Anda di halaman 1dari 7

Nama : Grace Sonya Rosalie Sesa

NIM : 124 19 004


Prodi : Teknik Perminyakkan

A. Struktur Batuan

Struktur batuan adalah gambaran tentang kenampakan atau keadaan batuan,


termasuk di dalamnya bentuk atau kedudukannya. Berdasarkan keterjadiannya,
Struktur batuan dapat dikelompokkan menjadi:
 Struktur primer, yaitu struktur
yang terjadi pada saat proses pembentukan batuan. Misalnya : bidang perlapisan silang
(cross bedding) pada batuan sedimen atau kekar akibat pendinginan (cooling joint) pada
batuan beku.
 Struktur skunder, yaitu
struktur yang terjadi kemudian setelah batuan terbentuk akibat adanya proses deformasi
atau tektonik. Misalnya : lipatan (fold), patahan (fault) dan kekar (joint). Bidang
diskontinu dapat ditemukan pada struktur primer maupun struktur sekunder.

1. Struktur batuan beku

Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku


extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan pada
tekstur masing masing batuan tersebut. 

1. Struktur batuan beku ekstrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung
dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia
struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan
lava tersebut. Struktur ini diantaranya:

a. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat
seragam.

b. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan

c. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal


seperti batang pensil.

d. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpalgumpal. Hal ini
diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.

e. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku.


Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.

f. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain
seperti kalsit, kuarsa atau zeolit
g. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral
pada arah tertentu akibat aliran

2. Struktur Batuan Beku Intrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya


berlangsung dibawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap
perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi
menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.

Konkordan

Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis jenis
dari tubuh batuan ini yaitu :

a. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan
disekitarnya.

b. Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan
batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini,
sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil
dengan kedalaman ribuan meter.

c. Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu
bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih
besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan
meter.

d. Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah
terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan
kilometer.
2. Struktur batuan sedimen

Struktur batuan sedimen yang penting antara lain struktur perlapisan dimana
struktur ini merupakan sifat utama dari batuan sedimen klastik yang menghasilkan
bidang-bidang sejajar sebagai hasil proses pengendapan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi adanya struktur perlapisan adalah:
a.       Adanya perbedaan warna
b.      Adanya perbedaaan ukuran butir
c.       Adanya perubahan struktur sedimen
d.      Adanya perbedaan komposisi mineral
e.       Adanya perubahan macam batuan 
f.     Adanya perubahan kekompakan

Struktur batuan sedimen:


          Perlapisan: - Lapisan: tebal > 1 cm
                          - Laminasi: tebal < 1 cm
     Jenis perlapisan: Paralel lamination, Cross lamination / cross beds, Convolute
lamination, Gradded bedding, Injection structures (sandstones dykes).
    Struktur di bidang perlapisan:
Di bagian bawah : load cast, flute cast
Di bagian atas   :  ripple marks, mud cracks, organic marks (tracks & trails, burrow)

Macam-macam struktur:
1. Masif, Bila tidak menunjukkan struktur dalam atau ketebalan lebih dari 120 cm.
2. Perlapisan sejajar, Bila bidang perlapisan saling sejajar. Ketebalannya lebih dari 1
cm
3. Laminasi, Perlapisan sejajar yang ukuran atau ketebalannya lebih kecil dari 1 cm.
Terbentuk dari suspensi tanpa adanya mekanik.
4. Perlapisan pilihan (graded bedding), Bila perlapisan disusun atas butiran yang
berubah teratur dari halus ke kasar pada arah vertikal, terbentuk pada arus pekat.
5. Perlapisan silang siur, Perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan
yang berada di atas atau di bawah dan dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk
intensitas arus yang berubah-ubah.

3. Struktur batuan metamorf

Tekstur batuan metamorf tidak didasarkan pada besarnya butir-butir batuan


melainkan atas dasar orientasi atau kecenderungan berlapis. Tekstur batuan metamorf
dibedakan atas Foliasi dan Non-Foliasi.

 Tekstur Foliasi, yaitu tekstur yang berlapis-lapis dimana butir-butir batuan


penyusunnya pipih sehingga memperlihatkan lapisan atau belahan kearah mana
batuan cenderung membelah, yang termasuk dalam tekstur foliasi adalah: Slaty,
Phyllitic, Schistose, Gneissic
 Tekstur Non-Foliasi, yaitu tekstur yang tidak menunjukkan kecenderungan berlapis,
yang termasuk dalam tekstur foliasi adalah: Marmer, Serpentinit, Antrasit.

Secara umum pada batuan metamorf dikenal mempunyai 3 macam struktur, yaitu :
 Gneis, yang terdiri dari gabungan mineral-mineral pipih (mika) dengan mineral bulat
(Kuarsa, Garnet, Silimanit, dll). 
 Sekis, yang terdiri dari susunan mineral-mineral pipih (terutama Mika). 
 Filit, yang terdiri dari mineral-mineral sangat halus (batu sabak).
B. Siklus Batuan

Siklus batuan adalah suatu proses yang menggambarkan perubahan dari magma


yang membeku akibat pengaruh cuaca hingga menjadi batuan beku, lalu sedimen,
batuan sedimen dan batuan metamorphic dan akhirnya berubah menjadi magma
kembali.

