Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH METODE KHUSUS KEBIDANAN

KONSEP PEMBELAJARAN KLINIK

Disusun Oleh :
1. Viancha Samiera Berliana (1715301012)
2. Ilfa Tiara Milsa (1715301028)
3. Cikita Guspa Riani (1715301036)
4. Intan Febri Ayu Santika (1715301042)
5. Kirana Aulia Putri (1715301045)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


DIV KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan petunjuk dan rahmat-Nya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan makalah tentang “Metode Pembelajaran Klinik”.

Makalah ini secara khusus bertujuan untuk menunjang proses  pembelajaran mata
kuliah Metode Khusus Kebidanan, dan dalam paparan pada makalah ini kami pun
berbagi pengetahuan dan wawasan kepada pembaca.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya kepada
para mahasiswa pemula yang sedang mempelajari tentang Metode Khusus
Kebidanan. Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kami sangat menunggu kritik dan saran para pembaca untuk
memperbaiki segala kekurangan kami.

Bandar Lampung, 06 Januari 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

Judul halaman.................................................................................................i

2
Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan....................................................................................2

BAB II Pembahasan
2.1 Konsep Pembelajaran Klinik......................................................................3
2.2 Penilaian Keterampilan Pembelajaran Klinik.............................................11
2.3 Instrument Penilaian Kompetensi Klinik....................................................14
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan.................................................................................................17
3.2 Saran...........................................................................................................17
Daftar Pustaka................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dampak globalisasi dan kemajuan zaman telah memberikan pengaruh terhadap


dunia pendidikan. Persaingan dalam peningkatan sumberdaya manusia membuat
perguruan tinggi harus terus meningkatkan kualitas pendidikannya. Sistem
perencanaan metode pembelajaran yang efektif akan dapat meningkatkan kualitas
dan kompetensi mahasiswa. Oleh karena itu suatu Perguruan Tinggi harus
membekali peserta didiknya dengan attitude, knowledge, skill dan insight
sehingga dapat menciptakan lulusan perawat yang berkualitas dan memiliki daya
saing tinggi. Namun selain di kampus, mahasiswa juga dapat mengaplikasikan
ilmu yang sudah di milikinya di lahan praktik.

Belajar di lingkungan klinik memiliki banyak keunggulan. Pembelajaran klinik


berfokus pada masalah nyata dalam konteks praktik professional. Peserta didik

4
termotivasi oleh kesesuaian kompetensi yang dilakukan melalui partisipasi aktif
pembelajaran klinik; sedangkan pemikiran, tindakan dan sikap profesional di
perankan oleh pembimbing klinik ( clinical instruction atau CI ). Lingkungan
klinik merupakan wadah bagi maahsiswa untuk belajar pemeriksaan fisik,
argumentasi klinik, pengambilan keputusan, empati, serta profesionalisme yang
diajarkan dan dipelajari sebagai satu kesatuan.

Pembelajaran Praktik Klinik adalah suatu proses transformasi mahasiswa menjadi


seorang bidan professional yang memberi kesempatan mahasiswa untuk
beradaptasi dengan perannya dengan perannya sebagai bidan professional di
situasi nyata pada pelayanan kesehalan klinik atau komunitas (Nursalam & Ferry,
2009).

Tujuan dari praktik klinik selain menerapkan konsep adalah diharapkan peserta
didik lebih aktif dalam setiap tindakan sehingga terampil dalam menggunakan
teori dan tindakan. Hal lain yang menjadi pencapaian di lahan klinik adalah
kemampuan pengambilan keputusan klinis yang mengintegrasikan teori, hukum,
pengetahuan, prinsip dan pemakaian keterampilan khusus. Di lahan klinik peserta
didik juga dapat bereksperimen dengan menggunakan konsep dan teori untuk
praktik, menyelesaikan masalah dan mengembangkan bentuk perawatan baru
(Nursalam & Ferry, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa konsep pembelajaran klinik ?
2. Apa saja penilaian keterampilan pembelajaran klinik ?
3. Apa saja instrument penilaian kompetensi klinik ?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui konsep pembelajaran klinik
2. Untuk mengetahui penilaian keterampilan pembelajaran klinik
3. Untuk mengetahui instrument penilaian kompetensi klinik

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pembelajaran Klinik


A. Definisi Pembelajaran Klinik
Metode pembelajaran klinik adalah suatu metode yang sesuai dengan
kerangka konsep pembelajaran, digunakan untuk mendidik peserta didik di
klinik yang memungkinkan pendidik untuk dapat diterapkan kepada
peserta didik sesuai dengan kualifikasi dan karakteristiknya (Nursalam &
Ferry, 2008).

