Setelah diaduk rata lalu wadah bubur kulit singkong
ditutup rapat. Perubahan yang teramati selama 7 hari proses fermentasi dapat dilihat
pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil pengamatan proses fermentasi

Perlakuan Fermentasi 3 hari Fermentasi 5 hari


lapisan
lapisan atas lapisan bawah lapisan atas
bawah
Ragi tape Memisah sedikit Lebih banyak Tercampur Mengendap
0,2 gr Mulai warna lebih
mengendap gelap
 
Ragi tape Memisah sedikit Lebih banyak Tercampur Mengendap
0,3 gr Mulai Warna lebih lebih padat
membentuk gelap
endapan
Perlakuan Fermentasi 7 hari Tes etanol
lapisan
lapisan atas lapisan bawah lapisan atas
bawah
Ragi tape Sedikit Mengendap
0,2 gr Tercampur Warna  -
lebih gelap
Ragi tape Lebih banyak Mengendap
0,3 gr Tercampur lebih padat  -
Warna lebihgelap

Proses fermentasi yang berhasil dengan baik dalam 2-3hari dapat menunjukkan
perubahan signifikan antara etanol, air, dan endapan seperti gambar 4.2 berikut.

Gambar 4.2. Pemisahan larutan bubur singkong hasil fermentasi


(sumber: www.indobiofuel.com)
Reaksi yang terjadi selama fermentasi berupa pengubahan glukosa menjadi etanol
seperti berikut.
yeast (ragi)
(C6H12O6)n 2 C2H5OH + 2 CO2
glukosa ethanol
Dalam percobaan ini terlihat pada 3 hari pertama sampai hari ke-7 terjadi
pemisahan sedikit lapisan atas yang lebihjernih dan banyak lapisan bawah yang
mengendap lebih gelap/kecoklatan.Di sini lapisan air dan etanol tidak tampak terpisah,
berarti sangat mungkin air tercampur dengan etanol yang dihasilkan karena sedikit
sekali. Etanol yang mungkin sedikit ini disebabkan glukosa dari proses glikolisis juga
sedikit. Padahal dalam kondisi anaerob glikolisis tidak terjadi yang artinya tidak ada
tambahan glukosa baru yang diharapkan menjadi etanol. Keberadaan etanol dalam
proses ini meski sedikit dapat diindikasikan antara lain: terbentuknya lapisan cair dan
endapan yang berarti terjadi reaksi antara ragi dengan pati dalam bubur kulit singkong.
Bau yang tercium mirip tape singkong menunjukkan ada kandungan etanol di dalamnya.
Saat tes bakar terdeteksi sedikit api yang mengindikasikan adanya etanol yang terbakar
meski sedikit. Karena lapisan cair untuk tambahan 0,3 g ragi lebih banyak maka
diperkirakan etanol di dalamnya juga lebih banyak.
C. KARAKTERISTIK ETANOL
Dari pengamatan dan pembahasan di atas tampak tidak terjadi pemisahan lapisan
etanol dan air secara jelas seperti gambar 4.2 dan jumlah cairannya sedikit.Oleh karena
kondisinya demikian maka tidak dimungkinkan untuk dilakukan pemisahan/pemurnian
etanol dari airnya dengan teknik destilasi atau dehidrasi.Sehingga pengujian
karakteristik etanol hasil penelitian ini belum bisa diperoleh. Namun dari referensi dan
percobaan yang lain dapat disimpulkan bahwa limbah singkong berpotensi untuk
dijadikan bioetanol.
Semua proses biasanya akan ada hasil samping. Akhir proses pemisahan atau
pemurnian etanol juga menghasilkan limbah berupa padatan (sludge) dan cair (vinase).
Untuk meminimalisir efek terhadap pencemaran lingkungan, limbah padat dengan
proses tertentu dapat diubah menjadi pupuk kalium,bahan pembuatan
biogas,kompos,bahan dasar obat nyamuk bakar, dan pakan ternak kaya protein.
Sedangkan limbah cair diproses menjadi pupuk cair.Dengan demikian produsen
bioetanol relatif tidak perlu khawatir tentang isu berkaitan dengan dampak lingkungan
jika diolah secara benar.
Limbah padat (sludge) Limbah cair (Vinase)
Gambar 4.3. Limbah yang dihasilkan dari fermentasi
(sumber: www.indobiofuel.com)

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari uraian hasil dan pembahasan hasil percobaan penelitian dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Limbah kulit singkong berpotensi untuk dijadikan bahan baku pembuatan
bioetanol.
2. Komposisi lebih baik bahan baku untuk fermentasi bioetanol adalah bubur
dari kulit singkong 80 g air 150 ml dengan ragi 0,3 g.
3. Karakteristik bioetanol yang diperoleh belum bisa ditentukan karena
belumdapat dilakukan pemisahan yang sempurna.

B. SARAN
Untuk perbaikan penelitian selanjutnya, di sarankan untuk lebih teliti lagi dalam
pengamatan, di usahakan untuk menggunakan perlengkapan yang lebih lengkap lagi, hal
ini di pengaruhi komposisi bahan yang di gunakan seperti kadar air yang kurang sesuai,
alat untuk memasak kurang tepat dalam pengaturan suhunya, dan untuk perkembangan
ragi yang lebih optimal, buburnya harus matang.
DAFTAR PUSTAKA

www.indobiofuel.com
www.nitha athatha.blogspot.com
www.singkongsejahtera.blogspot.com
www.wartabantul.com
www.wikipedia.com
www.PenyuluhPertanian.com
  http://banabakery.wordpress.com
PEMANFAATAN LIMBAH SINGKONG UNTUK BAHAN BAKU
PEMBUATAN BIOETANOL

Perlakuan Glukolisis Fermentasi 3 hari Fermentasi 5 hari


lapisan atas lapisan lapisan lapisan lapisan lapisan
bawah atas bawah atas bawah
Ragi tape Memisah Memisah Memisah Lebih Tercampur Mengendap
0,2 gr sedikit banyak sedikit banyak warna
Mulai lebih gelap
mengendap  
Ragi tape Memisah Memisah Memisah Lebih Tercampur Mengendap
0,3 gr sedikit banyak sedikit banyak Warna lebih padat
Mulai lebih gelap
membentuk
endapan
Perlakuan Fermentasi 7 hari Tes etanol
lapisan lapisan lapisan lapisan
atas bawah atas bawah
Ragi tape Sedikit Mengendap
0,2 gr Tercampur
 -
Warna
lebih gelap
Ragi tape Lebih Mengendap
0,3 gr banyak lebih padat
Tercampur  -
Warna
lebih gelap

 
DOKUMENTASI PENELITIAN

Pengadukan bubur kulit singkong Bubur kulit singkong

Pemanasan bubur kulit singkong


Penimbangan ragi

Anda mungkin juga menyukai