Proses terjadinya siklus batuan

1. Magma mengalami kristalisasi

Terjadinya batuan pertama kali diawali oleh adanya magma. Magma ini merupakan
bahan pokok pembentuk batuan. Terbentuknya batuan pertama kali karena diawali
oleh adanya magma yang mengalami proses kristalisasi. Magma ini tidak terdapat di
semua area bumi, sebagian besar magma terbentuk di sepanjang batas lempeng bumi.
Kemudian magma yang yang membeku akan membentuk sebuh kristal atau mineral
(hal ini dinamakan kristalisasi). Magma yang membentuk kristal ini sma seperti air
yang didinginkan menjadi es.  Magma yang mengkristal ini akan banyak ditemukan
pada gunung berapi yang mengalami erupsi. Magma yang keluar dari dalam gunung
akan membeku setelah sampai ke permukaan bumi .

Magma yang membeku ini akan membentuk sebuah jenis batuan, yakni batuan beku.
Magma yang membekunya setelah sampai di permukaa bumi akan membentuk batuan
beku yang jenisnya ekstrusif. Sementara magma yang membeku namun belum sampai
ke permukaan bumi ini membentuk sebuah batuan jenis intrusif. Namun, semua
batuan yang dibentuk karena adanya pembekuan magma disebut dengan batuan beku.

2. Mengalami pengangkatan dan pelapukan

Kemudian batuan- batuan beku yang telah terbentuk tadi lama- kelamaan akan
mengalami proses pelapukan. Batuan yang mengalami proses pelapukan paling cepat
terutama adalah batuan yang membeku di permukaan bumi (batuan ekstrusif). Batuan
ini lebih cepat mengalami proses pelapukan karena terpapar secara langsung oleh
cuaca di bumi dan juga atmosfer bumi, sehingga pelapukannya lebih cepat daripada
yang berada di bawah permukaan bumi.

Meskipun demikian, bukan berarti batuan yang berada di permukaan bumi ini tidak
bisa mengalami pelapukan. Batuan yang berada di bawah permukaan tanah tetap bisa
mengalami pelapukan, namun harus mengalami proses pengangkatan ke permukaan
tanah terlebih dahulu. Batuan yang berada di bawah permukaan bumi harus terangkat
ke permukaan bumi melalui proses tektonik, kemudian lapisan batuan yang berada di
atasnya harus hilang terlebih dahulu oleh proses erosi. Setelah berada di permukaan
bumi inilah proses pelapukan batuan dimulai.

Pelapukan yang terjadi pada batuan ini dapat terjadi karena adanya beberapa reaksi
fisik dan kimia yang dapat disebabkan oleh interaksi udara, air, maupun organisme
tertentu. Setelah batuan menjadi lapuk karena angin, air, es, gletser ataupun yang
lainnya, maka akan menjadi material sedimen melalui sebuah proses yang disebut
erosi.

3. Mengalami erosi

Setelah mengalami proses pengangkatan dan pelapukan, maka proses yang


selanjutnya adalah erosi. Dalam proses erosi ini yang paling banyak berperan adalah
air. Air yang mengalir misalnya dari sungai merupakan salah satu hal yang paling
sepat menyebabkan proses erosi ini terjadi. Arus dari air ini pula yang akan
mengangkut material- baterial pelapukan batu menuju ke tempat lain. Selain air, ada
pula yang mengangkut meterial- material lainnya yakni angin ataupun gletser.

4. Pengendapan dan pembentukan batuan sedimen

Material- material dari pelapukan batuan beku yang telah terangkut oleh air, angin,
ataupun gletser, lama kelamaan akan mengendap di suatu tempat dan kan berjumlah
semakin banyak. Karena semakin banyak batuan yang mengendap ini, akibatnya
semakin lama akan semakin mengeras dan mengeras . Karena proses pengerasan
inilah membentuk terjadinya batuan yang disebut dengan batuan sedimen.

Penjelasan yang ilmiah mengenai pembentukan batuan sedimen yang lebih ilmiah,
dalam material sedimen muda akan mengubur endapan yang lebih lama (tua).
Kemudian tekanan yang dihasilkan akan membuat endapan lama ini menjadi kompak.
Ketika air bergerak dan masuk ke dalam material sedimen, maka mineral kalsit dan
silika yang terlarut akan terendap dan mengisi rongga antar butir yang bertindak
sebagai semen yakni merekatkan butiran sedimen antar satu dengan yang lainnya.

5. Batuan sedimen berubah menjadi batuan metamorf

Batuan sedimen banyak terdapat di bawah permukaan bumi. Batuan beku intrusif juga
berada di bawah permukaan bumi. Ketika batu yang berada di di bawah permukaan
bumi ini tidak tersingkap ke atas permukaan bumi ketika proses pengangkatan, maka
batuan tersebut akan terkubur lebih dalam lagi. Semakin dalam terkubur, maka akan
semakin besar kemungkinan untuk terpapar suhu dan juga tekanan tinggi yang
dihasilkan oleh kompresi tektonik dan energi panas yang berasal dari dalam bumi,
yang pada akhirnya dapat mengubah batuan tersebut. Batuan yang telah berubah di
bawah permukaan bumi akibat paparan suhu, tekanan, dan juga kontak magma ini
disebut dengan batuan malihan atau malihan.

6. Batuan metamorf atau malihan berubah lagi menjadi magma

Setelah batuan menjadi batuan malihan atau metamorf, lama kelamaan batuan
metamorf atau malihan ini akan berubah menjadi magma kemballi. Dan dari magma
inilah proses terjadinya batu bisa terjadi kembali.

Itulah proses atau siklus batuan yang menggambarkan terjadinya batuan dari awal
hingga batuan tersebut lapuk, membentuk batuan baru dan akhirnya menjadi magma
dan kembali menjadi batuan. Dan begitulah seterusnya.

Sumber :

http://tambangunp.blogspot.com/2013/07/struktur-dan-tekstur-batuan.html
https://ilmugeografi.com/geologi/proses-terjadinya-siklus-batuan

Anda mungkin juga menyukai