Menurut Schweek and Gebbie praktik klinik merupakan “the heart of the
total curriculum plan”. Pendapat ini menunjukkan bahwa unsur utama
dalam pendidikan keperawatan adalah bagaimana proses pembelajaran di
klinik itu dilakukan. Proses pembelajaran dipengaruhi oleh peserta didik
dan pendidik (Nurhidayah, 2011).

6
Pembelajaran Klinik atau Pengajaran klinik adalah suatu
proses belajar m e n g a j a r   untuk mencapai kompetensi klinik
sesuai dengan kurikulum.

B. Metode Pembelajaran Klinik


1. Bed Side Teaching
Bedside teaching adalah pembelajaran yang dilakukan langsung di
depan pasien. Dengan metode bedside teaching mahasiswa dapat
menerapkan ilmu pengetahuan, melaksanakan kemampuan
komunikasi, keterampilan klinik dan profesionalisme, menemukan seni
pengobatan, mempelajari bagaimana tingkah laku dan pendekatan
dokter kepada pasien.
Adapun tujuan dari bedside teaching adalah :
a. Peserta didik mampu menguasai keterampilan prosedural.
b. Menumbuhkan sikap profesional.
c. Mempelajari perkembangan biologis/fisik.
d. Melakukan komunikasi dengan pengamatan langsung.

Prinsip Dasar Bedside Teaching


a. Adanya kesiapan fisik maupun psikologis dari pembimbing
klinik peserta didik dan klien.
b. Jumlah peserta didik dibatasi idealnya5-6 orang.
c. Diskusi di awal dan akhir demonstrasi didepan klien dilakukan
seminimalmungkin.
d. Lanjutkan dengan redemonstrasi.
e. Kaji permasalahan peserta didik sesegera mungkin terhadap
apa yang dilakukan.
f. Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum
pernah diperoleh peserta didik sebelumnya,atau apabila peserta
didik menghadapi kesulitan penerapannya.

Pelaksanaan bedside teaching antara lain:

7
1. Membuat peraturan dasar
a. Pastikan setiap orang tahu apa yang diharapkan dari mereka.
b. Mencakup etika.
c. Batasi interupsi jika mungkin.
d. Batasi penggunaan istilah kedokteran saat di depan pasien.
2. Perkenalan
a. Perkenalkan seluruh anggota tim.
b. Jelaskan maksud kunjungan.
c. Biarkan pasien menolak dengan sopan.
d. Anggota keluarga diperkenankan boleh berada dalam
ruangan jika pasien mengizinkan.
e. Jelaskan pada pasien atau keluarga bahwa banyak yang akan
didiskusikan, mungkin tidak diterapkan langsung pada
pasien.
f. Undang partisipasi pasien dan keluarga.
g. Posisikan pasien sewajarnya posisi tim di sekitar tempat
tidur.
3. Anamnesa
a. Hindari pertanyaan tentang jenis kelamin atau ras.
b. Hindari duduk di atas tempat tidur pasien.
c. Izinkan interupsi oleh pasien dan pelajar untuk menyoroti hal
penting atau untuk memperjelas.
d. Jangan mempermalukan dokter yang merawat pasien.
4. Pemeriksaan fisik
a. Minta pelajar untuk memeriksa pasien.
b. Izinkan pasien untuk berpartisipasi(mendengarkan bising,
meraba hepar, dll).
c. Minta tim untuk mendemonstrasikan teknik yang tepat.
d. Berikan beberapa waktu agar pelajar dapat menilai hasil
pemeriksaan yang baru pertama kali ditemukan.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Jika mungkin tetap berada disamping tempat tidur.

8
b. Rongent, ECG bila mungkin.
c. Izinkan pasien untuk meninjau ulang dan berpartisipasi.
6. Diskusi
a. Ingatkan pasien bahwa tidak semua yang didiskusikan akan
dilaksanakan, biarkan pasien tahu kapan itu biasa
dilaksanakan.
b. Hati-hati memberikan pertanyaan yang tidak dapat dijawab
kepada mahasiswa yang merawat pasien.
c. Berikan pertanyaan pertama kali pada tim yang paling junior.
d. “Saya tidak tahu” adalah jawaban yang tepat, setelah itu
gunakan kesempatan untuk mencari jawaban.
e. Hindari bicara yang tidak perlu.
f. Izinkan pasien untuk bertanya sebelum meninggalkan tempat
tidur.
g. Minta pasien untuk menanggapi bedside teaching yang telah
dilakukan.
h. Ucapkan terima kasih pada pasien.

2. Case Presentation
Adalah metode penyajian pasien dengan menggunakan kehadiran
seorang pasien dan dipilih sebagai fokus diskusi kelompok dengan
tujuan dapat memberikan pengalaman langsung dalam pembahasan
prinsip-prinsip prosedur perawatan dari pasien, metode ini sering
digunakan dilahan pratek khususnya dilahan rumah sakit.
Prinsip yang dilakukan nursing clinik diantranya adalah
a. Harus direncanakan dengan teliti dengan pasien, surat ijin,
pemilihan lokasi,perumusan tujuan informasi dan lain-lain
b. Pasien harus diberi kesempatan untuk mengekspresikan
kebutuhannya
c. Adanya hak pasien untuk prifasi dan rahasia informasi tentang
dirinya
d. Adanya evaluasi tentang pelaksanaan nursing clinic

9
Langkah metode nursing clinic
- Tahap permulaan
Diawali dengan memperkenalkan peserta didik tentang latrar belakang
pasien, situasi pelayanan perawatan, tujuan diskusi, beberapa informasi
yang dibutuhkan tentang pasien.
- Tahap diskusi yang berpusat pada pasien
Diawali dengan perkenalan dan penyajian singkat tentang pasien
pada peserta didik, kemudian menunjukan gejala-gejala khusus
yang berhubungan dengan masalah pasien yang mengungkapkan
perasaannya.
- Tahap evaluasi
Dilakukan dengan diskusi dan penilaian terhadap pasien, perilaku
dan kemampuan untuk mengatasi msalah, penilaian terhdap peserta
didik serta evaluasi proses dan hasil dari nursing clinic apakah
tujuan yang ditetapkan tercapai atau belum.

3. Clinical Tour
Merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang menginginkan
peserta didik menstransfer dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis
dalam keperawatan langsung (nursalam :2001). Adapun
karakteristiknya :
1) Klien dilibatkan langsung
2) Klien merupakan fokus kegiatan peserta didik
3) Peserta didik dan pembimbing melakukan diskusi
4) Pembimbing mengfasilitasi kreatifitas peserta didik adanya ide-
ide baru
5) Pembimbing klinik membantu mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengatasi masalah.

4. Case Study

10
Studi asuhan kebidanan merupakan suatu kegiatan pemecahan masalah
dimana peserta didik melakukan pengkajian secara mendalam dan
menyeluruh mengenai masalah klinik yang mendasari para
perencanaan pelaksanaan dan evaluasi terhadap tindakan yang
dilakukan. Studi ini dapat dilakukan pada pasien kelompok maupun
keluarganya.
Prinsip yang digunakan :
a. Peserta didik harus dibimbing dalam menulis pasien studi
asuhan keperawatan, pemilihan tersebut harus sesuai dengan
kemampuan peserta didik
b. Peserta didik harus dibekali dengan bahan perujukan dengan
yang cukup agar asuhan keperawatan yang efektif
c. Studi asuhan keperawatan itu harus dapt dilihat dan digunakan
sebagi bagian integral dari pengalaman dilapangan
d. Pedoman asuhan keperawatan harus sesuai dengan petunjuk
dasar pada format asuhan yang tertulis.
e. Studi asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan
menggabungkan dengan metode lain seperti komprehensip atau
nursing klinik
f. Laporan asuhan keperawatan harus dicek, dievaluasi,
dikomentari sesuai dengan petunjuk yang ada.

5. Pre dan Post Conference


Konferens adalah langkah awal yang harus dilakukan oleh instruktur
klinis dalam memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap
mahasiswa. Dalam konferens instruktur klinis memberikan pengarahan
terhadap mahasiswa yang akan melakukan pelayanan kesehatan.
Sehingga para mahasiswa mendapatkan pengertian akan apa yang akan
dilakukan setelah berada di tempat pasien.
a. Pre conference
Pre-konferens merupakan tahapan sebelum melakukan konferens
yang akan dilakukan oleh para instruktur klinis dimana akan

11
dijelaskan apa yang akan dilakukan oleh setiap mahasiswa sebelum
melakukan tindakan keperawatan. Sedangkan dalam Pre-konferens
para instruktur klinis harus sudah menyiapkan apa yang akan
dibahas dalam konferens sehingga tidak banyak waktu yang
terbuang.
b. Post conference
Pos konferens adalah fase dimana dari hasil pembahasan di buat
evaluasi. Setiap mahasiswa harus mampu melakukan evaluasi dari
setiap konferens yang sudah dilaksanakan sehingga mahasiswa
tahu apa yang harus dilakukan berikutnya. Pembahasan yang sudah
dibuat akan menjadi acuan untuk bisa berpartisipasi dalam
menyelesaikan masalah yang timbul dari setiap tindakan selama
berpraktek.

6. Sistem Rende/ Rende Kebidanan


Ronde kebidanan merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang
memungkinkan peserta didik mengaplikasikan pengetahuan teoritis
kedalam praktik langsung. Adapun beberapa tujuan dari ronde
kebidanan adalah :
- Menumbuhkan cara berpikir kritis
- Menumbuhkan pemikiran bahwa tindakan keperawatan berasal dari
masalah klien.
- Meningkatkan pola pikir sistematis.

7. Coaching
Metode penugasan membuat catatan dan laoran tertulis (Eksperensial).
Metode ini merupakan metode yang memberikan penugasan yang
membuat catatan dan laporan secara tertulis, dilahan praktek. Metode
ini meliputi penugasan klinik, penugasan tertulis, stimulasi dan
permainan.

12
Contoh penugasan klink : melakukan keterampilan psikomotor dan
pengembangan keterampilan dan penyelesaian masalah dalam
pengembilan keputusan berdasarkan moral dan etik

Contoh penugasan tertulis : menulis rencana kebidanan, studi kasus,


perencanaan penddikan kesehatan, proses pencatatan, membuat
laporan kunjungan, pembuatan makalah dan cacatan kerja peserta didik
tentang hasil observasi di lapangan serta pengalaman prakteknya.

Contoh simulasi dan permainan


Menggunakan model boneka dalam melakukan keterampilan :
pemeriksaan payudara, katerisasi urine, pemberian injeksi

8. Eksperensial
Suatu metode yang digunakan dengan pembimbing akademik dalam
membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan mengambil
keputusan terhadap kasus yang terjadi dengan pasien atau keluarga
pasien. Adapun kegunaan dari eksperensial adalah :
a. Membantu menganalisis situasi klinik melalui proses
identifikasi masalah
b. Menentukan tindakan yang akan diambil
c. Mengimplementasikan pengetahuan ke dalam masalah klinik.

13
2.2 Penilaian Keterampilan Pembelajaran Klinik
A. Teknik penilaian kompetensi keterampilan
Berdasarkan Permendikbud nomor 66 tahun 2013 tentang Standar
Penilaian, pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian
kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan
suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan
penilaian portofolio.
Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuaidengan tuntutan kompetensi.
Tes praktik dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam
melakukan sesuatu. Penilaian digunakan untuk menilai ketercapaian
kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti:
praktik di laboratorium, praktik salat, praktik olahraga, bermain peran,
memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi, dan
sebagainya. Untuk dapat memenuhi kualitas perencanaan dan pelaksanaan

14
tes praktik, berikut ini adalah petunjuk teknis dan acuan dalam
merencanakan dan melaksanakan penilaian melalui tes praktik.
Perencanaan Tes Praktik
a) Menentukan kompetensi yang penting untuk dinilai melalui tes
praktik.
b) Menyusun indikator hasil belajar berdasarkan kompetensi yang
akan dinilai.
c) Menguraikan kriteria yang menunjukkan capaian indikator
hasil pencapaian kompetensi
d) Menyusun kriteria ke dalam rubrik penilaian.
e) Menyusun tugas sesuai dengan rubrik penilaian.
f) Mengujicobakan tugas jika terkait dengan kegiatan praktikum
atau penggunaan alat.
g) Memperbaiki berdasarkan hasil uji coba, jika dilakukan uji
coba.
h) Menyusun kriteria/batas kelulusan/batas standar minimal
capaian kompetensi peserta didik.
Pelaksanaan Tes Praktik
a) Menyampaikan rubrik sebelum pelaksanaan penilaian kepada
peserta didik.
b) Memberikan pemahaman yang sama kepada peserta didik tentang
kriteria penilaian.
c) Menyampaikan tugas kepada peserta didik.
d) Memeriksa kesediaan alat dan bahan yang digunakan untuk tes
praktik.
e) Melaksanakan penilaian selama rentang waktu yang direncanakan.
f) Membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik penilaian.
g) Melakukan penilaian dilakukan secara individual.
h) Mencatat hasil penilaian.
i) Mendokumentasikan hasil penilaian.

Pelaporan Hasil Tes Praktik

15
a) Keputusan diambil berdasarkan tingkat capaian kompetensi peserta
didik.
b) Pelaporan diberikan dalam bentuk angka dan atau kategori
kemampuan dengan dilengkapi oleh deskripsi yang bermakna.
c) Pelaporan bersifat tertulis.
d) Pelaporan disampaikan kepada peserta didik dan orangtua peserta
didik.
e) Pelaporan bersifat komunikatif, dapat dipahami oleh peserta didik
dan orangtua peserta didik.
f) Pelaporan mencantumkan pertimbangan atau keputusan terhadap
capaian kinerja peserta didik.

Acuan Kualitas Instrumen Tes Praktik


a) Acuan Kualitas Tugas
- Tugas mengarahkan peserta didik untuk menunjukkan capaian
hasil belajar.
- Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik.
- Mencantumkan waktu/kurun waktu pengerjaan tugas.
- Sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik,
- Sesuai dengan konten/cakupan kurikulum
- Tugas bersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang sosial
ekonomi)

b) Acuan Kualitas Rubrik


- Rubrik memuat seperangkat indikator untuk menilai kompetensi
tertentu.
- Indikator dalam rubric diurutkan

16
2.3 Instrument Penilaian Kompetensi Klinik
A. Menunjukkan Kualitas Personal:
Kepemimpinan efektif mensyaratkan individu-individu untuk bertindak di
atas nilai-nilai, kekuatan dan kemampuan untuk menyampaikan pelayanan
dengan standar tinggi. Untuk dapat melakukan itu, mereka harus
menunjukkan efektivitas dalam:
1. Mengembangkan kesadaran diri, dengan menyadari nilai-nilai, prinsip
dan asumsi pribadi dan mampu untuk belajar dari pengalaman
2. Manajemen diri, dengan mengatur dan melakukan manajemen diri
sendiri sambil memperhitungkan kebutuhan dan prioritas hal lain
3. Pengembangan pribadi berkelanjutan, dengan belajar melalui
partisipasi dalam pengembangan profesionalisme berkelanjutan dan
dari pengalaman serta umpan balik
4. Bertindak dengan integritas, dengan berperilaku dalam sikap terbuka,
jujur dan beretika

17
B. Bekerja dengan Orang Lain:
Kepemimpinan yang efektif membutuhkan individu-individu yang dapat
bekerja sama dengan orang lain dalam konteks tim dan jejaring untuk
memberikan dan meningkatkan pelayanan. Agar dapat melakukannya,
mereka harus menunjukkan efektivitas dalam:
1. Mengembangkan jejaring, dengan cara bekerja sama dengan pasien,
perawat, pengguna layanan dan perwakilannya serta kolega di dalam
dan diseluruh sistem
2. Membangun dan mempertahankan hubungan, dengan saling
mendengarkan, mendukung, mengumpulkan kepercayaan dan
menunjukkan kesepahaman
3. Mendorong kontribusi, dengan cara menciptakan lingkungan yang
membuat semua orang terdorong untuk berkontribus
4. Bekerja dalam tim, untuk menyampaikan dan meningkatkan layanan

C. Manajemen Pelayanan:
Kepemimpinan yang efektif menuntut individu-individu untuk fokus pada
keberhasilan organisasi tempatnya bekerja. Untuk dapat melakukan itu,
mereka harus efektif di dalam:
1. Merencanakan, dengan secara aktif berkontribusi untuk melakukan
perencanaan dalam upaya pencapaian tujuan
2. Mengatur sumber daya, dengan mengetahui sumber daya yang tersedia
dan menjamin bahwa sumber daya tersebut digunakan secara efisien,
aman dan sesuai untuk berbagai macam kebutuhan
3. Mengatur manusia, dengan menyediakan arahan, meninjau kinerja,
memotivasi dan mempromosikan kesetaraan dan keberagaman
4. Mengatur kinerja, dengan memastikan pola kerja yang dapat mengukur
keluaran layanan

D. Meningkatkan pelayanan

18
Kepemimpinan yang efektif mensyaratkan individu-individu untuk
membuat perbedaan terhadap kesehatan seseorang dengan memberikan
pelayanan kualitas tinggi dan melakukan mengembangkan perbaikan
layanan. Untuk dapat melakukan hal ini, mereka harus dapat:
1. Menjamin keselamatan pasien, dengan menilai dan mengelola resiko
pada pasien yang terkait pengembangan layanan, menyeimbangkan
pertimbangan ekonomi dengan kebutuhan keselamatan pasien
2. Evaluasi kritis, dengan mampu berfikir secara analitik, konseptual dan
mampu mengidentifikasi pada aspek mana sebuah layanan dapat
ditingkatkan serta dapat bekerja secara individual sebagai bagian dari
tim
3. Mendorong perbaikan dan inovasi, dengan menciptakan iklim
perbaikan layanan secara terus menerus
4. Memfasilitasi transformasi, dengan berkontribusi secara aktif untuk
mengubah proses-proses yang memicu perbaikan layanan.

E. Menentukan Arah
Kepemimpinan yang efektif mensyaratkan masing-masing individu untuk
berkontribusi terhadap strategi dan aspirasi organisasi dan bertindak
dengan perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai tersebut. Untuk dapat
melakukan ini, masing-masing individu harus menunjukkan efektivitas
dalam:
1. Mengidentifikasi konteks untuk perubahan, dengan menyadari faktor-
faktor yang perlu diperhitungkan
2. Mengaplikasikan pengetahuan dan bukti ilmiah, dengan
mengumpulkan informasi untuk menciptakan perubahan berbasis bukti
pada sistem dan pada proses dalam upaya mengidentifikasi
kesempatan untuk perbaikan layanan
3. Membuat keputusan, dengan menggunakan nilai-nilai yang mereka
pegang dan berbagai bukti ilmiah

19
4. Mengevaluasi dampak, dengan melakukan pengukuran dan evaluasi
keluaran, membuat tindakan korektif ketika dibutuhkan dan
bertanggung jawab untuk memperhitungkan keputusan mereka

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengalaman belajar klinik dan lapangan merupakan proses pembelajaran
yang penting diberikan kepada mahasiswa/i untuk mempersiapkan diri
menjadi tenaga kesehatan profesional. Melalui pengalaman belajar klinik dan
lapangan diharapkan dapat membentuk kemampuan akademik dan
profesional, mampu mengembangkan ketrampilan dalam memberikan
pelayanan atau asuhan yang sesuai dengan standar serta dapat berorientasi
dengan peran profesional.

3.2 Saran

20
Bagi para mahasiswa/i diharapkan mampu untuk mengetahui dan
meningkatkan metode pembelajaran klinik.

DAFTAR PUSTAKA

Nurachmah, E(2005). Metode Pengajaran Klinik Keperawatan. Makalah


pelatihan bimbingan klinik. Jakarta: EGC

Relly, D.E & Obermann,M.H (2002). Pengajaran Klinis dalam pendidikan


keperawatan, alih bahasa Eni Noviestari. Jakarta: EGC

BPPSDM Kesehatan Pusdiknakes Depkes R.I, 2006, Metode Coaching dalam


Pembelajaran Klinik, Jakarta

BPPSDM Kesehatan Pusdiknakes Depkes R.I. , 2006, Standar Pembelajaran


Klinik Bidan , Jakarta.

21
DEPKES R.I.,2002, Kurikulum Pendidikan Diploma III Kebidanan, Jakarta.

Depdiknas R.I., 2006, Kualifikasi dan Kompetensi , Jakarta

Haris, Abdul, Jihad, Asep, 2008, Evaluasi Pembelajaran, Multi Presendo,


Yogyakarta

Kepmenkes RI nomor 369 Tahun 2007, 2007, Standar Profesi Bidan, PP.IBI
Jakarta

McLeoud PJ and RM Harden, 1985, Clinical Teaching Strategies of physiciens.


Medical Teacher 7 (2):173B189.

Biran Afandi & George Adriaansz, 2003, Pelatihan Keterampilan Melatih, JNPK-
KR, Jakarta

Cox KR and CE Ewan, (eds)1988, The Medical Teacher, Churchill Livingstone,


New York.

Nursalam, 2007. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Keperawatan


Profesional. Edisi ke-2. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam & Ferry E. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika.

Bastable, S.B (2002).Perawat sebagai pendidik: prinsip – prinsip pengajaran dan


pembelajaran, alih bahasa Gerda W. Jakarta: EGC

Waluyo, A.(2005). Metode Pengajaran Klinik Keperawatan. Makalah pelatihan


bimbingan klinik FIK – UI

22
Sanjaya, Wina, 2008, Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Kencana, Jakarta

23

Anda mungkin juga menyukai